Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MEDIA TANAM COCOPEAT DAN SEKAM PADI

SECARA HIDROPONIK TERHADAPPERTUMBUHAN


BIBITKELAPA SAWIT DIPEMBIBITAN AWAL

THE INFLUENCE OF COCOPEAT AND RICE HUSK GROWING MEDIA


HYDROPONICALLY ON THE GROWTH OF PALM OIL
SEEDLING IN PRE NURSERY
1
Aulia Juanda Djs, 2Hardiansyah Sinaga, 3Ranto Mangasi Sitorus.
123
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

*Email: aulia_juanda@stipap.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam cocopeat dan sekam padi secara
hidroponik terhadap pertumbuhan benih kelapa sawit di pra pembibitan. Penelitian ini dilakukan
dalam percobaan kebun rumah grenn di STIPAP Medan. Penelitian ini dikodekan dari April hingga Juli
2018. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non-faktorial, yang terdiri dari empat
perlakuan yaitu M0 (Tanah teratas), M1 (Cocopeat), M2 (Sekam padi), M3 (Cocopeat dicampur
dengan sekam padi) ). Tiga plot / sampel untuk setiap perlakuan dengan empat ulangan. Parameter
yang diamati adalah tinggi tanaman, batang, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot
basah tanaman, bobot kering tanaman, panjang akar. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik
dengan analisis ragam (ANOVA) dengan uji lanjutan duncan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh cocopeat dan media sekam padi tidak berpengaruh signifikan terhadap parameter tinggi
benih, jumlah daun, berat basah akar, bobot kering akar, bobot basah tanaman, bobot basah tanaman,
bobot kering tanaman, dan panjang akar.
Kata kunci: bibit kelapa sawit, media tanam, hidroponik.

