oleh :
Cici Mardiani 1705659
Fikri Ilyas Muharram 1705165
Indah Oktaviani 1702502
Maudina Nuraisya 1705022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
Daftar gambar .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI ....................................................................................................................... 3
A. Religiusitas ................................................................................................................... 3
B. Kecemasan Belajar ..................................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................... 7
A. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................... 7
B. Objek Penelitian.......................................................................................................... 7
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 8
D. Teknik Analisis Data .................................................................................................. 8
E. Hasil dan Analisis Penelitian...................................................................................... 9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 14
B. Saran .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 17
ii
Daftar gambar
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa sekarang tuntutan jaman semakin tinggi banyak orang yang
stres karena hal tersebut. Stres menjadi penyakit yang menjangkiti siapa
saja. Mahasiswa menjadi salah satu kalangan yang paling banyak
mengalami stres, beban yang berat mental yang belum siap dan kondisi
sekarang yang sangat mudah terkoneksi membuat setiap orang dapat
melihat orang lain dan sangat mudah untuk merasa rendah diri. Hal
tersebut dianggap menjadi pemicu utama stres.
Hal tersebut bisa kita lihat di lingkungan UPI, banyak orang di
lingkungan kita terlihat mengalami penurunan semangat belajar. Di
lingkungan kampus UPI pun banyak orang yang terlihat mengalami
gangguan psikologis. Apalagi usia mahasiswa berada dalam quarterlife
crisis.
Semangat belajar yang menurun dapat berdampak pada banyak hal
seperti pergaulan yang tidak baik, atau mencari pelampiasan kepada
alkohol, ataupun drop out yang tentu saja sangat merugikan mahasiswa
tersebut ataupun orangtua.
B. Rumusan masalah
1. Apakah banyak mahasiswa Agroindustri yang mengalami kecemasan
belajar?
2. Apakah mahasiswa Agroindustri yang memiliki religiusitas lebih
tinggi memiliki kecemasan belajar yang rendah?
3. Apakah mahasiswa Agroindustri yang memiliki religiusitas rendah
cenderung memiliki kecemasan belajar?
4. Apakah religiusitas dapat menjadi solusi masalah kecemasan belajar?
5. Bagaimana islam menjadi solusi dalam masalah kecemasan belajar
1
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui fenomena kecemasan belajar di agroindustri
2. Mengetahui pengaruh religiusitas terhadap kecemasan belajar
3. Memahami solusi yang ditawarkan islam dalam mengatasi kecemasan
4. Menjadikan islam sebagai solusi permasalahan kecemasan belajar
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Religiusitas
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan
manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan
perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang
didorong oleh kekuatan supranatural. Keberagamaan seseorang meliputi
berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah
sistem yang berdimensi banyak.
Menurut Glock & Stark (Robertson, 1988), ada 5 macam dimensi
keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau
praktek agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperimental), dimensi
pengalaman (konsekuensial), dan dimensi pengetahuan agama (intelektual).
Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan dimana orang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran. Kedua, dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan,
ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen
terhadap agaman yang dianutnya. Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini
berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-
persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang yang melihat komunikasi
dalam suatu esensi ketuhanan. Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi
ini mengacu kepada harapan orang-orang yang beragama memiliki sejumlah
minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci
dan tradisi-tradisi. Kelima, dimensi pengalaman atau konsekuensi yang
mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.
Esensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan yang
menegaskan Allah sebagai Yang Esa, Pencipta yang mutlak dan Transenden,
Penguasa segala yang ada. Dapat disimpulkan bahwa Tauhid adalah intisari
3
Islam dan suatu tindakan tak dapat disebut sebagai bernilai Islam tanpa
dilandasi oleh kepercayaan kepada Allah. Disamping tauhid atau akidah, dalam
Islam juga ada syariah dan akhlak. Endang Syarifudin Anshari (1980)
mengungkapkan bahwa pada dasarnya Islam dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
akidah, syariah dan akhlak, dimana tiga bagian tadi satu sama lain
berhubungan. Akidah adalah sistem kepercayaan dan dasar bagi syariah dan
akhlak. Tidak ada syariah dan akhlak Islam tanpa akidah Islam.
Dalam Al-Qur’an, surat Al-Insyirah (94:1-8), tertulis :
4
bergembira dan bersyukur atas pemberian Allah. Berbeda dengan teori
McClelland yang bersifat egoistic-indivudualistik keduniawian, teori kebutuhan
berprestasi versi Al-Qur’an bersifat duniawi dan ukhrawi yang tidak beorientasi
pada pengabdian terhadap diri sendiri, melainkan pengabdian kepada Allah.
Dalam Islam, orang bekerja bukan untuk mencari pengakuan dari orang lain
terhadap prestasi yang dibuatnya, tetapi yang dicari dalam bekerja adalah
pengakuan dari Allah. Pencarian pengakuan dari manusia atas prestasi yang
dibuat dapat mengantarkan seseorang pada ketidakpuasan. Ketidakpuasan
inilah yang menjadi sumber ketegangan jiwa, yang dampak negatifnya banyak
terlihat di negara-negara yang ekonominya sudah sangat maju.
B. Kecemasan Belajar
Perkembangn kognitif seseorang akan dinilai baik selama seseorang tidak
melanggar aturan agama yang berlaku. Aturan agama dapat dilihat dari
kuantitas dan kualitas ibadahnya. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
seseorang pasti akan merasakan beban-beban berat yang menekannya sehingga
rentan untuk terkena stres.
Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-
keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis
(Hawari:2004). Stres adalah renspons tubuh yang sifatya non-spesifik terhadap
tuntutan bebas atasnya (Hans Selye, 1950). Stres juga merupakan suatu kondisi
dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasi dengan suatu peluang,
kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya
dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti atau penting (RS
Sculer:1980).
Stres dapat dilihat dari perubahan-perubahan perilaku (behavior changes).
Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah :
1. Meminum-minuman keras dan merokok berlebihan
2. Gangguan fungsi seksual
3. Kesulitan dalam mengambil keputusan
5
4. Safety player (mengambil keputusan yang mana utuk dirinya)
5. Gangguan dalam alam perasaan (affektif)
6. Berat badan tidak stabil
7. Perubahan pada pola makan
8. Perubahan pada etika dan moral
9. Cenderung menghindari tanggungjawab
10. Terlalu berlebihan menghadapi hal-hal sepele
11. Suka mengemukakan khayalan
12. Sering melakukan kekeliruan
6
BAB III
PEMBAHASAN
dimana
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
7
Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan bahwa jumlah
sampel minimal terdiri dari 25 sampel dengan tingkat akurasi 80%.
Sampel yang kami peroleh adalah 85 Mahasiswa.
8
2. Penganalisisan Data
Apabila proses pengolahan data telah selesai, maka proses
selanjutnya yaitu analisis data. kemudian tujuan analisis data adalah
untuk menyederhanakan dan juga memudahkan data untuk ditafsirkan.
Setelah datanya sudah terkumpul, maka data yang terkumpul yakni data
kuantitatif dalam bentuk angka-angka.
3. Penafsiran Hasil Analisis
Kamudian bila data sudah selesai dianalisis, kegiatan yang harus
dilakukan yaitu menafsirkan hasil analisa data tersebut. Tujuan
penafsiran analisis ini adalah untuk menarik kesimpulan dari penelitian
kualitatif yang telah dilakukan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan
dengan cara membandingkan hipotesis yang sudah dirumuskan dengan
hasil analisa data yang sudah diperoleh. Akhirnya, peneliti bisa manarik
kesimpulan apakah menerima atau menolak hipotesis yang sudah
dirumuskan.
E. Hasil dan Analisis Penelitian
9
Gambar.2 grafik korelasi religiusitas dengan tingkat kecemasan
10
keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan
psikis (Hawari:2004).
Berdasarkan hasil analisis, sebaran data korelasi religiusitas dengan
tingkat kecemasan (Gambar.2) menunjukan mahasiswa Agroindustri yang
memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat
kecemasan belajar yang rendah. Hasil penelitian ini menunjukan kesesuaian
dengan hipotesis kami pada saat sebelum melakukan penelitian, bahwasannya
tingkat religiusitas berpengaruh terhadap tingkat kecemasan belajar seseorang.
Semakin tinggi tingkat religiusitas maka tingkat kecemasan belajarnya
semakin rendah, begitupun sebaliknya.
Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukan bahwa religiusitas dapat
menjadi solusi masalah kecemasan belajar. Sebagaimana yang disampaikan
diawal bahwa religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan dan
memiliki beberapa dimensi sebagai standarnya. Religiusitas dimaknai sebagai
suatu fenomena keberagamaan, dan satu-satunya agama yang benar adalah
Islam. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S Ali Imran ayat 19 berikut.
11
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Maka setiap melakukan aktivitas apapun, baik berpikir, bersikap maupun
bertindak, umat muslim diperintahkan untuk berislam yaitu melakukan segala
sesuatunya dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT..
Seorang ahli, David C. McClelland (1969) mengajukan teori yang
disebutnya teori kebutuhan berprestasi (need for achievement). Menurut teori
ini, kemajuan ekonomi suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkatan sejauh
mana orang-orangnya memiliki virus mental yang disebut virus n-ach. Orang
yang memiliki virus ini dalam kadar tinggi akan memiliki sifat-sifat rajin
bekerja keras, ingin berhasil dengan sebaik-baiknya, merasa lebih puas
dengan hasil kerja yang baik daripada upah yang diterima, dan selalu ingin
berbuat lebih banyak melebihi apa yang sudah pernah dibuatnya. McClelland
menarik kesimpulan bahwa dorongan berprestasi dapat ditumbuhkan lewat
pendidikan. Namun jika teori ini dilakukan tanpa suatu pertimbangan lain
(agama/religiusitas) maka akibatnya orang selalu merasa tidak puas akan hasil
pekerjaannya. Ketidakpuasan ini akan menjadi sumber ketegangan jiwa yang
akhirnya dapat menimbulkan bermacam-macam problem sosial maupun
individual. Tingginya angka bunuh diri karena orang selalu dalam
ketidakpuasan, tingginya angka orang-orang yang mengidap sakit jiwa yang
banyak dijumpai di negara-negara yang kemajuan ekonominya sudah tinggi,
tidak terlepas dari dampak negatif dorongan berprestasi yang tanpa kontrol.
Agar dorongan berprestasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
peradaban manusia dengan sebaik-baiknya, diperlukan suatu mekanisme
untuk menyeimbangkannya. Mekanisme ini dapat diperoleh dari dalam Al-
Qur’an.
Allah SWT menginginkan kemudahan bagi manusia, sebagaimana
firman-Nya dalam Q.S Al-Insyirah (94) ayat 1-8. Manusia diperintahkan
untuk bekerja keras, tetapi setelah bekerja keras orang harus menikmati hasil
12
kerja keras tersebut dengan bergembira dan bersyukur atas pemberian Allah.
Teori kebutuhan berprestasi versi Al-Qur’an bersifat duniawi dan ukhrawi
yang tidak berorientasi pada pengabdian terhadap diri sendiri, melainkan
pengabdian kepada Allah SWT. Dunia hanya dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di Surga-Nya.
Berdasarkan syariat Islam, orang bekerja belajar dan sebagainya bukan
untuk mencari pengakuan dari orang lain terhadap prestasi yang dibuatnya,
tetapi yang dicari adalah pengakuan dari Allah. Hal ini dinyatakan dalam ayat
kedelapan surat Al-Insyirah “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.” Sudah selayaknya kita hanya menggantungkan harapan kita
hanya kepada Allah SWT, tidak kepada makhluk-Nya, karena berharap pada
makhluk-Nya hanya akan menuai kekecewaan. Kekecewaan berlebih juga
akan menimbulkan kecemasan dan ketidakpuasan yang dampak negatifnya
telah banyak terjadi di negara-negara yang ekonominya sudah maju namun
orang-orangnya tidak beragama seperti di negara Barat.
Oleh karena itu, menjadi pribadi yang memiliki tingkat religiusitas
yang tinggi dan menjalankan agama Islam secara kaffah (keseluruhan) bisa
menjadi solusi atas permasalahan yang kita hadapi saat ini baik dalam
kehidupan sosial maupun individual. Sebagai seorang mahasiswa yang
dituntut memiliki sikap kritis, harus mampu juga mengkritisi diri sendiri.
Mencari tahu darimana kita berasal dan akan kemana kita dikembalikan
menjadi sebuah langkah awal untuk meningkatkan religiusitas diri.
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar mahasiswa Agroindustri yang menjadi responden
penelitian ini memiliki tingkat kecemasan yang rendah, dari 85 orang
responden didapati sebanyak 43,5% atau sekitar 37 orang tidak setuju
bahwa mereka mengalami perasaan cemas.
2. Mahasiswa Agroindustri yang memiliki tingkat religiusitas yang lebih
tinggi cenderung memiliki tingkat kecemasan belajar yang rendah. Hasil
penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan hipotesis kami pada saat
sebelum melakukan penelitian, bahwasannya tingkat religiusitas
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan belajar seseorang. Semakin
tinggi tingkat religiusitas maka tingkat kecemasan belajarnya semakin
rendah, begitupun sebaliknya.
3. Religiusitas dapat menjadi solusi masalah kecemasan belajar. Religiusitas
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan dan memiliki beberapa
dimensi sebagai standarnya. Religiusitas dimaknai sebagai suatu
fenomena keberagamaan, dan satu-satunya agama yang benar adalah
Islam.
4. Menjadi pribadi yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dan
menjalankan agama Islam secara kaffah (keseluruhan) bisa menjadi solusi
atas permasalahan yang kita hadapi saat ini baik dalam kehidupan sosial
maupun individual.
14
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Mempelajari Al-Qur’an dan Islam secara kaffah (keseluruhan)
2. Meningkatkan sikap religiusitas diri untuk menghindari kecemasan
belajar yang berlebihan
3. Sebagai seorang mahasiswa yang dituntut memiliki sikap kritis, harus
mampu juga mengkritisi diri sendiri. Mencari tahu darimana kita berasal
dan akan kemana kita dikembalikan untuk menjadi sebuah langkah awal
meningkatkan religiusitas diri.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sapuri, Rafy. (2009). Psikologi Islam : Tuntutan Jiwa Manusia Modern. Jakarta.
Rajawali Pers.
Suroso, Djamaludin Ancok Fuat Nashori. (2008). Psikologi Islami : Solusi Islam Atas
Problem-problem psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
16
LAMPIRAN
1.
2.
3.
17
4.
5.
6.
18
7.
8.
9.
10.
19
11.
12.
20
13.
14.
15.
21
16.
17.
18.
19.
22
20.
21.
23
22.
23.
24.
24
25.
26.
27.
25
28.
29.
30.
26
31.
32.
33.
27
34.
35.
36.
28