Anda di halaman 1dari 11

ANATOMI SISTEM RESPIRASI / PERNAPASAN

DEFINISI
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru (www.Scribd.com)

Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam


jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-paru atau”pernapasan luar”.
Udara ditarik ke dalam paru-paru pada waktu tarik napas dan di dorong keluar paru-
paru pada waktu mengeluarkan napas. (Pearce, 2011:255)
Organ Sistem Respirasi
1. Rongga hidung,
2. Faring (daerah tekak),
3. Laring (pangkal tenggorokan),
4. Trakea (tenggorokan),
5. Bronkus (cabang tenggorokan)
6. Paru- paru (bronkiolus dan alveolus).

Penjelasan:
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Hidung tersusun atas tulang keras dan tulang rawan. Udara yang masuk akan
disaring oleh rambut-rambut halus (silia) dan mukus untuk kemudian suhunya akan
disesuaikan dengan suhu tubuh. Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam
lubang hidung yang bermuara ke dalam bagian yang dikenal dengan vestibulum
(rongga) hidung. Setelah disaring di rongga hidung, udara akan masuk ke dalam
laring melalui faring. Adanya daerah rongga udara (sinus) di dalam hidung juga
mempengaruhi suara manusia.

7
8

Gambar 1. Rongga Hidung


9

2. Faring
Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
isthmus faucium, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus
pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus. Faring terdiri atas:
1. Nasofaring
Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa struktur
penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus tubarius,
kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius.
Batas antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana. Kelainan kongenital koana
salahsatunya adalah atresia choana.
Struktur Nasofaring :
1. Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditiva
2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang
disebabkan karena cartilago tuba auditiva
3. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang
disebabkan karena musculus levator veli palatini.
4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubarius
5. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan penonjolan
dari musculus salphingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum
tuba auditiva terutama ketika menguap atau menelan.
6. Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat predileksi
Nasopharingeal Carcinoma.
7. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid jika
ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi disebut adenoiditis.
8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.
9. Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing da
oropharing karena musculus sphincterpalatopharing
10. Musculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingei

2. Orofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fossa
tonsilaris, arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.
a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang
kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut.
b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah
memecah ke luar bila terjadi abses.
c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya membentuk lingkaran
yang disebut cincin Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa
10

yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit,
epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan

3. Laringofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa
piriformis.
Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara, dan untuk artikulasi.

Laring
Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya
dari columna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam di bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
oleh ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid dan
di sebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu
di sebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina bersambung di
garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berbentuk V.
Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain: 1 buah kartilago tiroid, 2 buah
kartilago aritenoid, 1 buah kartilago krikoid, dan 1 buah kartilago epiglotis. Pada
11

puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katub tulang rawan dan
membantu menutup laring sewaktu orang menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir
kecuali pita suara dan bagian epiglotis dilapisi oleh epitelium berlapis (Pearce,
2008:212-214)
12

Gambar 2.4 Laring (www.weccareproduksi.blogspot.com)

Keterangan:
1. Epiglotis
2. Tulang Hyoid
3. Membran Thyrohyoid
4. Ligamen Krikothyroid
5. Cartilago Thyroid
6. Muskulus Krikothyroid
7. Cartilago Krikoid
8. Trakhea

Trakhea
Trakhea atau batang tenggorok mempunyai panjang kira-kira 9 cm. Trakhea berjalan
dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini
bercabang menjadi dua bronchus. Trakhea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak
lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakhea; selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia dan sel cangkir (Pearce, 2008: 214).
13

Gambar 2.5 Trakhea


(Netter Interactive Atlas of Human Anatomi Versi 3.0)

Keterangan:
1. Cartilago thyroid
2. Ligamen cricothroid medial
3. Cartilago cricoid
4. Connective tissue sheath
5. Ligamen anular
6. Cartilago trakeal
7. Mukosa dinding trakeal posterior
Bronchus
Dari bifurcatio tracheae, bronchus principalis dexter dan bronchus principalis
sinister melintas melintas laterokaudal ke paru-paru. Bronchus diperkuat oleh cincin
tulang rawan yang berbentuk C.
Bronchus principalis dexter adalah lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal
daripada bronchus principalis sinister dan beralih menjadi radix pulmonis. Bronchus
principalis sinister melintas ke laterokaudal, kaudal terhadap arcus aortae dan ventral
terhadap oeshopagus dan pars thoracica aortae, untuk mencapai radix pulmonis.
Bronchus principalis mengiringi arteria pulmonis ke hilum pulmonis dan dalam
paru-paru bercabang menurut pola tertentu, membentuk arbor bronchialis. Masing-
masing bronchus principalis (primer) terpecah menjadi bronchus sekunder (bronchus
lobaris). Setiap bronchus sekunder membagi diri menjadi bronchus tersier (bronchus
segmental) yang mengurus segmentum bronchopulmonale. Setiap segmentum
bronchopulmonale berbentuk limas yang puncaknya mengarah ke radix pulmonis dan
alasnya terdapat pada permukaan pleural. Setiap segmen diberi nama yang sesuai
dengan nama bronchus segmentalnya (Moore & Agur 2002:47-50).
14

Gambar 2.6 Trakea, bronkus, bronkiolus (Snell, 1995)

Keterangan:
1. Trakea
2. Bronkus principalis sinistra
3. Bronkus lobaris
4. Bronkus segmentalis

2.1.4.3 Paru-Paru
Paru-paru normal bersifat ringan, lunak, dan menyerupai sepon.
Paru-paru juga kenyal dan dapat mengisut sampai sepertiga besarnya,
jika cavitas thoracis dibuka. Paru-paru kanan dan kiri terpisah oleh
jantung dan pembuluh besar dalam mediastinum medius. Paru-paru
berhubungan dengan jantung dan trachea melalui struktur dalam radix
pulmonis. Radix pulmonis adalah daerah peralihan pleura visceralis ke
pleura parietalis yang menghubungkan facies mediastinalis paru-paru
dengan jantung dan trachea. Hilum pulmonis berisi bronchus
principalis, pembuluh pulmonal, pembuluh bronkial, pembuluh limfe,
dan sarah menuju ke paru-paru atau sebaliknya.
Fissura horizontalis dan fissura obliqua pada pleura membagi
paru-paru menjadi lobus-lobus. Masing-masing paru memiliki puncak
(apex), tiga permukaan (facies costalis, facies mediastinalis, facies
diaphragmatica), dan tiga tepi (margo anterior, margo inferior, dan
margo posterior). Apex pulmonis ialah ujung kranial yang tumpul dan
tertutup oleh pleura servikal. Apex pulmonis dan pleura servikal
menonjol ke kranial (2-3 cm) melalui apertura thoracis superior ke
dalam pangkal leher. Karenanya, bagian-bagian ini dapat mengalami
15

cedera karena luka pada leher, sehingga terjadi pneumotoraks.


Masing-masing paru-paru memiliki permukaan berikut:
1. Facies costalis, terhampar pada sternum, cartilago costalis, dan
costa.
2. Facies mediastinalis, ke medial berhubungan dengan
mediastinum, dan ke dorsal dengan sisi vertebra.
3. Facies diaphragmatica (alas), bertumpu pada kubah diaphragma
yang cembung; cekungan terdalam terdapat pada paru-paru
kanan, karena letak kubah sebelah kanan lebih tinggi.
Selain itu, masing-masing paru-paru memiliki tepi berikut:
1. Margo anterior adalah tepi permukaan facies costalis dengan
facies mediastinalis di sebelah ventral yang bertumpang pada
jantung; incisura cardiaca merupakan torehan pada tepi paru-
paru kiri.
2. Margo inferior membentuk batas lingkar facies diphragmatica
paru-paru dan memisahkan facies diphragmatica dari facies
costalis dan facies mediastinalis.
3. Margo posterior ialah tepi pertemuan facies costalis dengan
facies mediastinalis di dorsal; tepi ini lebar dan membendung,
terletak dalam ruang pada sisi vertebra (Moore & Agur
2002:45-47).

1
2
3
9
8

6 5
Gambar 2.7 Paru – Paru Kiri Tampak Lateral (Sobotta, 2000)

Keterangan:
1. Apeks pulmonis 4. Lobus Inferior
2. Lobus superior 5. Margo inferior
3. Fisura oblikua 6. Fisura oblikua
16

7. Insisura kardiaka 9. Margo anterior


8. Lobus superior

1
7
5
2

8 4

9 5
6
Gambar 2.8. Paru – paru Kanan Tampak Lateral (sobotta, 2000)
Keterangan:
17

1. Apeks pulmonalis
2. Lobus superior
3. Fisura horizontalis pulmonis dextri
4. Lobus medius
5. Fisura oblikua
6. Margo Inferior
7. Lobus Superior
8. Lobus inferior, Facies costalis
9. Lobus inferior

Anda mungkin juga menyukai