Oleh:
Kelas A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
DAFTAR ISI
4.1 Analisis Aspek Sosial, Ekonomi Dan Teknologi Pendukung Untuk Pembangunan
Pertanian Di Desa Cilembu .................................................................................................. 30
4.2 Analisis Syarat Pokok dan Syarat Pelancar Untuk Mendukung Pembangunan di Desa
Cilembu Menurut Teori A.T. Mosher .................................................................................. 32
4.3 Analisis Struktur Pedesaan Progresif (SPP) pada Desa Cilembu, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat. ........................................................................................................................... 38
Pada tahun 2015, Jawa Barat merupakan sentra produksi ubi jalar di
Indonesia yang memiliki produksi terbesar yaitu 471.737 ton dengan luas panen
25.641, meskipun luas panennya dari tahun ke tahun terus berkurang akibat
berkurangnya juga lahan ubi cilembu tetapi produktifitasnya terus meningkat
setiap tahunnya yaitu pada tahun 2015 produktivitas lahan ubi cilembu ini
menjadi 18,41 ini berindikasi program intensifikasi pemerintah berhasil
dilakukan.
Sumber: Sumedangkab.bps.go.id
Perekonomian Sistem
Keterbukaan
Daerah Keuangan
Indikator tersebut dapat dicapai jika ada suatu kerjasama yang baik antara
pihak pemerintah dan masyarakat dalam memanfaatkan pontensi yang ada sesuai
dengan syarat pokok yang Mosher kemukakan contohnya seperti sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, teknologi, kelembagaan dan kebijakan pemerintah
yang dapat mempromosikan produk dalam negeri ke luar negeri agar nantinya
dapat meningkatkan perekonomian di suatu daerah khususnya di Desa Cilembu
ini.
Dari wawancara kami dengan beberapa petani menyebutkan suka dan
dukanya berusaha tani ubi Cilembu ini. Kurangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat diperlukan untuk menjadikan ubi Cilembu sebagai komoditas
unggulan Kabupaten Sumedang yaitu dengan menemukan alat untuk mengatasi
hama dan penyakit yang sering datang. Adanya bantuan pada saat pasca-panen
pun harus diperhatikan karena belum adanya mesin pembersih dan cold chain.
Mesin pembersih ini sangat dibutuhkan karena semakin banyak tanah yang
menempel di ubi maka semakin lama juga proses pembersihannya, selain itu
petani butuh cold chain dengan suhu optimum 12-130C agar ubi cilembu tahan 2-
3 bulan untuk menghindari serangan hama dan tidak adanya penyusutan ubi pada
pasca panen tersebut.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang,
penyumbang PDRB paling besar menurut lapangan usahanya pada tahun 2015
didominasi oleh tigas sektor yaitu Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Motor (16,46 persen), Industri pengolahan (18,49 persen) dan Pertanian
(20,66 persen). Meskipun sektor pertanian menyumbang PDRB paling besar
diantara sektor lain namun pada kenyataanya kebijakan terhadap Ubi Cilembu
tidak sebesar apa yang diharapkan, padahal sektor tersebut dapat menjadi
keunggulan di Kabupaten Sumedang.
Maka dari itu perlu adanya dukungan dari setiap elemen masyarakat baik
itu pemerintah desa, kabupaten, provinsi, akademisi dan semua yang terlibat
dalam usaha pelestarian ubi Cilembu ini guna meningkatkan taraf hidup para
petani aga menjadi lebih baik. Jika memberikan pendampingan seharusnya tidak
hanya pada awal program itu diberikan, namun harus terus di awasi dan di
bimbing agar program yang diberikan tersebut dapat dijalankan dengan baik.
Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada
permintaan (demand) terhadap hasil usaha tani ini.
Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani,
sistem tataniaga.
Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu.
Kebanyakan petani harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri
atau di pasar setempat. Karena itu, perangsang bagi mereka untuk
memproduksi barang-barang jualan, bukan sekedar untuk dimakan
keluarganya sendiri, lebih banyak tergantung pada harga setempat.
Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga
yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.
2. Kredit Produksi
Untuk meningkatkan produksi, petani harus lebih banyak
mengeluarkan uang yang digunakan untuk membeli pupuk, bibit unggul,
obat-obatan, dan alat-alat lainnya. Pengeluaran ini harus dibiayai oleh
tabungan atau dengan meminjam. Oleh karena itu, lembaga-lembaga
perkreditan yang memberikan kredit produksi kepada petani merupakan
suatu faktor pelancar penting bagi pembangunan pertanian.
1. Kesiapan sumber daya manusia belum optimal atau belum siap untuk
menerima teknologi dimaksud. Ketidak siapan ini adalah disebabkan
karena tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang merupakan
pelaku teknologi masih rendah.
2. Keadaan sosial budaya petani yang amat sulit menerima informasi
baru, selalu mempertahankan budaya turun menurun dari leluhurnya
yang telah mendarah daging.
3. Aksesibilitas informasi dan sarana prasarana yang sulit dijangkau
menyebabkan teknologi pertanian sukar berkembang.
4. Sukarnya merubah kelembagaan yang sudah mengakar dalam kegiatan
pertanian, merupakan penghambat dari pengembangan teknologi
pertanian.
Satu pusat pasar dengan beberapa tempat jual beli untuk hasil bumi
dan tempat penjualan sarana produksi, alat pertanian yang dapat
dibeli secara eceran.
Cukup terdapatnya jalan baik dari usahatani menuju ke pusat pasar
maupun dari pusat pasar ke dareah yang lebih luas lagi.
Percobaan-percobaan lokal untuk memperoleh cara-cara bertani
yang paling menguntungkan.
Jasa-jasa penyuluhan pertanian.
Tersedianya kredit usahatani.
Karena saling isi mengisi semua unsure tersebut itulah, maka didalam
usaha penciptaan dan usaha untuk memperkuat lokalitas usahatani harus
ditinjau sebagai satu kelompok kegiatan yang tidak terpisahkan antara satu
dengan lainnya. Luas dari lokalitas usahatani dapat dirubah atau diperluas
jika kemampuan dari jangkauan unsur-unsur terutama unsure
pengangkutan sudah berkembang.
b. Distrik usahatani
Distrik usahatani ini terdiri dari beberapa lokalitas usahatani. Distrik
usahatani harus dapat membantu lokalitas usahatani seperti lokalitas
usahatani membentu petani. Dengan demikian distrik usahatani harus
menyediakan fasilitas-fasilitas dan jasa-jasa yang memmungkinkan
lokalitas usahatani untuk membantu petani secara efektif. Tujuan dari
dibentuknya distrik usahatani yaitu untuk menyediakan fasilitas dan jasa-
jasa yang dibutuhkan lokalitas usahatani, dan membantu petani secara
efektif.
Memiliki 10 50 Ha 1 Keluarga
Disamping ke lima syarat mutlak itu, menurut Mosher ada lima syarat lagi
yang adanya tidak mutlak tetapi kalua ada (atau dapat diadakan) benar- benar
akan sangat memperlancar pembangunan pertanian, yaitu :
1. Pendidikkan Pembangunan
Pendidikkan pembangunan di sini lebih menekankan pada pendidikkan
informal, sepert penyuluhan dan pembinaan yang diikuti oleh petani Desa
Cilembu. Peran desa sendiri dalam pendidikkan informal ini cukup terlihat dengan
mengundang penyuluh dari dinas pertanian, maupun kelompok tani. Penyuluhan
dan pembinaan ini dilakukan secara berkelanjutan setiap satu tahun sekali, tetapi
dalam penyuluhan dan pembinaan tersebut hanya sebatas memberikan pembinaan
mengenai cara mengatasi hama dan penyakit pada ubi, pada saat kapankah
sebaiknya mulai menanam ubi agar panennya bisa maksimal, dll. Belum ada
pembinaan mengenai teknologi yang relevan untuk diaplikasikan oleh para petani.
2. Kredit Produksi
Permasalahan utama setiap petani di desa yaitu ada pada sistem
permodalan. Kurangnya modal membuat para petani khususnya petani dengan
lahan kecil kesulitan untuk melakukan kegiatan usaha tani, seperti membeli input
produksi, menggaji buruh tani, dan pengeluaran-pengeluaran lainnya. Oleh karena
itu, peran lembaga pendukung sangat diperlukan disini, salah satunya yaitu
lembaga perkreditan. Namun cukup disayangkan di Desa Cilembu tidak terdapat
lembaga perkreditan yang dapat mendukung dan membantu petani dalam
memberikan pinjaman uang, karena faktor ini merupakan salah satu faktor
pelancar yang sangat penting bagi pembangunan pertanian di Desa Cilembu.
Untuk mengatasi permasalahan permodalan tersebut petani biasanya meminjam
uang untuk modal kepada bandar, bisa dibilang para petani di Desa Cilembu ini
masih sangat bergantung pada bandar untuk urusan permodalan. Konsekuensinya
secara tidak langsung petani terikat dengan bandar/tengkulak dalam urusan
permodalan dan tidak adanya transparansi harga beli dari bandar ke petani
dikarenakan petani tidak memiliki bargaining position yang bagus apabila
berhadapan dengan bandar/tengkulak.
Berdasarkan hasil temuan dari survey lapangan yang sudah dilakukan oleh
kelompok kami, didapatkan bahwa terdapat beberapa unsur-unsur penunjang SPP.
Salah satunya jalan-jalan perdesaan yang sudah cukup bagus, dan bisa diakses
oleh kendaraan pengangkut hasil pertanian. Dengan tersedianya jalan yang bagus,
akan memudahkan proses pemasaran dan pengangkutan hasil dari pertanian yang
ada di Desa Cilembu ini. Selain itu, dengan adanya akses jalan yang baik, akan
memudahkan para pencari produk khas Desa Cilembu ini untuk datang ke Desa
Cilembu secara langsung. Hal ini sangat mendukung dari SPP itu sendiri, yaitu
memperlancar arus barang yang ada di suatu desa penghasil pertanian.
Hal lain yang dapat menunjang SPP ini adalah, terdapatnya penyuluh
pertanian yang senantiasa memberikan informasi terkait budidaya komoditas yang
terdapat di Desa Cilembu ini. Dengan adanya penyuluh, diharapkan para petani
dapat menerima informasi penting guna keberlangsungan kegiatan bertaninya.
Selain itu, dengan lancarnya aliran informasi yang diberikan oleh para penyuluh,
diharapkan petani terus mengetahui informasi terbaru mengenai komoditas yang
ditamnya baik secara informasi budidayanya maupun informasi dalam hal
pemasarannya. Memperlancar arus juga merupakan salah satu tujuan utama dari
Struktur Pedesaan Progresif (SPP) ini.
Terdapat juga kota-kota pasar yang biasa dituju oleh para petani untuk
memasarkan hasil produk pertaniannya. Pemasaran ini biasa dilakukan ke daerah
Sumedang dan Bandung, dengan sasaran utama ritel modern dan kios oleh-oleh
yang biasanya terdapat di beberapa titik strategis yang biasa dilalui oleh para
wisatawan. Selain itu, beberapa petani besar juga sudah memasarkan hasil
pertaniannya ke luar kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bali, bahkan Kalimantan.
Biasanya para pedagang besar ini, memiliki kios dan membuka kios penjualan ubi
di kota-kota tersebut. Tapi ada beberapa juga yang memang ditujukan untuk kios
milik orang lain, maupun ritel modern. Tak hanya dipasarkan menuju luar wilayah
desa tersebut, para petani besar yang ada di Desa Cilembu ini juga ada beberapa
yang membuka gerai penjualan Ubi Cilembu di tempatnya, mereka menawarkan
ubi yang masih mentah hingga ubi yang sudah di-oven. Ada juga beberapa
camilan olahan berbahan dasar ubi tersebut, seperti keripik Ubi Cilembu.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk Pertanian Desa Cilembu adalah peran
pemerintah terhadap keberlangsungan komoditas khas Cilembu, adanya
keterkaitan anatar Pemerintah dan petani Cilembu sehingga harapannya berjalan
dengan baik sehingga pembangunan pertanian dapat berjalan. Pekerjaan di lahan
pertanian menjadi lebih mudah dan ringan apabila dikerjakan bersama-sama.
Pembangunan lemabaga kredit juga diharapkan segera dilakukan agar para
petani tidak susah untuk mencari modal untuk melakukan usahatani. Dengan
begitu Desa Cikahuripan dapat membangun pertanian berkelanjutan dan
menerapkan Struktur Pedesaan Progresif.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Analisis Pembangunan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat Dalam
Angka 2016.
http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/berkas/jabardalamangka/7
47Provinsi-Jawa-Barat-Dalam-Angka-2016.pdf Diakses pada tanggal 1 Juni
2017.