Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Bisnis Budidaya Perikanan dengan Penggunaan Teknologi Autofeeder

PERENCANAAN BISNIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen (MM)

Disusun Oleh :

Mohammad Faisal Jamaluddin Malik 20200103148

Adisti Hakim W 20200103153

Tito Widayanto 20200103161

Ima Wijayanti 20200103172

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2021
BAB 1 INTRODUCTION
1.1 Background
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai 17.504 pulau. Dua pertiga
bagiannya terdiri dari perairan. Serta memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah
Kanada. Pemerintah telah mencanangkan kebijakan pembangunan strategis yang
diarahkan pada pembangunan sumberdaya alam pesisir dan laut. Alasan pokok kebijakan
tersebut adalah kondisi fisik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,
luas laut sekitar 3.1 juta km2atau 62% dari luas teritorialnya.
Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk serta semakin
menipisnya sumber daya alam di daratan, pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi
global dari poros Eropa-Atlantik menjadi poros Asia-Pasifik yang diikuti perdagangan
bebas dunia pada tahun 2015 menjadikan kekayaan laut Indonesia menjadi aset nasional
dalam menuju era industrialisasi. Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama
untuk pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agribisnis,
agroindustri, dan pelabuhan (Muchlisin, 2004).
Keanekaragaman hayati laut Indonesia memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan
baik bagi kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif. Kemampuan produksi
perikanan tangkap (di laut dan danau) di Indonesia total mencapai 6,89 juta ton. Dari
potensi mikro flora-fauna kelautan yang ada belum tereksplorasi dengan baik sebagai
penyangga pangan fungsional pada masa depan. Indonesia memiliki banyak lahan
produktif yang seharusnya dapat diimanfaatkan oleh masyarakat. Luas lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk tambak di Indonesia tahun 2019 mencapai 3.9 juta hektar dan
pemanfaatannya baru mencapai sekitar 0.8 juta hektar. Artinya masih terdapat peluang
sekitar 3.1 juta hektar untuk mengembangkan lahan produktif tersebut (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2019). Selain faktor lahan tambak yang dimanfaatkan, peran
teknologi yang diterapkan juga mempengaruhi peningkatan produksi budidaya tambak.

Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk potensi
di perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan 302.130 Ha
(10,7%). Secara spesifik, khusus untuk perairan umum daratan (danau dan waduk), luas
secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan didapat luasan potensial budidaya air
tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya KJA di perairan umum
saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%. Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air tawar
disebabkan karena belum terkelolanya secara optimal potensi tersebut akibat tumpang
tindihnya pemanfaatan potensi lahan budidaya air tawar, serta belum terbukanya secara
mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air tawar tersebut.

Potensi luas areal budidaya air payau saat ini tercatat 2.964.331 Ha, dengan tingkat
pemanfaatan 650.509 Ha (21,9%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air payau
disebabkan karena pengelolaan kawasan potensial budidaya air payau masih berada/
bersinggungan dengan kawasan mangrove, sehingga pemanfaatan potensi lahan budidaya
air tersebut harus sejalan dengan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Selain itu
belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air payau
serta minimnya prasarana penunjang lainnya di kawasan potensial, menyebabkan
pemanfaatan masih relatif kecil.Budidaya merupakan salah satu pembudidayaan yang
dilakukan manusia di Indonesia. Tambak merupakan kolam buatan yang biasanya ada di
sekitar pesisir pantai yang di isi air dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan.
Hewan yang dibudidayakan seperti hewan air terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan tambak ini biasanya di hubungkan dengan air payau atau air laut. Tambak
tersebut berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang pada umummya proses
budidaya tambak sangat membantu dalam hal kondisi ekonomi karena memberikan
lapangan pekerjaan, membantu kebutuhan keluarga, pendapatan yang menjanjikan.

Dari persepsi dan partisipasi pada budidaya tambak dapat mempengaruhi dari
beberapa faktor seperti strata sosial, pendidikan. pengetahuan terhadap hukum, dan
kearifan lokal,begitupun juga perlu adanya dukungan dari seluruh masyarakat. Potensi
sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, dan mempunyai ciri
tersendiri serta kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang ada.
Sumber daya alam pada suatu daerah biasanya dapat menentukan mata pencaharian
sebagai sumber ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sektor pertanian
tambak merupakan sektor yang sangat penting bagi Negara berkembang, seperti halnya
Indonesia. Tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaan air yang cukup merupakan
faktor pendukung pertanian di Indonesia. Pertanian tambak merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakat Indonesia. Pengelolaan tambak di Indonesia masih terbatas.
Keterbatasan modal dan
lahan sempit merupakan salah satu kendala dalam pengelolaan.

Usaha budidaya tambak merupakan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan


sumberdaya pesisir pantai. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
petani maupun nelayan daerah pesisir pantai, meningkatkan devisa Negara dan
mengurangi ketergantungan dari produksi perikanan tangkap yang cenderung stagnan.
Potensi budidaya tambak dapat dilihat dari luas tambak Indonesia yang terus mengalami
peningkatan. Luas tambak di Indonesia tahun 2019 mencapai 3.9 juta hektar dan baru
dimanfaatkan sekitar 0.8 juta ha. Artinya masih terdapat peluang sekitar 3.1 juta ha untuk
mengembangkan pesisir pantai Indonesia (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2019).
Selain faktor lahan tambak yang dimanfaatkan, peran teknologi yang diterapkan juga
mempengaruhi peningkatan produksi budidaya tambak.

Pengaruh teknologi dalam budidaya tambak sangatlah berpengaruh tinggi salah satunya
eFisheryFeeder adalah pemberi pakan atau feeder otomatis untuk ikan dan udang yang
bisa meningkatkan Feed Conversion Rate atau FCR, mengurangi jumlah pakan terbuang,
dan menekan biaya produksi perikanan pembudidaya. Produk ini adalah salah satu
produk andalan eFishery, dirintis sejak tahun 2013. EFisheryFeeder juga menjadi salah
satu produk pembudidaya yang terkenal karena smart feeder ini berhasil memecahkan
salah satu isu terbesar di bisnis budidaya tambak, yaitu efisiensi pakan.

Perubahan teknologi yang digunakan membutuhkan perencanaan modal yang tepat,


karena perubahan teknologi ini menyebabkan biaya produksi budidaya tambak semakin
meningkat. Dengan adanya perubahan teknologi ini pembudidaya dapat mengefisienkan
faktorfaktor produksi yang dimiliki, sehingga tujuan dari pembangunan pesisir pantai
yaitu peningkatan kesejahteraan petani. Dari penjelasan diatas dengan adanya
keterbatasaan modal para petani dan belum banyaknya lahan tambak di Indonesia maka
dari itu akan mebuat sebuah bisnis yaitu “ Penyediaan Lahan Tambak Berbasis
Teknologi”

1.2 Problems

1.2.1 Customer Jobs


Pelaku bisnis perikanan yang ada di Indonesia menginginkan adanya kemudahan
dalam mendapatkan modal usaha budidaya perikanan, dimana sampai saat ini banyak dari
pelaku bisnis yang masih melakukan peminjaman uang ke bank sebagai modal awalnya.
Selain itu para pelaku bisnis menginginkan modal usaha budidaya perikanan yang murah.
Alih – alih bisa memulai usaha bisnis dengan modal yang murah, tetapi yang terjadi
sebaliknya yaitu pelaku bisnis bisa saja menghabiskan uang yang lebih banyak dari yang
diperkirakan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan wawasan terkait
bisnis budidaya perikanan sehingga mendorong para pelaku bisnis budidaya perikanan
untuk mengetahui serta memahami bagaimana ilmu dan teknologi budidaya perikanan
yang efektif dan efisien.

Bisnis budidaya perikanan memakan biaya yang tidak sedikit sehingga pelaku
bisnis menginginkan bisnis budidaya perikanan dengan tingkat risiko yang rendah.
Pelaku bisnis perikanan menginginkan penghasilan usaha budidaya perikanan yang layak.
Hal ini tentunya menjadi harapan banyak pelaku bisnis.

1.2.2 Customer Pain


Pelaku bisnis perikanan masih sulit mendapatkan modal untuk memulai bisnis
budidaya perikanan. Masih tingginya bunga pinjaman modal usaha yang didapat oleh
para pelaku bisnis perikanan. Minimnya pendampingan usaha yang dilakukan bagi para
investor maupun regulator terkait dengan usaha budidaya perikanan. Masih kurangnya
penyuluhan terkait risiko bisnis budidaya perikanan yang diterima oleh para pelaku bisnis
budidaya perikanan dan penyuluhan adanya asuransi budidaya perikanan. Masih
rendahnya pendapatan yang diterima oleh para pelaku bisnis perikanan atas perjanjian
yang dilakukan antara kreditur dengan pelaku bisnis.

