Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia mempunyai sumber daya

alam yang sangat begitu melimpah yang salah satunya

terletak di daerah Kalimantan Tengah yang memiliki

ibu kota di Palangkaraya ,dan juga merupakan

provinsi terluas ke 2 di Indonesia yang memiliki

kekayaan alam dibidang perkebunan, pariwisata,

pertanian, pertambangan, perikanan dan dibeberapa

sektor lainnya. Yang paling menonjol diantara yang

lainnya adalah pada bidang perkebunannya, yang

mana memiliki luas 153.564,60 km dengan hutannya

yang masih sangat luas dan hijau yang tentu saja

dimanfaatkan oleh masyarakat Kalimantan Tengah

untuk melakukan kegiatan pada bidang perkebunan.

Kelapa sawit merupakan produk unggulan dari

1
provinsi Kalimantan Tengah yang pada tahunnya

produktivitas kelapa sawit mencapai 4,09 ton per ha

dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 762.573 orang.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan

produktivitas rata-rata Indonesia yang hanya sekitar

2,92 ton per ha, sedangkan Indonesia berpotensi

mencapai 25 ton per ha CPO di areal sawit tersebut.

Penguasaan lahan sawit di Kalimantan Tengah

dibawah tata kelola tangan swasta diduga kuat

mempengaruhi produktivitas sawit. Data TUK

Indonesia yang dirilis November 2019 lalu mencatat

lahan sawit seluas 1,6 juta hectare di Kalimantan

Tengah dikuasai oleh 183 perusahaan swasta yang

didominasi Golden Agri Resources(Sinar Mas Group)

seluas 192.545 hektare dan Sawit Sumbermas Sarana

2
(Tanjung Lingga Group) 135.471 hektare. (BPS,

2020).

Dilihat dari luasnya perkebunan di Kalimantan

Tengah. Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah

merancang peta kawasan perkebunan. Namun tidak

semua masyarakat khususnya masyarakat di

Kalimantan Tengah mengetahui informasi berapa luas

masing-masing perkebunan dan jumlah produksi dari

masing-masing perkebunan tersebut untuk itu dengan

adanya sistem informasi geografis ini nantinya

mampu memberikan informasi-informasi yang

dibutuhkan mengenai pemetaan sebuah data dari

komoditas perkebunan sehingga masyarakat akan

mudah mengetahui informasi geografis sebuah

perkebunan apa saja yang terdapat di Kalimantan

3
Tengah karena diakses melalui jaringan internet yang

tentunya lebih akurat dan mudah di akses.

Sistem informasi geografis sudah banyak

diterapkan di berbagai macam wilayah dan komoditas

salah satunya di jurnal milik Zulafwan yang berjudul

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Perkebunan

Sawit Berbasis Web, untuk itu penulis bertujuan

untuk mebuat Sistem Informasi Geografis yang

memetakan luas perkebunan berdasarkan luas dan

jumlah produksi di Kalimantan Tengah, yang

tentunya mencakup beberapa komoditas perkebunan

tidak hanya perkebunan sawit saja.

Sistem Informasi Geografis Pemetaan daerah

perkebunan berdasarkan luas dan jumlah produksi di

Kalimantan Tengah ini diharapkan mampu

memberikan informasi agar masyarakat khususnya

4
masyarakat di Kalimantan Tengah dapat mengetahui

peluang-peluang yang bisa di hasilkan dari jenis

perkebunan yang memiliki jumlah produksi

terbanyak.

I.2 Tujuan

Untuk menambah wawasan mahasiswa dalam

kegiatan Pengelolaan Lahan Perkebunan Kelapa

Sawit Berkelanjutan di Kalimantan Tenga, yaitu di

PT. Wilmar STP 2.

I.3 Tempat dan Waktu

PT. Wilmar STP 2, 17 Maret 2023

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas 153.567

Km² (15.356.700 Ha) merupakan Provinsi terbesar

ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.004.000

jiwa dengan kepadatan 13 jiwa per km², terdiri dari 13

Kabupaten dan 1 Kota, 107 Kecamatan, 116 Kelurahan

dan 1.356 Desa. Berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi (RTRWP) yang ditetapkan dalam

Perda No. 08 tahun 2003 yang membagi atas kawasan

hutan seluas 10.294.853,52 Ha (67,4%) dan kawasan

non hutan seluas 5.061.846,48 Ha (32,96%). Disamping

itu Kalimantan Tengah memiliki lahan gambut di

wilayah selatan dengan luas mencapai 3.010.640 Ha

dengan kedalaman 0 – 2 meter seluas 1.496.87 Ha,

kedalaman > 2m seluas 1.513.765 Ha. Saat ini Provinsi

6
Kalimantan Tengah terdapat lahan sangat kritis seluas

2.383,923 Ha, kritis seluas 2.100,046 Ha, agak kritis

seluas 2.786.880 Ha, dengan demikian total lahan kritis

7.270,850 Ha (HOB, 2007).

Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai potensi

sumberdaya lahan yang potensial dimana sektor

perkebunan adalah pemanfaat ruang terbesar bagi

Perkebunan besar Swasta/Perusahaan Besar Nasional

maupun Perkebunan Rakyat. Saat ini, pencapaian

produksi sektor perkebunan masih berada dibawah

produksi potensial. Keadaan tersebut dikarenakan sistem

budidaya yang masih belum optimal dan disebabkan

oleh belum seriusnya penangganan faktor-faktor

perlindungan tanaman dan gangguan usaha sektor

perkebunan sebagai salah satu bagian sangat penting

dalam mengamankan produksi.

7
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh masing-

masing sektor terlihat dari masing-masing kontribusi

sektor terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB). Pertumbuhan sektor mempengaruhi

kesejahteraan ekonomi secara agregat suatu daerah,

dimana sektor yang kontribusinya kecil terhadap PDRB

kurang diandalkan dan dianggap tidak effisien. Kegiatan

yang mengandalkan pada suatu sektor tertentu

merupakan ciri dari perekonomian pasar yang

diperankan oleh pihak swasta yang bersifat jangka

pendek dan homogen.

Struktur perekonomian Kalimantan Tengah saat

ini menunjukkan bahwa usaha perkebunan menjadi salah

satu pengungkit (leverage) dan penggerak utama (prime

mover) kemajuan daerah, oleh karena itu perlu dilakukan

revitalisasi agar kinerja pembangunan/usaha perkebunan

8
di daerah ini mencapai potensi optimal. Sumbangan

sektor pertanian dalam pembentukan PDRB 8 Provinsi

Kalimantan Tengah dalam 5 tahun terakhir yakni 2002-

2006 rata-rata 37,07% per tahun. Dari angka tersebut,

kontribusi sub sektor perkebunan menempati posisi

tertinggi pada sektor pertanian ini, dengan rata-rata

14,6% per tahun, sedangkan sektor-sektor lain pada

sektor pertanian adalah: Sub Sektor Tanaman Bahan

Makanan 6,90%, Sub Sektor Perikanan 5,10%, Sub

Sektor Kehutanan 6,80%, Sub Sektor Peternakan 3,70%.

Pencapaian potensi produksi diupayakan melalui

perbaikan teknis budidaya, konservasi, pencegahan dan

penyelesaian konflik, early warning system terhadap

bencana serta penyelesaian hukum. Karena itu,

pengamanan proses produksinya perlu pengawalan

sistem perlindungan, agar pencapaian potensi produksi

9
dapat dicapai adalah dengan meminimalisir masalah-

masalah usaha perkebunan yang berupa kerusakan akibat

serangan Organisme Pengganggu Tanaman, kebakaran,

tanah longsor, kekeringan, penjarahan produksi,

tumpang tindih lahan, dan gangguan usaha lainnya.

10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hari Jum’at tanggal 17 Maret 2023, kami

diberi arahan untuk keruang aula untuk mendengarkan

materi Pengelolaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan di Kalimantan Tengah yang disampaikan

bapak Dr. Erwin Dafis Nasution., SP., M.Si berikut

penyampaian beliau

 Kelebihan dari kelapa sawit yaitu :

 Sangatlah efisien dalam menghasilkan

minyak

 Hanya memerlukan luas lahan yang lebih

sedikit dari tanaman sumber nabati lainnya

 Harga yang murah, rendah kolesterol, dan

memiliki kandungan karoten tinggi

11
 Kelapa sawit adalah bahan hemat sumber

daya, sehat, dan serbaguna

 Minyak kelapa sawit dapat diproduksi secara

bertanggung jawab dengan metode

perkebunan berkelanjutan.

 Permasalahan Perkebunan Kelapa Sawit

 Konflik kepemilikan lahan

 Hak wajib para pekerja berupa bonus dari

perusahaan

 Layanan terhadap para petani kelapa sawit

 Konservasi hutan dan lahan gambut

 Pemupukan Manual

Pemupukan manual menggunakan tenaga

manusia banyak para ibu-ibu yang berkerja

sebagai pemupuk dan para pekerja harus

menggunakan APD lengkap. Sebelum

12
melakiukan pemupukan setap pagi semua pekerja

melakukan brifing dalam pemakaian cepuk dan

takaran. Dalam hal ini ibu-ibu melakukan

pemupukan dengan cara mengaplikasikan dari

pasar tengah (pohon bagian tengah) dengan cara

mengelilingi pohon sesuai dosis 0,75kg untuk 1

pohon dengan jarak 1,5 meter dari piringan

pemupukan. Adanya pemupukan yang kurang

dosis bias mengakibatkan kelapa sawit menjadi

kurus dan banyaknya hama. Jadwal pemupukan

dilakukan untuk pupuk NPK pada bulan Januari

harus selesai (habis) dan untuk pupuk kusbar

pada bulan Maret harus selesai (habis).

13
1) Setelah selesai kegiatan tadi, kami dipandu lagi

oleh bapak Afif yang menejelaskan tentang

pemanenan. Pemanenan ditandai dengan

brondolan buah kelapa sawit yang jatuh kebawah

minimal 10 biji dan ditimbang menggunakan stik

brondolan, akan tetapi kalua buahnya jenjang

perhitungannya pakai barkot stempel. Hal

tersebut menandakan tandan pohon kelapa sawit

sudah siap dipanen

14
Setiap selesai panen buah kelapa sawit

dikumpulkan di TPH (Tempat Pengumpulan

Hasil), ditempat TPH diberi kode barcode agar

krani dapat mendeteksi hasil panen di TPH

tersebut. Akan tetapi sebelum petani mengisi data

melalui kode barcode petani harus melakukan

grading, yaitu memisahkan buah bagus/sehat dan

buah rusak/jangkos.

15
2) Setelah di pembahasan pemanenan kami pun

pindah tempat ke pabrik kelapa sawit.

Pelaksanaan kerja pabrik bias mencapai 45 ton

perjam. Dalam proses produksi para pekerja

dihimbau agar menggunakan APD yang lengkap

dari helem sampai sepatu.

Buah yang telah dipanen akan diangkut

ke pabrik dan buah yang masuk akan ditimbang

terlebih dahulu. Tempat penimbangan buah hasil

panen tersebut bernama “station grading”,

ditempat tersebut sotir akan memilih buah yang

boleh masuk antara buah mentah, mangkal dan

masaknya.

Setelah ditimbang buah pun akan ditaroh

di pengisian buah dengan kapasitasnya 30 ton

perunit, lalu direbus dalam proses 3 tabungan.

16
Dalam tabung tersebut ada yang digunakan untuk

hasil pembuangan sisa rebusan dan boiler untuk

sisa asap produksinya. Setelah itu dilakukan

perebusan buah dengan air mendidih 100 derajat,

75-80m untuk perebusannya. Tahap selanjutnya,

trecing/treser yang berfungsi untuk brondolsn

ysng berputar, lalu mengeluarkan jangkos yang

sudah diperas. Setelah itu brondolan dipisahkan

dari jangkos di casting maka brondolan akan

dilematkan. Sisa ampas pabrik dikirim melalui

pompa.

17
3) Pengelolaan limbah diawasi proses kimiawi,

pendinginan dan sprei listrik (boiler). Di dalam

boilker banyak pipa air, PLTA yaitu penghasil

listrik tenaga uap, boiler yang berapi-api itu

dalam hal juga penghasil listrik tenaga uap.

Proses pengolahan pengolahan Tandan Buah

Segar kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil

(CPO) akan menghasilkan limbah padat dan

limbah cair. Khusus berkaitan dengan limbah

18
yang dihasilkan dari hasil pengolahan PKS,

diperlukan penanganan dan pemanfaatan kembali

produk hasil samping yang dihasilkan agar tidak

menjadi beban lingkungan.

19
IV. PENUTUP

KESIMPULAN :
1) Sistem Informasi Geografis yang memetakan

luas perkebunan berdasarkan luas dan jumlah

produksi di Kalimantan Tengah, yang tentunya

mencakup beberapa komoditas perkebunan tidak

hanya perkebunan sawit saja.

2) pencapaian produksi sektor perkebunan masih

berada dibawah produksi potensial. Keadaan

disebabkan oleh belum seriusnya penangganan

faktor-faktor perlindungan tanaman dan

gangguan usaha sektor perkebunan sebagai salah

satu bagian sangat penting dalam mengamankan

produksi.

3) Pemupukan manual menggunakan tenaga

manusia banyak para ibu-ibu yang berkerja

20
sebagai pemupuk dan para pekerja harus

menggunakan APD lengkap

4) Pemanenan ditandai dengan brondolan buah

kelapa sawit yang jatuh kebawah minimal 10 biji

dan ditimbang menggunakan stik brondolan,

akan tetapi kalua buahnya jenjang

perhitungannya pakai barkot stempel

5) Buah yang telah dipanen akan diangkut ke pabrik

dan buah yang masuk akan ditimbang terlebih

dahulu.

SARAN :
Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

bernama PT. Wilmar SPT 2 sudah beroperasional

dengan baik dan meperhatikan kondisi keamanan

para pekerjanya.

21
V. DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, A., Nizar, R., & Mutryarny, E. (2018). Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi

Kelapa Sawit

Arsyad, I. (2019). Perluasan Perkebunan Sawit,

Ancaman bagi lingkungan maupun tradisi.

Ekuatorial

Arsyad, I., & Maryam, S. (2017). Analisis Faktor –

Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa

Sawit Pada Kelompok Tani Sawit Mandiri. Jurnal

Ekonomi Pertanian Dan Pembangunan

Saprida, & Pratiwi, M. (2019). Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Produksi Crude Palm Oil

(CPO)

22
Prasetia, H. (2017). Optimalisasi pengelolaan

berkelanjutan kebun sawit swadaya di Kabupaten

Seruyan, Kalimantan Tengah, Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai