Anda di halaman 1dari 28

UMKM PISANG GORENG DI KELURAHAN NGADE

Disusun Oleh :

Sitti Dahlia Muhaimin


NPM. 02032111096

Ekonomi MIkro II

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2023

i
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................6
BAB II Landasan Teori............................................................................7
2.1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah.........................................7

2.2. Peran UMKM.................................................................................8

2.3. Permasalahan yang Dihadapi UMKM............................................9

2.4. Pengertian Usaha Pisang Goreng.................................................10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................14

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................14

3.2. Jenis dan Sumber Data.................................................................14

3.3. Metode Pengumpulan Data...........................................................14

3.4. Metode Analisisl ............................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN SURVEI.........................................16

4.1. Perkembangan Usaha Pisang Goreng..........................................16

4.2. Karakteristik Pemilik Usaha Pisang Goreng Bapak Ito..................16

4.3. Permodalan...................................................................................18

4.4. Tenaga Kerja.................................................................................18

4.5. Teknologi.......................................................................................19

4.6. Biaya Produksi...............................................................................19

4.7. Pendapatan Usaha........................................................................20

BAB V PENUTUP.....................................................................................21

5.1. Kesimpulan....................................................................................21

5.2. Saran.............................................................................................21

ii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai hasil komoditas pertanian yang

melimpah. Sektor pertanian mempunyai kontribusi besar dalam pembangunan ekonomi

nasional. Pembangunan ekonomi yang menitik beratkan pada sektor pertanian diharapkan

mampu meningkatkan produksi pertanian sehingga dapat memperbaiki kebutuhan pangan dan

pendapatan petani. Sektor pertanian sendiri selalu berkaitan dengan sektor industri. Keterkaitan

tersebut diarahkan dengan mengembangkan sektor hulu maupun sektor hilir. Sehingga dengan

mendorong sektor pertanian akan memajukan sektor industri. (Rachmawati, 2021)

Salah satu industri sektor pertanian yang berkontribusi dalam kegiatan ekonomi yaitu

agroindustri. Agroindustri merupakan salah satu bentuk industri hilir yang berbahan baku

produk pertanian dan menekankan pada produk olahan dalam suatu perusahaan atau industri

(Saragih dalam Sari, 2017). Agroindustri mampu mengubah produk primer menjadi produk

olahan, bahkan mampu mengubah budaya kerja bernilai rendah menjadi budaya kerja industrial

yang lebih modern yang mampu meningkatkan nilai tambah.

Indonesia diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk pisang dan menyusun

strategi pengembangan agar dapat bertahan dan bersaing dengan negara lainnya.Kondisi

agroindustri belum mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. Agroindustri

merupakan suatu subsistem pengolahan secara terpadu antara sektor pertanian dengan sektor

industri sehingga akan diperoleh nilai tambah dari hasil pertanian. Industri pengolahan pangan

adalah instrumen pemberi nilai tambah bagi komoditi pertanian. Oleh sebab itu, peran

perusahan perusahan pengelohan pangan sangat penting bagi peningkatan nilai komoditi

iv
pertanian. Industri pengolahan tersebut berupa industri besar dan industri kecil maupun industri

skala rumah tangga (Darmawandkk,2014).

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat vital didalam

pembangunan dan pertumbuhan ekonmi, tidak hanya dinegara-negara berkrmbang seperti

Indonesia tetapi juga di negara maju. Di indonesia peran UMKM selain berperan dalam

pertumbuhan pembanguna dan ekonomi, Inovasi adalah hal yang sangat penting dalam

mengembangkan suatu usaha, dimana apabila sebuah produk ingin meningkatkan harga dan

nilai jualnya, maka inovasi produk sangat dibutuhkan dalam hal ini. Di dunia yang semakin

modern ini banyak sekali usaha yang sudah berkembang diindonesia, bukan hal aneh lagi

apabila diindonesia ini sendiri banyak sekali usaha yang sudah berkembang berkat inovasi

pada produk mereka sendiri.Inovasi produk itu sendiri sangat penting bagi sebuah usaha itu

sendiri guna mencapai tujuan perusahaan dan loyalitas pelanggan.Inovasi produk ini sangat

bagus digunakan pada usaha mikro kecil dan menengah, dimana usaha yang masih kecil

seperti inilah yang sangat memerlukan inovasi produk agar menambah nilai jual barang atau

jasa tersebut. (Ekasari & Roza, 2017).

Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah pisang.

Pisang merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

berbagai jenis pisang yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia (Kuswanto dalam Sari, 2017).

Buah pisang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, selain karena

mudah didapat, harga buah pisang cukup terjangkau. Ketersediaan pisang di Indonesia cukup

melimpah sepanjang tahun, sehingga buah pisang dijadikan sebagai buah favorit untuk

dikonsumsi ataupun dijadikan sebagai bahan baku produk olahan buah pisang.

