2, Oktober 2017
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas kelapa sawit di kebun plasma Kecematan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Adapun metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Untuk
pengambilan sampel petani menggunakan metode random sampling / probalility sampling. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan februari sampai maret 2017, studi kasus bertempat di plasma PT.MNIS
ESTATE INDRA SAKTI. Metode analisis data menggunakan Skoring , yang artinya subjek diberi
skor sesuai dengan nilai skala kategori jawaban yang diberikan. Skor subjek pada setiap pertanyaan
kemudian dijumlahkan sehingga menjadi skor kohesivitas subjek. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui faktor - faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit ialah asal bibit, curah
hujan, perawatan, panen. Data produksi ini menunjukkan tingkat produksi yang cukup baik untuk
perkebunan non perusahaan yaitu 24.92 ton/ha/thn dan rata-rata sekali panen ialah 2.08 ton/ha.
Berdasarkan hasil kuesioner, persentase yang diberikan memperoleh hasil yang baik, data yang
diperoleh keseluruhan yaitu 87.78 % responden telah mengikuti sesuai dengan bimbingan perusahaan
dan 12.22 % responden tidak mengikuti bimbingan yang telah ditetapkan pihak perkebunan inti. Hal
tersebut menunjukan bahwa rata - rata petani memiliki pola pikir yang sudah baik.
Kata Kunci : Faktor-faktor yang berpengaruh Produktivitas, Plasma, Perawatan Kelapa Sawit.
Sebagian besar petani pekebun sangat lemah Terdapat beberapa faktor yang
dibidang permodalan. Pendapatan mereka mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa
yang rendah tidak memungkin digunakannya sawit, yaitu iklim, bentuk wilayah, Topografi,
sebagian mendapatkan pinjam berupa kredit Bahan Tanam, Teknik Budidaya ( Risza,
perbankan juga kecil, karena petani tidak 2009). Air hujan merupakan sumber air utama
memenuhui syarat-syarat yang diajukan oleh perkebunan kelapa sawit. Curah hujan yang
pihak perbankan. Dengan berbagai kelemahan ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah
tersebut, mudah dimengerti bahwa tingkat 2.500-3.000 mm/tahun dengan distribusi
produktivitas maupun mutu hasil yang dicapai merata sepanjang tahun, tidak terdapat bulan
petani sangat rendah, dan petani sulit kering berkepanjangan dengan curah hujan
diharapkan untuk mampu mengembangkan lebih dari 20 hari (Hadi, 2004). Musim kering
usahanya dengan cepat atas kekuatannya dan defisit air (water deficit) sangat besar
sendiri. pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa
Dengan diselenggarakannya program – sawit, water deficit merupakan suatu kondisi
program pengembangan Perkebunan Rakyat dimana suplai air tersedia tidak mampu
dengan pola – pola PIR, UPP, dan lain-lain. memenuhui kebutuhan air tanaman. Water
Kemampuan petani dalam usaha tani secara deficit pada tanaman kelapa sawit akan
berangsur dapat ditingkatkan, program- mempengaruhi proses kematangan tandan
program tersebut dasarnya mencakup bunga sehingga akan mengurangi jumlah
penerapan teknologi yang lebih maju, tandan buah segar yang akan dihasilkan
peningkatan kemampuan teknis dari petani, (Risza, 2009).
penyediaan modal, penyediaan sarana Terdapat pula hubungan antara
produksi, penyediaan sarana pengolahan hasil produksi dan kerapatan tanaman, kelapa sawit
dan lain-lain, sampai dengan bantuan dalam yang hidup di tempat yang terlindung dan
pemasarannya. kurang mendapat cahaya matahari
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) adalah pertumbuhanya akan meninggi, tidak normal,
pola pengembangan perkebunan di wilayah habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit,
lahan bukaan baru dengan perkebunan besar dan produksi bunga betina berkurang ( Risza.
sebagai inti yang membangun dan 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa
membimbing perkebunanan sekitarnya populasi tanaman kelapa sawit yang banyak di
sebagai plasma dalam suatu sistem kerja sama gunakan di perkebunan adalah antara 143
yang saling menguntungkan, utuh dan pokok/ha.
berkelanjutan. Perkebunan inti rakyat Pemupukan pada tanaman kelapa sawit
merupakan salah satu bentuk dari pertanian bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara
kontrak. Perkebunan inti rakyat sering bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dikombinasikan dengan pola transmigrasi, baik dan mampu berproduksi maksimal dan
seperti di Indonesia dan Papua Nuguini, untuk menghasilkan minyak berkualitas baik
tanaman perkebunan kelapa sawir, karet, the (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Untuk
dan lainnya. Pemabangunan sarana meningkatkan produksi maksimal kelapa
pengolahan serta fasilitas umum seperti jalan, sawit, maka dalam pelaksanaan pemupukan
sekolah, rumah ibadah, klinik dan lainnya harus mengacu pada tujuh tepat, yaitu tepat
termasuk dalam proyek perkebunan inti rakyat. jenis, dosis, waktu, cara, penempatan, dan
Salah tujuan pola perkebunan inti rotasi.
rakyat yaitu memobilisasi keunggulan atau Menurut Risza (2009) produktivitas
keahlian teknis dan manajerial yang dimiliki tanaman kelapa sawit juga bergantung pada
perkebunan besar untuk membantu komposisi umur tanaman. Semakin luas
mengembangkan perkebunan plasma bagi komposisi umur tanaman remaja dan tanaman
pemukim yang tidak memiliki tanah dan tua, semakin rendah produktivitas per
berada dilahan yang cocok untuk komoditas hektarnya. Komposisi umur tanaman ini
perkebunan. berubah setiap tahunya sehingga berpengaruh
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
Estate Maneger
(Mohon Simbolon)
Asisten KTU
Kepala
( Walsonor)
( Suwarno)
Personalia,
Asisten 1 Asisten 2 Asisten 3 Asisten 4 Pembukuan, Kasir,
Pembelian
Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okto Nov Des
Tahun Jumlah Rerata
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
2011 200.3 78.7 65.4 167 45 163 115 157 209 311 438 247 2196.4 337.9
2012 92 237 146 350 181 14 146 55 166 184 387 283 2241.0 344.8
2013 124 291 205 246 216 48 102 110 335 301 276 154 2408.0 370.5
2014 225 20 108 108 254 64 64 102 83 88 318 218 1652.0 254.2
2015 226 69 283 202.4 324 126 36 21 31 11 429 453 2211.4 340.2
2016 249 110 116 225 68 21 79 59 170 139 206.5 237 1679.5 258.4
Jumlah 1116.3 805.7 923.4 1298.4 1088.0 436.0 542.0 504.0 994.0 1034.0 2054.5 1592.0 12388.3 1905.9
Rerata 186.1 134.3 153.9 216.4 181.3 72.7 90.3 84.0 165.7 172.3 342.4 265.3 2064.7 317.6
Sumber : PT.MNIS
bulan kering. Dari data curah hujan PT.MNIS disebut bulan kering, jika dalam satu bulan
dapat kita ketahui bahwa ketersediaan jumlah terjadi curah hujan kurang dari 60mm.
curah hujan yang dibutuhkan tanaman kelapa Disebut bulan basah,jika dalam satu curah
sawit sudah tercukupi, dengan rata-rata 2064,7 hujannya lebihdari 100mm. Penentuan Tipe
mm/tahun. Iklim sebagai berikut.
Schmidt-Ferguson mengklafikasikan
iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan
Dari Tabel 5 dapat diketahui kategori yang akan digunakan dan nilai dari
pembagian kriteria kategori skor yang akan interval skor adalah 3.33. Setiap skor yang
diperoleh. Tabel 5 merupakan acuan bagi terkumpul dari responden akan dijumlah dan
peneliti untuk menentukan kategori dalam akan disesuaikan dengan kategori yang ada
penelitian berdasarkan skor yang terkumpul dalam tabel 5 serta, memberikan kategori
dari kuesioner dari 45 responden terpilih. predikat baik, sedang atau buruk. Hasil
Dimana skor diperoleh dari pengurangan penjumlahan skor disampaikan pada tabel 6.
interval skor. Interval skor diperoleh dari 3
akan meninggi, tidak normal, habitusnya maksimal dipengaruhi juga oleh pengetahuan
kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan responden terhadap rekomendasi pupuk yang
produksi bunga betina berkurang ( Risza. dibutuhkan per tanaman, dimana responden
2009). sebanyak 82,22 % telah mengetahui dosis
Hasil dari pertanyaan ketiga tentang pupuk yang dibutuhkan tanaman sesuai
pengendalian gulma secara rutin yang dengan umur tanaman dan 17,78 % tidak
dilakukan, dari jawaban responden memiliki mengtahui kebutuhan pupuk per pokok
perbedaan dimana sebanyak 35 responden tanaman pada umur tertentu
melaukan pengendalian secara rutin dan 10 Pruning merupakan kegitan
responden tidak melakukan pengendalian pengurangan jumlah plepah yang ada di pokok
secara rutin. Pengendalian gulma perlu tanaman dengan tujuan untuk menjaga
dilakukan karena pentingnya pertumbuhan keseimbangan fisiologis dan sanitasi tanaman
tanaman inti, diharapkan dengan pengendalian kelapa sawit. Hasil kuesioner responden
gulma yang terpadu dapat mengurangi memperoleh data sebesar 86,67 % melakukan
persaingan perebutan unsur hara bagi tanaman pruning sesuai dengan rotasi panen serta
inti sehingga produksi akan maksimal. sebanyak 15,33 % melakukan pruning sesuai
Persentase jawaban responden memiliki 77,78 dengan kebutuhan kemudahan pengambilan
% responden telah melakukan perawtan dan buah. Hal ini menunjukkan kurangnya
22,22 % responden tidak memalukan pemahaman petani tentang manfaat melakukan
perawatan gulma secara rutin dengan alasan pruning sesuai dengan rotasi dan selalu
penghemat biaya. menjaga keseimbangan plepah yang terdapat
Pengendalian hama yang dilakukan di di pokok tanaman kelapa sawit.
koperasi Sejahtera PT.MNIS INDRA SAKTI Pengetahuan fraksi panen berfungsi
mengikuti badan riset yang dilakukan oleh untuk memperkirakan hasil panen, bukan
pihak perkebunan di wilayah plasma. Dari hanya kuantitas panen tetapi kualitas panen.
hasil kuesioner mendapatkan informasi Kriteria buah masak di plamsa PT.MNIS
sebanyak 35 responden melakukan perawatan INDRA SAKTI telah sesuai dengan kriteria
secara rutin dan 10 responden melakukan buah masak yaitu dengan dengan berondol 1/
perawatan yang tidak rutin. Kegiatan kg TBS. Data yang diperoleh peneliti tentang
pengendalian hama dilakukan berdasarkan pengetahuan responden terhadap kriteria
hasil riset dimana kebun yang serangan hama matang pamen yaitu 100 % responden
semakin kesar akan melakukan perawatan menjawan “iya” hal ini menunjukkan
yang lebih rutin dibanding dengan kebun yang pengetahuan responden yang sangat tinggi
memiliki tingkat serangan masih dibawah terhdap kriteria buah matang.
ambang ekonomi. Kutip berondolan merupakan kegitan
Pemupukan merupakan suatu kegitan pengambilan berondolan kelapa sawit yang
yang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan jatuh atau terpisah dari TBS sehabis dilakukan
hara bagi tanaman. Dalam kegiatan pemanenan sesuai dengan kriteria buah masak
pemupukan yang dilakukan diberikan dosis dimana setiap 1 berondolan mewakili 1 kg
yang sesuai untuk setiap tanaman dari data TBS. Kegiatan ini dilakukan karena sumber
riset yang telah dilakukan oleh pihat minyak kelapa sawit berada pada buah
perkebunan inti. Tetapi tidak semua responden (berondol). Dalam penelitian ini untuk
yang terlibat dalam penelitian ini melakukan kuesioner pengutipan berondolan diperoleh
pemupukan sesuai dosis yang telah ditentukan data sebesar 86,67 % responden melakukan
oleh pihak perkebunan inti. Kasus ini pengutipan dan 13,33 % respon tidak
ditunjukkan hasil kuesioner yang didapa, melakukan pengutipan.