Abstract
This study aims to determine the effect of cocopeat and rice husk growing media hydroponically on the
growth of palm oil seeding in pre nursery. This research was earried out in the grenn house garden
experiment of STIPAP Medan. This research was coducted from April to July 2018. This study uses a non
factorial randomized block design, which consists of four treatments namely M0 (Top soil), M1
(Cocopeat), M2 (Rice husk), M3 (Cocopeat mixed with rice husk). Three plots/samples for each treatment
with four replicationts. The parameters observed are plant height, stem, number of leaves, root wet
weight, root dry weight, plant wet weight, plant dry weight, root length. The data obtainedwas analyzed
statistically by analisis of varience (ANOVA) with duncan’s advanced test 5%. The results showed that
the effect of cocopeat and rice husk media had no significant effect on the parameters of seed height,
number of leaves, root wet weight, root dry weight, plant wet weight, plant dry weight, and root length.
Keywords : palm oil seedlings, plant media, hydroponically.
PENDAHULUAN pembibitan (Bahrum & Lubis, 1982).
Tanaman kelapa sawit (Elaeis
Adapun faktor penentu lain dalam
guineensis Jacq.) merupakan salah satu
Hasil Penelitian
tanaman perkebunan penghasil minyak
Pengolahan benih tersebut
nabati yang telah menjadi komoditas
dipengaruhi oleh media tanam yang
pertanian utama dan unggulan di
digunakan. Umumnya digunakan adalah
Indonesia. Perkebunan kelapa sawit
tanah lapisan atas (top soil) yang subur,
merupakan sumber pendapatan bagi
menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit
jutaan keluarga petani, sumber devisa
(2005) media tanam yang biasa
negara, penyedia lapangan kerja, serta
digunakan dalam pembibitan kelapa
sebagai pendorong tumbuh dan
sawit adalah top soil dengan ketebalan
berkembangnya industri hilir berbasis
10-30 cm.Penggunaan media tanam yang
minyak kelapa sawit di Indonesia
tepat akan menentukan pertumbuhan
(Nu’man, 2009).Luas areal perkebunan
bibit yang ditanam. Secara umum media
kelapa sawit di Indonesia pada tahun
tanam yang digunakan haruslah
2017 adalah 12.307.677 Ha dengan total
mempunyai sifat yang ringan, murah,
produksi 35.359.384 ton CPO, meningkat
mudah didapat, gembur, dan subur,
dari produksi di tahun 2016 (Direktorat
sehinggamemungkinkanpertumbuhan
Jenderal Perkebunan, 2017).
bibit yang optimum (Erlan, 2005).
Produktivitas yang tinggi
Sekam padi dan cocopeat merupakan
merupakan impian yang sangat
hasil limbah pertanian yang murah dan
diinginkan oleh para pengusaha kelapa
mudah didapatkan (Novita et al, 2012).
sawit, karena hal tersebut akan
Cocopeat tersebut tersusun atas
meningkatkan keuntungan bagi mereka
senyawa ligneselulosa (senyawa
(Sunarko, 2010).Masalah yang
kompleks lignin, selulosa, dan
ditemukan dalam persawitan Indonesia
hemiselulosa). Hermiselulosa bersifat
cukup kompleks menyebabkan
hidrofibil ( mudah menyerap air) yang
rendahnya produktivitas perkebunan
mengakibatkan strukturnya yang kurang
kelapa sawit. Langkah pertama yang
teratur dan pada selulosa dalam keadaan
dapat menunjang keberhasilan
kering bersifat higroskopik (baik
perkebunan kelapa sawit adalah
menyerap air), keras, juga rapuh. Sifat
selulosa ini yaitu untuk tidak larut dalam menguji dan mendapatkan informasi
air dan sangat mudah menyerap air tentang pengaruh berbagai macam
(Nisa dan Widya, 2014).Sekam padi media penanaman bibit kelapa sawit.
merupakan limbah yang mempunyai Dan mengetahui pengaruh media tanam
sifat-sifat antara lain: ringan, drainase terhadap bibit kelapa sawit dengan
dan aerasi yang baik, tidak sistem hidroponik. Target Temuan
mempengaruhi pH, ada ketersediaan Penelitian ini diharapkan dapat
hara atau larutan garam namun mengetahui perbandingan media tanam
mempunyai kapasita penyerapan air dan di pembibitan dengan cara hidroponik.
hara rendah dan harganya murah. Kontribusi Penelitian ini diharapkan
Sekam padi mengandung unsur N menjadi salah satu sumber informasi
sebanyak 1% dan K 2% (Rahardi yang bermanfaat bagi petani dan
1991).Hidroponik merupakan metode perkebunan kelapa sawit tentang
bercocok tanam tanpa tanah. Bukan pembibitan kelapa sawit dengan cara
hanya dengan air sebagaiJurnal Agro hidroponik.
Estatemedia pertumbuhannya, seperti
makna leksikal dari kata hidro yang METODE PENELITIAN
berarti air, tapi juga dapat menggunakan Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
media-media tanam selain tanah seperti Kaca Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, Agrobisnis Perkebunan STIPAP Medan.
pecahan batu karang atau batu bata, Waktu penelitian mulai bulan April-Juli
potongan kayu, dan busa. (Siswadi, 2018.
2006). Rancangan acak kelompok(RAK) Non
Urgensi Penelitian Kelapa sawit Faktorial dengan perlakuan M0 (media
termasuk tanaman yang membutuhkan top soil), M1 (cocopeat), M2 (sekam
lahan yang luas, dibandingkan dengan padi), M3 (cocopeat dicampur sekam
tanaman keras lainnya atau padi). Penelitian diulang sebanyak 4 kali.
perkebuanan lainnya. Ketersediaan Setiap sample / populasi sebanyak 3 kali.
lahan merupakan salah satu faktor Total keseluruhan bibit 48 bibit. Data
pembatas utama bagi pertumbuhan dan hasil penelitian dianalisis menggunakan
produksi tanaman kelapa sawit. Tujuan analisis sidik ragam. Bahan yang
Khusus dari penelitian ini adalah untuk digunakan adalah kecambah kelapa
sawit DxP Langkat, polybag, cocopeat, 4. Aplikasi larutan Nutrisi
sekam padi, air, nutrisi ABMix. Alat yang Penambahan larutan nutrisi secara
digunakan plastik, pompa air, selang, hidroponik dilakukan setiap tiga hari
TDS meter, pH meter, timbangan sekali atau setiap terjadi penurunan
analitik, gelas ukur, alat tulis. konsentrasi larutan nutrisi setelah
dilakukan pengecekan konsentrasi
setiap hari. Dan untuk media
Tahapan Penelitian : konvensional menggunakan pupuk urea
1. Penyediaan Bahan Tanaman yang dicairakan dengan dosis yang telah
Kecambah yang digunakan berasal dari ditentukan oleh PPKS.
PPKS Medan. Kecambah yang digunakan 5. Pemeliharaan
dalam penelitian ini merupakan hasil Proses perawatan yang dilakukan
seleksi, dengan jenis kecambah DxP selama proses pembudidayaan tersebut
PPKS varietas Langkat. meliputi penggantian larutan nutrisi,
2. Pengisian Polybag pemupukan, serta pengendalian hama
Tanah ultisol dikering anginkan terlebih dan penyakit secara manual.
dahulu. Kemudia diayak untuk Pengamatan dan Indikator
membuang sisa kayu dan akar, lalu 1. Tinggi Tanaman (cm)
masukan ke dalam polybag diisi penuh Tinggi tanaman diukur dari pangkal
da padat agar tidak terjadi rongga- batang (palm bole) sampai ujung daun
rongga serta bagian aras disisakan lebih tertinggi menggunakan meteran.
kurang 2cm. Begitu juga degan cocopeat Pengukuran dilakukan pada umur bibit 4
dan sekam padi. Polybag diisi penuh minggu hingga 12 minggu. Pengamatan
hingga tidak terdapat rongga lalu di dilakukan dengan interval waktu 1
siram sehingga betul padat. minggu sekali.
3. Penanaman Bibit 2. Jumlah Daun
Paling lambat sehari sebelum Jumlah daun dihitung dari bagian
penanaman kecamba, tanah, cocopeat daun terbawah sampai daun termuda
dan sekam padi dalam polybag disiram yang telah membuka sempurna.
hingga benar benar basah. Tiap polybag Pengukuran dilakukan pada umur bibit 4
ditanam 1 benih kecambah dengan minggu hingga 12 minggu. Pengamatan
kedalaman 2 cm dari permukaan tanam.
dilakukan dengan interval waktu 1 6. Bobot Kering Tanaman (g)
minggu sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara
3. Bobat Basah Akar (g) mengeringkan seluruh bagian tanaman
Pengambilan data bobot basah akar di dalam oven hingga diperoleh bobot
dilakukan bersamaan waktu dengan konstan. Pengamatan dilakukan di akhir
pengambilan data bobot basah dan pengamatan.
bobot kering tanaman. Pemisahan akar 7. Panjang Akar (cm)
dari bagian atas tanaman dilakukan Pengamatan panjang akar dilakukan
dengan cara memisahkan akar bagian dengan cara mengukur panjang akar dari
atas tanaman pada atas dasar pelepah bonggol (bole) hingga ujung akar.
(bole)dengan menggunakan pisau tajam. Pengamatan ini dilakukan di akhir
Pengamatan dilakukan pada akhir pengamatan.
pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Bobot Kering Akar (g) 1. Tinggi Bibit (cm)
Periode pengambilan data bobot kering Umur
M0 M1 M2 M3
akar dilakukan bersamaan waktu Bibit
4 MST 14,92 13,98 13,44 13,62
dengan pengambilan data bobot basah
5 MST 17,00 15,93 15,45 15,66
akar, bobot basah tanaman dan bobot
6 MST 19,52 18,34 17,82 18,93
kering tanaman. Pengamatan dilakukan 7 MST 21,39 20,37 20,58 20,89
dengan cara mengeringkan seluruh 8 MST 22,66 22,54 22,04 22,40

bagian akar yang sudah terpisah dari 9 MST 25,79 25,25 25,58 25,73
10 MST 27,57 27,81 27,38 28,31
tajuk tanaman kemudian dimasukkan ke
11 MST 29,09 28,75 28,08 29,14
dalam oven hingga diperoleh bobot
12 MST 31,35 31,30 30,23 31,58
tetap. Pengamatan dilakukan pada akhir
Total 209,28 204,26 200,58 206,26
pengamatan. Rataan 23,25 22,70 22,29 22,92
5. Bobot Basah Tanaman (g) Berdasarkan data tabel 4.1 diatas
Bobot basah tanaman dilakukan dengan menunjukan bahwa parameter tinggi
cara menimbang seluruh bagian bibit pada perlakuan mulai 4 minggu
tanaman yang telah dibersihkan dari setelah tanam sampai ke 12 minggu
tanah maupun kotoran lainnya. setelah tanam diperoleh pengamatan
Pengamatan dilakukan di akhir tinggi rata-rata terbesar adalah pada
pengamatan. perlakuan M0 yaitu 23,25 cm.
Sedangkan tinggi rata-rata yang paling air, bersifat plastis, dan mempunyai
kecil terdapat pada perlakuan M2 yaitu permukaan kontak antara molekul yang
22,29 cm. Berdasarkan sidik ragam lebih luas dari selulosa.
menunjukan bahwa perlakuan media 2 Jumlah Daun (Helai)
tanam berpengaruh tidak nyata Umur bibit M0 M1 M2 M3

terhadap tinggi bibit pada pengamatan 4 MST 0,67 0,83 0,92 1,00
5 MST 1,33 1,50 1,50 1,50
ke 4 sampai dengan ke 12 minggu
6 MST 1,67 1,83 1,67 1,83
setelah tanam. Pertumbuhan tinggi bibit
7 MST 2,00 2,08 2,08 2,08
kelapa sawit pada M0 yaitu media tanah 8 MST 2,33 2,83 2,75 2,92
menunjukan angka tertinggi yaitu 31,35 9 MST 2,92 3,00 3,00 3,00
cm. Pada M1 menunjukkan angka 10 MST 3,08 3,17 3,00 3,08

tertinggi yaitu 31,30 cm. Pada M2 11 MST 3,67 4,00 3,58 3,50
12 MST 4,00 4,17 3,92 4,00
menunjukkan angka tertinggi pada
Total 21,67 23,42 22,42 22,92
30,23 cm. Pada M3 menunjukkan angka
Rataan 2,41 2,60 2,49 2,55
tertinggi pada 31,58 cm. Pertumbuhan Hasil sidik ragam menunjukan
bibit kelapa sawit pada parameter bahwa pengaruh media tanam
tinggi tanaman yang diukur berpengaruh tidak nyata terhadap
menunjukan bahwa media cocopeat parameter pertambahan jumlah daun
pada bibit kelapa sawit mampu bibit kelapa sawit. Pertambahan jumlah
menyimpan air untuk kebutuhan daun yang paling tinggi dari semua
tanaman kelapa sawit sehingga dapat perlakuan adalah M1 yaitu 4,17 helai.
menjaga kelembapan media tanam Sedangkan yang paling rendah adalah
cocopeat. Karena didalam cocopeat M2 yaitu 3,92 helai. Walaupun tidak
tersebut terdapat senyawa kimia yaitu menunjukan perbedaan yang signifikan
legnin, selulosa, dan hemiselulosa yang dalam taraf 5% namun perlakuan media
memiliki serat panjang dan kuat tanam cenderung menghasilkan jumlah
sehingga dapat menyerap air. Hal daun (helai) lebih besar dari pada media
tersebut sesuai pendapat Dixit and tanah. Diduga bahwa penggunaan media
Preeti (2012) serat lignoselulosa adalah tanam cocopeat dapa membantu media
hidrofil dan menyerap kelembapan. tanam untuk menahan kandungan air
Menurut oshima (1995) molekul yang banyak dibutuhkan oleh tanaman
hemiselulosa lebih mudah menyerap
kelapa sawit. Menurut pendapat akar adalah M2 berkisar 2,15 gr. Bobot
Salisbury dan Ross (1997) ketersediaan basah akar setelah dibongkar tanpa ada
air yang cukup untuk memenuhi proses pengeringan terlebih dahulu. Lalu
kebutuhan air bagi tanaman sangat penimbangan dilakukan meggunakan
penting. Apabila ketersediaan air tanah timbangan analitik dengan satuan gram.
kurang bagi tanaman maka akibatnya air Sistem perakaran tanaman lebih
sebagai bahan baku fotosintesis, dikendalikan oleh sifat genetik dari
transpotasi unsur hara ke daun akan tanaman yang bersangkutan, kondisi
terhambat sehingga akan berdampak tanah, atau media tanam.
pada produksi yang dihasilkan. Menurut
Jumin (2002) air sangat berfungsi dalam 4 Bobot Kering Akar (gr)
pengangkutan atau transportasi unsur Taraf perlakuan Bobot kering akar(gr)

hara dari akar ke jaringan tanaman, M0 0,65


M1 0,46
sebagai pelarut garam-garaman, mineral
M2 0,51
serta sebagai penyusun jaringan
M3 0,47
tanaman. Pangaribuan (2001),
Dapat dilihat pada berat kering
mengatakan bahwa jumlah daun sudah
akar pada masing masing perlakuan
merupakan sifat genetis dari tanaman
media tanam padan 12 minggu setelah
kelapa sawit dan juga tergantung pada
tanam (MST) terlihat bahwa berat kering
umur tanaman.
akar tertinggi adalah 0,65 gr. Berat
3 Bobot Basah Akar (gr)
kering akar setelah dibongkar di
Taraf perlakuan Bobot basah akar(gr)
timbang berat basah terlebih dahulu lalu
M0 2,49
melakukan pengovenan. Penimbangan
M1 2,40
M2 2,15 dilakukan meggunakan timbangan
M3 2,24 analitik dengan satuan gram. Menurut
Dapat dilihat pada berat basah Murti, Rugayah dan Rusdi (2006)
akar pada masing masing perlakuan mengemukakan bahwa Pemanjangan
media tanam padan 12 minggu setelah akar yang terhambat maka diteruskan
tanam (MST) terlihat bahwa bobot basah dengan pertumbuhan sekunder yaitu
akar tertinggi adalah 2,49 gr, dan bobot pelebaran akar yang disebabkan oleh
terendah pada parameter bobot basah aktivitas meristem lateral yaitu
pembentukan kambium. Pelebaran akar Taraf
menyebabkan diameter akar semakin perlakuan Bobot kering bibit (gr)
besar yang selanjutnya mempengaruhi M0 1,80
bobot kering akar. M1 1,80
M2 2,90
5 Bobot Basah Bibit (gr) M3 2,30
Taraf Berat basah tanaman Menunjukkan bahwa bobot
perlakuan (gr) kering bibit kelapa sawit pada 12
M0 10,00 minggu setelah tanam yaitu pada saat
M1 9,00 bongkar tanaman bahwasannya pada
M2 9,00 media tanam M2 menunjukkan angka
M3 9,00 yang paling tertinggi yaitu 2,90 gr dan
Menunjukkan bahwa bobot basah pada perlakuan media tanam M0 dan
bibit kelapa sawit pada 12 minggu media tanam M1 yang terendah yaitu
setelah tanam yaitu pada saat bongkar 1,80 gr. Menurut Lakitan (2007) bobot
tanaman bahwasannya pada media kering bibit yang terbentuk
tanam M0 menunjukkan angka yang memcermikan banyaknya fotosintesis
paling tertinggi yaitu 10,00 gr dan pada sebagai hasil fotosintesis. Karena berat
perlakuan media tanam cocopeat, sekam kering sangat tergantung pada laju
padi bakar, dan cocopeat camput sekam fotosintesis.
padi bakar yang terendah yaitu 9,00 gr.
Peran unsur N bagi tanaman 7 Panjang Akar (cm)
adalahmerangsang pertumbuhan tinggi Taraf perlakuan panjang akar
tanaman khususnya pada batang dan M0 35,80
daun sehingga meningkatkan bobot M1 27,50
basah dari tanaman (Schucardt et al., M2 47,70
2001). Hal ini dapat di lihat dari M3 38,60
bertambahnya tinggi tanaman dan Bahwa panjang akar bibit kelapa
volume akar maka akan meningkatkan sawit pada 12 minggu setelah tanam
bobot basah tanaman kelapa sawit. yaitu pada saat bongkar tanaman
bahwasannya pada media tanam M2
6 Bobot Kering Bibit (gr) menunjukkan angka yang paling
tertinggi yaitu 47,70cm dan pada media 3. Penggunaan media tanam cocopeat
tanam M1 yang terendah yaitu 27,50 cm. dicampur dengan sekam padi
Pada parameter panjang akar berpengaruh tidak nyata pada semua
menunjukan bahwa perlakuan media parameter yang diamati. Media
tanam pada sekam padi pada cocopeat dan sekam padi yang paling
pengamatan 12 minggu setelah tanam baik pada parameter tinggi tanaman
angka paling tinggi 47,70 cm.
Dikarenakan sekam padi memiliki REFERENSI
tekstur yang remah, drainase dan airasi Badan Pusat Statistik , Luas Perkebunan
yang baik. Hal itu sesuai pendapat Menurut Proponsidan Jenis
taufiqullah (2017) akar tanaman akan Tanaman Indonesia 2017. Di
mudah untuk menembus struktur tanah Akses(unduh) 20 maret 2018
yang remah, sehingga perakaran akan Erlan. 2005. Pengaruh Berbagai Media
berkembang dengan baik. Struktur tanah Terhadap Pertumbuhan Bibit
yang remah pada umumnya Mahkota Dewa Di Polybag. Jurnal
menghasilkan laju pertumbuhan Akta Agrosia Vol. 7 No 2 hlm 72-75.
tanaman yang lebih tinggi, jumlah dan Sekolah Ilmu Pertanian Sriwigama.
panjag akar tanaman yang tumbuh pada Http://www.kebonkembang.com,
tanah remah umumnya lebih pajang. 2009.Ragam Media. Diakses Tanggal
5 Agustus 2018.
KESIMPULAN Istiqomah, S. 2007. Menanam
1. Penggunaan media tanamcocopeat Hidroponik. Azka Press. Jakarta. 84
berpengaruh tidak nyata pada semua hlm.
parameter yang diamati, tetapi media Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis
cocopeat yang paling baik pada guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
parameter jumlah daun. Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar
2. Penggunaan media tanam sekam padi Kuala, Sumatera Utara. 435 hal.
berpengaruh tidak nyata pada semua Nisa D. Dan Widya D.R.P. 2014.
parameter yang diamati, tetapi media Pemanfaatan Selulosa Dari Kulit
sekam padi yang paling baik pada Buah Kakao (Teobroma cacao L.)
parameter berat kering tanaman dan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cmc
panjang akar. (Carboxymethyl cellulose). FTP
Universitas Brawijaya Malang. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol.2 no.3.
Nu’man, M. 2009. Pengelolaan Tenaga
Kerja Perkebunan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) di
Perkebunan PT. Cipta Futura
Plantation, Muara Enim, Sumatera
Selatan. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Novita, D., I. Juliyarsi dan G. Fuadi. 2012
Kadar Protein, kadar Lemak dan
Organileptik Telur Asin Asap
Berbahan Bakar Sabut Kelapa.
Fakultas Perternakan Universitas
Andalas. Padang
Rahardi,F. 1991. Hidroponik Semakin
Canggih. Trubus : XXII (264) :
196198.
Sunarko, 2010. Budidaya dan
Penggolaan Kebun Kelapa Sawit
dengan Sistim Kemitraan.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Usman, E., el al.2014. Respon
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) Diprenursery
Akibat Pemberian Pupuk Melalui
Daun. Fakultas Pertanian Universitas
Tridinanti Palembang. Palembang.

Anda mungkin juga menyukai