Seiring dengan ketatnya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan, masyarakat

dituntut untuk dapat lebih mandiri, salah satunya dengan membuka usaha mandiri dan

berkelanjutan. Usaha merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk

menciptakan suatu hasil dalam satu tujuan tertentu. Usaha ditinjau dari sudut ekonomi

v
merupakan suatu organisasi dengan modal dan tenaga berusaha memenuhi kebutuhan dengan

tujuan mencari laba (Haryati, 2014). Berhasil atau tidaknya suatu usaha tergantung pada cara

pengelo laannya (Naton, Radiansah, & Juniansyah, 2020).

Kemampuan pelaku usaha dalam melakukan variasi dan pengemasan produk menjadi

poin penting dalam strategi pemasaran karena pelaku merupakan kunci. Merujuk pada kondisi

itulah penulis merasa perlu melakukan pelatihan tentang diversifikasi produk pada pelaku usaha

kecil menengah agar produk yang dipasarkan mengalami peningkatan serta memiliki nilai

ekonomi lebih tinggi (Sukoco & HJandayani, 2020).

Menurut bardosono (2014), produksi pisang di indonesia pada tahun 2013 telah

mencapai 5,3 ton. Melimpahnya ketersediaan pisang menyebabkan pisang dirasakan bukanlah

komodita penting dan tidak memberikan nilai tambah bagi produsen pisang khususnya petani.

Pisang juga merupakan komoditas hortikultura yang tidak memiliki daya simpan yang lama,

sehingga apabila kemelimpahan pisang tidak diimbangi dengan pemanfaatnya maka akan

meningkatkan potensi kebusukan komoditas tersebut. 9 (Tambajong, Sondakh, & Tarore, 2020)

Produksi pisang yang cukup melimpah dengan harga yang sangat murah menjadikan

pengusaha berusaha untuk menghasilkan level produk yang lebih tinggi dari sekedar komoditas

(pisang). Kenyataan bahwa suatu produk akan dinilai sesuai dengan nilai tambah (value added)

yang ada pada produk tersebut, menyebabkan usaha agroindustri pisang berkembang cukup

pesat semakin tinggi nilai tambah yang dimiliki oleh suatu produk maka semakin tinggi

kepuasan konsumen yang pada akhirnya konsumen akan menghargai produk tersebut dngan

lebih tinggi. (Susanto, 2019)

Gorengan merupakan jajanan murah yang sangat di sukai masyarakat dari seluruh

kalangan, tidak heran jika di hampir seluruh tempat ada minimal satu pedagang gorengan.

Pedagang gorengan biasanya tidak cuma menjual satu macam gorengan saja, tapi terdapat

berbagai macam vareasi gorengan yang di jual. Mulai dari tempe, bakwan, pisang molen,

vi
pisang goreng, tahu goreng, tahu bulat, tahu isi, cireng dan berbagai macam lagi aneka

gorengan.

Hampir semua tempat bisa di jadikan tempat usaha gorengan. Di sekolahan, kampus,

pinggiran jalan hingga perkantoran dan pusat perbelanjaan semua bisa di jadikan tempat usaha

gorengan. pemilihan lokasi dihindari pada lokasi yang persaingan usaha gorengannya tidak

terlalu ketat, hal ini untuk menghindari persaingan. bisa juga menjadikan gorengan sebagai

usaha rumahan dengan cara berjualan di teras rumah dengan hanya memakai meja sebagai

sarana memajang gorengan.

Ketatnya persaingan merupakan resiko terbesar pada peluang usaha gorengan, namun

bila dapat menjaga rasa, ukuran dan harga resiko ini dapat di hindari. usaha gorengan tidak

memerlukan karyawan, kecuali bagi yang tidak bisa menjalankan sendiri usaha. Sehingga

dapat memperkerjakan seseorang untuk menjalankan usaha tersebut dan dapat menggajinya

atau menerapkan sistem bagi hasil. Pada dasarnya usaha ini tidak memerlukan promosi,

kecuali jika penjual gorengan di tempat tertentu yang sifatnya menetap seperti di depan jalant,

maka dapat memasang spanduk besar untuk menandakan keberadaan usaha. Rasa yang enak

merupakan promosi yang paling baik.

Selain itu Maluku Utara terutama juga tak terlepas dari upaya peningkatan Usaha Kecil

dan Menengah (UMKM), yaitu usaha pisang goreng yang juga berkembang pesat. Hal ini di

lihat dari tingkat konsumsi masyarakat terhadap prodak pisang yang di kelolah oleh para pelaku

usaha yang semakin meningkat. Gorengan pisang memiliki ciri khasnya sendiri karena tak

terlepas dari cara para pelaku usaha dalam memproduksinya. Kota ternate adalah salah satu

kota yang juga terdapat para pelaku usaha yang menjual gorengan terutama pisang. Salah

satunya adalah usaha gorengan pisang di Kelurahan Ngade yang memiliki ciri khasnya

tersendiri.

vii
Tabel 1.1 Profil Usaha Gorengan Pisang Di Kelurahan Ngade

No. Profil Usaha Terindetifikasi

Nama Usaha Pisang Goreng

Pemilik Usaha Bapak Ito

Jenis Usaha Industri Kuliner

Lokasi Usaha Kelurahan Ngade, Kecamatan Ternate


Selatan

Tahun Operasi 2018

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023)

Dalam menjalankan usaha pisang goreng di Kelurahan Ngade pengusaha dihadapkan

pada beberapa permasalahan yang dihadapi, diantaranya : Modal usaha, tenaga kerja,

penggunaan teknologi yang masih sederhana, adanya pengusaha lainnya yang menjadi

pesaing dan keterbatasan informasi harga. Disisi lain dalam mengembangkan usaha pisang

goreng kedepannya pengusaha juga dihadapkan pada berbagai kemungkinan resiko yang akan

dihadapi, diantaranya : meningkatnya harga input produksi, turunnya produksi atau turunnya

harga jual pisang goreng, sehingga akan berdampak pada penerimaan dan keuntungan yang

diterima pengusaha pisang goreng di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu dilakukan

analisis kelayakan terhadap usaha pisang goreng terutama dari sisi aspek finansialnya.

Proses pembuatan prodak Pisang Goreng di Kelurahan Ngade pun cukup mudah untuk

di lakukan dengan cara pisang kulit pisang di lepas untuk mengambil bagian dalamnya, setelah

itu potong menjadi bagian yang terpisah. Selanjutnya bahan dasar seperti tepung beras dan

gula pasir di campur menjadi satu dan di tambahkan air bersih secukupnya untuk ditaburi

potongan pisang yang sudah di pisahkan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemanasan

viii
minyank goreng untuk dicelupkannya pisang yang sudah siap untuk di matangkan, untuk

mengetahui pisang yang sudah matang atau tidak itu dilihat dari pisang yang sudah kekuningan

dan secepatnya diangkat lalu tunggu beberapa menit untuk pengeringan minyak yang masih

melekat.

Setelah itu pisang siap untuk di jual atau di pasarkan pada lokasi yang menjadi tempat

penjualan. Selain itu masalah yang di hadapi oleh Usaha Pisang goreng di Kelurahan Ngade

adalah penempatan lokasi yang kurang memadai, karena berapa pada posisi yang berdekatan

dengan jaran raya. Tentunya hal ini berpengaruh pada kualitas produk pisang goreng yaitu

dimana diperhadapkan dengan debu maupun polusi dari kendaraan yang berlulu-lalang di

jalanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di buat perumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kelayakan ekonomi dari usaha Pisang Goreng di Kelurahan Ngade,

Kecamatan Ternate Selatan.?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha Pisang Goreng di Kelurahan Ngade,

Kecamatan Ternate Selatan

ix
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2008 adalah usaha produktif milik orang perseorangan atau unit usaha yang

memenuhi kriteria usaha mikro.

Ada beberapa kriteria yang dapat di gunakan untuk mendefinisikan pengertian dan

kriteria usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah:

1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok usaha mikro adalah kepemilikan produktif perseorangan dan/atau

unit usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro yang diatur dalam

Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil

Kriteria usaha kecil adalah perusahaan keuangan yang produktif dan bijaksana yang

dijalankan oleh orang perseorangan atau unit usaha yang bukan merupakan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian dari perusahaan, baik langsung

maupun tidak, bagaimana perusahaan kecil diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Menengah

x
Kriteria usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif mandiri yang dilakukan

oleh orang perseorangan atau unit usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian dari penerangan

langsung atau sekunder atau pendapatan penjualan tahunan yang diisyaratkan oleh

Undang-Undang ini.

UMKM juga telah mengembangkan empat kegiatan ekonomi utama sebagai motor

penggerak pembangunan Indonesia, yaitu manufaktur, agribisnis, ekonomi maritim dan sumber

daya manusia (Thamrin Abduh, 2017).

2.2 Peran UMKM

Usaha mikro berperan penting untuk membangun perekonomian negara terkhususnya

terhadap ekonomi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan seharihari terlebih masa

yang akan mendatang. Dalam hal ini peran usaha mikro sangat besar terhadap kegiatan

ekonomi masyarakat. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang

sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah eksistensinya telah terbukti mampu dalam perekonomian di Indonesia dalam

berbagai keadaan. (Kadeni & Srijani, 2020)

Sejak krisis menghantam posisi penting ini, tidak semua orang berhasil, sehingga

pemulihan ekonomi belum optimal. Usaha mikro dan kecil umumnya memiliki keunggulan di

bidang yang memanfaatkan sumber daya alam dan padat karya. seperti misalnya pertanian

pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan dan restoran. Perusahaan

menengah memiliki keunggulan dalam menciptakan nilai tambah dalam industri perhotelan,

persewaan, jasa bisnis dan kehutanan. Perusahaan besar memiliki keunggulan dalam proses,

industri listrik dan gas, komunikasi dan industri pertambangan.

xi
Hal ini membuktikan bahwa perusahaan mikro kecil menengah dan besar saling

melengkapi dalam praktiknya. Dengan meningkatkan kinerja perusahaan UMKM dengan bahan

produksi lokal tanpa bergantung pada bahan impor, maka pembangunan ekonomi nasional

semakin menguat. Oleh karena itu, pengembangan koperasi usaha mikro kecil dan menengah

harus menjadi prioritas utama pembangunan nasional dalam jangka panjang. (Solitun dan

Masruroh, 2018: Saheb, dkk, 2018).

2.3 Permasalahan Yang Dihadapi UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki potensi yang cukup besar untuk

tumbuh kembang dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Akan tetapi, teridentifikasi

masih ditemukannya beragam persoalan yangdihadapi UMKM dantentunya perlu mendapat

perhatian dari semua pihak. Persoalan yang paling mendasar dalam hal ini adalah terkait

dengan masih rendahnya produktivitas UMKM. Rendahnya produktivitas ini diakibatkan karena

rendahnya kualitas sumber daya manusia UMKM khususnya dalam bidang manajemen,

penguasaan teknologi, dan pemasaran. Selain itu, UMKM juga diperhadapkan pada

terbatasnya akses kepada sumberdaya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi,

informasi dan pasar. Hingga saat ini, tidak sedikit pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang

mengeluhkan tentang perkembangan usahanya karena disebabkan kekurangan modal dalam

bentuk uang. Begitu juga banyak kegiatan usaha mikro kecil dan menengah mengalami

kegagalan atau bangkrut dikarenakan tidak mampu mengelola keuangan dengan baik.

(Leiwakabessy & Lahallo, 2018)

Berikut adalah berbagai permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM. (Rainanto,

2019)

1). Aspek Pemasaran, Desain dan Pengepakan

xii
Aspek pemasaran merupakan yang paling banyak dikeluhkan oleh para pelaku usaha

mikro. Sebagian mereka energinya sudah banyak terkuras untuk memproduksi produk

usahanya, sehingga tinggal tersisa sedikit untuk upaya pemasaran. Sebanyak 62,89% pelaku

usaha mikro yang disurvey mengeluhkan permasalahan di bidang pemasaran, desain dan

pengepakan.

2). Aspek Permodalan dan Kerja Sama

Terdapat 42,78% pelaku usaha mikro di ke-14 kecamatan yang mengeluhkan segi

permodalan dan kerjasama sebagai hambatan mereka untuk maju menjadi usaha kecil. Khusus

untuk aspek permodalan, beberapa pelaku usaha mikro membutuhkan modal dalam jumlah

yang cukup besar pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat bulan puasa ramadhan, menjelang

lebaran dan liburan panjang. Mereka membutuhkan saat itu karena permintaan dari konsumen

melonjak. Sedangkan di waktu-waktu yang lain cenderung stabil atau bahkan rendah.

3). Aspek Produksi

Permasalahan yang banyak ditemukan di aspek produksi adalah terdiri dari sarana

produksi, tempat produksi dan proses produksi. Terdapat 30,41% pelaku usaha mikro yang

mengeluhkan tentang Sarana Produksi, Tempat Produksi dan Proses Produksi dalam

mengembangkan usahanya.

2.4 Pengertian Usaha Pisang Goreng

Pisang merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

berbagai jenis pisang yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia (Kuswanto dalam Sari, 2017).

Buah pisang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, selain karena

mudah didapat, harga buah pisang cukup terjangkau. Ketersediaan pisang di Indonesia cukup

melimpah sepanjang tahun, sehingga buah pisang dijadikan sebagai buah favorit untuk

dikonsumsi ataupun dijadikan sebagai bahan baku produk olahan buah pisang.

xiii
Ada beberapa faktor produksi (input) pada usaha pisang goreng yang mempengaruhi

tingkat produksi pada usaha, antara lain:

1. Teknologi

Teknologi memegang peranan penting dalam suatu proses produksi. Existence Technology

bekerja untuk meningkatkan proses produksi.

2. Produksi

Hasil akhir dari suatu produk adalah produk atau keluaran. Untuk usaha pisang goreng,

produk yang dihasilkan berupa pisang goreng yang telah matang siap di jual. Ukuran produksi

pisang goreng adalah per potong. Setiap pengusaha pisang goreng menjual berdasarkan

jumlah pisang goreng yang diproduksi. Sehingga ini mempengaruhi pendapatan usaha yang

akan semakin meningkat.

3. Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibataktivitas

normal perusahaan selama satuperiode; arus masuk itu mengakibatkan kenaikan modal

(ekuitas) dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (Kuswandi,2015).

4. Modal

Modal merupakan semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak

langsung dalam proses produksi untuk menambah output (Revathy, 2016).

5. Tenaga Kerja

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerjaan

adalah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa

yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masyarakat. Definisi lain dari pekerjaan

xiv
menurut (Sumarsono, 2009) menunjukkan bahwa angkatan kerja adalah sekelompok orang

yang berusia kerja (15-64 tahun).

6. Pendidikan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses belajar

agar seseorang dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Konsep human capital

merupakan strategi yang sudah lama mapan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Kualitas sumber daya manusia menurut teori human capital dapat ditentukan oleh

aspek pendidikan masing-masing individu. Pendidikan dipandang mampu meningkatkan

keterampilan, kreaktivitas dan kemampuan tenaga kerja.

Dalam hal ini beberapa aspek juga sangat penting dalam melihat kelayakan ekonomi.

a. Aspek Produksi

Analisis kegiatan teknis yang dilakukan dan operasi produksinya. Evaluasi diukur secara

kuantitatif dengan bantuan kuesioner untuk menentukan apakah proses produksi dan

operasional yang dilakukan dapat dipertahankan secara finansial dari sudut pandang pelaku

teknis perusahaan.

Faktor adalah salah satu aspek produksi yang paling banyak dibicarakan. antara lain,

fasilitas produksi, perusahaan konstruksi, teknologi, proses produksi, peralatan, jenis dan suku

cadang, produksi yang optimal, kendala produksi.

b. Aspek Pasar

Analisis bisnis dapat bersifat deskriptif kualitatif atau kuantitatif untuk menentukan aspek

pemasaran. Secara umum, titik awal dalam alur pemikiran adalah penyusunan aspek

pemasaran, yang dapat dilaksanakan setelah pengusaha memiliki rencana pengembangan

xv
usaha. Pengembangan bisnis dapat disesuaikan untuk meningkatkan pendapatan atau volume

penjualan dan meningkatkan efisiensi. Peningkatan penjualan dapat dicapai melalui berbagai

strategi bisnis yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan

diferensiasi produk.

Setelah menentukan strategi yang akan dikembangkan, dilakukan analisis pasar untuk

menentukan aspek pasar. Hasil yang diinginkan adalah seberapa besar potensi dan peluang

pasar yang ada serta risiko pemasaran apa yang mungkin timbul jika rencana bisnis dapat

dilaksanakan. Hasil tersebut hendaknya dijadikan bahan untuk menyusun tujuan penjualan dan

strategi pemasaran yang akan dikembangkan.

Langkah-langkah strategis yang menggabungkan kombinasi produk, waktu, harga dan

pemasaran dengan risiko dan tujuan yang sesuai. Potensi permainan ini adalah untuk

meningkatkan jumlah pemain di dunia dengan potensi pasar efisien saat ini dapat diidentifikasi

antara lain dengan mengetahui jumlah dan karakteristik pelanggan, volume penjualan yang

ada, tingkat harga dan perkembangan harga, cara pembayaran, tingkat persaingan,

kelangsungan penjualan, dan permintaan pembelian karena faktor-faktor tertentu.

Data primer (kontraktor dan pihak terkait lainnya) umumnya menjadi sumber informasi untuk

menilai pasar yang efisien. Pada saat yang sama, potensi pasar dapat dievaluasi berdasarkan

data makro yang diminta, hambatan pemasaran politik dan non-politik seperti monopoli, pangsa

pasar, dan lainnya. Data dari instansi terkait biasanya menjadi sumber informasi untuk menilai

potensi pasar. Faktor-faktor berikut dipertimbangkan ketika melihat aspek pasar sebagai

berikut: permintaan, penawaran, persaingan pasar, harga, saluran pemasaran, pembatasan

pemasaran, pilihan pola bisnis, ukuran dan pangsa pasar, segmentasi, positioning dan fokus.

xvi
BAB III

METODE PENE30LITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang direncanakan oleh peneliti adalah pada bulan mei tahun 2022

sampai selesai. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengambil lokasi

di Kelurahan Ngade, Kecamatan Ternate Selatan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplorasi kualitatif deskriptif dan

ditunjang dengan studi literature. Penelitian eksplorasi bertujuan untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran perkembangan industri usaha pisang goreng. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati suatu objek secara

langsung dan terperinci untuk memperoleh informasi yang benar-benar berkaitan

xvii
dengan objek tersebut.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dari kegiatan tanya jawab lisan untuk memperoleh

informasi. perlu diketahui bahwa informasi pada bagian ini berhubungan langsung

dengan media audiovisual.

3. dokumentasi, ini adalah metode yang digunakan untuk menyediakan dokumen dengan

bukti akurat dari daftar sumber informasi tertentu dari kitab suci, wasiat, buku dan

undang-undang.

3.4. Metode Analisis

Metode analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif

yaitu yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis

terhadap data tersebut. Pendapat tersebut adalah data yang kumpul peneliti berupa kata-kata

dan gambar bukan dalam bentuk angka-angaka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti.

xviii
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN SURVEI

4.1 Perkembangan Usaha Pisang Goreng

Gorengan merupakan jajanan murah yang sangat di sukai masyarakat dari seluruh kalangan,

tidak heran jika di hampir seluruh tempat ada minimal satu pedagang gorengan. pedagang

gorengan biasanya tidak cuma menjual satu macam gorengan saja, tapi terdapat berbagai

macam vareasi gorengan yang di jual. mulai dari tempe, bakwan, pisang molen, pisang goreng,

tahu goreng, tahu bulat, tahu isi, cireng dan berbagai macam lagi aneka gorengan.

Usaha gorengan yang harus di perhatikan adalah kebersihan, kecepatan bekerja, pelayanan

yang bagus, kualitas gorengannya jangan sampai kurang matang atau kegosongan, solet atau

sambalnya yang nikmat, lokasi jualan yang setrategis tempat lalu lalalng orang setiap hari.

dalam usaha apapun tentu ada target pasar, usaha gorengan target pasarnya adalah mulai dari

anak-anak hingga orang dewasa pria wanita tua muda hampir semuanya menjadi target pasar

usaha gorengan. jika musim dingin tiba maka bisa menjadi pintu rejeki tersendiri bagi penjual

gorengan terutama gorengan yang masih hangat.

4.2 Karakteristik Pemilik Usaha Pisang Goreng Bapak Ito

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pemilik dari usaha Pisang Goreng yang

berusia 5 tahun. dalam status berkeluarga, diketahui bahwa usia pengusaha Pisang Goreng

dapat mempengaruhi kinerja dalam kontribusinya dan juga mengebangkan usaha yang mereka

xix
bangun. apabila pengusaha memiliki usaha yang produktif, dengan stamina dan pemikiran yang

matang ditambah berbagai pengalaman yang sudah dijalani maka hal ini dapat berpengaruh

positif terhadap kemajuan usaha industri Kuliner tersebut. hal inilah yang menjadi salah satu

faktor Industri Kuliner Pisang Goreng dalam menjalankan usahanya agar selalu berkembang

dan mampu bersaing dengan para pengusaha lainnya.

Dalam menjalankan usaha pisang goreng di Kelurahan Ngade pengusaha dihadapkan

pada beberapa permasalahan yang dihadapi, diantaranya : Modal usaha, tenaga kerja,

penggunaan teknologi yang masih sederhana, adanya pengusaha lainnya yang menjadi

pesaing dan keterbatasan informasi harga. Disisi lain dalam mengembangkan usaha pisang

goreng kedepannya pengusaha juga dihadapkan pada berbagai kemungkinan resiko yang akan

dihadapi, diantaranya : meningkatnya harga input produksi, turunnya produksi atau turunnya

harga jual pisang goreng, sehingga akan berdampak pada penerimaan dan keuntungan yang

diterima pengusaha pisang goreng di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu dilakukan

analisis kelayakan terhadap usaha pisang goreng terutama dari sisi aspek finansialnya.

Proses pembuatan prodak Pisang Goreng di Kelurahan Ngade pun cukup mudah untuk

di lakukan dengan cara pisang kulit pisang di lepas untuk mengambil bagian dalamnya, setelah

itu potong menjadi bagian yang terpisah. Selanjutnya bahan dasar seperti tepung beras dan

gula pasir di campur menjadi satu dan di tambahkan air bersih secukupnya untuk ditaburi

potongan pisang yang sudah di pisahkan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemanasan

minyank goreng untuk dicelupkannya pisang yang sudah siap untuk di matangkan, untuk

mengetahui pisang yang sudah matang atau tidak itu dilihat dari pisang yang sudah kekuningan

dan secepatnya diangkat lalu tunggu beberapa menit untuk pengeringan minyak yang masih

melekat.

Setelah itu pisang siap untuk di jual atau di pasarkan pada lokasi yang menjadi tempat

penjualan. Selain itu masalah yang di hadapi oleh Usaha Pisang goreng di Kelurahan Ngade

xx
adalah penempatan lokasi yang kurang memadai, karena berapa pada posisi yang berdekatan

dengan jaran raya. Tentunya hal ini berpengaruh pada kualitas produk pisang goreng yaitu

dimana diperhadapkan dengan debu maupun polusi dari kendaraan yang berlulu-lalang di

jalanan.

4.3 Permodalan

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan usaha, tanpa modal yang

mencukupi maka usaha yang dibangun tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. besarnya

modal awal yang digunakan untuk usaha Pisang Goreng sebesar Rp. 500.000.

Tabel 4.1 Modal Usaha Pisang Goreng Pak ito di Kelurahan Ngade,
Kecamatan Ternate Selatan.

Nama Usaha Modal awal Usaha

Pisang Goreng Pak Ito Rp. 550.000


Sumber : Data di Olah Peneliti (2023)

4.4 Tenaga Kerja

tenaga kerja adalah para pekerja yang dipekerjakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas

dalam proses produksi untuk mengubah faktor-faktor produksi menjadi barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. sehingga dalam hal ini peran tenaga kerja dari usaha batik

puta dino sangatlah penting untuk meningkatkan pendapatan usaha dan juga tenaga kerja yang

produktif tenaga kerja pada usaha Pisang Goreng yang berasal dari masyarakat Kelurahan

Ngade Kota Ternate.

Tabel 4.2 Tenaga Kerja Pisang Goreng Pak ito di Kelurahan Ngade,
Kecamatan Ternate Selatan.

No. Nama Jenis Kelamin

xxi
1. Bapak Ito Laki-Laki

2. Ibu Farida Perempuan

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023)

4.5 Teknologi

Teknologi adalah pengembangan dan juga aplikasi dari alat, mesin, atau material yang

dapat menolong manusia menyelesaikan suatu masalah. Teknologi menjadi sangat penting

dalam suatu usaha oleh sebab itu dapat mempermudah suatu proses produksi agar dapat

berkembang tentunya dapat memberikan dampak yang sangat positif bagi suatu usaha.

Teknologi yang di gunakan pada usaha Pisang Goreng masih menggunakan alat-alat

tradisional.

Tabel 4.3 teknologi Pisang Goreng Pak ito di Kelurahan Ngade, Kecamatan
Ternate Selatan.

No Jenis Alat Jumlah (unit)

1 Kompor Sumbu 1

2 Kuali 2

3 Pisau 2

4 Baskom 3

5 Penyaring 1

6 Capitan 2

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023)

4.6 Biaya Produksi

xxii
Biaya produksi merupakan biaya yang dipakai untuk menilai persediaan yang

dicantumkan dalam laporan keuangan dan jumlahnya relatif lebih besar daripada jenis biaya

lain yang selalu terjadi berulang-ulang dalam pola yang sama secara rutin.

Biaya produksi dapat dikatakan efisien apabila pengeluaran biaya tersebut tidak terjadi

suatu pemborosan serta mampu menghasilkan output produk dengan kuantitas dan kualitas

yang baik, untuk itu diperlukan suatu usaha yang sistematis pada perusahaan dengan cara

membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan tepat atas

perbedaannya.

Dalam kegiatan produksi sebuah produk jadi, perusahaan harus mengukur biaya-biaya

yang sudah dikeluarkan sebagai dasar menentukan harga pokok produk, apabila terjadinya

keterlambatan pengendalian akan mengakibatkan biaya meningkat dan profitabilitas menurun.

selain hal tersebut, perusahaan dalam melakukan suatu kegiatan produksinya memerlukan

biaya guna mengolah bahan baku menjadi produk jadi. biaya yang dikeluarkan tersebut akan

diakumulasikan ke biaya produksi.

Tabel 4.4 Biaya Produksi Bahan Baku Usaha Pisang Goreng Pak Ito di
Kelurahan Ngade, kecamatan Ternate Selatan.

Harga
No Uraian Satuan Jumlah Biaya (Rp)
(Rp/unit)

1 Pisang sisir 21 15.000 315.000

2 Terigu kg 3 11.000 33.000

3 Minyak Goreng kg 5 28.000 140.000

4 Gula Halus kg 2 16.000 32.000

5 Minyak Tanah liter 5 6.000 30.000


Total Biaya 550.000

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023).

4.7 Pendapatan Usaha

xxiii
Rata-Rata Pendapatan Usaha Pisang Goreng Pak Ito di Kelurahan Ngade,

kecamatan Ternate Selatan.

/Hari /Bulan /Tahun Kotor Bersih

100 3.000.000 36.000.000

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha Pisang Goreng di Kelurahan

Ngade, Kecamatan Ternate Selatan layak untuk dijalankan dilihat dari jumlah konsumsi

masyarakat Kota Ternate akan prodak pisang goreng yang semakin meningkat. Beberapa

produk lain pun memiliki nilai minat yang tinggi. Selain itu usaha Pisang Goreng juga

memberikan pendapatan bagi pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah

tangga serta dapat melakukan penyerapan terhadap tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari

usaha pisang goreng yang setidaknya mampu menyerap tenaga kerja serta dalam menekan

angka pengangguran yang semakin meningkat.

5.2 Saran

a) Diperlukan adanya kebijakan pemerintah Kota Ternate dalam mendorong usaha pisang

goreng agar lebih berkembang lagi.

b) Dengan kesimpulan diatas maka presentase pendapatan dari usaha pisang goreng bisa

memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan daerah bila itu dilakukan

pengembangan yang maksimal.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, N., & Roza, S. (2017). PENGARUH INOVASI PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN KONSUMEN BISNIS PADA UMKM KERIPIK PISANG DHARMA JAYA.
Jurnal Manajemen Terapan dan Keuangan, Vol. 6 No.3, 195-207.
Kadeni, & Srijani, N. (2020). Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Dalam
Mensejahterakan Masyarakat. EQUILIBRIUM, Vol. 8, No. 2, 191-200.
Leiwakabessy, P., & Lahallo, F. F. (2018). Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Sebagai Solusi Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Pada UMKM
Kabupaten Sorong. J-DEPACE, Vol. 1, No. 1, 11-21.
Martina, N., Hasan, M. F., Wulandari, L. S., & Salimah, A. (2021). Upaya Peningkatan NilaiI
Ekonomis Produk UMKM. JMM, 5, 2273-2282.
Naton, S., Radiansah, D., & Juniansyah, H. (2020). Analisis Nilai Tambah dan Strategi
Pengembangan Usaha Pengolahan Pisang Pada UMKM Keripik Tiga Bujang di Kota
Pontianak. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 16, 135-148.
Rachmawati, U. (2021). Analisis Rantai Nilai Produk Olahan Pisang Pada Umkm Umik Cice
Kabupaten Lumajang. SIPORA, 1-74.
Rainanto, B. H. (2019). Analisis Permasalahan Yang Di Hadapi Oleh Pelaku Usaha Mikro Agar
Berkembang Menjadi Usaha Kecil (SCALLING UP) Pada UMKM di 14 Kecamatan di
Kabupaten Bogor. Manajemen Kesatuan, Vol. 7, No. 1, 05-16.
Sukoco, A., & HJandayani, S. (2020). Pelatihan Proses Pembuatan Biskuit Dari Tepung Pepaya
dan Pisang di Desa Silo, Jember. J-DINAMIKA, Vol. 5, No. i, 10-14.
Susanto, H. (2019). Analisis Usaha Agroindustri Pisang Goreng Coklat Keju di Kelurahan
Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. AGRITURE, Vol. 1, No. 2, 165-
192.
Tambajong, H. D., Sondakh, M. F., & Tarore, M. L. (2020). Analisis Keuntungan Usaha
Gorengan "Ibu Nouke" di Kelurahan Bahu Kecamatan Malayang Kota Manado. Agri-
SosioEkonomi, Vol. 16, No. 1, 97-104.

xxv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Gambar 1.1 Proses Wawancara Pada Pelaku Usaha Pisang Goreng di Kelurahan Ngade,

Kecamatan Ternate Selatan. Dalam wawancara tersebut pelaku usaha menjelaskan awal

usaha yang dibangun tidak terlalu sulit, karena hanya membutuhkan modal yang tidak terlalu

banyak. Selain itu proses produksinya pun sangat mudah untuk dilakukan.

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023).

Gambar 1.2 Prodak pisang goreng yang sudah matang dan siap dijual. Proses pembuatan

prodak Pisang Goreng di Kelurahan Ngade pun cukup mudah untuk di lakukan dengan cara

pisang kulit pisang di lepas untuk mengambil bagian dalamnya, setelah itu potong menjadi

bagian yang terpisah. Selanjutnya bahan dasar seperti tepung beras dan gula pasir di campur

xxvi
menjadi satu dan di tambahkan air bersih secukupnya untuk ditaburi potongan pisang yang

sudah di pisahkan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemanasan minyank goreng untuk

dicelupkannya pisang yang sudah siap untuk di matangkan, untuk mengetahui pisang yang

sudah matang atau tidak itu dilihat dari pisang yang sudah kekuningan dan secepatnya

diangkat lalu tunggu beberapa menit untuk pengeringan minyak yang masih melekat.

Sumber : Data di Olah Peneliti (2023).

Gambar 1.3 Proses Penjualan Prodak Pisang Goleng yang Sudah Matang di depan rumah

Bapak Ito yang berada di depan jalan umum. Setelah itu pisang siap untuk di jual atau di

pasarkan pada lokasi yang menjadi tempat penjualan. Selain itu masalah yang di hadapi oleh

Usaha Pisang goreng di Kelurahan Ngade adalah penempatan lokasi yang kurang memadai,

karena berapa pada posisi yang berdekatan dengan jaran raya. Tentunya hal ini berpengaruh

pada kualitas produk pisang goreng yaitu dimana diperhadapkan dengan debu maupun polusi

dari kendaraan yang berlulu-lalang di jalanan.

xxvii
Sumber : Data di Olah Peneliti (2023).

xxviii

Anda mungkin juga menyukai