Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Bisnis Budidaya Perikanan dengan Penggunaan Teknologi Autofeeder

PERENCANAAN BISNIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen (MM)

Disusun Oleh :

Mohammad Faisal Jamaluddin Malik 20200103148

Adisti Hakim W 20200103153

Tito Widayanto 20200103161

Ima Wijayanti 20200103172

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2021
BAB 1 INTRODUCTION
1.1 Background
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai 17.504 pulau. Dua pertiga
bagiannya terdiri dari perairan. Serta memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada.
Pemerintah telah mencanangkan kebijakan pembangunan strategis yang diarahkan pada
pembangunan sumberdaya alam pesisir dan laut. Alasan pokok kebijakan tersebut adalah kondisi
fisik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, luas laut sekitar 3.1 juta km 2atau
62% dari luas teritorialnya.
Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk serta semakin
menipisnya sumber daya alam di daratan, pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi global dari
poros Eropa-Atlantik menjadi poros Asia-Pasifik yang diikuti perdagangan bebas dunia pada
tahun 2015 menjadikan kekayaan laut Indonesia menjadi aset nasional dalam menuju era
industrialisasi. Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama untuk pusat pengembangan
kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agribisnis, agroindustri, dan pelabuhan (Muchlisin,
2004).
Keanekaragaman hayati laut Indonesia memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan baik bagi
kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif. Kemampuan produksi perikanan tangkap (di
laut dan danau) di Indonesia total mencapai 6,89 juta ton. Dari potensi mikro flora-fauna
kelautan yang ada belum tereksplorasi dengan baik sebagai penyangga pangan fungsional pada
masa depan. Indonesia memiliki banyak lahan produktif yang seharusnya dapat diimanfaatkan
oleh masyarakat. Luas lahan yang dapat dimanfaatkan untuk tambak di Indonesia tahun 2019
mencapai 3.9 juta hektar dan pemanfaatannya baru mencapai sekitar 0.8 juta hektar. Artinya
masih terdapat peluang sekitar 3.1 juta hektar untuk mengembangkan lahan produktif tersebut
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2019). Selain faktor lahan tambak yang dimanfaatkan,
peran teknologi yang diterapkan juga mempengaruhi peningkatan produksi budidaya tambak.

Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk potensi di
perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan 302.130 Ha (10,7%).
Secara spesifik, khusus untuk perairan umum daratan (danau dan waduk), luas secara
keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan
untuk perikanan budidaya, maka akan didapat luasan potensial budidaya air tawar di waduk dan
danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya KJA di perairan umum saat ini tercatat 1.563 Ha atau
3%. Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air tawar disebabkan karena belum terkelolanya
secara optimal potensi tersebut akibat tumpang tindihnya pemanfaatan potensi lahan budidaya air
tawar, serta belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air tawar
tersebut.

Potensi luas areal budidaya air payau saat ini tercatat 2.964.331 Ha, dengan tingkat
pemanfaatan 650.509 Ha (21,9%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air payau disebabkan
karena pengelolaan kawasan potensial budidaya air payau masih berada/ bersinggungan dengan
kawasan mangrove, sehingga pemanfaatan potensi lahan budidaya air tersebut harus sejalan
dengan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Selain itu belum terbukanya secara mudah akses
menuju kawasan potensial budidaya air payau serta minimnya prasarana penunjang lainnya di
kawasan potensial, menyebabkan pemanfaatan masih relatif kecil.Budidaya merupakan salah
satu pembudidayaan yang dilakukan manusia di Indonesia. Tambak merupakan kolam buatan
yang biasanya ada di sekitar pesisir pantai yang di isi air dimanfaatkan sebagai sarana budidaya
perairan. Hewan yang dibudidayakan seperti hewan air terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan tambak ini biasanya di hubungkan dengan air payau atau air laut. Tambak tersebut
berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang pada umummya proses budidaya
tambak sangat membantu dalam hal kondisi ekonomi karena memberikan lapangan pekerjaan,
membantu kebutuhan keluarga, pendapatan yang menjanjikan.

Dari persepsi dan partisipasi pada budidaya tambak dapat mempengaruhi dari beberapa
faktor seperti strata sosial, pendidikan, pengetahuan terhadap hukum, dan kearifan
lokal,begitupun juga perlu adanya dukungan dari seluruh masyarakat. Potensi sumber daya alam
yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, dan mempunyai ciri tersendiri serta kemampuan
dalam mengolah potensi sumber daya alam yang ada. Sumber daya alam pada suatu daerah
biasanya dapat menentukan mata pencaharian sebagai sumber ekonomi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Sektor pertanian tambak merupakan sektor yang sangat penting
bagi Negara berkembang, seperti halnya Indonesia. Tanah yang subur dan didukung oleh
ketersediaan air yang cukup merupakan faktor pendukung pertanian di Indonesia. Pertanian
tambak merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Indonesia. Pengelolaan tambak di
Indonesia masih terbatas. Keterbatasan modal dan
lahan sempit merupakan salah satu kendala dalam pengelolaan.

Usaha budidaya tambak merupakan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya


pesisir pantai. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani maupun
nelayan daerah pesisir pantai, meningkatkan devisa Negara dan mengurangi ketergantungan dari
produksi perikanan tangkap yang cenderung stagnan. Potensi budidaya tambak dapat dilihat dari
luas tambak Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Luas tambak di Indonesia tahun 2019
mencapai 3.9 juta hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 0.8 juta ha. Artinya masih terdapat
peluang sekitar 3.1 juta ha untuk mengembangkan pesisir pantai Indonesia (Kementerian
Kelautan dan Perikanan 2019). Selain faktor lahan tambak yang dimanfaatkan, peran teknologi
yang diterapkan juga mempengaruhi peningkatan produksi budidaya tambak.

Pengaruh teknologi dalam budidaya tambak sangatlah berpengaruh tinggi salah satunya
eFisheryFeeder adalah pemberi pakan atau feeder otomatis untuk ikan dan udang yang bisa
meningkatkan Feed Conversion Rate atau FCR, mengurangi jumlah pakan terbuang, dan
menekan biaya produksi perikanan pembudidaya. Produk ini adalah salah satu produk andalan
eFishery, dirintis sejak tahun 2013. EFisheryFeeder juga menjadi salah satu produk
pembudidaya yang terkenal karena smart feeder ini berhasil memecahkan salah satu isu terbesar
di bisnis budidaya tambak, yaitu efisiensi pakan.

Perubahan teknologi yang digunakan membutuhkan perencanaan modal yang tepat, karena
perubahan teknologi ini menyebabkan biaya produksi budidaya tambak semakin meningkat.
Dengan adanya perubahan teknologi ini pembudidaya dapat mengefisienkan faktorfaktor
produksi yang dimiliki, sehingga tujuan dari pembangunan pesisir pantai yaitu peningkatan
kesejahteraan petani. Dari penjelasan diatas dengan adanya keterbatasaan modal para petani dan
belum banyaknya lahan tambak di Indonesia maka dari itu akan mebuat sebuah bisnis yaitu “
Penyediaan Lahan Tambak Berbasis Teknologi”

1.2 Problems
1.2.1 Customer Jobs
Pelaku bisnis perikanan yang ada di Indonesia menginginkan adanya kemudahan dalam
mendapatkan modal usaha budidaya perikanan, dimana sampai saat ini banyak dari pelaku bisnis
yang masih melakukan peminjaman uang ke bank sebagai modal awalnya. Selain itu para pelaku
bisnis menginginkan modal usaha budidaya perikanan yang murah. Alih – alih bisa memulai
usaha bisnis dengan modal yang murah, tetapi yang terjadi sebaliknya yaitu pelaku bisnis bisa
saja menghabiskan uang yang lebih banyak dari yang diperkirakan. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan wawasan terkait bisnis budidaya perikanan sehingga mendorong
para pelaku bisnis budidaya perikanan untuk mengetahui serta memahami bagaimana ilmu dan
teknologi budidaya perikanan yang efektif dan efisien.

Bisnis budidaya perikanan memakan biaya yang tidak sedikit sehingga pelaku bisnis
menginginkan bisnis budidaya perikanan dengan tingkat risiko yang rendah. Pelaku bisnis
perikanan menginginkan penghasilan usaha budidaya perikanan yang layak. Hal ini tentunya
menjadi harapan banyak pelaku bisnis.

1.2.2 Customer Pain


Pelaku bisnis perikanan masih sulit mendapatkan modal untuk memulai bisnis budidaya
perikanan. Masih tingginya bunga pinjaman modal usaha yang didapat oleh para pelaku bisnis
perikanan. Minimnya pendampingan usaha yang dilakukan bagi para investor maupun regulator
terkait dengan usaha budidaya perikanan. Masih kurangnya penyuluhan terkait risiko bisnis
budidaya perikanan yang diterima oleh para pelaku bisnis budidaya perikanan dan penyuluhan
adanya asuransi budidaya perikanan. Masih rendahnya pendapatan yang diterima oleh para
pelaku bisnis perikanan atas perjanjian yang dilakukan antara kreditur dengan pelaku bisnis.

1.2.3 Customer Gain


Proses kerjasama bisnis yang saling menguntungkan dan meringkan bagi para calon
pelaku bisnis khususnya dalam modal usaha sebesar nol rupiah. Solusi yang tepat guna bagi para
pelaku usaha yang memiliki modal terbatas namun ingin memulai bisnis di dunia budidaya
perikanan. Informasi dan wawasan yang sangat baik yang akan diterima bagi para pelaku usaha
dalam menjalankan proses budidaya perikanan, karena didampingi langsung oleh praktisi yang
berpengalaman. Pemanfaatan teknologi autofeeder yang bisa menganalisa secara detail baik dari
kandungan nutrisi yang ada dalam kolam budidaya sampai dengan analisa pertumbuhan ikan
yang dibudidaya.
1.3 Business Solutions
1.3.1 Pain Reliever
Modal yang harus disiapkan oleh pelaku bisnis budidaya perikanan dalam memulai
bisnisnya sangat besar, solusi yang akan kami tawarkan kepada calon pelaku bisnis dengan
menyediakan modal usaha dalam bentuk lahan dan prasarana untuk mendukung kegiatan
budidaya perikanan dengan perjanjian kerjama dalam waktu tertentu. Sistem Sharing Profit
dalam kerjasama yang dilakukan antara PT Mitra Bisnis Sepakat dengan Pelaku Bisnis sangat
menguntungkan bagi pelaku usaha, dimana dalam satu periode panen pelaku bisnis mendapatkan
pengahasilan yang layak serta adanya sistem kepemilikan lahan yang akan didapatkan haknya
secara penuh untuk pelaku bisnis dalam periode tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kerjasama. Proses Budidaya Perikanan yang ditawarkan oleh calon pelaku bisnis dengan
melakukan pemanfaatan teknologi autofeeder sehingga memaksimalkan analisa budidaya dengan
tepat guna dari mulai analisa pertumbuhan ikan, kondisi perairan kolam, sampai dengan
kandungan nutrisi yang didapat dari ikan hasil budidaya tersebut tanpa melibatkan banyaknya
sumberdaya manusia.

1.3.2 Gain creator


Persiapan lahan usaha budidaya perikanan hanya memakan waktu estimasi 1-2 Bulan
sudah bisa dilakukan untuk proses budidaya, berbeda hal nya dengan konsultan lain yang masih
memerlukan waktu yang lebih dari 5 bulan. Fokus pada pemanfaatan teknologi autofeeder yang
pada umumnya masih belum dilakukan oleh para pembudidaya perikanan di Indonesia. Sistem
sharing profit yang diterapkan mampu meringankan bagi pelaku usaha yang akan memulai bisnis
budidaya perikanan serta hak atas kepemilikan lahan budidaya tersebut atas perjanjian kerja yang
dilakukan.

1.3.3 Product & Services


Penyediaan lahan usaha budidaya perikanan yang sudah disediakan oleh PT Mitra Bisnis
Sepakat untuk dikelolah bersama dengan pelaku bisnis secara berkesinambungan. Pendampingan
usaha yang dilakukan oleh PT Mitra Bisnis Sepakat dalam melakukan proses budidaya
perikanan, agar bisnis bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Nilai return yang diterima oleh
pelaku bisnis budidaya perikanan menjadi lebih layak dan dalam tempo tertentu pelaku bisnis
dapat memiliki hak penuh atas kepemilikan lahan budiya sesuai dengan kontrak perjanjian
kerjama yang dilakukan.

1.4 Vision and Mission


Vision :
Menjadikan mitra bisnis andalan masyarakat yang bereperan penting dalam perekonomian di
Indonesia
Mission :
- Membangun perusahaan yang unggul dibidang budidaya perikanan dan solusi pemanfaatan
teknologi perikanan
- Memahami berbagai kebutuhan pelanggan dan memberikan layanan edukasi bisnis yang tepat
dalam mencapai kepuasan optimal bagi pelanggan.
- Meninghkatkan nilai frncais dan stakeholders bagi pembudidaya perikanan di indonesai
BAB II

EXTERNAL FACTOR ANALYSIS

2.1 Framework

2.2 Competitive Force


Terdapat lima kekuatan kompetitif dari porter yang harus dianalisa yaitu Five Force Analysis
digunakan untuk menganalisa lingkungan eksternal perusahaan berdasarkan persaingan antar
perusahaan sejenis, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar
menawar pembeli, dan kekuatan tawar menawar pemasok (Jimmy & Mustamu, 2019).

2.3 Metodelogi Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat
positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik
dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme
kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (Sudarwan, 2002). Dalam
penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah
ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman
(experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason).
Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber
pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal
yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience) (Luthfiyah, 2015).

Langkah-langkah pembobotan kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai indeks untuk masing-masing faktor dari masing-masing kekuatan


bersaing. Berikut merupakan penentuan tinggi rendahnya nilai indeks untuk masing-
masing faktor kekuatan bersaing:
a. Nilai indeks 1: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan bersaing cenderung
rendah dan tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap persaingan di
industry
b. Nilai indeks 2: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan bersaing memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap persaingan di industry
c. Nilai indeks 3: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan bersaingan memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap persaingan di industri
2. Menentukan bobot untuk masing-masing faktor berdasarkan justifikasi terhadap nilai
yang paling mempengaruhi kekuatan bersaing, jumlah dari hasil pembobotan harus
berjumlah 1, dimana nilai 0 merupakan nilai yang paling tidak mempengaruhi kekuatan
bersaing. Justifikasi pembobotan berdasarkan hasil analisis kelompok.
3. Mengalikan bobot masing-masing faktor dengan indeks, kemudikan dijumlah dan
disimpulkan nilai tersebut berdasarkan rentang yang telah ditentukan. Rentang penilaian
data adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Rentang penilaian data
Jika hasil perhitungan kuantitatif analisis Porter berada dalam rentang 1.00 - 1.66 dapat
dikategorikan rendah yang dimana perusahaan berada dalam persaingan yang tidak
terlalu kompetitif. Sedangkan, apabila hasil kuantitatif menghasilkan hasil dalam rentang
1.67-2.33 dikategorikan sedang yakni perusahaan berada didalam persaingan yang cukup
intens. Hasil kuantitatif yang berada pada rentang 2.34-3.00 dikategorikan sebagai
parameter tinggi yang berarti perusahaan berada dalam industri yang memiliki tingkat
persaingan yang tinggi dan sangat kompetitif (Grant, 2005)
Gambar Analisis Porter Five Forces

2.3 Daya Tawar Pemasok FAISAL


2.2.3.1 Penetapan Harga Pemasok
Dalam menjalankan bisnis budidaya perikanan ini, PT. Mitra Bisnis Sepakat
membutuhkan beberapa macam item yang digunakan untuk menunjang operasional bisnisnya.
Diantaranya meliputi kebutuhan lahan yang akan digunakan sebagai tempat budidaya ikan
ataupun udang, kebutuhan terkait saran dan prasarana pendukung lahan budidaya termasuk
teknologi autofeeder, serta kebutuhan terkait bahan baku berupa benih ikan ataupun udang yang
akan di budidayakan. Pemasok bahan baku untuk saat ini sudah ada beberapa supplier besar yang
berlokasi di sekitar Jawa Barat, seperti diantaranya Bungapadma Fish Farming, Teratai Sepuluh
Hatcher and Fish Farm, PD. Sinar Baru dan PD. Persada Ikan. Dengan tersedianya beberapa
pilihan supplier akan menjadi keuntungan tersendiri bagi PT. Mitra Bisnis Sepakat dalam hal
penetapan harga, dimana harga dari yang ditawarkan masing-masing supplier akan saling
kompetitif dan membuat supplier memiliki daya tawar yang rendah.
https://www.indonetwork.co.id/s/jawa-barat/k/benih-ikan/perusahaan.
Sedangkan supplier terkait pemanfaatan teknologi autofeeder berasal dari pemasok
tunggal, dimana PT. Mitra Bisnis Sepakat bekerjasama dengan PT. Multidaya Teknologi
Nusantara yang bergerak di bidang akuakultur yaitu Aquaculture Intelligence Company berbasis
teknologi IoT atau dikenal dengan e-Fishery yang terletak di kota Bandung. Penetapan harga
ditentukan oleh pemasok sendiri dalam mensupport teknologi autofeeder dalam bisnis budidaya
perikanan. Perubahan harga dapat terjadi apabila teknologi autofeeder mengalami
pengembangan maupun penambahan fitur dari yang telah ada sebelumnya. Dengan begitu daya
tawar supplier dianggap tinggi.
2.2.3.2 Kemampuan Integrasi Kedepan
Supplier dapat melakukan integrasi serta memperkuat kerjasama dengan PT. Mitra Bisnis
Sepakat agar dapat bersaing dengan supplier lainnya yang bergerak di bidang yang sama.
Supplier yang telah bekerjasama dengan PT. Mitra Bisnis Sepakat dalam bidang penyediaan
bahan baku ada lebih dari satu, sehingga daya tawar para supplier dianggap rendah. Berbeda
dengan supplier teknologi autofeeder yang masih tunggal, menjadikan daya tawar yang
dimilikinya tinggi. Oleh karena itu PT. Mitra Bisnis Sepakat harus memikirkan strategi integrasi
kedepan terkait pemanfaatan teknologi yang digunakan pada bisnis budidaya perikanan tersebut.
2.2.3.3 Jumlah Supplier
PT. Mitra Bisnis Sepakat telah bekerjasama dengan beberapa supplier untuk penyediaan
bahan baku seperti benih ikan atau udang, namun untuk supplier pemanfaatan teknologi masih
single supplier. Terkait jumlah supplier ini akan berpengaruh terhadap operasional bisnis
perusahaan. Semakin banyak supplier yang bekerjasama akan semakin kompetitif untuk mereka
dan harga yang ditawarkan akan semakin bersaing sehingga menurunkan daya tawar supplier.

2.4 Ancaman Produk Pengganti


Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti yang luas dengan industri-
industri yang menghasilkan produk atau jasa substitusi/ pengganti. Produk pengganti membatasi
laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan
oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik alternative harga yang ditawarkan oleh produk
pengganti, makin ketat pembatasan laba industri. Mengenali produk-produk subtitusi (pengganti)
adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk
dalam industri.
Pada bisnis budidaya perikanan yang menjadi target dari PT. Mitra Bisnis Sepakat, yang
menjadi poin penting adalah terkait model bisnis yang ditawarkan kepada calon pelaku bisnis.
Poin yang menjadi competitive advantage, dimana perusahaan menawarkan sistem pemodalan
berupa penyediaan lahan tambak budidaya dengan sistem sharing profit dalam kerjasama yang
dilakukan antara PT Mitra Bisnis Sepakat dengan pelaku bisnis. Cara kerjanya yaitu dalam masa
satu kali periode panen, pelaku bisnis mendapatkan pengahasilan yang layak serta adanya sistem
kepemilikan lahan yang akan didapatkan haknya secara penuh untuk pelaku bisnis dalam periode
tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerjasama. Dari analisis diatas dapat disimpulkan
bahwa tekanan dari produk pengganti terbilang rendah, karena belum ada model bisnis yang
sama atau menyerupai konsep yang dimiliki PT. Mitra Bisnis Sepakat.

2.5 Rivalitas Antar Kompetitor


Tingkat persaingan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Banyaknya pesaing
akan memicu ketatnya kompetisi antar satu perusahaan dengan yang lain dalam mengambil
posisi di pasar. Pesaing ini tentunya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang dan
segmen yang sama. Persaingan antar perusahaan saingan biasanya merupakan kekuatan terbesar
dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh perusahaan dapat berhasil jika
memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.
Dari pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat dua calon kompetitor PT.
Mitra Bisnis Sepakat, yaitu dari PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk dan Pionir
marketplace lending, Investree. Kedua calon competitor tersebut memiliki konsep yang sama
yakni terkait sistem peminjaman modal kepada para pelaku bisnis budidaya perikanan dengan
memanfaatkan teknologi autofeeder e-Fishery. Dari kedua calon competitor PT. Mitra Bisnis
Sepakat tersebut, mereka menawarkan model bisnis yang sama yaitu terkait peminjaman modal
secara konvensional kepada calon pelaku bisnis. PT. Mitra Bisnis Sepakat hadir dengan sistem
model bisnis baru yang dapat dijadikan keunggulan daya saing dari kompetitornya. Perusahaan
menawarkan sistem sharing profit dalam kerjasama yang dilakukan antara PT Mitra Bisnis
Sepakat dengan pelaku bisnis sangat menguntungkan bagi pelaku usaha, dimana dalam satu
periode panen pelaku bisnis mendapatkan pengahasilan yang layak serta adanya sistem
kepemilikan lahan yang akan didapatkan haknya secara penuh untuk pelaku bisnis dalam periode
tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerjasama. Dari uraian diatas dapat dikatakan
bahwa tingkat persaingan dengan kompetitor dikatakan medium.

2.3 PEST

Analisa PEST pada umunya bertujuan untuk mengakaji potensi pertumbuhan yang
berorientasi pada dampak pendapatan sebuah objek yang dianalisa sebagai aspek ekonomi marko
yang mendukung evaluasi program saat perencaaan, sedang berjalan dan setelah dilakukan demi
mengidentifikasi potensi yang akan terjadi. Model PEST merupakan analisis terhadap kekuatan
eksternal organisasi ataupun di luar dari sebuah program yang dapat mempengaruhi proses hasil
yang diinginkan yang meliputi faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan teknologi.
Dengan mengenali empat faktor tersebut, pengelolaan dalam pengembangan pariwisata di Pulau
Benan mampu mendapatkan hasil yang maksimal melalui startegi-strategi yang dianggap tepat
sasaran dalam jangka panjang (Mahadiansar & Aspariyana, 2020).
gambar PEST Analysis Model

2.3.1 Politik

Faktor politik di Indonesia yang saat ini mempengaruhi bisnis budidaya perikanan adalah sebagai
berikut:

a. Ancaman

Kurangnya pengawasan yang berkelanjutan selaku regulasi kepada pelaku budidaya sehingga
masih diperlukannya pengawasan dan aturan yang jelas disetiap daerah dalam usaha budidaya
perikanan

b. Peluang
1. Pemerintah, Investor, dan Para pelakuk usaha dengan mudah bersinergi dalam
memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal, kerjasama yang terikat dan diketahui
oleh pemerintah setempat yang merupakan tuntukan yang sangat mendesak saat ini
untuk kemakmuran rakyat, terutama untuk peningkatan kesejahteraan nelayan dan
pembudidaya ikan, serta pemenuhan gizi masyarakat indonesia.
2. Pemerintah telah membuat aturan dan teknis yang jelas terperinci dalam ketentuan
penyelenggaraan kesejahteraan ikan pada ikan budidaya pada Permen KKP No 6
Tahun 2020, sehingga pelaku usaha budidaya perikanan dapat mengacu setiap
kegiatan usaha budidaya melalui peraturan tersebut
3. Upaya pemerintah dalam merangkul para pembudidaya perikanan dengan melakukan
kebijakan strategis Program Asuransi Perikanan bagi Pembudidaya Ikan Kecil
(APPIK)
2.3.2 Economic

Faktor ekonomi di Indonesia yang saat ini bisa di lihat perkembangannya sangat baik dilihat dari
sisi strategi bisnis dan pemanfaatan teknologi yang sangat mendukung dengan system autofeeder
sehingga membuat para pelaku bisnis budidaya perikanan percaya diri untuk mempertahankan
bisnisnya. Faktor ekonomi yang mempengaruhi bisnis budidaya perikanan adalah sebagai
berikut:

a. Ancaman

Akses untuk permodalan bagi pengembangan usaha perikanan tangkap terbatas meliputi :

1. Prosedur perbankan yang sulit dipenuhi bagi nelayan skala kecil.


2. Prosedur perbankan yang sulit dipenuhi bagi nelayan skala kecil.

Dampak potensial yang akan terjadi meliputi:

1. Usaha perikanan yang ada tidak akan berkembang.


2. Akan terjadi tingkat pemanfaatan sumber daya ikan yang tidak berimbang dan
optimal

b. Peluang

Peluang yang dapat muncul dari bisnis budidaya perikanan ini adalah adanya adanya penyediaan
modal usaha dalam bentuk lahan dan prasarana untuk mendukung kegiatan budidaya perikanan
dengan perjanjian kerjama dalam waktu tertentu dan adanya penyuluhan terkait risiko bisnis
budidaya perikanan yang diterima oleh para pelaku bisnis budidaya perikanan dan penyuluhan
adanya asuransi budidaya perikanan

2.3.3 Social

Faktor lingkungan sosial merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kelangsungan suatu
bisnis dimana bisnis tersebut akan sustain atau tidak. Lingkungan sosial mempunyai arti yang
sangat penting dalam dunia bisnis, sehingga diperlukan pembangunan sosial masyarakat
Indonesia meliputi pembangunan fisik, mental dan sosial itu sendiri.

a. Peluang

Adapun peluang yang bisa terjadi pada bisnis budidaya perikanan melalui pemanfaatan
autofeeder yaitu

1. Tingkat Kesejahteraan petani budidaya semakin meningkat dengan adanya bisnis


budidaya perikanan melalui pemanfaatan autofeeder sehingga hal ini berdampak pada
nilai efisiensi dan efektivitas pada bisnis budidaya perikanan untuk target pencapaian
nilai panen tercapai.
2. Dalam pemanfaatan teknologi autofeeder pada budidaya perikanan akan berdampak
terhadap pemahaman pelaku usaha yang saat ini masih melakukan metode bisnis
secara tradisional. Dengan daya lenting yang baik yang diterima oleh para pelaku
usaha, khususnya petani budidaya perikanan akan lebih memahami sistem budidaya
perikanan yang tepat guna. Secara tidak langsung hal ini akan meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi lebih yang didapat oleh para petani budidaya perikanan.
3. Dengan adanya bisnis budidaya perikanan dapat meningkatkan infrastruktur di
lingkungan sekitar tempat budidaya tambak yang berdampak positif pada kehidupan
masyarat sekitar, contohnya: terciptanya lapangan kerja baru, perbaikan infrastruktur
secara berkala dalam usaha bisnis budidaya perikanan.

b. Ancaman

Adapun ancaman yang bisa terjadi pada bisnis budidaya perikanan melalui pemanfaatan
autofeeder yaitu Kurangnya keingintahuan pelaku usaha budidaya perikanan terkait dengan
pemanfaatan teknologi autofeeder.

2.3.2 Teknologi
Teknologi berperan besar dalam suatu bisnis Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi produk,
layanan, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, operasional, pemasaran, dan posisi
kompetitif organisasi

a. Peluang
1. Proses pemanfaatan teknologi autofeeder mampu menjaga nilai survival rate yang
tinggi.
2. Nilai efisiensi yang lebih tinggi karena dalam proses pemberian pakan sudah
terautomasi menggunakan autofedeer
3. System budidaya yang terkontrol dan termonitoring secra real time, baik dari
pertumbuhan ikan maupun media yang digunakan dalam proses budidaya
b. Ancaman

Pemanfaatan autofeeder masih belum sepenuhnya berjalan optimal karena masih dalam
tahap pengembangan

2.4 Analisis Internal Factor Evaluation


Pada matriks ini, Matriks IFE merupakan rumusan analisis lingkungan internal.Matriks
ini memberikan rangkuman dan evaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai
bidang fungsional pada suatu unit usaha.Matriks IFE juga memberikan dasar pengenalan
dan evaluasi hubungan antar bidang-bidang fungsional tersebut.(Putra et al., 2014).
Adapun internal factor evaluation yang mempengaruhi PT. Mitra Bisnis Sepakat.

Tabel 2.4 Faktor IFE Matriks PT. Mitra Bisnis Sepakat.