1.2.3 Customer Gain


Proses kerjasama bisnis yang saling menguntungkan dan meringkan bagi para
calon pelaku bisnis khususnya dalam modal usaha sebesar nol rupiah. Solusi yang tepat
guna bagi para pelaku usaha yang memiliki modal terbatas namun ingin memulai bisnis
di dunia budidaya perikanan. Informasi dan wawasan yang sangat baik yang akan
diterima bagi para pelaku usaha dalam menjalankan proses budidaya perikanan, karena
didampingi langsung oleh praktisi yang berpengalaman. Pemanfaatan teknologi
autofeeder yang bisa menganalisa secara detail baik dari kandungan nutrisi yang ada
dalam kolam budidaya sampai dengan analisa pertumbuhan ikan yang dibudidaya.

1.3 Business Solutions


1.3.1 Pain Reliever
Modal yang harus disiapkan oleh pelaku bisnis budidaya perikanan dalam
memulai bisnisnya sangat besar, solusi yang akan kami tawarkan kepada calon pelaku
bisnis dengan menyediakan modal usaha dalam bentuk lahan dan prasarana untuk
mendukung kegiatan budidaya perikanan dengan perjanjian kerjama dalam waktu
tertentu. Sistem Sharing Profit dalam kerjasama yang dilakukan antara PT Mitra Bisnis
Sepakat dengan Pelaku Bisnis sangat menguntungkan bagi pelaku usaha, dimana dalam
satu periode panen pelaku bisnis mendapatkan pengahasilan yang layak serta adanya
sistem kepemilikan lahan yang akan didapatkan haknya secara penuh untuk pelaku bisnis
dalam periode tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerjasama. Proses
Budidaya Perikanan yang ditawarkan oleh calon pelaku bisnis dengan melakukan
pemanfaatan teknologi autofeeder sehingga memaksimalkan analisa budidaya dengan
tepat guna dari mulai analisa pertumbuhan ikan, kondisi perairan kolam, sampai dengan
kandungan nutrisi yang didapat dari ikan hasil budidaya tersebut tanpa melibatkan
banyaknya sumberdaya manusia.

1.3.2 Gain creator


Persiapan lahan usaha budidaya perikanan hanya memakan waktu estimasi 1-2
Bulan sudah bisa dilakukan untuk proses budidaya, berbeda hal nya dengan konsultan
lain yang masih memerlukan waktu yang lebih dari 5 bulan. Fokus pada pemanfaatan
teknologi autofeeder yang pada umumnya masih belum dilakukan oleh para pembudidaya
perikanan di Indonesia. Sistem sharing profit yang diterapkan mampu meringankan bagi
pelaku usaha yang akan memulai bisnis budidaya perikanan serta hak atas kepemilikan
lahan budidaya tersebut atas perjanjian kerja yang dilakukan.

1.3.3 Product & Services


Penyediaan lahan usaha budidaya perikanan yang sudah disediakan oleh PT Mitra
Bisnis Sepakat untuk dikelolah bersama dengan pelaku bisnis secara berkesinambungan.
Pendampingan usaha yang dilakukan oleh PT Mitra Bisnis Sepakat dalam melakukan
proses budidaya perikanan, agar bisnis bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Nilai
return yang diterima oleh pelaku bisnis budidaya perikanan menjadi lebih layak dan
dalam tempo tertentu pelaku bisnis dapat memiliki hak penuh atas kepemilikan lahan
budiya sesuai dengan kontrak perjanjian kerjama yang dilakukan.

1.4 Vision and Mission


Vision :
Menjadikan mitra bisnis andalan masyarakat yang bereperan penting dalam
perekonomian di Indonesia
Mission :
- Membangun perusahaan yang unggul dibidang budidaya perikanan dan solusi
pemanfaatan teknologi perikanan
- Memahami berbagai kebutuhan pelanggan dan memberikan layanan edukasi bisnis
yang tepat dalam mencapai kepuasan optimal bagi pelanggan.
- Meninghkatkan nilai frncais dan stakeholders bagi pembudidaya perikanan di
indonesai

BAB II

EXTERNAL FACTOR ANALYSIS

2.1 Framwork

2.2 Competitive Force


Terdapat lima kekuatan kompetitif dari porter yang harus dianalisa yaitu Five Force
Analysis digunakan untuk menganalisa lingkungan eksternal perusahaan berdasarkan
persaingan antar perusahaan sejenis, ancaman pendatang baru, ancaman produk
substitusi, kekuatan tawar menawar pembeli, dan kekuatan tawar menawar pemasok
(Jimmy & Mustamu, 2019).

2.3 Metodelogi Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan
filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik
dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan
teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme
(Sudarwan, 2002). Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya
pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu
pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang
tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara
epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber
pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi
hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience) (Luthfiyah,
2015).

Langkah-langkah pembobotan kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai indeks untuk masing-masing faktor dari masing-masing


kekuatan bersaing. Berikut merupakan penentuan tinggi rendahnya nilai indeks
untuk masing-masing faktor kekuatan bersaing:
a. Nilai indeks 1: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan bersaing
cenderung rendah dan tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
persaingan di industry
b. Nilai indeks 2: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan bersaing
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap persaingan di industry
c. Nilai indeks 3: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan bersaingan
memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap persaingan di industri
2. Menentukan bobot untuk masing-masing faktor berdasarkan justifikasi terhadap
nilai yang paling mempengaruhi kekuatan bersaing, jumlah dari hasil pembobotan
harus berjumlah 1, dimana nilai 0 merupakan nilai yang paling tidak
mempengaruhi kekuatan bersaing. Justifikasi pembobotan berdasarkan hasil
analisis kelompok.
3. Mengalikan bobot masing-masing faktor dengan indeks, kemudikan dijumlah dan
disimpulkan nilai tersebut berdasarkan rentang yang telah ditentukan. Rentang
penilaian data adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Rentang penilaian data


Jika hasil perhitungan kuantitatif analisis Porter berada dalam rentang 1.00 - 1.66
dapat dikategorikan rendah yang dimana perusahaan berada dalam persaingan
yang tidak terlalu kompetitif. Sedangkan, apabila hasil kuantitatif menghasilkan
hasil dalam rentang 1.67-2.33 dikategorikan sedang yakni perusahaan berada
didalam persaingan yang cukup intens. Hasil kuantitatif yang berada pada rentang
2.34-3.00 dikategorikan sebagai parameter tinggi yang berarti perusahaan berada
dalam industri yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan sangat kompetitif
(Grant, 2005)
Gambar Analisis Porter Five Forces

2.3 Daya Tawar Pemasok FAISAL


2.2.3.1 Penetapan Harga Pemasok
Dalam menjalankan bisnis budidaya perikanan ini, PT. Mitra Bisnis Sepakat
membutuhkan beberapa macam item yang digunakan untuk menunjang
operasional bisnisnya. Diantaranya meliputi kebutuhan lahan yang akan digunakan
sebagai tempat budidaya ikan ataupun udang, kebutuhan terkait saran dan
prasarana pendukung lahan budidaya termasuk teknologi autofeeder, serta
kebutuhan terkait bahan baku berupa benih ikan ataupun udang yang akan di
budidayakan. Pemasok bahan baku untuk saat ini sudah ada beberapa supplier
besar yang berlokasi di sekitar Jawa Barat, seperti diantaranya Bungapadma Fish
Farming, Teratai Sepuluh Hatcher and Fish Farm, PD. Sinar Baru dan PD. Persada
Ikan. Dengan tersedianya beberapa pilihan supplier akan menjadi keuntungan
tersendiri bagi PT. Mitra Bisnis Sepakat dalam hal penetapan harga, dimana harga
dari yang ditawarkan masing-masing supplier akan saling kompetitif dan membuat
supplier memiliki daya tawar yang rendah.
https://www.indonetwork.co.id/s/jawa-barat/k/benih-ikan/perusahaan.
Sedangkan untuk supplier dari pemanfaatan teknologi autofeeder berasal dari
pemasok tunggal, dimana PT. Mitra Bisnis Sepakat bekerjasama dengan
perusahaan yang bergerak di bidang akuakultur yaitu Aquaculture Intelligence
Company berbasis teknologi IoT atau dikenal dengan e-Fishery yang terletak di
kota Bandung.
2.3 PEST
IMA CARI PENGERTIAN
2.3.1 Politik
Faktor politik di Indonesia yang saat ini mempengaruhi bisnis budidaya perikanan
adalah sebagai berikut:
a. Ancaman

Kurangnya pengawasan yang berkelanjutan selaku regulasi kepada pelaku


budidaya sehingga masih diperlukannya pengawasan dan aturan yang jelas
disetiap daerah dalam usaha budidaya perikanan

b. Peluang
1. Pemerintah, Investor, dan Para pelakuk usaha dengan mudah bersinergi dalam
memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal, kerjasama yang terikat dan
diketahui oleh pemerintah setempat yang merupakan tuntukan yang sangat
mendesak saat ini untuk kemakmuran rakyat, terutama untuk peningkatan
kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, serta pemenuhan gizi
masyarakat indonesia.
2. Pemerintah telah membuat aturan dan teknis yang jelas terperinci dalam
ketentuan penyelenggaraan kesejahteraan ikan pada ikan budidaya pada
Permen KKP No 6 Tahun 2020, sehingga pelaku usaha budidaya perikanan
dapat mengacu setiap kegiatan usaha budidaya melalui peraturan tersebut
3. Upaya pemerintah dalam merangkul para pembudidaya perikanan dengan
melakukan kebijakan strategis Program Asuransi Perikanan bagi Pembudidaya
Ikan Kecil (APPIK)

2.3.2 Economic
Faktor ekonomi di Indonesia yang saat ini bisa di lihat perkembangannya sangat
baik dilihat dari sisi strategi bisnis dan pemanfaatan teknologi yang sangat
mendukung dengan system autofeeder sehingga membuat para pelaku bisnis
budidaya perikanan percaya diri untuk mempertahankan bisnisnya. Faktor
ekonomi yang mempengaruhi bisnis budidaya perikanan adalah sebagai berikut:
a. Ancaman
Akses untuk permodalan bagi pengembangan usaha perikanan tangkap terbatas
meliputi :

1. Prosedur perbankan yang sulit dipenuhi bagi nelayan skala kecil.


2. Prosedur perbankan yang sulit dipenuhi bagi nelayan skala kecil.

Dampak potensial yang akan terjadi meliputi:

1. Usaha perikanan yang ada tidak akan berkembang.


2. Akan terjadi tingkat pemanfaatan sumber daya ikan yang tidak berimbang
dan optimal
b. Peluang

Peluang yang dapat muncul dari bisnis budidaya perikanan ini adalah adanya
adanya penyediaan modal usaha dalam bentuk lahan dan prasarana untuk
mendukung kegiatan budidaya perikanan dengan perjanjian kerjama dalam waktu
tertentu dan adanya penyuluhan terkait risiko bisnis budidaya perikanan yang
diterima oleh para pelaku bisnis budidaya perikanan dan penyuluhan adanya
asuransi budidaya perikanan

2.3.3 Social

Faktor lingkungan sosial merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi


kelangsungan suatu bisnis dimana bisnis tersebut akan sustain atau tidak.
Lingkungan sosial mempunyai arti yang sangat penting dalam dunia bisnis,
sehingga diperlukan pembangunan sosial masyarakat Indonesia meliputi
pembangunan fisik, mental dan sosial itu sendiri.

a. Peluang
Adapun peluang yang bisa terjadi pada bisnis budidaya perikanan melalui
pemanfaatan autofeeder yaitu

1. Tingkat Kesejahteraan petani budidaya semakin meningkat dengan adanya


bisnis budidaya perikanan melalui pemanfaatan autofeeder sehingga hal ini
berdampak pada nilai efisiensi dan efektivitas pada bisnis budidaya perikanan
untuk target pencapaian nilai panen tercapai.
2. Dalam pemanfaatan teknologi autofeeder pada budidaya perikanan akan
berdampak terhadap pemahaman pelaku usaha yang saat ini masih melakukan
metode bisnis secara tradisional. Dengan daya lenting yang baik yang diterima
oleh para pelaku usaha, khususnya petani budidaya perikanan akan lebih
memahami sistem budidaya perikanan yang tepat guna. Secara tidak langsung
hal ini akan meningkatkan pengetahuan dan kompetensi lebih yang didapat
oleh para petani budidaya perikanan.
3. Dengan adanya bisnis budidaya perikanan dapat meningkatkan infrastruktur di
lingkungan sekitar tempat budidaya tambak yang berdampak positif pada
kehidupan masyarat sekitar, contohnya: terciptanya lapangan kerja baru,
perbaikan infrastruktur secara berkala dalam usaha bisnis budidaya perikanan.

b. Ancaman

Adapun ancaman yang bisa terjadi pada bisnis budidaya perikanan melalui
pemanfaatan autofeeder yaitu Kurangnya keingintahuan pelaku usaha budidaya
perikanan terkait dengan pemanfaatan teknologi autofeeder.

2.3.2 Teknologi
Teknologi berperan besar dalam suatu bisnis Kemajuan teknologi dapat
mempengaruhi produk, layanan, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan,
operasional, pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi

a. Peluang
1. Proses pemanfaatan teknologi autofeeder mampu menjaga nilai survival rate
yang tinggi.
2. Nilai efisiensi yang lebih tinggi karena dalam proses pemberian pakan sudah
terautomasi menggunakan autofedeer
3. System budidaya yang terkontrol dan termonitoring secra real time, baik dari
pertumbuhan ikan maupun media yang digunakan dalam proses budidaya
b. Ancaman

Pemanfaatan autofeeder masih belum sepenuhnya berjalan optimal karena masih


dalam tahap pengembangan

2.4 Analisis Internal Factor Evaluation


Pada matriks ini, Matriks IFE merupakan rumusan analisis lingkungan
internal.Matriks ini memberikan rangkuman dan evaluasi kekuatan dan kelemahan
utama dalam berbagai bidang fungsional pada suatu unit usaha.Matriks IFE juga
memberikan dasar pengenalan dan evaluasi hubungan antar bidang-bidang
fungsional tersebut.(Putra et al., 2014). Adapun internal factor evaluation yang
mempengaruhi PT. Mitra Bisnis Sepakat.

Tabel 2.4 Faktor IFE Matriks PT. Mitra Bisnis Sepakat.

A. STRENGHT
1. Kemampuan Sumber Daya manusia dan Sumber Daya Alam yang sangat
mendukung di Indonesia
2. Akses sarana dan prasarana budidaya yang mudah dan berdampingan dengan
pusat kota
3. po
4. Memiliki system budidaya perikanan dengan metode sharing profit dan system
kepemilikan berkala yang bisa dimiliki para pelaku usaha budidaya.
B. WEAKNESS
1. Perkembangan teknologi di era 4.0 pemanfaatan teknologi budidaya perikanan
masih rendah.
2. Kurangnya riset dan pengembangan modal usaha dalam budidaya perikanan.
3. Kesulitan dalam mencari investor untuk modal usaha.
4. Jangka waktu kepemilikan lahan budidaya perikanan terkesan lama.
5. Penentuan standar mutu produk budidaya.

2.5 Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE)


Menurut Santoso (2013), matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation),
memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi
informasi ekonomi sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Pada bagian ini akan
menguraikan rangkuman faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi PT.
Mitra Bisnis Sepakat.

Tabel 2.5 Faktor EFE Matriks PT. Mitra Bisnis Sepakat

A. Opportunities
1. Keadaan geografis lahan tambak yang mendukung dan strategis
2. Permintaan terhadap hasil tambak yang tinggi (komoditi ekspor yang
laris)
3. Adanya pengembangan teknologi autofeeder yang membantu dalam
usaha bisnis budidaya perikanan
4. Dukungan pemerintah daerah dan perbankan dalam pemanfaatan
teknologi autofeeder
B. Threat
1. Permintaan kebutahan pasar yang berubah-ubah
2. Kurangnya kesadaran petani ikan terhadap pemanfaatan teknologi
autofeeder
3. Perkembangan teknologi yang cepat sehingga melahirkan kompetitor
yang lebih maju
4. Potensi pemutusan kontrak kerjasama secara sepihak yang dilakukan oleh
petani atau pelaku budidaya.
Sumber

Grant, R. M. (2005). Contemporary Strategy Analysis: Concepts, Techniques,


Applications(Fifth Edition). Blackwell Publishing, Fifth Edition, 1–152.
https://pdfs.semanticscholar.org/82cd/88a606f2c2523eb730931325c976a0a77be6.pd
f

Jimmy, P., & Mustamu, R. H. (2019). Analisis Strategi Pada Perusahaan Plastik Dengan
Porter Five Forces. Agora, 3(1), 736–741.
https://media.neliti.com/media/publications/36308-ID-analisis-strategi-pada-
perusahaan-plastik-dengan-porter-five-forces.pdf

Luthfiyah, F. (2015). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian Kualitatif). In


Bandung: Rosda Karya.
http://www.academia.edu/download/35360663/METODE_PENELITIAN_KUALIT
AIF.docx

Putra, G. R., Tama, I. P., & Efranto, R. Y. (2014). Perencanaan Strategi Bisnis dengan
Menggunakan Strategy Formulation Framework Guna Meningkatkan Keunggulan
Bersaing (Studi Kasus : Koperasi Unit Desa “BATU”). Jurnal Rekayasa Dan
Manajemen Sistem Industri, 2(1), 207–218.
https://media.neliti.com/media/publications/128756-ID-perencanaan-strategi-bisnis-
dengan-mengg.pdf

Sudarwan, D. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai