Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA


PADA CV. MAENUSU SPICE KOTA AMBON

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan

DOSEN PEMBIMBING

Sugoto Sulistyono, SE., MM

DISUSUN OLEH

Najimul Umah (2020511043)

Sepmi Dinda Olviani G1.20 (2020511084)

Dwi Maharani G1.20 (2020511044)

Maria Laurdez Ruto G1.20 (2020511055)


(2020511055

Margareta Mura G1.20 (2020511050)


(2020511050

PRODI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI IPWI JAKARTA

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. MAENUSU SPICE KOTA
AMBON ................................................................................................................................................ iii
Abstrak ............................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Manajemen Persediaan.................................................................................. 4
2.2 Metode EOQ ............................................................................................................................ 4
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................................... 5
3.1 Metode Penelitian .................................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 6
4.1 Sejarah Berdirinya CV. Maenusu Spice ......................................................................... 6
4.2 Karakteristik Tenaga Kerja CV. Maenusu Spice......................................................................... 7
4.2.1 Supplier Bahan Baku .................................................................................................... 8
4.3 Analisis Manajemen Persediaan CV. Maenusu Spice dan Metode EOQ ............. 9
4.3.1 Ordering Cost ................................................................................................................. 10
4.3.2 Carrying Cost atau Holding Cost ............................................................................. 10
4.3.3 Pembelian rata-rata .................................................................................................... 11
4.3.4 Eqonomic Order Quantity ........................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 14
5.2 Saran ....................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 15

ii
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA
PADA CV. MAENUSU SPICE KOTA AMBON

Abstrak
Peranan sektor petanian di Indonesia sangat penting dalam
perekonomian, terutama subsektor perkebunan. Salah satu subsektor
perkebunan yang potensial dikembangkan di Maluku adalah tanaman
pala. Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku
merupakan salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas
areal tanaman Pala di Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi
sebanyak 5.859 ton. Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi
peluang usaha baik lokal maupun antar negara karena
permintaannya setiap tahun terus meningkat. Hal ini menjadi peluang
sekaligus tantangan para pelaku usaha untuk mengembangkan
jaringan pemasaran pala secara luas. Di Maluku terdapat beberapa
pelaku usaha maupun perusahaan yang bergerak dalam pemasaran
pala, salah satu diantaranya adalah CV. Maenusu Spices. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari
manajemen persediaan CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ.
Penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya persediaan yang
dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah Rp. 52.005.707,
sedangkan dengan menggunakan metode EOQ biaya persediaan
adalah sebesar Rp. 8.228.930,74. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan dapat melakukan penghematan sebesar Rp. 43.776.776,3
bila menerapkan metode EOQ. Penggunaan metode EOQ pada
perusahaan akan lebih efektif dan efisien dalam hal pengendalian
persediaan bahan baku jika dibandingkan dengan kebijakan yang
selama ini digunakan oleh CV. Maenusu Spice.

Kata kunci: Manajemen persediaan; metode EOQ; tanaman pala

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi yang
besar di bidang pertanian. Sebagai negara agraris, sektor
pertanian di Indonesia merupakan sektor yang sangat penting
dalam perekonomian, karena sebagian besar penduduk Indonesia
menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor pertanian yang
ada di Indonesia mencakup 5 subsektor yaitu subsektor pertanian
rakyat (pertanian dalam arti sempit), subsektor perkebunan,
subsektor kehutanan, subsektor peternakan, dan subsektor
perikanan. Salah satu subsektor yang memegang peranan penting
dalam perkembangan perekonomian di Indonesia adalah subsektor
perkebunan. Selain menyediakan lapangan kerja bagi penduduk
Indonesia, subsektor perkebunan juga menambah devisa negara
secara signifikan. Terdapat lebih dari 100 komoditas perkebunan
yang dapat dikembangkan di Indonesia. Lima belas diantaranya
merupakan komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis
yang tinggi serta berperan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kelima belas komoditas tersebut
antara lain cengkih, cokelat/kakao, kapas, karet, kayu manis,
kelapa, kelapa sawit, kemiri, kopi, lada, pala, tebu, teh, tembakau
dan vanili (Suwarto et al, 2014).
Tanaman pala merupakan salah salah satu diantara
komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan di
Indonesia. Pada tahun 2018, produksi pala Indonesia mencapai
36.242 ton dengan luas areal tanam 202.325 ha (Dirjen
Perkebunan, 2020). Wilayah dengan produksi pala terbesar di
Indonesia adalah Maluku dan Papua (lampiran 1). Pala juga masih
menjadi komoditas ekspor unggulan. Berdasarkan data Direktorat
Jenderal Perkebunan, perkembangan volume ekspor pala
Indonesia selama periode 1980 - 2017 cukup fluktuatif, namun
cenderung meningkat. Pada tahun 2017, volume ekspor pala
Indonesia mencapai 19.936 ton dengan nilai 109.217 juta US$.

Pala termasuk family Myristicaceae. Family ini terdiri dri 5


genus (marga) dan 250 spesies (jenis). Dari 15 marga tersebut 5
marga berada di daerah tropis amerika, 6 marga di tropis afrika,
dan 4 marga di tropis Asia (Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 2020). Pala merupakan tanaman rempah asli
kepulauan Maluku (Purseglove et al., 1995), yang telah
diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun- temurun
dalam bentuk perkebunan rakyat disebagian besar kepulauan
Maluku.
1
Tanaman pala mempunyai nilai historis yang melekat
dengan masyarakat Maluku. Pala Banda (Myristica fragrans Houtt)
adalah jenis pala berkualitas terbaik di dunia, yang mempunyai
keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang (Sahata,
2016). Lebih lanjut dinyatakan bahwa dunia mengenal Maluku
dari hasil pala dan cengkeh. Sistem tataniaga pala dan cengkeh
telah tertata dengan baik pada zaman VOC, sehingga pala bisa
memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang signifikan bagi
negeri Belanda.
Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku
merupakan salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas
areal tanaman Pala di Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi
sebanyak 5.859 ton.
Tabel 1. Produksi pala di Provinsi Maluku

Tahun 2017 2018 2019 2020* 2021**


Produksi (ton) 5.513 4.994 5.571 5.343 5.310

Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan


Keterangan: * Angka Sementara
*Angka Estimasi

Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi peluang usaha


baik lokal maupun antar negara. Permintaan pasar dunia akan
produk pala terutama biji, fuli dan minyak setiap tahun terus
meningkat. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan para
pelaku usaha untuk mengembangkan jaringan pemasaran pala
secara luas. Di Maluku terdapat beberapa pelaku usaha maupun
perusahaan yang bergerak dalam pemasaran pala, salah satu
diantaranya adalah CV. Maenusu Spices.
CV. Maenusu Spice adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dalam melakukan distribusi pala. Produk pala tersebut
didatangkan dari berbagai daerah penghasil pala di Maluku
diantaranya Pulau Banda, Pulau Seram dan Pulau Ambon.
Adapun aktifitas yang dilakukan selain pengumpul dan distributor
yaitu melakukan sortir dan grading terhadap produk pala sebagai
upaya memenuhi standar ekspor negara tujuan. Untuk memenuhi
permintaan yang tinggi CV Maenusu Spices harus mampu
mengendalikan persediaan bahan baku yang dibutuhkan dalam
proses pemasaran dengan tepat sehingga tidak terjadi kekurangan
atau kelebihan persediaan. Hal ini untuk menjamin kontinyuitas
kegiatan pemasaran.

2
1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana perusahaan yang bergerak dalam bidang


pemasaran, manajemen persediaan merupakan penentu
keberhasilan pengembangan usaha. Permasalahan yang dibahas
dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Mengapa
Manajemen Persediaan memiliki peran penting dalam aktivitas
pemasaran perusahaan? Apa yang perlu dilakukan oleh
Manajemen Persediaan dalam mengatasi munculnya biaya
tambahan atas kekurangan/kelebihan bahan baku? Jenis metode
apa saja yang perlu diterapkan untuk menunjang efisiensi
persediaan?
1.3 Tujuan Penelitian

Penerapan metode EOQ dapat menjadi komparasi dengan


manajemen persediaan yang diterapkaan oleh perusahaan dalam
upaya efisiensi dan efektivitas manajemen CV. Maenusu Spice
lebih lanjut. Bertolak pada kondisi ini penulis tertarik untuk
meneliti penerapan manajemen persediaan dengan metode EOQ
pada CV Maenusu Spice Kota Ambon. Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari manajemen persediaan
CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen Persediaan


Manajemen persediaan (Inventory Management) adalah
sebuah sistem untuk mengelola persediaan agar perusahaan dapat
mengontrol pesanan bahan baku guna tidak terjadi kelebihan
ataupun kekurangan bahan baku yang bisa memicu biaya
tambahan. Manajemen persediaan bertujuan untuk
mengantisipasi resiko keterlambatan barang tiba (HRD Leading
Inovation, 2021) pesanan bahan yang tidak sesuai dengan yang
diperlukan perusahaan, maupun untuk mengantisipasi apabila
bahan yang diperlukan tidak tersedia di pasaran.

2.2 Metode EOQ

Penerapan manajemen persediaan bahan baku penting


dilakukan untuk menjamin persedian bahan baku dan
kontinuitasnya dalam aktivitas pemasaran suatu perusahaan.
Salah satu metode yang umum digunakan untuk meminimumkan
biaya persediaan yaitu dengan analisis Economy Order Quantity
(EOQ). EOQ adalah perhitungan paling ekonomis (Sutrisno, 2017).
Metode ini dapat diterapkan dengan mudah dan praktis
sehubungan dengan persediaan bahan baku untuk merencanakan
berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam jumlah kuantitas berapa
kali pemesanan. Selain untuk mengetahui berapa jumlah
persediaan yang paling efisien, dengan penerapan metode EOQ
pada perusahaan juga dapat diketahui biaya yang akan
dikeluarkan sehubungan dengan persediaan bahan baku.

4
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari instansi
terkait yaitu Badan Pusat Statistik dan jurnal ilmiah terkait yaitu
Analisis Manajemen Persediaan CV. Maenusu. Judul penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) atau ditunjuk langsung
dengan pertimbangan bahwa CV. Maenusu merupakan
perusahaan distributor berskala besar yang melakukan proses
grading dan sortir untuk kepentingan ekspor dan Laporan
Manajamen Persediaannya merupakan hasil penelitian berstatus
baru (update) selama jangka waktu tahun ini pada Februari 2021.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode
kuantitatif, dengan analisis Economical Order Quantity (EOQ).
Bambang Sugeng (2017) mengemukakan bahwa Economic Order
Quantity adalah volume atau jumlah pembelian yang paling
ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
Kelebihan EOQ (Economic Order Quantity) adalah mudah
diaplikasikan (Heizer dan Render, 2011). EOQ digunakan untuk
menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan
biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya
(Inverse cost) pemesanan persediaan. Perhitungan EOQ
dirumuskan sebagai berikut:

EOQ= √
Dimana:
EOQ = Kualitas pembelian optimal
D = Jumlah pembelian bahan baku
S = Biaya pemesanan
H = Biaya penyimpanan per kg per bulan
Selanjutnya untuk mengetahui biaya total persediaan perbulan (TIC)
dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut:

TIC= +

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Berdirinya CV. Maenusu Spice

CV. Maenusu Spice merupakan salah satu perusahaan yang


bergerak di bidang distributor pala di Maluku. Perusahaan ini
berdiri pada tanggal 6 Februari 2018, pendiri perusahaan adalah
Ibu Anella Kastanya yang sekaligus menjadi pemimpin
perusahaan. Berdirinya CV. Maenusu Spice berdasarkan Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Nomor: 0616/25-
05/PK/DPMPTSP/VII/2018, yang ditetapkan di Ambon pada
tanggal 04 Juli 2018. CV. Maenusu Spice berkantor di Jalan
Pisang Baranan No. 15 Rumah Tiga, Teluk Ambon. Sedangkan
gudang penyimpanan dan unit proses berlokasi di Jalan Dr. J.
Leimena, Wailawa II Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota
Ambon.
Perusahaan ini mendistribusikan produk pala yakni biji dan
fuli pala yang diperoleh dari beberapa petani dan supplier tingkat
kabupaten di Provinsi Maluku. CV. Maenusu didirikan bukan
hanya untuk bisnis, namun juga ingin berkontribusi bagi
kesejahteraan petani di Maluku. Perusahaan ini memiliki
keinginan untuk memperkuat basis di tingkat petani dengan
menciptakan rantai nilai yang tinggi. Petani, pengumpul desa,
pengumpul kecamatan hingga pengumpul kota merasa percaya
dan bertanggung jawab menyediakan bahan baku kepada
perusahaan, sehingga CV. Maenusu mampu menjaga kontinuitas
produksi baik secara kualitas maupun kuantitas produk pala
Maluku di tingkat nasional.
Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan melakukan
standarisasi mutu produk sebagai upaya memenuhi permintaan
pasar. Sejak berdiri CV. Maenusu Spice telah bekerja sama dengan
beberapa buyers dan perusahaan India di Surabaya. Pada tahun
2020 CV. Maenusu Spice mampu meyelesaikan kontrak lebih dari
16 kontainer produk pala.

6
4.2 Karakteristik Tenaga Kerja CV. Maenusu Spice
Tabel 2. Distribusi tenaga kerja berdasarkan
kategori umur
Umur (Tahun) Jumlah Jiwa (Orang) Presentase (%)
0-14 (Blum 0 0
Produktif)
15-64 (Produktif) 20 100
>64 (Tidak Produktif) 0 0
Jumlah 20 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa, tenaga kerja pada CV. Maenusu


Spice secara keseluruhan termasuk pada kelompok umur produktif
dengan persentase 100 persen. Sesuai dengan pendapat Swastha
dan Sukotjo dalam Saad (2012), bahwa “ tingkat produktifitas kerja
seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan
pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang
usia tua”. Umur produktif merupakan tingkatan umur dimana
seseorang akan mampu menghasilkan produk maupun jasa, atau
dengan kata lain umur produktif merupakan umur dimana
seseorang akan mampu bekerja dengan baik.
Tabel 3. Distribusi tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah (jiwa) Presentase (%)
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 17 85
S1 3 15
Jumlah 20 100
Tabel 3 memperlihatkan kualifikasi tingkat pendidikan tenaga
kerja pada CV. Maenusu Spice. Tingkat pendidikan merupakan
bagian terpenting untuk operasionalisasi perusahaan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja pada
CV. Maenusu Spice lebih banyak terkonsentrasi pada kelompok
tamat SMA yaitu sebanyak 17 orang atau 85 persen, yang terdiri
dari 1 karyawan pada bagian administrasi dan sisa 16 lainnya
merupakan tenaga pada bagian processing. Sedangkan pada tingkat
sarjana yang menduduki jabatan tertentu di perusahaan,
diantaranya pimpinan perusahaan, manajer dan bagian marketing.
Perusahaan akan membagi pekerja sesuai dengan
kemampuan dan keahlian berdasarkan jenis kelamin karyawan.
Karyawan perempuan akan lebih banyak mengurusi bagian sortasi
dan grading. Sedangkan karyawan laki-laki akan lebih banyak
mengurusi pengangkutan, penimbangan, hingga melakukan proses
packing. Distribusi tenaga kerja menurut jenis kelamin disajikan
pada tabel 4.

7
Tabel 4. Distribusi tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentasi (%)
Laki-Laki 4 20
Perempuan 16 80
Jumlah 20 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan lebih


besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki. Hal ini
disebabkan karena perusahaan memiliki kontrak dengan
perusahaan buyer untuk mengirim biji pala dalam kuantitas
tertentu yang harus diselesikan tepat pada waktunya. Selain itu
dalam proses pemilihan biji pala juga dibutuhkan tingkat ketelitian
yang tinggi agar menghasilkan biji pala sesuai dengan standar
kualitas yang ditentukan. Sedangkan karyawan pria bertugas
mengangkut biji pala untuk disortir oleh para ibu kelompok sortir
dan melakukan proses packing.
4.2.1 Supplier Bahan Baku

Supplier atau pemasok merupakan mitra bisnis yang


memegang peranan penting dalam menjamin ketersediaan bahan
baku yang dibutuhkan perusahaan. Setiap pemasok atau supplier
pada umunya hampir sama, namun karakteristik yang dimiliki
oleh masing-masing pemasok adalah berbeda (Meira Harsasi,
2021). CV. Maenusu Spice bekerja sama dengan supplier yang
mampu menyediakan bahan baku pala tepat pada waktunya,
berkualitas baik dan harga yang kompetitif. Adapun hubungan
antara CV. Maenusu dengan para suppliernya tidak terikat,
dimana untuk membeli barang dari supplier perusahaan hanya
melakukan permintaan pengiriman bahan baku dan bekerja sama
tanpa adanya kontrak jangka panjang. Supplier yang bekerja sama
dengan CV. Maenusu Spice berasal dari berbagai daerah penghasil
pala di Maluku antara lain, Pulau Banda, Pulau Seram dan Pulau
Ambon. Selain itu perusahaan juga menerima tambahan bahan
baku pala dari Pulau Obi, Maluku Utara. Kapasitas suplai dan
frekuensi pengiriman pala dari tiap supplier berbeda-beda. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan produktivitas tanaman pala
disetiap daerah dan kemampuan supplier dalam menampung hasil
panen dari para petani lokal.
Berdasarkan data perusahaan, bahwa pengiriman bahan
baku pala terbanyak berasal dari Pulau Banda pada setiap
frekuensi penerimaan. Selain kuantitas bahan baku yang tersedia
dalam jumlah besar, pala banda juga terkenal karena memiliki
kualitas tinggi diantara pala yang berasal dari daerah lain.
Kualitas terbaik pala Banda saat ini banyak ditandai oleh petani
pala di Kecamatan Banda Neira yang terletak pada biji pala hasil
kotoran burung yang
8
oleh masyarakat lokal disebut sebagai burung walor/pombu
(bahasa Indonesia) yang disebutkan sebagai biji pala kualitas
super yang dihargai tinggi di pasaran (Lawalata, M dkk 2017).
Sementara penerimaan bahan baku pala paling sedikit berasal
dari Pulau Obi, Ternate. Adanya perbedaan kualitas pasokan pala
disetiap daerah disebabkan karena beberapa faktor diantaranya
masih minim sosialisasi kepada para petani sehingga tanaman
pala menjadi tidak terawat, disamping umur tanaman yang telah
tua serta kerusakan akibat serangan hama, penyakit, gulma dan
gejala lainnya. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas tanaman
pala sehingga produksi yang dihasilkan berbeda tiap daerah.

4.3 Analisis Manajemen Persediaan CV. Maenusu Spice dan Metode


EOQ
CV. Maenusu Spices melakukan pembelian bahan baku melalui supplier
dan petani pala yang telah menjadi rekanan selama ini. Berikut ini adalah
kuantitas pembelian dan frekuensi pemesanan bahan baku pala CV. Maenusu
Spice.
Tabel 5. Jumlah dan frekuensi pembelian bahan baku pala
selama satu tahun

Bulan Pembelian Jumlah (Kg) Fr


ek
ue
ns
i
Agustus 2020 15.000 7
September 20.000 5
Oktober 16.800 5
November 0 0
Desember 0 0
Januari 2021 10.000 2
Februari 12.000 2
Maret 13.200 4
April 13.500 4
Mei 24.500 5
Juni 5.400 8
Juli 10.000 3
Jumlah 140.400 45

Sumber: Jurnal Maajemen Persediaan CV. Maenusu Spice

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui penerimaan bahan


baku pala pada CV. Maenusu Spices dalam periode satu tahun
mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan penerimaan pala
ditentukan oleh kesediaan pala yang berbeda pada setiap supplier.
Pada bulan September 2020 dan Mei 2021 terjadi peningkatan
pembelian bahan baku. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut
merupakan musim panen pala sehingga memberi efek positif pada
9
peningkatan jumlah pembelian. Sementara pada bulan November
hingga Desember 2018 perusahaan tidak melakukan proses
pembelian karena minimnya permintaan pala yang disebabkan
sedang adanya masa panen cengkeh. Kuantitas pesanan biji pala
selama setahun sebanyak 140.400 kg.

4.3.1 Ordering Cost

Tabel 6. Biaya pemesanan pala CV. Maenusu Spice tahun 2020-


2021.
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
Biaya Telepon 3.600.000
Biaya Transportasi 48.078.125
Jumlah Biaya 51.678.125

Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan biaya langsung


yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku
atau barang dari luar. Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh
CV. Maenusu Spice berupa biaya telepon dan biaya transportasi.
Tabel 6 menunjukkan biaya telepon yang dikeluarkan perusahaan
sebesar Rp.3.600.000,-/tahun. Biaya telepon dikeluarkan untuk
kebutuhan berkomunikasi dengan para supplier dan petani saat
melakukan pembelian pala. Sementara biaya transportasi
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan tidak secara
langsung, meliputi biaya truck pengangkutan, frak kapal, dan
buruh yakni sebesar Rp.48.078.125,-/tahun.
4.3.2 Carrying Cost atau Holding Cost

Tabel 7. Biaya penyimpanan pala selama di gudang


Jenis Biaya Per Bulan (Rp) Per Tahun (Rp)
Biaya Listrik Gudang 1.000.000 12.000.000
Biaya Fumigasi 194.865 2.338.383
Biaya Packing 1.262.000 15.144.000
Jumlah Biaya 2.456.865 29.482.383

Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya


yang harus ditanggung oleh CV. Maenusu Spices sehubungan
dengan adanya bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan berupa biaya
listrik, fumigasi dan biaya pengemasan (packing). Terlihat dari
tabel 12, dalam kurun waktu satu tahun jumlah biaya
penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan mencapai
Rp.29.482.383. Biaya listrik sebesar Rp. 12.000.000/tahun. Biaya
fumigasi sebesar Rp.2.338.383/tahun yang meliputi biaya fumigan
dan upah untuk tenaga yang melakukan fumigasi. Sementara
biaya packing yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar

10
Rp.15.144.000/tahun, meliputi biaya karung, pelabelan, hingga
upah untuk setiap tenaga kerja yang melakukan proses packing.
4.3.3 Pembelian rata-rata

Tabel 8. Kondisi aktual persediaan bahan baku


perusahaan
Komponen Biaya Jumlah
Total kebutuhan bahan baku (Kg) (D) 140.400
Frekuensi Pemesanan (Kali) 45
Pembelian rata-rata bahan baku setiap bulan (Kg) (Q) 3.120
Biaya Pemesanan Sekali Pesan (Rp) (S) 1.148.402,8
Biaya Simpan per kg (Rp) (H) 210
Total Biaya Persediaan (Rp) (TIC) 51.385.707

Tabel 8 menampilkan kuantitas bahan baku yang


dibutuhkan perusahaan sebanyak 140.400 kg dengan frekuensi
pemesanan sebanyak 45 kali. Jumlah pembelian rata-rata bahan
baku merupakan hasil perhitungan dari total kebutuhan bahan
baku dibagi dengan frekuensi pemesanan dalam satu tahun. Biaya
pemesanan bahan baku setiap kali pesan merupakan hasil dari
total biaya pemesanan dibagi dengan frekuensi pemesanan. Biaya
penyimpanan merupakan hasil perhitungan dari total biaya
simpan per tahun dibagi dengan total kebutuhan bahan baku
perusahaan. Jadi biaya pemesanan yang dikeluarkan perusahaan
adalah sebesar Rp. 1.148.402,8 dalam setiap kali melakukan
pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan sebesar
Rp.210/kg bahan baku. Sementara jumlah pembelian bahan baku
dalam sekali pemesanan adalah sebanyak 3.120 kg. Total biaya
persediaan (Total Inventory Cost) yang dikeluarkan perusahaan
selama periode satu tahun adalah sebesar Rp. 51.385.707.

11
4.3.4 Eqonomic Order Quantity

Tabel 9. Perbandingan total biaya persediaan berdasarkan kondisi


aktual perusahaan dengan metode EOQ
Kebijakan
Keterangan Metode EOQ Penghematan
Perusahaan
Total biaya persediaan Rp.52.005.707 Rp.8.228.930,7 Rp.43.776.776,3
Frekuensi pemesanan 45 4

Metode EOQ adalah salah satu metode analisis yang


digunakan dalam menentukan jumlah persediaan barang yang
paling ekonomis. Hasil perhitungan jumlah pembelian bahan baku
yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ adalah
sebanyak 39.187,53 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu
tahun adalah sebanyak 4 kali. Total biaya persediaan (Total
Inventory Cost) yang dikeluarkan perusahaan bila menggunakan
metode EOQ adalah sebesar Rp. 8.228.930,7 per tahun. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa perusahaan dapat menghemat
biaya sebesar Rp. Rp.43.776.776,3 bila menggunaan metode EOQ.
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan yang
telah dilakukan maka diketahui bahwa pembelian bahan baku
pala pada CV. Maenusu Spice berfluktuasi tiap bulan. Dalam
pengelolaan persediaan CV. Maenusu Spice menggunakan sistem
pengendalian yang umum dan tidak menggunakan metode
perhitungan tertentu untuk mendapatkan tingkat persediaan yang
optimal.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan
menerapkan sistem EOQ maka perusahaan dapat menetapkan
jumlah optimal persediaan dan kapan harus melakukan
pemesanan ulang. Perusahaan akan mengurangi frekuensi
pemesanan dan memesan bahan baku lebih besar dari biasanya.
Dengan demikian bahan baku yang disimpan akan lebih lama
berada pada tempat penyimpanan, sama halnya berarti metode
EOQ membantu perusahaan dalam meminimalkan biaya
persediaan.
Dari data yang telah dianalisis maka diketahui perbandingan
persediaan bahan baku bila menggunakana kebijakan perusahaan
dengan metode EOQ. Diketahui seluruh jumlah pemesanan bahan
baku mengalami penurunan apabila menggunakan metode EOQ.
Frekuensi pemesanan juga mengalami penurunan yaitu hanya 4
kali. Oleh sebab itu, penggunaan metode EOQ pada CV. Maenusu
Spice merupakan Opportunity Cost bagi perusahaan karena
kebijakan persediaan bahan baku yang dijalankan perusahaan
selama ini, perusahaan mengorbankan penghematan biaya bila
tidak menggunakan metode EOQ. Dengan menerapkan sistem
12
EOQ maka perusahaan dapat menetapkan jumlah optimal
persediaan, hal ini berkaitan dengan efektivitas produksi dan juga
ketepatan waktu pengiriman barang.

Dalam kasus ini metode EOQ dapat diterapkan dengan


asumsi “jika kuantitas bahan baku pala berdasarkan hasil
perhitungan pembelian yang optimal tersedia ditingkat petani dan
supplier”. Mengingat musim panen pala yang terjadi di Maluku
hanya 2-3 kali dalam setahun, dengan produki tanaman pala yang
mulai menurun akibat tanaman yang sudah berumur. Sehingga
yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini yaitu metode EOQ
belum bisa diterapkan perusahaan disebabkan beberapa alasan
serta kondisi ketersediaan bahan baku pala yang tidak mencukupi
jumlah pembelian yang optimal menurut metode EOQ.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang dilakukan pada
persediaan bahan baku CV. Maenusu Spice maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

(1). Penerapan manajemen persediaan bahan baku yang dilakukan


CV Maenusu Spices sudah efektif dalam memenuhi permintaan
konsumen karena perusahaan tidak mengalami kehabisan
persediaah bahan baku. Dalam pengelolaan persediaan CV Maenusu
Spice menggunakan sistem pengendalian yang umum dan tidak
menggunakan metode perhitungan tertentu untuk mendapatkan
tingkat persediaan yang optimal. Bahan baku yang diperlukan CV.
Maenusu Spice setiap bulannya tergantung pada hasil pasokan dari
para supplier dan petani lokal. Perusahaan akan menerima
berapapun yang dipasok oleh supplier dan petani, sehingga bahan
baku pala yang diperoleh tiap bulan berfluktuasi.

(2). Total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan


perusahaan pada tahun 2020-2021 sebesar Rp. 52.005.707,
sedangkan total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan bila
menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp. 8.228.930,7.
Sehingga dapat diketahui pengehematannya sebesar Rp.
43.776.776,3. Berdasarkan perhitungan pada pembahasan
sebelumnya, total biaya persediaan dengan metode EOQ lebih efisien
dibandingkan dengan manajemen persediaan yang digunakan CV.
Maeunusu Spice.

5.2 Saran
Jadi, untuk mengingat persediaan bahan baku pala yang
bergantung pada musim panen serta produktivitas tanaman pala yang
berbeda di tiap daerah, saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya :
(1) Mempertimbangkan kembali penerapan EOQ karena dalam
kasus ini metode EOQ hanya dapat diterapkan dengan asumsi
bahwa “jumlah bahan baku ekonomis yang dibutuhkan
perusahaan sebesar 39.187,53 kg tersedia dalam setiap
frekuensi pembelian”. Sehingga yang menjadi kelemahan dalam
penelitian ini yaitu metode EOQ belum bisa diterapkan
perusahaan disebabkan kondisi ketersediaan bahan baku pala
yang tidak mencukupi jumlah pembelian yang optimal menurut
metode EOQ.

14
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Indonesia. 2021. “Prospek Pengembangan Minyak Pala


Banda Sebagai Komoditas Ekspor Maluku”. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 27 (3): 93-98.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. “Statistik Perkebunan


Indonesia 2017- 2021: Pala (Nutmeg)”. Sekretariat Direktorat
Jenderal Perkebunan. Jakarta

Leading Inovation Development, 2021. “Tujuan dan Ciri Utama


Manajemen Inventori”. Yogyakarta: PT Kanaka.

Sutrisno, 2017. Manajemen Keuangan edisi 2. Yogyakarta: PT.


Ekonasia.

Bambang Sugeng, 2017. Manajemen Keuangan Fundamental edisi 1.


Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Kresna, 2020. Heizer-Render 2011. “Keunggulan dan Kelemahan


Metode EOQ”. Skripsi dan tesis. Yogyakarta : Jurusan
Manajemen.

Lawalata, dkk. 2017. “Kajian Pengembangan Potensi Perkebunan


Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku
Tengah”. AGRILAN: Jurnal Agribisnis Kepulauan. Vol 5 (2): 132-
150.
Purseglove, et al. 1995. Spices. New York: Longmans. pp175-228.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2020. “Pala-
Maluku”. Balai Pengolahan Daerah Aliran Sungai Dan Hutan
Lindung. Barito.

Sahata, M. 2016. “Strategi Pengembangan Pala Di Desa Paisubatu


Kecamatan Buko Kabupaten Banggai Kepulauan”. Jurnal
Agroland. Vol 23 (2): 118- 130.

Meira Harsasi, 2021.”Pengantar Manajemen Rantai Pasok”. Modul


1.EKMA/4731.

Suwarto, dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar


Swadaya.

15

Anda mungkin juga menyukai