A. STREGHT
1. Kemampuan Sumber Daya manusia dan Sumber Daya Alam yang sangat
mendukung di Indonesia
2. Akses sarana dan prasarana budidaya yang mudah dan berdampingan dengan
pusat kota
3. Memiliki system budidaya perikanan dengan metode sharing profit dan
system kepemilikan berkala yang bisa dimiliki para pelaku usaha budidaya.
B. WEAKNESS
1. Perkembangan teknologi di era 4.0 pemanfaatan teknologi budidaya
perikanan masih rendah
2. Kurangnya riset dan pengembangan modal usaha dalam budidaya perikanan
3. Kesulitan dalam mencari investor untuk modal usaha
4. Jangka waktu kepemilikan lahan budidaya perikanan terkesan lama.
5. Penentuan standar mutu produk budidaya
.

2.5 Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE)


Menurut Santoso (2013), matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation),
memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi
informasi ekonomi sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,
hukum, teknologi, dan persaingan. Pada bagian ini akan menguraikan rangkuman
faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi PT. Mitra Bisnis Sepakat.

Tabel 2.5 Faktor EFE Matriks PT. Mitra Bisnis Sepakat

A. Opportunities
1. Keadaan geografis lahan tambak yang mendukung dan strategis
2. Permintaan terhadap hasil tambak yang tinggi (komoditi ekspor yang laris)
3. Adanya pengembangan teknologi autofeeder yang membantu dalam usaha
bisnis budidaya perikanan
4. Dukungan pemerintah daerah dan perbankan dalam pemanfaatan teknologi
autofeeder
B. Threat
1. Permintaan kebutahan pasar yang berubah-ubah
2. Kurangnya kesadaran petani ikan terhadap pemanfaatan teknologi autofeeder
3. Perkembangan teknologi yang cepat sehingga melahirkan kompetitor yang lebih
maju
4. Potensi pemutusan kontrak kerjasama secara sepihak yang dilakukan oleh
petani atau pelaku budidaya.
BAB III

INTERNAL ANALYSIS FACTOR

3.1 Framework

Selain external Faktor, Internal faktor juga menjadi poin penting untuk menentukan strategi
bisnis perusahaan. Framework atau cara bepikir merupakan langkah awal untuk menentukan
tahapan selanjutnya. Dalam hal ini, PT.Mitra Bisnis Sepakat harus menggambarkan keadaan
internal dengan framework seperti figure dibawah.

Strength
Analysis Penilaian
Analysis Of Competitive
Of Resources dan
Demand Competion Advantage
capabilitas Weakness
d

Gambar Framework Analisa Faktor Internal PT. Mitra Bisnis Sepakat

Gambar Analisis Resources


Sumber

Grant, R. M. (2005). Contemporary Strategy Analysis: Concepts, Techniques, Applications(Fifth


Edition). Blackwell Publishing, Fifth Edition, 1–152.
https://pdfs.semanticscholar.org/82cd/88a606f2c2523eb730931325c976a0a77be6.pdf

Jimmy, P., & Mustamu, R. H. (2019). Analisis Strategi Pada Perusahaan Plastik Dengan Porter
Five Forces. Agora, 3(1), 736–741. https://media.neliti.com/media/publications/36308-ID-
analisis-strategi-pada-perusahaan-plastik-dengan-porter-five-forces.pdf

Luthfiyah, F. (2015). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian Kualitatif). In


Bandung: Rosda Karya.
http://www.academia.edu/download/35360663/METODE_PENELITIAN_KUALITAIF.do
cx

Mahadiansar, M., & Aspariyana, A. (2020). PEST Analysis Model dalam Pengembangan Potensi
Wisata Pulau Benan, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Indonesian Journal of Tourism
and Leisure, 1(1), 14–25. https://doi.org/10.36256/ijtl.v1i1.93

Putra, G. R., Tama, I. P., & Efranto, R. Y. (2014). Perencanaan Strategi Bisnis dengan
Menggunakan Strategy Formulation Framework Guna Meningkatkan Keunggulan Bersaing
(Studi Kasus : Koperasi Unit Desa “BATU”). Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Sistem
Industri, 2(1), 207–218. https://media.neliti.com/media/publications/128756-ID-
perencanaan-strategi-bisnis-dengan-mengg.pdf

Sudarwan, D. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai