Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN PERBANDINGAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

PENCATATAN PEKERJAAN ANTARA SISTEM MANUAL DAN


APLIKASI KHUSUS BERBASIS ANDROID DIPERKEBUNAN
KELAPA SAWIT
PROPOSAL

Disusun Oleh :

GEOVANI

18/20442/BP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2021

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan, dimana perannya cenderung


meningkat dari tahun ke tahun hingga sampai sekarang. Kelapa sawit indonesia
dikembangkan oleh tiga elemen yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan
perkebunan milik negara. Luas lahan yang diusahakan dan produksi setiap tahunnya
semakin mengalami peningkatan begitu pesat karena prospek bisnis kelapa sawit
yang sangat menjanjikan bagi pelaku usaha khussusnya. Selain peluang ekspor yang
semakin terbuka, pasar minyak sawit dan minykk inti sawit di dalam negeri masih
cukup besar. Pemasaran CPO dan PKO adalah industri fraksinasi/ranifasi (terutama
industri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter substitute),
margarine/shortening, oleochemical, dan sabun mandi. pembangunan industri
minyak sawit di indonesia diperlukan informasi mengenai potensi kelapa sawit
indonesia, Telah meningkatkan persaingan global antar minyak nabati, minyak
kelapa sawit indonesia. Telah mingkatkan persaingan global antar minyak
nabati,minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak rapessed yang sebelum
menguasai pasar minyak nabati dunia berhadapan dengan minyak sawit betumbuh
cepat dan baik dari segi produksi maupun konsumsi (Hutahean at el., 2020).
Kelapa sawit salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat
penting. Komoditas kelapa sawit adalah komoditas perdangan yang menjanjikan dan
pada masa depan minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai
hasil industri hilir seperti mentega, minyak goreng atau turunannya seperti sabun.
Akan tetapi juga dapat menjadi pengganti bahan bakar minyak (Suryantoro &
Sudradjat, 2017).

Di Indonesia, kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak yang besar dan
memegang peranan penting bagi perekonomian negara. Pasalnya, hasil panen

i
tersebut diola menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak sawit inti (PKO).
Kebutuhan minyak yang semakin besar. (Purba & Sipayung, 2018).
Indonesia secara global dikenal sebagai produsen minyak sawit, negara
indonesia sendiri mempunyai tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%,
pada rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya
sebesar 14%. Produk minyak sawit indonesia atau CPO pada tahun 2020 mengalami
peningkatan sebesar 78 juta ton, disusul dengan minyak kedelai berjumlah 53,2 juta
ton, minyak bunga matahari sebesar 18,3 juta ton, dan minyak kanola 31,5 juta ton,
sisanya berasal dari 13 jenis minyak lain yang berjumlah 55 juta ton seperti minyak
inti sawit, minyak kelapa, minyak kacang tanah, dan minyak zaitun (Sitorus et al.,
2020).
Komuditas kelapa sawit terus menunjukkan eksistensinya menjadi tulang
punggung ekonomi indonesia. Hal tersebut dibuktikan dari besarnya potensi eksport
minyak sawit dan produk turunannya ke berbagai belahan dunia. Perkembangan
teknologi di era digital seperti sekarang ini bertumbuh semakin cepat dari waktu ke
waktu. Secara idak langsung akan berdampak pada banyak sektor industri,
khususnya sektor perkebunan kelapa sawit. Pada saat ini dunia industri sedang
berada di era revolusi 4.0. era ini ditandai dengan proses industrialisasi yang cerdas
dan mengacu pada konsep pengembangan teknologi berkelanjutan. Hal ini sudah
diterapkan pada bidang pertanian. Tujuan uta ma penerapan konsep ini adalah untuk
mengoptimalkan peningkatan hasil baik secara kualitas maupun kuantitas serta
efisisensi penggunaan sumber daya manusia yang dimiliki.

Teknologi informasi merupakan teknologi yang awalnya berbasis komputer.


Namun,seiring berkembangnya era globalisasi dan pola pikir manusia, saat ini
teknologi informasi sudah bekembang menjadi tekologi berbasis mobile android,
salah satunya dalam bentuk tablet. Teknologi informasi tersebut sudah
menghasilkan teknologi baru yang dapat dipasang pada handphone yang berbasis

i
android (Tablet). Dengan teknologi berbasis android maka masyarakat dimudahkan
dalam mengakses informasi secara cepat. Selain itu teknologi juga dapat
dimanfaatkan untuk membuat aplikasi yang dapat memberikan dampak positif bagi
kemajuan teknologi dan informasi masyrakat.
Dalam dunia perkebunan kelapa sawit, teknologi infomasi sangat berperan
penting bagi perkebunan swasta, perkebunan negara, dan perkebunan rakyat, agar
terdapat sinergi antara perkembangan ilmu pengetahuan dengan pelaku bidang
perkebunan, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kelapa
sawit.
B. Perumusan Masalah

2. Bagaiman perbandingan efektivitas dan efisiensi pencatatan administrasi


operasional kebun berbasis android dibandingkan metode konvensional?
C. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui perbandingan efektivitas dan efisiensi pencatatan
administrasi operasional kebun berbasis android dibandingkan metode
konvensional.

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat bagi perkembangan IPTEK yaitu: Dapat mengembangkan aplikasi yang lebih

moderen dan canggih khususnya di dunia perkebunan kelapa sawit.

2. Manfaat bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit (perusahaan) yaitu: waktu yang

digunakan lebih efisien dalam mendapatkan informasi, informasi yang didapatkan

lebih akurat dan mengoptimalkan bisnis perkebunan kelapa sawit.

i
3. Manfaat bagi masyarakat yaitu: dapat menjadi sumber referensi dan sebagai bahan
bacaan mengenai perbadingan efisiensi dan efektivitas pencatatan manual dan
berbasis android diperkebunan kelapa sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit


a. Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit
Kesesuaian lahan merupakan suatu usaha agar dapat hasil komoditas
yang optimal, untuk mendapatkan hasil optimal disebut dengan kesesuaian lahan
potensial. perlu dilakukannya aktual yaitu kesesuaian lahan yang sesuai dengan
hasil survey dengan pengolahan lahan yang masih minim (Husna, 2015).
Sawit umumnya tumbuh dan ditanam disekitar 15°LU-15°LS pada
lahan yang datar, bergelombang sampai berbukit (kemiringan 0-30%), kesesuaian
lahan sangat perlu diperhatikan untuk menunjang pertumbuhan tanaman kelapa
sawit yaitu: S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), N1 (tidak sesuai

i
bersyarat), N2 (tidak sesuai permanen). bentuk wilayah sesuai untuk kelapa sawit
adalah lahan datar dengan kemiringan 0-8%, curah hujan yang optimum untuk
tanaman sawit adalah 2.000-2.500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, serta
penyebaran merata sepanjang tahun. sawit merupakan tanaman tropis sehingga
menghendaki temperatur yang hangat sepanjang tahun dengan kisaran optimal
24-28°C, temperatur minimum (Tmin) 18°C, temperatur maksimum (Tmax)
32°C kelembaban udara 80% dan penyinaran 5-7 jam/hari dan kondisi pH tanah
yang berkisar antara 5-6 dengan jenis tanah podsolik, latosol, resosol, alluvial,
dan hidromofik, andosol, dan gambut (Triyono et al., 2015).
b. Pembibitan
Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk
mengecambahkan bahan tanam agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas
serta siap untuk ditanam. adapun perencanaan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pelaksanaan pembibitan ialah pemilihan lokasi, penentuan jumlah bibit
yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan, penyediaan bahan tanam, sistem
pembibitan yang digunakan (pre-nursery dan main-nursery), penyediaan media
dan wadah tanam (polybag), penentuan teknik budidaya dan manajemen
pembibitan. dan lokasi pembibitan harus diperhatikan yaitu aeral yang topografi
rata/datar dan berada ditengah kebun, harus dekat dengan sumber air, drainase
harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang, akses jalan yang baik
sehingga memudahkan dalam pengawasan, terhindar gangguan hama, ternak, dan
gulma, dekat dengan emplasmen sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih
intensif. kecambah yang yang akan dijadikan bibit harus berasal dari benih yang
berkualitas dan bermutu. Pre-Nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan
dibedengan yang tanahnya ditinggikan mencapai 35 cm atau ditanam dalam
polybag kecil dengan media tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan
dan disusun dibedengan dengan ukuran 1,2 m x 8 m sehingga jumlah polybag
dalam satu bedengan adlaah 1.500 kantong polybag. tahapan pre nursery
dilaksanakan pada saat awal tanaman benih hingga masa tumbuh benih umur 4
bulan. kegiatan dilakukan untuk tahap ini adalah persiapan plot, pengisian plybag
kecil, pemberian pupuk awal, penanaman kecambah, penyiraman, perawatan,

i
pemupukan tambahan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
(Nugroho, 2017). setelah empat bulan di pre-nursery bibit siap dipindah
tanamkan ke main-nursery hingga mencapai 12 bulan dan diberikan pupuk NPK
(100%, 50%, 25 %) maupun pupuk organik. tahapannya adalah pengisian
polybag, pembuatan lubang tanam, transplanting, pemupukan, penyiraman,
pengendalian OPT, sensus, seleksi, pemberian pupuk tambahan, konsolidasi atau
pengaturan posisi bibit. pembibitan main nursery memerlukan lahan yang luas
karena bibit ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar 90 x 90 x 90 atau 70
cm x 70 cm x 70 cm dalam satu Ha berisi sekitar ± 12.000 bibit, lokasi
pembibitan harus tersedia sumber air yang mencukupi kebutuhan pembibitan
(Adnan et al., 2015).

c. Pengendalian OPT
Pengendalian Organisme penyakit tanaman menggunakan fungisida
dengan merk dethain dengan bahan aktif mankozeb untuk mengendalikan
penyakit dumping off (rebah semai), seperti Phytium spp dan Fusarium spp,
karena serangan penyakit fusarium spp ini lebih rentan di bibit kelapa sawit jika
dibandingkan dengan serangan phytium spp. phytium spp adalah penyakit jamur
pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. sedangkan pada fusarium
spp adalah penyakit salah satu genus cendawan berfilamen yang banyak di
temukan pada tanaman dan tanah (Suharman et al., 2020)
d. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma adalah salah satu dari kegiatan pemeliharaan
dalam budidaya kelapa sawit. gulma pada tanaman kelapa sawit dapat
menurunkan produktivitas, areal yang didominasi oleh gulma berbahaya atau
yang berat seperti gulma sembung rambat (mikania micrantha), alanng-alang
(Imperata cylindrica) dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan produksi
TBS sebesar 20% (Prasetyo & Zaman 2016).
dinamika gulma yang ada pada kelapa sawit dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya adalah umur tanaman, jenis tanah, teknologi

i
pengendalian yang digunakan, faktor iklim dan keberadaan benih. faktor-faktor
tersebut selain mempengaruhi dinamika gulma juga akan menentukan tingkat
keberhasilan atau efektivitas dalam kegiatan pengendalian. Secara umum
kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual, secara kimia dan secara
kultur teknis. pengendalian gulma manual adalah menggunakan alat cangkul dan
sebagainya, sedangkan pengendalian secara kimia adalah menggunakan
herbisida. herbisida yang digunakan ada yang bersifat sistemik. selain itu, ada
herbisida yang memiliki spektrum luas dan spektrum sempit. pengendalian glma
secara kultur teknis antara lain dengan menanam LCC atau memelihara
keberadaan serangga pemakan gulma. namun demikian, strategi yang digunakan
dalam kegiatan pengendalian dapat berbeda-beda antar kebun(spasial) dan antar
waktu (temporal) oleh karena itu, penting untuk dikaji bagaimana pemilihan
kegiatan pengendalian gulma tersebut dilakukan (Tantra & Santosa, 2016).
c. Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk
meningkatkan produksi. biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar
antara 40-60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau sekitar
24% dari total biaya produksi. pemupukan kelapa sawit bertujuan untuk
menambah unsur-unsur hara yang kurang atau tidak tersedia didalam tanah, yang
mana unsur hara tersebut diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif agar didapatkan tandan buah segar yang optimal. pemupukan yang
efektif dan efisiensi dapat dicapai jika dilakukan dengan tepat jenis dan dosis
pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat aplikasi, dan
pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan, sehingga produksi TBS mencapai
produktivitas maksimum (Budiargo et al., 2015).
d. Panen
Aktivitas panen di perkebunan kelapa sawit merupakan aktivitas
panen yang dilakukan untuk menurunkan buah dari pokok kelapa sawit. kegiatan
panen juga termasuk memelihara kondisi tanaman agar tetap baik. ketersediaan
sarana dan prasarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi,
ketenaga kerjaan dan faktor penunjang lainnya. hasilan panen dan produksi

i
tergantung pada kegiatan budidaya ditambah dengan Kegiatan panen juga
termasuk memelihara kondisi tanaman agar tetap baik. hasil panen kelapa sawit
berupa tanda buah segar (TBS) dan pemanen kelapa sawit perlu memperhatikan
beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga
minyak kelapa sawit yang dihasilkan adalah minyak kelapa sawit yang bermutu
atau kualitas terbaik, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan
asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan
minyak akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak (Ugroseno &
Wachjar, 2017).
Pada dasarnya, sebelum memanen buah kelapa sawit pemanen wajib
mengikuti kegiatan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan mandor panen.
melalui apel pagi tersebut dapat diketahui jumlah kehadiran karyawan panen,
sehingga arahan kegiatan panen kepada pemanen diharapkan dapat tepat sasaran
pada hari itu. melalui apel pagi tersebut mandor panen akan melakukan
pembagian blok serta ancak panen kepada pemanen, setelah dilakukan
pembagian ancak panen, pemanen akan memulai aktivitas menurunkan buah dari
pokok kelapa sawit serta akan menyusun pelepah digawangan mati, kemudian
pemanen tersebut akan mengeluarkan buah kelapa sawit tersebut ke TPH,
selanjutnya kerani panen akan menulis jumlah janjang yang telah terpanen. dari
aktivitas panen tersebut akan didapatkan hasil panen/output berupa TBS. untuk
mencatat hasil panen agar selalu terkontrol setiap harinya maka dibutuhkan suatu
administrasi, yaitu laporan harian panen(LHP). LHP adalah laporan harian hasil
pekerjaan pemanen untuk mengetahui jumlah janjang terpanen per hari dan
sebagai dasar perhitungan upah pemanen. sistem pengupahan untuk karyawan
pada umumnya dihitung berdasarkan jumlah kehadiran atau hari kerja (HK) dan
penghasilan lain seperti upah lembur, tunjangan, dan potongan/denda.
diperkebunan kelapa sawit, pada umumnya pembayaran upah karyawan panen
dikenal dengan istilah sistem basis borongan (Sapruwan, 2018).
Bahwasanya, perusahaan Asian Agri fokus pada perkembangan
teknologi untuk membantu operasional di perkebunan. perusahaan membekali
mandor dan asisten dengan perangkat tablet yang sudah dilengkapi software

i
khusus. seorang mandor akan meng-input area- area yang sudah siap dipanen.
data tersebut diterima dan digunakan untuk menyusun jadwal penugasan panen.
perlengkapan yang sama diberikan juga pada kerani yang memeriksa jumlah dan
kualitas buah setelah dipanen dan meng-input ke dalam sistem. data yang
didapatkan di lapangan dapat digunakan untuk memantau produktivitas, serta
menyediakan informasi yang dibutuhkan seperti area mana yang membutuhkan
penanganan lebih baik. sebelum menggunakan teknologi ini, banyak staf yang
harus pulang hingga larut malam untuk menyelesaikan data dan perhitungan
premi setelah panen.
e. Transportasi Panen
pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tujuan. transportasi diperkebunan kelapa sawit melibatkan sumber
daya alam maupun manusia dan mesin. transportasi merupakan suatu kegiatan
yang kompleks, karena banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan ini, sehingga
pemecahan membutuhkan perhatian khusus yang lebih lanjut guna didapatkan
efisiensi kerja yang optimum. objek pengangkutan ialah tandan buah segar
(TBS). pengaturan harus sesuai dari satu tempat TPH ke tempat TPH yang lain
agar dapat berjalan dengan baik. Pemakaian truk sendiri memiliki keuntungan
atau pun kelebihan, antara lain mudah beroperasi dengan lancar,cepat, dan dapat
memasuki daerah yang tidak terjangkau jalan lori dan apabila terjadi kerusakan
pada truk tidak terlalu besar dibandingkan dengan menggunakan lori, kondisi dan
perawatan jalan. pengangkutan buah harus diperhatikan bahawa jumlah janjang
yang diangkut tidak boleh melebihi kapasitas angkut. apabila melebihi kapasitas
maka dapat mengakibatkan rusaknya alat angkut dan jalan (Anugrah & Wachjar
2018). sistem pengangkutan ini yang efektif dan dapat dijamin untuk menjangkau
lokasi kebun/afdeling serta pengangkutan buah ke pabrik merupakan kebutuhan
yang mutlak. adapun faktor yang mempengaruhi kelancaran dari transportasi
kebun dan dan pabrik pengolahan tergantung dari keadaan kendaraan angkut,
muatan TBS, jarak angkut tiap blok panen afdeling, tenaga kerja, keadaan
topografi jalan serta cuaca (Yoga, 2017).
B. Perkembangan Teknologi Informasi

i
a. Revolusi 4.0
Perkembangan Teknologi Informasi awalnya dibidang komunikasi.
sedikitnya ada dua teknologi yang berkembang pesat, yang pertama telepon
selular atau pun handphone dan kedua adalah komputer berjaringan yang dapat
menghubungkan seseorang dengan orang lain tanpa ada batasan jarak dan waktu
(Kasemin, 2016).
Perkembangan yang telah mencapai era Revolusi Industri 4.0
diwarnai dengan implementasi buatan (artificial intelligence), super komputer,
bigdata dan inovasi digital yang terjadi dalam peningkatan mengagumkan
berdampak langsung pada ekonomi, industry, pemerintahan bahkan dalam
bidang politik. Revolusi industry 4.0 yang ditandai dengan pelaksanaan industry
yang cerdas mengacu pada peningkatan otomatisasi, komunikasi human to
machine, artificial intelligence serta pengembangan teknologi digital yang
berkelanjutan. Revolusi industry 4.0 sebagai bentuk upaya transformasi menuju
perbaikan proses dengan mengintegrasikan lini produksi dengan dunia siber,
dimana proses produksi berjalan secara online melalui koneksi internet sebagai
penopang utamanya. di era teknologi digital telah memudahkan banyak pekerjaan
di industri sawit. Kini tak perlu lagi membuat data statistik yang dikumpulkan
dari sejumlah kebun sawit secara manual. Kemudahan dan keunggulan lain dari
teknologi digital adalah dapat mengcapture gambar atau foto dari tandan buah
segar, selain juga lokasi kebunnya secara presisi dengan menggunakan tablet
yang dapat mengakses GPS. dengan begitu, para manager lapangan dapat dengan
mudah melacak dan memantau aktivitas di kebun secara real-time, tapi mereka
juga dapat melihat sendiri kualitas buah sawit dan mengetahui dengan tepat
area mana saja yang mengalami masalah. Dan hebatnya, semua itu tak
perlu kehadiran mereka di lapangan.

Selain kemudahan dalam mentransfer data dari lapangan ke lembar Excel di


komputer dan juga membuat laporan mengenai kualitas buah sawit, digitalisasi
juga memudahkan dalam mendata kehadiran karyawan dan pekerja lapangan
untuk kemudian mengolah data tersebut untuk keperluan pengupahan dan insentif

i
(Haryanti et al., 2021). Pada prinsipnya penggunaan teknologi digital adalah
mengganti proses manual dengan teknologi digital, mempercepat pengiriman
data dan informasi, menciptakan transparansi, dan menghindari manipulasi
laporan. Sistem digital dapat menekan kecurangan karena terdapat kegiatan
kontrol secara digital, sehingga akan tercipta efektifitas dan efisiensi dari suatu
pekerjaan, sehingga menghasilkan nilai tambah yang tinggi bagi perkembangan
dan kemajuan perusahaan atau istansi (Triesia, 2020)
b. Sistem ERP (Enterprise Resource Planning)
Sistem ERP yaitu bagaimana mengintegrasikan proses perencanaan,
manajemen dan penggunaan semua sumber daya dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan perusahaan. sistem ERP yang dikemas dalam suatu aplikasi perangkat
lunak (software) yang dapat diterapkan pada suatu organisasi atau perusahaan
dan disiapkan untuk meningkatkan dan mengintegrasikan proses-proses dalam
internal perusahaan, seperti SDM, sistem keuangan, penjualan, produksi dan
seterusnya. ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan sistem
ERP pada perusahaan adalah perlu adanya perubahan terhadap manajemen serta
dibutuhkan peningkatan teknologi informasi yang berkelanjutan guna mendukung
seluruh kegiatan operasional perusahaan. Hasil dari proses pengimputan data
produksi tersebut damapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan seperti:
laporan jumlah tonase yang dipanen, laporan kebutuhan tenaga kerja, hasil
produksi per hari dan seterusnya. dalam kegiatan operasional diketahui adalah
laporan-laporan yang digunakan oleh seluruh pengguna sistem ERP mulai dari
tingkat pelaksana hingga manajer dalam operasional sehari-hari (Rizky et al.,
2018).
Pemanfaatan sistem ERP sendiri untuk bisnis perusahaan saat ini.
sudah bukan hanya menjadi sebuah kebutuhan, tetapi telah menjadi sebuah
keharusan di new normal ini (Fernando, 2020). ERP (Enterprise Resource
Planning) sistem informasi yang berbasis teknologi akan sangat menunjang
performa perusahaan-perusahaan besar untuk mengintegrasikan bisnisnya, dapat
mengurangi kecurangan dan meminimalisasikan biaya dengan menghapuskan
aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah (Rudi et all., 2017).

i
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. ASIAN AGRI GROUP. Dikebun Buatan


(KBN) Pangkalan Kerinci Riau. dimulai dari tanggal 21 juni - 21 September 2021.

B. Alat dan Bahan

Menggunakan pencatatan secara manual dan berbasis android.

i
1. Timer, Alat tulis, Buku, camera, kalkulator, Laptop.
2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit
menghasilkan (TM).
C. Metode Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Obeservasi dengan
pengamatan langsung ke lapangan dan mencatat hasilnya. Penelitian ini
menggunakan 2 perlakuan dengan membandingkan perbedaan biaya yang lebih
hemat (Efisiensi) dan hasil penyelesaian pekerjaan/waktu (Efektivitas) antara
pencatatan pekerjaan manual dan aplikasi khusus berbasis android
Pada Manual (M) dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2 Blok.
Dengan masing-masing blok dilakukan ulangan pengamatan sebanyak 3 kali,
sehingga didapatkan jumlah sampel pada Manual (M) sebanyak 6 sampel.
Pada Android Tablet (AT) dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2
Blok. Dengan masing-masing blok dilakukan ulangan pengamatan sebanyak 3
kali, sehingga didapatkan jumlah sampel pada penggunaan Android Tablet
sebanyak 6 sampel.

1. Teknik Deskriptif statistik dengan analisis data menggunakan Uji T 2


sampel pada penelitian ini.
2. Perbandingan biaya dalam pencatatan pekerjaan antara sistem manual
dan aplikasi khusus berbasis android.
D. Pelaksanaan Penelitian.
1. Sistem Pengambilan sampel waktu pada Taksasi Panen ialah dengan
memeriksa minimum 100 pokok dalam satu Blok.
2. Sistem Pengambilan sampel waktu dalam Pemeriksaan Ancak menggunakan
minimum 400 pokok dengan 4 orang pemanen. Dalam satu pemanen itu
adalah 100 pokok.
3. Pengambilan sampel waktu Pemeriksaan Buah di TPH ketika proses
pemanenan pada daerah Blok yang dipanen pada saat itu juga, dengan

i
mengambil 10 TPH.
Pada masing-masing pekerjaan dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali.
E. Parameter Penelitian.
Parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalah data waktu (data
primer) dan biaya (data sekunder) dalam melakukan pencatatan pekerjaan antara
sistem manual dan aplikasi khusu berbasis android. Pencatatan pekerjaan taksasi
panen, pemeriksaan ancak, pemeriksaan buah di TPH secara langsung
dilapangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHSAN.

i
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, I. S., Utoyo, B., & Kusumastuti, A. 2015. Pengaruh pupuk NPK dan pupuk
organik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq). di
Main Nursery. Jurnal Agro Industri Pekebunan, 3(2), 69-81.

Anugrah, P. T., & Wachjar, A. 2018. Pengolahan Pemanenan dan Transportasi


Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera
Utara. Buletin Agrohorti, 6(2), 213-220.

Budiargo, A., Poerwanto, R., & Sudradjat. 2015. Manajemen Pemupukan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat.
3(2): 221-231.

Fernando, D. 2020. PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM ERP TERHADAP


KINERJA PERUSAHAAN. Jurnal Ilmiah Sains Dan Teknologi, 4(2), 171-177.

Haryanti, N., Marsono, A., & Sona, M. A. 2021. Strategi Implementasi


Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Di Era 4.0. Jurnal Dinamika Ekonomi
Syariah, 8(1): 76 – 87.

i
Husna, L. 2015. Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 1
(2015) 54-58.

Hutahaean, R.C., Nuraini, C., & Djuliansah, D. 2020. Crude Palm Oil (CPO)
Indonesia di Pasar Uni Eropa. Polbangkan Yogyakarta, 37-49.

Kasemin, H. K. 201 6. Agresi Perkembangan Teknologi Informasi. Prenada Media.

Nugroho, E. R. 2017 Manajemen Pembibitan di Pre-nursery dan Main-nursery kelepa


sawit (Elaeis guineensis jacq) Kebun Pinang sebatang Estate, PT Aneka
Intipersada, Siak, Riau.

Prasetyo, H., & Zaman, S. 2016. Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis jacq). di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara. Buletin
Agrohorti, 4(1), 87-93.

Purba, J. H. V., & Sipayung, T. 2018. Perkebunan kelapa sawit Indonesia dalam
perspektif pembangunan berkelanjutan. Masyarakat Indonesia, 43(1).

Rizky, Y. B., Bina U., & Teguh, B. T. 2018. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA MELALUI PROGRAM PELATIHAN ERP (Enterprise Resource
Planning) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII Karya Ilmiah Mahasiswa.

Rudi, R., Arisandy, D., & Salsalina, S. 2017. PENGARUH PENERAPAN


ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) TERHADAP PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN (STUDI KASUSS: PT. XYZ).
Jikom: Jurnal Informatika dan Komputer, 7(2), 57-65.

Sapruwan, M. 2018. Analisis sistem penggajian karyawan panen diperkebuna kelapa


sawit. Jurnal Citra Widya Edukasi, 10 (1) : 55-56.

Sitorus, M. L., Akoeb, E. N., Sembiring, R., & Siregar, M. A. 2020. Peningkatan
Produksi Crude Palm OIL Melalui Kriteria Matang Panen Tandan Buah Segar
untuk Optimalisasi Pendapatan Perusahaan. AGRISAINS: Jurnal Ilmiah
Magister Agribisnis, 2(1), 26-32.

Suharman, S., Musdalifah, M., Suhardi, S., Jusran, J., Nurhafisah, N., Masdin, D., &
Syarif, I. 2020. Pelatihan Pengelolaan Pmebibitan Kelapa Sawit melalui proses
“Pre-Nursery” di Lingkungan tanalili Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan.
MASPUL JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT, 2(2), 97-104.

Suryantoro, W. B., & Sudradjat. 2017. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq.) di Kebun Bagan Kusik Estate, Ketapang, Kalimantan Barat.
Agrohorti, 1-2.

i
Tantra, A. W., & Santosa, E. 2016. Manajemen gulma di Kebun Kelapa Sawit
Bangun Bandar: analisis vegetasi dan seedbank gulma. Buletin Agrohorti, 4(2),
138-143.

Triesia, D., & Kom, M. 2020. SISTEM PENGOLAHAN DATA HASIL PANEN
BUAH SAWIT PADA CV. XYZ. Klik-Jurnal Ilmu Komputer, 1(1), 18-25.

Triyono, D., Muani, A., & Sagiman, S. 2015. Strategi Pengembangan Kebun Kelapa
Sawit Lahan Gambut Kabupaten Kubu Raya, Jurnal Social Economic of
Agriculture, 4 (2), 40-48.

Ugroseno, R., & Wachjar, A. 2017. Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca
Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq). di Teluk siak Estate, Riau. Buletin
Agrohorti, 5(3 ), 309-315.

Yoga, T. 2017. Efektivitas Sistem Pengangkutan Bahan Baku Tandan Buah Segar
(TBS) Kelapa Sawit (ELAEIS GUINEENSIS) Dalam Meningkatkan Mutu di
KEBUN TANDUN PTPN V, RIAU. Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya.

i
i

Anda mungkin juga menyukai