1, Tahun 2019
mulonoapriyanto71@gmail.com
Abstrak
Salah satu upaya yang saat ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
memastikan keberlanjutan pengembangan industri kelapa sawit adalah menciptakan
standar keberlanjutan yang disebut Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dalam
peraturan presiden no 44 tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan nilai kemampuan petani swadaya kelapa sawit di Indragiri Hilir untuk
memenuhi standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan mengidentifikasi
masalah yang dihadapi dalam mencapai standar-standar ini. Evaluasi kemampuan
petani swadaya untuk mencapai standar ISPO dilakukan dengan metode audit, hasil
penilaian dari semua parameter yang ditetapkan sesuai dengan Prinsip, Kreteria dan
Indaktor. Kriteria dan Indikator yang terkandung dalam ketentuan ISPO kemudian
dinilai dalam satuan persen. Metode audit dilakukan secara analisis deskriptif
kuantitatif kesesuaian antara prinsip, kriteria dan indikator ISPO dengan
membandingkan pelaksanaan legalitas, organisasi dan pengelolaan, pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang diterapkan oleh petani swadaya. Kesiapan penerapan
ISPO pada petani sawdaya dengan melakukan penilaian terhadap empat prinsip, 20
kriteria dan 47 indikator. Dari 47 indikator yang ditetapkan pada persayaratan ISPO
pola swadaya, sebanyak 58,94% indikator ISPO belum pernah dijalankan petani
swadaya dan sebesar 42,06 % indikator ISPO sudah ada petani yang menjalananya.
Dari indikator ISPO yang sudah dijalankan petani swadaya, hanya dijalankan oleh
sebahagian kecil petani swadaya.
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) nilai kesiapan petani swadaya kelapa
(Anonim 2020). sawit di Kabupaten Indragiri Hilir untuk
Pemerintah Indonesia melalui memenuhi standar Minyak Sawit
Kementerian Pertanian, meredam Berkelanjutan Indonesia (ISPO) dan
tudingan negatif tersebut dengan masalah apa yang dihadapi petani
memberikan sertifikat Indonesia swadaya dalam memenuhi standar-
Sustainable Palm Oil (ISPO) kepada standar ini (Apriyanto Mulono et al.
usaha /pelaku kelapa sawit di Indonesia, 2017), (Apriyanto et al. 2017),
ISPO pada tahun 2012 secara resmi (Dharmawan et al. 2019).
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Berdasarkan uraian diatas penelitian
Perkebunan, standar ini sudah berlaku bertujuan untuk mengidentifikasi dan
dan wajib karena ISPO didasarkan pada menganalisis penerapan ISPO ditingkat
hukum dan peraturan pemerintah petani swadaya di Indragiri Hilir.
Indonesia. ISPO adalah pedoman dan
juga komitmen berdasarkan hukum dan METODE PENELITIAN
peraturan yang berlaku di Indonesia. Studi ini dilakukan pada sentra
Ketentuan ini wajib atau harus perkebunan kelapa sawit rakyat
diterapkan untuk pelaku usaha (smallholders) di tiga desa di wilayah
perkebunan di Indonesia dan target Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu desa
penerapannya setelah keluar peraturan Kempas Jaya, desa Teluk lanjut dan desa
presiden (perpres) (Anonim 2020). ISPO pelangiran. Lokasi studi ditetapkan
bersifat mandatory atau wajib dan akan secara sengaja, dengan pertimbangan
ada sanksi bagi perusahaan dan petani bahwa ketiga lokasi tersebut termasuk
swadaya yang tidak melakukan/memiliki dalam kelompok (cluster) lima besar
sertifikasi ISPO. sentra perkebunan kelapa sawit di
Kabupaten Indragiri Hilir sama Kabupaten Indragiri Hilir. Luas
halnya dengan kondisi di Indonesia perkebunan kelapa sawit swadaya
umumnya, dimana juga terdapat 3 pola menjadi penting untuk dipertimbangkan
pengelolaan kebun kelapa sawit. Luas sebagai parameter studi karena studi ini
lahan pengelolaan pola swadaya, juga bertujuan untuk mengukur seberapa
merupakan yang terluas dari dua pola besar kesiapan petani kelapa sawit
lainnya. Kondisi geografis Indragiri hilir swadaya menghadapi kebijakan
yang terdiri dari daaerah dengan tipologi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
daratan, pasang surut dan pesisir, dimana Studi ini berfokus pada smallholders,
luas lahan yang besar adalah yang mengingat jumlahnya yang sangat
bertipologi rawa (pasang surut) dan substansial dan melakukan ekspansi
pesisir. Kondisi tipologi daerah Inhil ini yang cukup cepat secara sporadik dan
menyebabkan produktivitas yang rendah, hampir tidak terkendali karena skalanya
kualitas buah yang rendah, letak kebun yang kecil tetapi menyebar.
yang terpencar dengan sarana jalan yang Ketiga desa yang dipilih sebagai
rusak dan biaya angkut yang tinggi serta kasus dalam studi ini diharapkan
rantai pemasaran yang panjang mewakili desa-desa dengan rumah
menjadikan harga jual TBS yang tangga petani sawit swadaya yang
diterima petani swadaya jauh lebih memiliki kompleksitas persoalan pada
rendah dibanding petani pola PIR. aspek legalitas lahan, bibit dan
Memperhatikan masalah ini, perlu pengelolaan lingkungan hidup serta
dilakukan penelitian untuk menentukan struktur nafkah yang khas. Ketiga desa
ini secara faktual berada pada kawasan (Nugraheni dan Pangaribuan 2008).
lahan gambut dan berbatasan dengan Sementara data sekunder diambil dari
perusahaan perkebunan swasta besar di berbagai referensi yang relevan.
wilayah Kabupaten Indrgiri Hilir. Fakta Analisis data penelitian ini
lapangan memperlihatkan bahwa meliputi: 1) struktur nafkah di tiga desa
beberapa bagian dari kebun kelapa sawit untuk melihat apakah pendapatan yang
milik rumahtangga petani berada di berasal dari perkebunan kelapa sawit
dalam kawasan hutan yang secara mencukupi dalam mendukung dalam
hukum agraria dinyatakan ilegal. program sertifikasi ISPO; 2) analisis
Penetrasi perkebunan kelapa sawit ke tentang legalitas meliputi tiga aspek
dalam kawasan hutan menjadi tantangan legalitas yang dipersyaratkan yaitu
besar isu keberlanjutan produksi kelapa legalitas lahan, bibit, dan lingkungan; dan
sawit, utamanya terkait dengan aktivitas 3) melihat bagaimana (kemungkinan)
deforestasi (Schouten and Glasbergen., implementability dan operasionalisasi
2011; Wicke et al. 2011; Hansen et al. sertifikasi ISPO pada petani kelapa sawit
2015) dan alih fungsi lahan serta swadaya atau smallholders di tiga desa
perubahan lanskap ekologi kawasan penelitian. Pada dasarnya terdapat tujuh
(Wicke et al. 2011; Gatto et al.,2015; prinsip penilaian ISPO, namun dalam
Hansen et al. 2015; Euler et al. 2017) penelitian ini hanya dibatasi pada ruang
yang mengkhawatirkan. lingkup implementasi prinsip ISPO yang
Data yang dikumpulkan meliputi berlaku bagi smallholders saja yaitu
data primer dan data sekunder. Data aspek livelihood legalitas lahan, bibit,
primer dikumpulkan melalui metode dan lingkungan hidup. Pelaksanaan
survai dengan menggunakan kuesioner penelitian ini dari bulan November 2018
dan wawancara mendalam (indepth sampai dengan Maret 2019.
interview) dengan menggunakan
pedoman wawancara. Pengambilan HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel untuk metode survei dilakukan
terhadap rumah tangga petani kelapa 1. Nafkah Petani Swadaya Kelapa
sawit yang sudah melakukan budidaya Sawit
kelapa sawit minimal lima tahun (telah Dugaan awal penelitian ini adalah
menghasilkan) dan sudah panen minimal semakin dominan sumber nafkah dari
satu kali panen. Pemilihan responden sektor perkebunan kelapa sawit di dalam
dipilih secara acak sederhana yaitu struktur nafkah rumahtangga petani,
sebanyak 30 responden untuk tiap desa maka kesiapan rumahtangga petani sawit
dengan asumsi jumlah ini sudah untuk mengimplementasikan sertifikasi
memenuhi jumlah minimum responden ISPO akan semakin baik. Fakta
yang harus disurvey yang dihasilkan dilapangan menunjukkan jarang rumah
oleh perhitungan dengan rumus Slovin, tangga petani swadaya yang struktur
dengan margin of error sebesar 20%. nafkahnya hanya menggandalkan semata
Kerangka sampling dari studi ini adalah mata didukung sumber tunggal hasil
rumah tangga petani yang kebunnya kebun kelapa sawit.
berada dan tinggal di desa tersebut. (Sibarani et al., 2015) dan
Sampel rumahtangga petani diambil (Abdullah et al. 2019) menjelaskan
secara acak sederhana, dimana setiap bahwa dalam upaya mempertahankan
rumah tangga mempunyai kesempatan hidup, menekan krisis dan sambil tetap
yang sama untuk dipilih sebagai sampel mempertahankan kesejahteraan rumah
160000000
140000000
Pendapatan (Rp/ tahun)
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0
Kempas Teluk lanjut Plangiran
Gambar 1. Sruktur Nafkah Rumah Tangga Petani Swadaya di Desa Kempas Jaya,
Desa Teluk Lanjut dan Desa Plangiran. (sumber data penelitian).
60
50
40
Luas Lahan (Ha)
30
20
10
0
Kempas Teluk lanjut Plangiran
Fakta lapangan pada studi ini juga konsentrasi tinggi dalam produksi sawit
menunjukkan bahwa sertifikat tanah dunia di Indonesia dan Malaysia
sebagai salah satu syarat dalam (Dauvergne 2013). Pada tiga lokasi
sertifikasi ISPO sepenuhnya belum studi yang diteliti telah mewakili
terpenuhi. Sebagian besar petani kelapa karakteristik petani kelapa sawit
sawti swadaya di tiga lokasi studi tidak swadaya di Indonesia dalam
memiliki sertifikat tanah melainkan memanfaatkan bibit di kebunnya.
hanya sebatas Surat Keterangan Tanah Karakteristik tersebut adalah bahwa
(SKT) atau Surat Keterangan Ganti Rugi persentase penggunaan bibit kelapa
(SKGR) yang dikeluarkan oleh badan sawit bersertifikat biasanya tidak lebih
berwenang pada level kecamatan dan dari 35% dari luas kawasan kebun
desa. Baik SKT maupun SKGR bukan kelapa sawit yang ada. Artinya sebagian
alas hakatas penguasaan lahan yang kuat besar kebun kelapa sawit yang ada tidak
dan sah di mata hukum formal. menggunakan bibit bersertifikat,
walaupun dalam beberapa kasus di
3. Kejelasan Sumber Bibit Kelapa dalam satu persil kebun kelapa sawit
Sawit terdapat pohon sawit yang sebagian
Selain legalitas lahan, salah satu bersertifikat dan sebagian lainnya tidak
prinsip atau kriteria ISPO lainnya adalah bersertifikat. Dari perspektif penggunaan
tentang legalitas bibit yang ditandai bibit, dapat dikatakan bahwa sebagian
dengan bibit kelapa sawit bersertifikat. besar lahan kebun petani kelapa sawit
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa swadaya atau smallholders tidak
rumah tangga petani kelapa sawit memenuhi syarat ISPO.
swadaya membeli bibit kelapa sawit Salah satu hal penting dalam
yang tidak bersertifikat. Asal usul bibit sertifikasi ISPO adalah prinsip legalitas
kelapa sawit yang ditanam adalah dari bibit atau bibit kelapa sawit bersertifikat
petani sawit lainnya yang bibitnya belum untuk memenuhi standar tata
jelas legalitasnya, atau bibit kelapa sawit kelolalingkungan hidup dan sumberdaya
yang mereka gunakan adalah hasil alam yang lestari. Bila prinsip legalitas
pembibitan secara mandiri oleh para bibit ini tidak terpenuhi, maka
petani itu sendiri. keseluruhan prinsip tidak berlaku bagi
Hal ini dinilai sebagai bibit yang petani yang bersangkutan. Artinya setiap
tidak sah, karena boleh jadi ada resiko persil kebun yang di dalamnya tumbuh
atas penggunaan plasma nutfah yang pohon kelapa sawit dengan bibit tidak
tidak dapat dipertanggung jawabkan bersertifikat, maka kebun tersebut
dampaknya di kemudian hari. Asal usul dianggapillegal dari perspektif budidaya
atau sumber kelapa sawit adalah hal perkebunan yang berkelanjutan (ISPO).
yang sulit dilakukan bahkan dengan
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kempas Teluk lanjut Plangiran
Gambar 5. Status Legalitas Bibit Kelapa Sawit di Tiga Desa dalam presentase
Menggunakan http://dx.doi.org/10.1016/j.jclepro.
Saccharomycescerevisiae , 2015.03.051.
Lactobacillus Lactis , Acetobacter Irianto dan Mulono Apriyanto. 2012.
Aceti.” AGRITECH 37(3): 302– “Analisa Mutu Minyak Kelapa
11. Sawit Mentah Di POM IV Nyato
Apriyanto, Mulono, Sutardi Sutardi, PT. TH INDO PLANTATIONS
Supriyanto Supriyanto, and Eni Kecamatan Pelangiran Kabupaten
Harmayani. 2017. “Amino Acid Indragiri Hilir Riau.” Jurnal
Analysis of Cocoa Fermented by Teknologi Pertanian 1(2).
High Performance Liquid Mulyo, Jangkung Handoyo, Sugiyarto,
Chromatography (HPLC).” Asian and Arif Wahyu Widada. 2015.
Journal of Dairy and Food “Ketahanan Dan Kemandirian
Research. Pangan Rumah Tangga Tani
Brandi, Clara et al. 2013. Sustainability Daerah Marginal DiKabupaten
Certification in the Indonesian Bojonegoro.” Agro Ekonomi
Palm Oil Sector: Benefits and 26(2): 121–28.
Challenges for Smallholders. https://jurnal.ugm.ac.id/jae/article/
Dauvergne, Peter. 2013. “Studying view/17265/11256.
Global Environmental Meetings.” Nugraheni, Endang, and Nurmala
Global Environmental Politics Pangaribuan. 2008. “Pengelolaan
13(August): 46–64. Lahan Pertanian Gambut Secara
Dharmawan, Arya Hadi et al. 2019. Berkelanjutan.” Universitas
“Kesiapan Petani Kelapa Sawit Terbuka, Tangerang Selatan
Swadaya Dalam Implementasi Universitas Pajajaran: 73–88.
ISPO: Persoalan Lingkungan Puspa, Nandari. 2018. “Dinamika
Hidup, Legalitas Dan Kesiapan Petani Kelapa Sawit
Keberlanjutan.” Jurnal Ilmu Dalam Penerapan Indonesia
Lingkungan 17(2): 304. Sustainable Palm Oil (Ispo) Di
Euler, Michael et al. 2017. “Oil Palm Provinsi Jambi Nandari Puspa.”
Adoption, Household Welfare, and Tesis, Departemen Manajemen
Nutrition Among Smallholder Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Farmers in Indonesia.” World Institut Pertanian Bogor.
Development 93(January): 219– Risa, Nisfi. 2018. “Perkebunan Kelapa
35. Sawit di Provinsi Riau dalam
Gatto, Marcel, Meike Wollni, and Matin Perspektif Pembangunan
Qaim. 2015. “Oil Palm Boom and Berkelanjutan.”
Land-Use Dynamics in Indonesia: https://www.researchgate.net/publi
The Role of Policies and cation/325312286 Perkebunan
Socioeconomic Factors.” Land Use (May).
Policy 46: 292–303. Schouten, Greetje, and Pieter
http://dx.doi.org/10.1016/j.landuse Glasbergen. 2011. “Creating
pol.2015.03.001. Legitimacy in Global Private
Hansen, Sune Balle et al. 2015. “Trends Governance.” Ecological
in Global Palm Oil Sustainability Economics 70(11): 1891–99.
Research.” Journal of Cleaner http://gateway.webofknowledge.co
Production 100: 140–49. m/gateway/Gateway.cgi?GWVersi
on=2&SrcAuth=SwissAcademicS