dimana 88,89 % responden melakukan Berdasarkan tabel 7 hasil produksi
pemupukan sesuai dosis yang telah ditentukan tanaman kelapa sawit menunjukkann hasil
dan 11,11 % melakukan pemupukan yang yang berdeda dalam produktifitasnya. Dimana
tidak sesuai. Kegiatan pemupukan yang tidak 77,78 % responden memiliki produktifitas
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
yang sesuai dengan target dan sebesar 22,22 % dengan prosedur yang diharapkan dan 12,22 %
responden memiliki tingkat produktifitas yang responden belum melakukan sesuai dengan
tidak sesuai dengan target. Data ini prosedur yang ditetapkan oleh perkebunan inti.
menunjukkan kesembilan faktor yang ada Tabel 6 juga menjelaskan bahwa faktor satu
berpengaruh terhadap faktor yang kesepuluh sampai dengan faktor ke sembilan
yaitu produktifitas tanman kelapa sawit. berpengaruh terhadap faktor kesepuluh yaitu
Berdasarkan data yang berada di tabel kesesuain produksi terhadap target yang
7 secara umum diperoleh persentase sebesar ditetapkan. Berikut hasil tabulasi data produksi
87,78 % responden telah melakukan sesuai responden .
Tabel 8 menunjukkan produksi responden per ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
tahun setiap KUD, dimana total produksi mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit
adalah 24.92 ton/ha/thn dan rata-rata sekali telah terpenuhi dengan baik, hal ini sesuai
panen ialah 2.08 ton/ha. Data produksi ini literature yang ada pada peneliti yaitu ada
menunjukkan tingkat produksi yang cukup beberapa faktor yang mempengaruhi
baik untuk perkebunan non perusahaan. Hasil produktivitas tanaman kelapa sawit, yaitu
panen tertinggi ialah responden no.18 dimana iklim, bentuk wilayah, Topografi, Bahan
rata-rata produksi 2.66 ton/ha dan hasil panen Tanam, Teknik Budidaya ( Risza, 2009).
terendah ialah responden no.43 dimana rata- Pengelolaan petani kebun plasma
rata produksi hanya 0.89 ton/ha. dibimbing langsung oleh PT.MNIS dari
PEMBAHASAN Pengukuran kavling, Pembentukan kelompok
Dalam penelitian ini, peneliti tani, Undian Blok / Kavling, Penilaian awal
memberikan kuesioner kepada responden fisik kebun, Permohonan Penilaian teknis,
tentang faktor-faktor yang berpengaruh Penilaian Teknis Akhir Kebun, Pembuatan
terhadap tanaman kelapa sawit di kebun sertifikat, Masa Penyerahan Kebun, Perjajian
plasma PT.MNIS INDRA SAKTI. Dengan Kerjasama antara Inti, KUD, Kelompok Tani
jumlah responden yang diambil secara acak dan Bank, Pelaksanaan alih kebun atau akan
dan berjumlah 45 responden dari berbagai kredit, Bertangung jawab untuk membina
koperasi yang ada. KUD, kelompok tani serta memotong hasil
Persentase yang diperoleh dari produksi petani untuk pembayaran kredit
kuesioner yang diberikan memperoleh hasil pembangunan kebun pada Bank pelaksana,
yang baik, data yang diperoleh keseluruhan Menerima hasil produksi petani peserta
yaitu 87.78 % responden telah mengikuti melalui KUD.
sesuai dengan prosedur dan 12.22 % Keberhasilan pengelolaan kebun
responden tidak mengikuti prosedur yang telah plasma sangat tergantung pada kemampuan
di tetapkan oleh pihak perkebunan inti. pengelolaan secara teknis dan pemahaman
Hasil dari kuesioner menunjukkan terhadap aturan yang ditetapkan dan
penelitian ini dalam kategori baik karena koordinasi dengan instansi terkait.
memiliki skor kategori 18,69 hal ini sesuai Pengelolaan teknis agronomi kebun plasma
dengan tabel penentuan kategori dalam tabel yang baik dapat dimiliki oleh inti sebelum
3.dalam penelitian ini diperoleh skor terendah kavling diserahkan pada petani peserta pada
yang diperoleh adalah 15 sebanyak 1 umur 48 bulan.
responden dan skor tertinggi yang diperoleh Penyebab terjadinya perbedaan
adalah 20 sebanyak 18 responden. Dengan hal produksi panen petani ialah tata cara
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
pengelolaan kebun. 22.22% responden yang dicapai belum bisa seperti yang ada pada
menjawab tidak untuk perawatan pengandalian perkebunan inti. Dimana sebagian anggota
gulma dan hama. Jika tidak sering melakukan koperasi hanya melakukan perawatan ketika
pengendalian gulma maka akan menyebabkan tanaman membutuhkan tetapi tidak
menurunya produksi akibat dalam mengendalikan terlebih dahulu seperti yang
pengambilan unsur hara,air dan sinar matahari. dilakukan oleh kebun inti. Serta pemupukan
Serta menjadi inang bagi hama di samping yang dilakukan kurang maksimal dimana
bersifat pathogen yang menyerang tanaman. anggota hanya memupuk tanaman sewajarnya
Serta pemupukan yang kurang sebagai cara perawatan yang sewajarnya.
konsisten oleh petani, karena tingginya biaya Diharapkan dengan hasil penelitian ini
pembelian pupuk sehingga sebagian petani masyarakat akan lebih memperhatikan aspek-
jarang melakukan pemupukan. Salah satu aspek faktor yang mempengaruhi produktifitas
faktor yang meningkatkan produksi ialah dan cara aplikasinya untuk melakukan
pemupukan, karena dapat memberikan perawatan yang optimal sehingga produksi
kontribusi yang sangat luas dalam yang diharapkan dapamaksimal. Jika produksi
meningkatkan produksi dan kualitas produk maksimal akan memberikan kesejahteraan
yang dihasilkan. bagi petani plasma kebun plasma PT.MNIS
Curah hujan yang ada di daerah INDRA SAKTI.
penelitian berdasarkan pembagian iklim
Scmhidt-Ferguson masuk dalam kategori KESIMPULAN
basah dengan persentase 25 %. Pembagian Dari hasil penelitian dan pembahasan
iklim Scmhidt-Ferguson dibagi menjadi 8 menunjukkan kategori nilai yang baik,
kategori dimana kategori basah memiliki nilai penelitian ini dapat diambil beberapa
14,3 % - 33.3%. pembagian iklim berdasarkan kesimpulan diantaranya :
nilai Q, Nilai Q diperoleh dari jumlah bulan 1. Faktor-faktor yang berpengaruh
kering dibagi dengan jumlah bulan basah. Di terhadap produktivitas ialah asal bibit,
daerah penelitian memiliki 8 bulan basah, 2 iklim, perawatan ( pupuk,pengendalian
bulan lembab dan 2 bulan kering. gulma ,hama, pruning) dan panen
Berdasarkan hasil kuesioner yang 2. Keberhasilan pengelolaan kebun plasma
menunjukkan skor kategori baik, hal ini diikuti tergantung pada kemampuan petani
oleh produksi dalam 1 tahun yang ada di secara teknis dan memahami terhadap
koperasi kebun plasma PT.MNIS INDRA bimbingan dari perusahaan inti.
SAKTI memiliki produksi rata-rata 24.92 3. Berdasarkan hasil kuesioner, diperoleh
ton/ha/thn. Dari tabel produksi menunjukkan yaitu 87.78 % responden telah
produksi yang cukup memuaskan untuk mengikuti sesuai dengan bimbingan
kategori kebun plasma perkebunan. Faktor- dan 12.22 % responden tidak
faktor yang mempengaruhi produksi tanaman mengikuti bimbingan yang telah di
kelapa sawit dalam penelitian ini memiliki tetapkan oleh pihak perkebunan inti.
hubungan yang baik untuk produksi tanaman
kelapa sawit. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini sejalan dengan beberapa Anonim. 2012. Persebaran Jenis Tanah dan
literature yang ada dalam latar belakang Pemanfaatannya di Indonesia.
penelitian, dimana produktifitas tanaman http://ips-abi.blogspot.co.id. Diakses
kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor-faktor tanggal 26 Februari 2016 pukul 12.41
seperti asal bibit, cara penanaman, perawatan Wib.
(pengendalian hama, gulma, penyakit dan Anonim. 2014. Pertumbuhan Areal Kelapa
pemupukan) dan iklim yang mendukung Sawit Meningkat.
kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. http://ditjenbun.pertanian.go.id.
Kurangnya perawatan yang intensif dari Diakses tanggal 20 januari 2017 pukul
anggota koperasi memungkinkan produksi 13.00 WIB.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017