Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DOSEN PENGAMPU : Dr. Tinjung Mary Prihtanti, SP. MP.

Kelompok 6 :
1. Thomas Yoga P.S (512022004)
2. Yabez (512022016)
3. Bertha Aurellia (512022021)
4. Yiska Kristiana Pratiwi (512022032)
LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas penduduknya


berprofesi sebagai petani dan pekerja kebun. Luasnya wilayah negara Indonesia
membuat terjadinya perbedaan budaya dalam pengolahan lahan dan perbedaan
kondisi geografis disetiap daerah. Budaya penanaman lahan disetiap daerah dapat
berbeda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum di daerah
sekitarnya. Dengan peradaban dan kondisi lingkungan masyarakat yang berubah
membuat kondisi pertanian Indonesia berkembang mengikuti perubahan yang ada.
Cara pemerintah melakukan dukungan terhadap berbagai jenis upaya pertanian yang
ada dengan melakukan subsidi pupuk

Di salah satu provinsi di Indonesia khususnya Kalimantan Barat, menurut data


BPS luas lahan kelapa sawit di Kalimantan Barat tahun 2021 adalah 1.219.240
Hektare. Pesatnya laju pembangunan pertanian dan perkebunan yang telah
dikembangkan oleh negara tetangga, terutama di wilayah perbatasan Kalimantan
Barat dengan Serawak Malaysia, memberikan peluang yang cukup besar untuk
pengembangan komoditas pertanian di kawasan ini melalui pembangunan dan
pengembangan sentra-sentra produksi pertanian (agribisnis) dan produk olahannya
(agroindustri). Beragam komoditas perkebunan yang beragam seperti karet,kelapa
sawit,dan tanaman lainnya, dengan komoditas utamanya adalah kelapa sawit.
Meskipun komoditas sawit mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat dan
provinsi, harga sawit sempat mengalami keanjlokan, serta diterpa kenaikan harga
minyak goreng.

Alasan kami memilih Kalimantan Barat karena daerah ini memiliki berbagai
kekayaan alam serta berbagai jenis tanaman budidaya perkebunan seperti
lada,karet,dan komoditas utamanya adalah kelapa sawit yang dapat tumbuh di lahan
gambut yang memiliki ciri khas sulit dalam menyerap air.Selain itu cara pembukaan
area perkebunan di Kalbar yang cukup ekstrim dengan membakar hutan perlu
disoroti.Maka dari itu sistem pertanian dengang cara membuat perkebunan sawit
menurut kami cukup menarik untuk dibahas melalui artikel ini.
BAB I
SISTEM PERTANIAN YANG DOMINAN

Sistem pertanian yang mendominasi di wilayah Kalimantan Barat adalah


sistem perkebunan dengan komoditas utama kelapa sawit. Pengertian sistem
perkebunan sendiri adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai; mengolah, dan
memasarkan barang serta jasa hasil tanaman tersebut. Perkebunan milik rakyat
maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang
kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor.
Sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen industri
pertanian. Dalam perkebunan, komoditas yang ditanam bukanlah komoditas yang
menjadi makanan pokok, komoditas yang ditanam di perkebunan umumnya
berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama.

Sistem perkebunan memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah, hal ini


dikarenakan perkebunan yang berbasis teknologi menyediakan lapangan pekerjaan
yang beragam untuk masyarakat disekitar perkebunan. Sistem perkebunan di
Kalimantan Barat saat ini perlu sentuhan teknologi untuk memaksimalkan potensi dan
efesiensi hasil komoditasnya. Kuantitas dan kualitas komoditas menjadi perhatian
pemerintah di Kalimantan Barat khususnya dinas perkebunan yang menangani hal ini
sehingga diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar baik kebutuhan dalam
negeri maupun luar negeri dan berdampak pada kesejahteraan.

Menurut data BPS KALBAR tahun 2021,Kabupaten Ketapang merupakan


kabupaten yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas dengan luasan sekitar
263.242 Ha. Secara geografis Kabupaten Ketapang berada di bagian selatan Provinsi
Kalimantan Barat dan merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Barat yang
memiliki luas wilayah secara keseluruhan mencapai 31.588 km2 .
BAB II
JENIS KOMODITAS

Kelapa sawit adalah jenis tumbuhan yang termasuk dalam genus Elaeis dan
ordo Arecaceae. Tumbuhan ini digunakan dalam usaha pertanian komersial untuk
memproduksi minyak sawit. Kelapa sawit yang di budidayakan terdiri dari 2 tipe
yaitu Elaeis Guineensis dan Elaeis Oleifera. Namun yang paling banyak
dibudidayakan oleh masyarakat adalah tipe Elaeis Guineensis.

Kedua jenis tanaman tadi memiliki keunggulannya masing-masing. Elaeis


Guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi, sedangkan Elaeis Oleifera memiliki
tinggi tanaman yang rendah. Itulah sebabnya banyak orang menyilangkan kedua jenis
ini untuk mendapatkan tanaman sawit yang produksinya tinggi dan mudah dipanen.
Saat ini, Elaeis Oleifera mulai dibudidayakan untuk menambah keanekaragaman
sumber daya genetik.Karena dengan bertambahnya variasi jenis sawit maka opsi sawit
yang akan ditanam oleh petani akan bertambah.

Minyak kelapa sawit sendiri memiliki beberapa kegunaan yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia seperti:
a) Bahan baku makanan

Minyak kelapa sawit ini dapat diolah menjadi bahan makanan seperti mentega,
bahan tambahan cokelat, bahan baku eskrim, pembuatan asam lemak,
vanaspati, bahan baku berbagai industri ringan dan makanan ternak.
b) Bahan baku kosmetik dan obat-obatan

Minyak kelapa sawit diolah menjadi krim, shampoo, lotion, dan vitamin A, hal
ini dikarenakan minyak kelapa sawit lebih mudah diserap kulit dibandingkan
jenis minyak lain.

c) Bahan baku industri berat dan ringan

Minyak kelapa sawit cukup baik digunakan dalam industri berat sebagai
pelumas dikarenakan tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, dalam industri
ringan minyak kelapa sawit dijadikan salah satu bahan baku pembuatan sabun,
semir sepatu, lilin, deterjen, dan tinta cetak.

d) Biodesel

Melalui proses esterfikasi minyak sawit digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel. Biodiesel B30 adalah bahan bakar yang berasal dari campuran minyak
sawit 30% dan minyak solar 70%. Dengan kondisi tersebut, pada tahun 2020
Indonesia berhasil menghemat devisa sebesar Rp63,4 triliun dan mengurangi
emisi gas rumah kaca sebesar 14,34 juta ton CO2.4 Okt 2021.
BAB III

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Dalam pembukaan lahan perkebunan sawit tentu saja mempunyai berbagai


cara. Salah satunya dengan cara pembakaran lahan hutan yang menyebabkan kerusakan
ekosistem dan pencemaran udara.  Penyebab kebakaran hutan dan lahan berhubungan
langsung dengan perilaku manusia yang menginginkan percepatan penyiapan lahan (land
clearing) untuk persiapan penanaman komoditas perkebunan. Para pihak yang
berkepentingan ingin segera menyiapkan lahan dengan biaya yang serendah-rendahnya dan
sekaligus mengharapkan kenaikan tingkat kemasaman (pH) tanah (dari sekitar 3 sampai 4
menjadi 5 sampai 6) agar tanaman perkebunan sawit dapat tumbuh dengan baik, tetapi ketika
pembakaran lahan berlangsung api tidak dikontrol dengan baik sehingga lahan gambut yang
mudah sekali terbakar menyebabkan api cepat merambat ke lahan disekitarnya.

Pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit diharapkan menanam bibit


yang berkualitas baik, namun praktik dilapangan sering kali bibit yang disediakan oleh
perusahaan dimanfaatkan sebagai kepentingan ekonomi pribadi sehingga bibit yang
berkualitas baik ditukar dengan bibit yang tidak berkualitas yang kemudian baru disadari
ketika sawit dalam masa produktifnya, sehingga perlu pergantian bibit lagi.

Pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit
dengan intensitas curah hujan yang rendah menyebabkan tingginya angka kejadian kebakaran
hutan di Pulau Kalimantan. Dampak perubahan iklim dikaji dengan menganalisis hubungan
antara intensitas curah hujan, jumlah kejadian kebakaran hutan dan perubahan luas hutan di
Provinsi Kalimantan Barat. Kebakaran hutan sering kali menimbulkan kabut asap sehingga
banyak masyarakat terserang infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), jarak pandang terbatas
dan aktivitas sekolah serta penerbangan terganggu, kurangnya daerah resapan air
menyebabkan banjir ketika hujan datang, sungai-sungai disekitar mengalami pendangkalan
sehingga air menjadi keruh dan ekosistem air menjadi terganggu, serta beberapa hewan
menjadi sangat langka dikarenakan habitatnya rusak.

Permasalahan ditambah dengan kenaikan harga kelapa sawit yang menerpa


Indonesia belakangan ini.Masalah ini sebenarnya masuk kedalam masalah skala
nasional.Permasalahan ini dikarenakan skema ekspor yang belum sesuai rencana .Meskipun
pemerintah sudah menetapkan tarif pungutan ekspor semua produk minyak sawit mentah
(CPO) dan turunannya menjadi nol. Tujuannya agar ekspor kembali bergeliat dan harga
tandan buah segar Bukan hanya pengusaha, melainkan petani sawit pun juga merasakan
kesulitan lebih parah. Harga TBS saat ini sudah menyentuh titik terendah, mencapai Rp
400/Kg dari harga normal di kisaran Rp 4.000/Kg. (TBS) petani kembali terangkat.
Sayangnya, hingga kini hal itu belum terjadi.

Petani/swadaya,plasma,koperasi di Ketapang membuka lahan dengan cara 


dengan sistem tebang-tebas bakar karena cara ini dianggap lebih mudah dan murah. Adanya
penerapan sistem pembukaan lahan seperti ini ternyata telah memberikan dampak negatif
bagi masyarakat, antara lain: terjadinya kebakaran hutan dan lahan, sebagaimana dinyatakan
sebagian besar responden Desa Sungai Pelang, Sungai Besar, dan Pematang Gadung.

Hama kelapa sawit di beberapa desa di Ketapang sangat mengganggu petani


terutama hama-hama seperti,hama tikus adalah hama yang paling sering ditemui, dan terdapat
di seluruh desa. Di desa Sungai Besar, Pematang Gadung, Sungai Pelang dan Mekar Raya
sebagian kecil petani melakukan upaya pengendalian yaitu dengan cara menggunakan racun
tikus dan pembersihan lahan, sisanya menyatakan tidak melakukan upaya pengendalian
karena umumnya serangan masih sedikit. Selain hama tikus masih ada Hama
Orytes/kumbang merupakan hama yang paling sering ditemukan setelah tikus di seluruh desa
studi. Beberapa petani di desa Pematang Gadung, Sungai Pelang dan Sungai Besar
menyatakan dalam melakukan pengendalian umumnya mereka menggunakan pestisida ,dan
yang terakhir ditemukan hama ulat api atau hama ulat kantong di selurug desa di Ketapang.

Di Kabupaten Ketapang sendiri harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di
wilayah Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), terus mengalami penurunan. Kini
harga TBS petani swadaya di sana rata-rata hanya dibanderol dibawah Rp1,700 per
kilogram.Bahkan ada daerah di Ketapang yang harga sawit perkilonya Rp 800 per kilogram

BAB IV
KONDISI PETANI

Memiliki lahan sawit ternyata berdampak positif juga bagi para petani sawit.
Salah satunya adalah meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), memperluas lapangan
pekerjaan, meningkatkan produktivitas dan daya saing pekerjaan., serta memenuhi kebutuhan
konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri bahkan bisa melakukan ekspor ke manca
negara.Seperti yang terjadi Ketapang dimana setiap desa memiliki penghasilan yang beragam
dengan rata-rata pendapatan per tahun yang diperoleh khusus dari sawit mandiri paling tinggi
adalah di Desa Gema (Rp 23.151.765/tahun), diikuti Desa Pematang Gadung (Rp
21.022.625,-/tahun), Desa Mekar Raya (Rp 17.396.625/tahun), Desa Sungai Besar (Rp
11.314.533/tahun), Desa Sungai Pelang (Rp 9.380.480/tahun), Desa Batu Daya Rp 7.581.818/
tahun dan Desa Kemora Rp 5.625.000/ tahun.Meskipun terlihat berpenghasilan
tinggi,penghasilan tersebut dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Kesejahteraan petani yang bergantung dengan harga sawit


perkilonya.Sedangakan harganya dapat berubah setiap saat karena berbagai macam
penyebab,entah skala nasional ataupun skala global.Bahkan disalah satu daerah di Ketapang
yaitu wilayah Sandai penurunan harga sangat tajam. Pada Senin kemarin, harga sawit di
wilayah itu masih Rp1,500/kg. Keesokan harinya (Selasa), harga sawit petani swadaya di
sana Rp1,100/kg. Dan, pada Rabu harga sawit petani swadaya di sana terjun bebas ke angka
Rp800/kg.
Namun para petani sawit di Ketapang tetap merasakan perubahan ,bahwa
melalui berkebun sawit, sumber pendapatan yang awalnya hanya berasal dari upah sebagai
buruh tidak tetap, maka saat ini mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan dari sawit
walaupun hasilnya hanya sedikit.Meskipun petani merasakan kesejahteraan mayoritas petani
tidak merubah gaya hidupnya,selain itu akses jalan dan komunikasi menjadi lebih baik
meskipun belum secara signifikan dan merata.Maka dari itu para petani menaruh harapan
kepada pemerintah untuk Pemerintah memberikan perhatian kepada petani sawit mandiri,
Pemerintah memberi bantuan pendampingan agar dapat melakukan penjualan TBS secara
langsung ke PKS, adanya bantuan pupuk,bibit unggul, saprodi, adanya
pembinaan/penyuluhan tentang budidaya sawit, adanya kebijakan pemerintah yang
mendorong perubahan harga sawit.

Anda mungkin juga menyukai