PERENCANAAN BISNIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen (MM)
Disusun Oleh :
2021
BAB 1 INTRODUCTION
1.1 Background
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai 17.504 pulau. Dua pertiga
bagiannya terdiri dari perairan. Serta memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah
Kanada. Pemerintah telah mencanangkan kebijakan pembangunan strategis yang
diarahkan pada pembangunan sumberdaya alam pesisir dan laut. Alasan pokok kebijakan
tersebut adalah kondisi fisik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,
luas laut sekitar 3.1 juta km2atau 62% dari luas teritorialnya.
Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk serta semakin
menipisnya sumber daya alam di daratan, pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi
global dari poros Eropa-Atlantik menjadi poros Asia-Pasifik yang diikuti perdagangan
bebas dunia pada tahun 2015 menjadikan kekayaan laut Indonesia menjadi aset nasional
dalam menuju era industrialisasi. Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama
untuk pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agribisnis,
agroindustri, dan pelabuhan (Muchlisin, 2004).
Keanekaragaman hayati laut Indonesia memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan
baik bagi kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif. Kemampuan produksi
perikanan tangkap (di laut dan danau) di Indonesia total mencapai 6,89 juta ton. Dari
potensi mikro flora-fauna kelautan yang ada belum tereksplorasi dengan baik sebagai
penyangga pangan fungsional pada masa depan. Indonesia memiliki banyak lahan
produktif yang seharusnya dapat diimanfaatkan oleh masyarakat. Luas lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk tambak di Indonesia tahun 2019 mencapai 3.9 juta hektar dan
pemanfaatannya baru mencapai sekitar 0.8 juta hektar. Artinya masih terdapat peluang
sekitar 3.1 juta hektar untuk mengembangkan lahan produktif tersebut (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2019). Selain faktor lahan tambak yang dimanfaatkan, peran
teknologi yang diterapkan juga mempengaruhi peningkatan produksi budidaya tambak.
Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk potensi
di perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan 302.130 Ha
(10,7%). Secara spesifik, khusus untuk perairan umum daratan (danau dan waduk), luas
secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan didapat luasan potensial budidaya air
tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya KJA di perairan umum
saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%. Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air tawar
disebabkan karena belum terkelolanya secara optimal potensi tersebut akibat tumpang
tindihnya pemanfaatan potensi lahan budidaya air tawar, serta belum terbukanya secara
mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air tawar tersebut.
Potensi luas areal budidaya air payau saat ini tercatat 2.964.331 Ha, dengan tingkat
pemanfaatan 650.509 Ha (21,9%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air payau
disebabkan karena pengelolaan kawasan potensial budidaya air payau masih berada/
bersinggungan dengan kawasan mangrove, sehingga pemanfaatan potensi lahan budidaya
air tersebut harus sejalan dengan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Selain itu
belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air payau
serta minimnya prasarana penunjang lainnya di kawasan potensial, menyebabkan
pemanfaatan masih relatif kecil.Budidaya merupakan salah satu pembudidayaan yang
dilakukan manusia di Indonesia. Tambak merupakan kolam buatan yang biasanya ada di
sekitar pesisir pantai yang di isi air dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan.
Hewan yang dibudidayakan seperti hewan air terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan tambak ini biasanya di hubungkan dengan air payau atau air laut. Tambak
tersebut berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang pada umummya proses
budidaya tambak sangat membantu dalam hal kondisi ekonomi karena memberikan
lapangan pekerjaan, membantu kebutuhan keluarga, pendapatan yang menjanjikan.
Dari persepsi dan partisipasi pada budidaya tambak dapat mempengaruhi dari
beberapa faktor seperti strata sosial, pendidikan. pengetahuan terhadap hukum, dan
kearifan lokal,begitupun juga perlu adanya dukungan dari seluruh masyarakat. Potensi
sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, dan mempunyai ciri
tersendiri serta kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang ada.
Sumber daya alam pada suatu daerah biasanya dapat menentukan mata pencaharian
sebagai sumber ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sektor pertanian
tambak merupakan sektor yang sangat penting bagi Negara berkembang, seperti halnya
Indonesia. Tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaan air yang cukup merupakan
faktor pendukung pertanian di Indonesia. Pertanian tambak merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakat Indonesia. Pengelolaan tambak di Indonesia masih terbatas.
Keterbatasan modal dan
lahan sempit merupakan salah satu kendala dalam pengelolaan.
Pengaruh teknologi dalam budidaya tambak sangatlah berpengaruh tinggi salah satunya
eFisheryFeeder adalah pemberi pakan atau feeder otomatis untuk ikan dan udang yang
bisa meningkatkan Feed Conversion Rate atau FCR, mengurangi jumlah pakan terbuang,
dan menekan biaya produksi perikanan pembudidaya. Produk ini adalah salah satu
produk andalan eFishery, dirintis sejak tahun 2013. EFisheryFeeder juga menjadi salah
satu produk pembudidaya yang terkenal karena smart feeder ini berhasil memecahkan
salah satu isu terbesar di bisnis budidaya tambak, yaitu efisiensi pakan.
1.2 Problems
Bisnis budidaya perikanan memakan biaya yang tidak sedikit sehingga pelaku
bisnis menginginkan bisnis budidaya perikanan dengan tingkat risiko yang rendah.
Pelaku bisnis perikanan menginginkan penghasilan usaha budidaya perikanan yang layak.
Hal ini tentunya menjadi harapan banyak pelaku bisnis.
BAB II
2.1 Framwork
b. Peluang
1. Pemerintah, Investor, dan Para pelakuk usaha dengan mudah bersinergi dalam
memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal, kerjasama yang terikat dan
diketahui oleh pemerintah setempat yang merupakan tuntukan yang sangat
mendesak saat ini untuk kemakmuran rakyat, terutama untuk peningkatan
kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, serta pemenuhan gizi
masyarakat indonesia.
2. Pemerintah telah membuat aturan dan teknis yang jelas terperinci dalam
ketentuan penyelenggaraan kesejahteraan ikan pada ikan budidaya pada
Permen KKP No 6 Tahun 2020, sehingga pelaku usaha budidaya perikanan
dapat mengacu setiap kegiatan usaha budidaya melalui peraturan tersebut
3. Upaya pemerintah dalam merangkul para pembudidaya perikanan dengan
melakukan kebijakan strategis Program Asuransi Perikanan bagi Pembudidaya
Ikan Kecil (APPIK)
2.3.2 Economic
Faktor ekonomi di Indonesia yang saat ini bisa di lihat perkembangannya sangat
baik dilihat dari sisi strategi bisnis dan pemanfaatan teknologi yang sangat
mendukung dengan system autofeeder sehingga membuat para pelaku bisnis
budidaya perikanan percaya diri untuk mempertahankan bisnisnya. Faktor
ekonomi yang mempengaruhi bisnis budidaya perikanan adalah sebagai berikut:
a. Ancaman
Akses untuk permodalan bagi pengembangan usaha perikanan tangkap terbatas
meliputi :
Peluang yang dapat muncul dari bisnis budidaya perikanan ini adalah adanya
adanya penyediaan modal usaha dalam bentuk lahan dan prasarana untuk
mendukung kegiatan budidaya perikanan dengan perjanjian kerjama dalam waktu
tertentu dan adanya penyuluhan terkait risiko bisnis budidaya perikanan yang
diterima oleh para pelaku bisnis budidaya perikanan dan penyuluhan adanya
asuransi budidaya perikanan
2.3.3 Social
a. Peluang
Adapun peluang yang bisa terjadi pada bisnis budidaya perikanan melalui
pemanfaatan autofeeder yaitu
b. Ancaman
Adapun ancaman yang bisa terjadi pada bisnis budidaya perikanan melalui
pemanfaatan autofeeder yaitu Kurangnya keingintahuan pelaku usaha budidaya
perikanan terkait dengan pemanfaatan teknologi autofeeder.
2.3.2 Teknologi
Teknologi berperan besar dalam suatu bisnis Kemajuan teknologi dapat
mempengaruhi produk, layanan, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan,
operasional, pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi
a. Peluang
1. Proses pemanfaatan teknologi autofeeder mampu menjaga nilai survival rate
yang tinggi.
2. Nilai efisiensi yang lebih tinggi karena dalam proses pemberian pakan sudah
terautomasi menggunakan autofedeer
3. System budidaya yang terkontrol dan termonitoring secra real time, baik dari
pertumbuhan ikan maupun media yang digunakan dalam proses budidaya
b. Ancaman
A. STRENGHT
1. Kemampuan Sumber Daya manusia dan Sumber Daya Alam yang sangat
mendukung di Indonesia
2. Akses sarana dan prasarana budidaya yang mudah dan berdampingan dengan
pusat kota
3. po
4. Memiliki system budidaya perikanan dengan metode sharing profit dan system
kepemilikan berkala yang bisa dimiliki para pelaku usaha budidaya.
B. WEAKNESS
1. Perkembangan teknologi di era 4.0 pemanfaatan teknologi budidaya perikanan
masih rendah.
2. Kurangnya riset dan pengembangan modal usaha dalam budidaya perikanan.
3. Kesulitan dalam mencari investor untuk modal usaha.
4. Jangka waktu kepemilikan lahan budidaya perikanan terkesan lama.
5. Penentuan standar mutu produk budidaya.
A. Opportunities
1. Keadaan geografis lahan tambak yang mendukung dan strategis
2. Permintaan terhadap hasil tambak yang tinggi (komoditi ekspor yang
laris)
3. Adanya pengembangan teknologi autofeeder yang membantu dalam
usaha bisnis budidaya perikanan
4. Dukungan pemerintah daerah dan perbankan dalam pemanfaatan
teknologi autofeeder
B. Threat
1. Permintaan kebutahan pasar yang berubah-ubah
2. Kurangnya kesadaran petani ikan terhadap pemanfaatan teknologi
autofeeder
3. Perkembangan teknologi yang cepat sehingga melahirkan kompetitor
yang lebih maju
4. Potensi pemutusan kontrak kerjasama secara sepihak yang dilakukan oleh
petani atau pelaku budidaya.
Sumber
Jimmy, P., & Mustamu, R. H. (2019). Analisis Strategi Pada Perusahaan Plastik Dengan
Porter Five Forces. Agora, 3(1), 736–741.
https://media.neliti.com/media/publications/36308-ID-analisis-strategi-pada-
perusahaan-plastik-dengan-porter-five-forces.pdf
Putra, G. R., Tama, I. P., & Efranto, R. Y. (2014). Perencanaan Strategi Bisnis dengan
Menggunakan Strategy Formulation Framework Guna Meningkatkan Keunggulan
Bersaing (Studi Kasus : Koperasi Unit Desa “BATU”). Jurnal Rekayasa Dan
Manajemen Sistem Industri, 2(1), 207–218.
https://media.neliti.com/media/publications/128756-ID-perencanaan-strategi-bisnis-
dengan-mengg.pdf