Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Manajemen Agribisnis yang
diampu oleh Dwi Lestari Rahayu, S.TP., M.Si.

oleh:
Annisa Nuraeni Rahayu (1701593)
Efriliani Sekartini (1701990)
Maudina Nuraisya R (1705022)
Nada Syakirah S (1704833)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 3


1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 5
2.1 Skutel .................................................................................................................. 5
2.2 Tepung Mocaf ..................................................................................................... 5
2.3 Strategi Pemasaran .............................................................................................. 6
2.4 Strategi Produk.................................................................................................... 6
2.5 Kebutuhan Pelanggan ......................................................................................... 7
2.6 Segmentasi Pasar ................................................................................................ 7
2.7 Target Pasar ........................................................................................................ 8
2.8 Market Positioning .............................................................................................. 8
2.9 Strategi Harga ..................................................................................................... 9
2.10 Lokasi Pemasaran ............................................................................................... 9
2.11 Startegi Promosi .................................................................................................. 9
BAB 3 PEMBAHASAN .................................................................................................. 10
3.1 Segmentasi Pasar Produk Tel-Mie .......................................................................... 10
3.2 Market Positioning Produk Tel-Mie ....................................................................... 10
3.3 Strategi Harga Produk Tel-Mie ............................................................................... 11
3.4 Lokasi Pemasaran ................................................................................................... 12
3.5 Strategi Promosi ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang secara demografi memiliki jumlah penduduk
yang banyak. Setiap penduduk berhak mendapatkan makanan yang sehat dan
bergizi. Namun tidak semua penduduk Indonesia mendapatkan makanan yang sehat
dan bergizi. Banyak faktor yang melatarbelakangi, seperti dikarenakan faktor
ekonomi, faktor kekurang tahuan akan pentingnya makanan sehat dan bergizi, dan
faktor transportasi—bagi penduduk yang tinggal di daerah—sehingga jenis
makanan yang dikonsumsi tidak beragam. Seperti penduduk yang tinggal di daerah
pesisir pantai, sering kali mengkonsumsi hasil laut, tetapi kurang cukup untuk
mengkonsumsi makanan seperti sayuran dan buah-buahan.
Masyarakat Indonesia yang cenderung senang mengonsumsi mi. Menurut World
Instant Noodles Association (2019) menyebutkan bahwa konsumsi mi instan di
Indonesia pada tahun 2018 mencapai 2,52 miliar bungkus (porsi). Indonesia
menjadi negara tertinggi pengkonsumsi mi instan kedua setelah Tiongkok.
Tingginya angka konsumsi mi instan menimbulkan sebuah kemirisan. Sebab seperti
yang diketahui, mi instan mengandung zat kimia, seperti MSG dan natrium tripo-
lifosfat sebagai bahan pengembangnnya. Apabila mi instan dikonsumsi dalam
jangka panjang akan mengakibatkan kanker getah bening.
Masyarakat Indonesia yang menggemari mi inilah yang melatar belakangi
terciptanya produk skutel mie (Telmie). Produk mi olahan yang menyehatkan dan
memenuhi kebutuhan gizi penduduk Indonesia. Hanya dengan satu produk
kebutuhan gizi sudah terpenuhi. Bahan makanan yang digunakan dalam membuat
skutel terdiri dari makaroni, susu, keju, dan daging. Penggantian bahan utama dari
skutel, yaitu makaroni menjadi mi, selain karena masyarakat Indonesia yang
menggemari mi, juga agar produk Telmie dapat menembus kalangan menengah
kebawah. Sebab makaroni pasta memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mi. Dalam pembuatannya, ditambahkan juga telur dan wortel. Sehingga,
tidak hanya kebutuhan karbohidrat, protein, dan lemak saja yang terpenuhi, tetapi
serat, mineral, dan vitamin juga terpenuhi.
Guna menambah nilai gizi produk, mi yang digunakan merupakan mi yang
terbuat dari tepung komposit, yaitu campuran tepung terigu dan tepung mocaf. Hal
ini dilakukan sebagai langkah untuk memanfaatkan pangan lokal. Menurut BPS
(2015), produksi ubi kayu atau singkong di Indonesia mencapai 21.801.415 ton. Di
Jawa Barat sendiri, pada tahun 2015 menurut BPS, produksi ubi kayu mencapai
2.000.224 ton. Tingginya produksi ubi kayu menjadikan ubi kayu sangat berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai olahan pangan yang potensial.
Tepung mocaf merupakan tepung yang kaya akan serat, memiliki kandungan
kalsium yang lebih tinggi daripada padi dan gandum, dan memiliki daya cerna yang
tinggi. Keunggulan tepung mocaf inilah yang melatar belakangi mi yang digunakan
dalam pembuatan produk Telmie. Sehingga nilai gizi dari produk Telmie semakin
bertambah. Makanan skutel sendiri sebenarnya masih belum banyak diketahui oleh
penduduk Indonesia. Biasanya hanya masayarakat perkotaan saja yang mengetahui.
Oleh karenanya diperlukan strategi pemasaran yang tepat guna produk Telmie
dapat dikenal dan dikonsumsi oleh seluruh masyarakat Indonesia, baik yang tinggal
di perkotaan maupun di pedesaan. Sebab tingginya nilai gizi yang dimiliki oleh
produk Telmie dapat membantu pemenuhan gizi masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa saja yang menjadi segmentasi pasar dari produk Telmie?
 Siapakah yang menjadi target pasar dari produk Telmie?
 Apa yang menjadi market positioning dari produk Telmie?
 Berpakah harga jual Telmie yang dapat diterima masyarakat?
 Dimanakah produk Telmie dipasarkan?
 Bagaimanakan promosi yang dilakukan agar produk Telmie dapat dikenal
dan diterima oleh masyarakat Indonesia?

1.3 Tujuan
 Mengetahui segmentasi pasar dari produk Telmie.
 Mengetahui siapa yang menjadi target pasar dari produk Telmie.
 Mengetahui market positioning produk Telmie.
 Mengetahui harga jual produk Telmie agar dapat diterima masyarakat.
 Mengetahui tempat produk Telmie dipasarkan.
 Mengetahui cara promosi yang dilakukan agar produk Telmoe dapat dikenal
dan diterima oleh masyarakat Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skutel
Makaroni schotel adalah masakan yang diperkenalkan oleh Belanda selama
menduduki di Indonesia. Oleh karena itu, “schotel” atau “schaal” berasal dari
bahasa Belanda yang mengacu pada wadah yang digunakan untuk membuat
hidangan ini. Makaroni schotel biasanya dibuat dengan keju dan daging atau
dengan tuna. Untuk menciptakan rasa yang lebih Asia, terkadang diberi tambahan
kentang dan tahu.

2.2 Tepung Mocaf


Mocaf (Modifeid Cassava Flour) adalah tepung dari ubi kayu atau singkong
yang dibuat dengan menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi
(Subagyo, 2006 dalam Ramadhani, L. S., 2017). Mikroba yang tumbuh selama
fermentasi akan menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang dapat
menghancurkan dinding sel singkong, sehingga terjadi liberasi granula pati.
Mikroba tersebut juga akan menghasilkan enzim-enzim yang menghidrolisis pati
menjadi gula dan kemudian mengubahnya menjadi asam-asam organik, terutama
asam laktat.
Proses ini akan menyebabkan perubahan karaktersitik dari tepung yang
dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan
kemudahan melarut. Granula pati akan mengalami hidrolisis sehingga
menghasilkan monosakarida yang merupakan bahan baku untuk menghasilkan
asam-asam organik. Senyawa asam ini akan menghasilkan aroma dan cita rasa khas
yang dapat menutupi aroma dan citarasa khas ubi kayu yang cenderung tidak
disukai konsumen (Subagyo, 2006 dalam Ramadhani, L. S., 2017).
Tepung mocaf memiliki keunggulan, yaitu kandungan serat terlarut lebih
tinggi daripada tepung gaplek, memiliki kandungan kalsium lebih tinggi dibanding
padi atau gandum, mempunyai daya kembang setara dengan gandum tipe II (kadar
protein menengah), dan memiliki daya cerna lebih tinggi dibandingkan dengan
tapioka gaplek (BKP3 Bantul, 2012 dalam Ramadhani, L. S., 2017).
2.3 Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan proses sosial dan majerial dimana individu atau
kelompok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya melalui
kreativitas, penawaran dan pertukaran nilai produk dengan yang lain (Kotler, 2006
dalam Ratih Hurriyati, M., 2011). Dalam pemasaran dibutuhkan strategi yang
diungkapkan dalam rencana-rencana realistis yang dihubungkan dengan
kemungkinan dalam memperoleh keuntungan. Strategi bisnis dan keunggulan
bersaing sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan strategi
pemasaran.
Sebelum melakukan pemasaran perlu dilakukan analisis situasi pemasaran
yang merupakan kegiatan yang mencakup penganlisaan pasar, segmentasi pasar,
dan penganalisaan persaingan yang bertujuan untuk mengetahui peluang dan
ancaman dalam pemasaran yang dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan
internal perusahaan. Analisis peluang pasar merupakan gambaran dan perkiraan
atas ukuran dan potensi penjualan suatu segmen pasar yang menarik bagi
perusahaan dan penilaian tentang para pesaing utama disegmen-segmen tersebut
(Eliza dan Evy Maharani, 2005 dalam Sari, N., Maharani, E., & Khaswarina, S.,
2016). Strategi pemasaran mencakup penargetan pasar dan analisis penempatan,
pemilihan strategi pemasaran dan pengembangan serta penempatan produk.

2.4 Strategi Produk


Produk merupakan elemen yang paling penting, sebab dengan inilah
perusahaan berusaha untuk memenuhi “kebutuhan dan keinginan” dari konsumen.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001) dalam Sari, N., Maharani, E., & Khaswarina,
S. (2016), produk adalah cara bagaimana produk diartikan oleh konsumen atas
dasar ciri-ciri penting, tempat yang diduduki produk tersebut dalam pemikiran
konsumen bersifat relatif. Produk tersusun atas serangkaian manfaat yang dapat
diidentifikasi. Manfaat ini mencakup layanan yang disediakan, harga yang
ditawarkan, desainnya, kemasannya, jaminan atau garansi, citra atau reputasi
penjual, kualitas produk, dan karakteristik fisiknya. Tingkat pentingnya masing-
masing manfaat ini akan berbeda-beda pada segmen pasar yang berbeda.
Berdasarkan pada strategi produk hal yang harus ada dalam sebuah produk adalah
atribut produk, pemberian merk, pengemasan, pemberian label, dan jasa pendukung
produk.
Pertama, atribut produk dapat berbentuk wujud maupun tidak berwujud,
baik warna warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual
(pengecer), dsb (Alma, 2000 dalam Sari, N., Maharani, E., & Khaswarina, S.,
2016). Kedua, merk adalah nama, istilah, tanda, simbol suatu rancangan atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau
jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Ketiga, kemasan yang baik untuk produk baru banyak memerlukan konsep
pengemasan yang menyatakan bagaimana kemasan itu seharusnya atau apa
seharusnya yang dilakukan oleh kemasan itu sebagai produk, serta elemen yang
spesifik dari kemasan seperti ukuran, bentuk, bahan, warna, tekstur dan merek
dagang. Keempat, pemberian label, pelabelan adalah etika sederhana yang
ditempelkan pada produk tersebut yang merupakan bagian dari kemasan, label
berisi nama merek atau informasi produk. Terkahir adalah jasa pendukung produk,
yaitu pelayanan konsumen dengan memberikan nomor kontak dari pemiliki produk
atau layanan costumer service.

2.5 Kebutuhan Pelanggan


Kebutuhan pelanggan merupakan keinginan dan harapan yang dimiliki
pelanggan terhadap produk maupun jasa, yang menuntut pemenuhan dari penjual
produk atau penyedia jasa. Kebutuhan pelanggan termasuk ke dalam aspek
kepuasan pelanggan akan sebuah produk atau jasa. Apabila kebutuhan pelanggan
terpenuhi maka produk atau jasa tersebut mengimbangi harapan pelanggan.

2.6 Segmentasi Pasar


Segmentasi pasar adalah suatu proses yang menempatkan konsumen ke
dalam sub kelompok yang memiliki respons yang sama terhadap suatu program
pemasaran (Cravens,1997 dalam Munandar, D., 2011). Menurut Rambat Lupiyoadi
(2001) dalam Munandar, D. (2011), segmentasi pasar adalah membagi pasar
menjadi kelompok pembeli yang dibedakan menurut kebutuhan, karakteristik, atau
tingkah laku, yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Terdapat variabel
yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan segmentasi pasar menurut Kotler,
yaitu (1) geografis, (2) demografis, (3) psikografis, dan (4) perilaku.
Pertama, geografis merupakan aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan
membagi-bagi pasar dalam beberapa unit geografis yang berbeda, seperti daerah,
populasi, kepadatan dan iklim. Kedua, demografis, yaitu aktivitas pemasaran yang
dilakukan dengan membagi-bagi pasar dalam beberapa grup berdasarkan usia, jenis
kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ukuran keluarga, siklus hidup
keluarga, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial.
Ketiga, psikografis, yaitu aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan
membagi konsumen menjadi beberapa grup yang berbeda-beda dengan basis
variabel gaya hidup dan kepribadian. Keempat, perilaku, yaitu aktivitas pemasaran
yang dilakukan dengan membagi konsumen atas grup-grup yang berbeda
berdasaran status pengguna, kesetiaan merek, tingkat penggunaan, manfaat yang
dicari, kesempatan penggunaan, kesiapan membeli dan sikap terhadap produk.

2.7 Target Pasar


Target pasar adalah sekumpulan pembeli yang berbagi kebutuhan yang
sama atau karakteristik dimana perusahaan putuskan layani. Target pasar
mengevaluasi setiap ketertarikan segmen dalam pasar dan memilih satu atau lebih
segmen untuk dimasuki. Dalam pemilihan target pasar optimal, terdapat beberapa
kriteria, yaitu : (1) responsif, dimana pasar sasaran harus responsif terhadap produk
atau program-program pemasaran yang dikembangkan; (2) potensi yang memadai,
dimana potensi penjualan harus cukup luas, besarnya bukan hanya ditentukan oleh
jumlah populasi tapi juga daya beli dan keinginan pasar untuk memiliki produk
tersebut; (3) pertumbuhan yang memadai, dan (4) jangkauan media, dimana
pemasar harus memilih dengan media untuk mempromosikan dan memperkenalkan
produknya.

2.8 Market Positioning


Market postioning merupakan langkah yang diambil pemasar produk untuk
menyusun penawaran pasar guna menempatkan posisi produk dapat bersaing
dengan kompetitor yang dapat tertanam di benak konsumen. Terdapat tiga langkah
dalam diferensiasi dan positioning, yaitu (1) mengidentifikasi sekumpulan
keunggulan kompetitif yang berbeda di mana untuk membangun posisi, (2) memilih
keunggulan kompetitif yang tepat, dan (3) memilih strategi positioning secara
keseluruhan.

2.9 Strategi Harga


Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang
ditawarkan. Harga suatu produk ditentukan dari besarnya pengorbanan yang
dilakukan untuk menghasilkan produk tersebut serta laba atau keuntungan yang
diharapkan. Menurut Kotler dan Keller (2006) dalam Sari, N., Maharani, E., &
Khaswarina, S. (2016), harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk
memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertai.
Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi produk
ditambah dengan beberapa produk lain serta keuntungan yang memuaskan.
Hendaknya perusahaan penjual produk menetapkan harga yang dapat artian bahwa
dapat memberikan keuntungan dalam jangka pendek maupun untuk jangka
panjang.

2.10 Lokasi Pemasaran


Lokasi adalah faktor yang ikut serta secara langsung mempengaruhi
kontinuitas kegiatan usaha. Tempat yang dalam operasionalnya disebut saluran
distribusi adalah penyalur atau serangkaian organisasi yang paling terlibat dalam
proses menyampaikan produk ke konsumen akhir sesuai dan tepat waktu (Rambat,
2001 dalam Sari, N., Maharani, E., & Khaswarina, S., 2016).

2.11 Startegi Promosi


Promosi adalah upaya persuasif satu arah yang dibuat untuk mengarahkan
menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Arman, Indung, dan Lantip, 2006 dalam
Sari, N., Maharani, E., & Khaswarina, S., 2016). Tujuan promosi adalah untuk
memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, meyakinkan calon konsumen dan
selanjutnya memberi pengaruh meningkatnya penjualan. Langkah yang dapat
diambil untuk mempromosikan suatu produk adalah dengan iklan, penjualan
pribadi, promosi penjualan, dan publisitas. Dalam membantu produk agar dikenal
lebih luas oleh masyarakat dapat dilakukan promosi secara kontinyu.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Segmentasi Pasar Produk Tel-Mie


Variabel segmentasi produk tel-mie itu sendiri, yaitu:
Pertama, berdasarkan geografis, produk Tel-mie akan dipasarkan di daerah
pulau Jawa terlebih dahulu, karena masa simpan dari produk yang tidak terlalu lama
sehingga akan riskan jika sampai dijual ke luar pulau Jawa.
Kedua, berdasarkan demografis, produk Tel-mie dipasarkan untuk semua
kalangan baik itu laki-laki maupun perempuan, dapat dikonsumsi oleh siapa saja
karena produknya aman dan tidak mengandung pengawet dengan mie yang dibuat
dari substitusi antara tepung terigu dan tepung singkong termodifikasi yang akan
meningkatkan kandungan serat di dalamnya.
Ketiga, berdasarkan psikografis, Tel-mie ditujukan untuk kalangan kelas
sosial menengah dengan harga Rp10.000,- cukup murah karena tel-mie dapat
mengenyangkan dan mengganjal perut. Selain itu Tel-mie diperuntukkan bagi
orang-orang dengan gaya hidup praktis dan sehat dengan kemasan yang mudah
dibawa.

3.2 Market Positioning Produk Tel-Mie


Produk Tel-mie merupakan inovasi dari produk macaroni skutel yang
diganti dengan mie dengan bahan baku tepung singkong termodifikasi, sekutel mie
ini termasuk ke dalam makanan sehat, karena didalamnya mengandung karbohidrat
yang berasal dari mie, protein dari kornet, susu, telur, dan keju, serta pro vitamin A
dari wortel. Kebanyakan masyarakat Indonesia terutama anak-anak biasanya tidak
menyukai sayuran, tetapi pada produk ini sayuran berupa wortel dipotong sangat
kecil sehingga tidak terasa seperti ada sayuran, dengan cara ini anak-anak atau
bahkan orang dewasa tidak akan merasa memakan sayuran padahal didalamnya
terdapat potongan wortel, hal ini dapat meningkatkan konsumsi sayuran masyarakat
Indonesia. Selain itu, mie yang terbuat dari substitusi tepung terigu dan tepung
singkong termodifikasi dapat meningkatkan kandungan serat, serat sendiri
memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah menghambat proses pencernaan di
dalam usus, sehingga perolehan energi menjadi berkurang, memberikan perasaan
kenyang lebih lama, memperlambat kenaikan gula darah, sehingga dibutuhkan
sedikit insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi, membantu mengendalikan
berat badan dengan memperlambat munculnya rasa lapar, meningkatkan kesehatan
saluran pencernaan dengan cara meningkatkan motilitas (pergerakan) usus besar.

3.3 Strategi Harga Produk Tel-Mie


Strategi harga yang dilakukan adalah dengan strategi penetapan harga
variable cost yang mempertimbangkan biaya variabelnya saja.

No Bahan Kuantitas Harga (Rp)


1. Tepung mocaf 1 kg Rp 27.500
2. Tepung terigu 1 kg Rp 12.000
3. Susu 1 liter Rp 17.000
4. Keju 400 gram Rp 30.000
5. Telur 4 butir Rp 8.000
6. Wortel 500 gram Rp 8.000
7. Garam, Merica, Gula,
Minyak Kelapa, Margarin, 1 bungkus Rp 15.000
Tepung Maizena
8. Gas 12 kg Rp 139.000
9. Bawang Bombay 2 siung Rp 4.000
10. Kornet 2 kaleng (345 gram
Rp 30.000
per kaleng)
11. Kemasan Alumunium Foil 50 buah Rp 50.000
12. Kemasan Plastik 1,5 ons Rp 5.250
13. Pita Kawat Emas dan Label Pita (2 meter), label
Rp 12.000
(52 buah)
14. Sendok Plastik 52 buah Rp 5.200
15. Saus Sachet 52 buah Rp 26.000
Jumlah (Rp) Rp 385.350
Harga Bersih Produk per Satuan Rp 5.505
Harga Jual Produk per Satuan Rp 10.000
Keuntungan Produk per Satuan Rp 4.495
3.4 Lokasi Pemasaran
Pemasaran produk Tel-mie dilakukan secara online dan off-line. Secara
online dilakukan melalui media social, yaitu Instagram dan facebook, dibantu
Secara off-line dilakukan dengan mengisi bazzar-bazzar ataupun food exhibition
yang sedang marak diadakan di kota-kota besar.

3.5 Strategi Promosi


Promosi dilakukan secara terus-menerus posting di media social supaya
dapat menggugah selera konsumen yang menonton, dapat juga dengan melakukan
endorsement kepada selebgram-selebgram terkenal supaya dapat menarik masa
untuk membeli produk tel-mie. Memasang iklan di Instagram ataupun youtube da
menyebarkan pamphlet dengan promo yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, N. T. (2011). Pola Makan Mie Instan: Studi Antropologi Gizi pada
Mahasiswa Antropologi FISIP UNAIR. Tersedia secara online di:
http://web. unair. ac. id/admin/file/f_34835_31mie. pdf [diakses di
Bandung, Indonesia: 1 November 2016].
Badan Pusat Statistik. (2015). Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi (ton). [online].
Tersedia di https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/880 [Diakses
pada 01, Desember 2019].
Fikriyananda, M. (2016). STUDI PEMBUATAN MAKARONI SCHOTEL DENGAN
PENAMBAHAN BUAH PEPAYA MENTAH DAN MATANG SEBAGAI
SUMBER PANGAN LOKAL (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan
Indonesia)..
Kusnandar, V. B. (2019). Konsumsi Mi Instan Indonesia 2018 Turun 0,63 Persen.
[online]. Tersedia di
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/03/konsumsi-mi-
instan-indonesia-turun. {Diakses pada 01 Desember 2019]
Munandar, D. (2011). Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home
Care di Rumah Sakit AL-ISLAM Bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM.
Ramadhani, L. S. (2017). Tinjauan Pustaka – Tepung Mocaf. [online]. Tersedia di
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15224/BAB%20II
.pdf?sequence=6&isAllowed=y. [Diakses pada 01 Desember 2019].
Ratih Hurriyati, M. (2011). Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil
Berbasis Web 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri
Kecil. abmas, 143.
Sari, N., Maharani, E., & Khaswarina, S. (2016). STRATEGI PEMASARAN
AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE DI DESA BULUH RAMPAI
KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU (Studi
Kasus Agroindustri Keripik Tempe Dua Putri Mbak Siti). Jurnal Ilmiah
Pertanian, 12(2), 23-35
Widjaya, P. G. (2017). Analisis Segmenting, Targeting, Positioning dan Marketing
Mix pada Pt. murni Jaya. Agora, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai