Agribisnis Mangga
Oleh:
KELOMPOK 1
FITRI HIDAYAH LAILA POHAN H351190531
NOVI ANGGRAINI H351190431
ALFADHOLY WAFI H351190451
DOSEN :
Dr. Ir. Rachmat Pambudy
Dr.Ir. Andriono Kilat Adhi
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rah-
mat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Sistem dan Usaha Agribisnis Mangga di Indonesia ” ini dengan baik. Tu-
lisan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem
dan Usaha Agribisnis di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Per-
tanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Rachmat Pambudy dan Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku
dosen mata kuliah Sistem dan Usaha Agribisnis.
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan tulisan ini.
Penulis menyadari dalam penulisan tulisan ini masih jauh dari ke-
sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan.
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................v
DAFTAR GAMBAR................................................................................vi
PENDAHULUAN...................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................ 1
Rumusan Masalah....................................................................................... 3
Tujuan......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
Taksonomi Mangga Morfologi Mangga..................................................... 4
Jenis dan Varietas Tanaman Mangga.......................................................... 5
Komponen Kimia Buah Mangga................................................................ 7
Perkembangan Luas Areal Mangga di Indonesia....................................... 8
Perkembangan Produksi dan Produktivitas Mangga di Indonesia.............. 8
Sentra Produksi Mangga di Indonesia........................................................ 9
Perkembangan Harga Mangga di Indonesia............................................... 9
Perkembangan Konsumsi Mangga di Indonesia......................................... 10
Perkembangan Ekspor dan Impor Mangga di Indonesia............................ 12
PEMBAHASAN......................................................................................15
Subsistem Penunjang............................................................................15
Sertifikasi..................................................................................................... 15
Kelompok Tani............................................................................................ 17
Teknologi.................................................................................................... 18
Perkembangan Sumber Pembiayaan Petani dalam
Pengusahaan Mangga.................................................................................. 19
Peranan Middleman/Pedagang Pengumpul/Bandar dalam
Pengusahaan Mangga.................................................................................. 19
Perkembangan Peranan dari Packing House atau Tempat
Pengepakan Mangga................................................................................... 20
Subsistem Agribisnis Hulu atau Sarana Produksi....................................20
Bibit Mangga.............................................................................................. 20
Pupuk .......................................................................................................... 25
Peralatan...................................................................................................... 26
Lahan .......................................................................................................... 26
Subsistem Usahatani (On farm)..............................................................27
Persiapan Lahan.......................................................................................... 27
Pengolahan Tanah....................................................................................... 28
Penanaman.................................................................................................. 28
Pemeliharaan............................................................................................... 28
Panen Dan Pascapanen............................................................................... 29
Subsistem Agroindustri.........................................................................30
Subsistem Pemasaran.............................................................................32
Permintaan.................................................................................................. 33
Penawaran/Peluang..................................................................................... 34
Program Pemerintah Daerah dalam pengembangan Mangga
dalam 5 Tahun Terakhir.........................................................................36
Strategi Peningkatan Pemasaran Mangga di Pasar Internasional..............37
Program Pemerintah Pusat dalam Peningkatan Produksi Mangga...........41
PENUTUP...............................................................................................44
Kesimpulan.................................................................................................. 44
Saran .......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................47
Daftar Tabel
Latar Belakang
S
ektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia
terutama dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB). Distribusi PDB
menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga konstan menun-
jukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi utama Indonesia terdiri atas sektor
industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan di Indonesia pada Tahun 2014-2015
“
duksi.
2
BAB
Gambaran Umum
na rasanya manis dan aromanya harum ke dalam makin tua seperti warna madu.
(arum). Daging buah tebal, lunak ber- Serat daging buah sedikit. Kadar air buah
warna kuning, dan tidak berserat (serat sedang dengan rasanya yang manis sep-
sedikit). Aroma harum, tidak begitu be- erti madu dan aromanya harum (Pracaya,
rair, dengan rasa yang manis, tapi bagian 2011).
ujung kadang-kadang masih ada rasa
e. Mangga Udang
asam.
Mangga ini berasal dari Desa
c. Mangga Manalagi
Hutanagonang, Kecamatan Muara, Ka-
Disebut manalagi karena sekali bupaten Tapanuli Utara. Panjang ra-
makan orang akan mencarinya lagi. Rasa ta-rata mangga ini hanya sekitar 6 cm.
mangga manalagi seperti perpaduan rasa Dikenal dua jenis mangga udang, yaitu
antara golek dan arumanis. Kemungkinan yang berukuran kecil dan berukuran be-
pohon mangga manalagi merupakan ha- sar. Buahnya berbentuk lonjong. Kulitnya
sil persilangan alami antara golek dengan tipis dan berwarna hijau muda pada wak-
arumanis. Buah ini sering dimakan dalam tu muda, lalu berubah menjadi kuning
keadaan masih keras, tetapi daging buah keemasan setelah tua. Daging buahnya
sudah kelihatan kuning. berwarna kuning, lunak berair, rasanya
manis, berserat, dan aromanya harum.
d. Mangga Madu
f. Kuini
Mangga ini disebut madu karena
rasanya manis seperti madu lebah. Dag- Dalam taksonomi tumbuhan, kui-
ing buah yang sudah masak berwarna ni merupakan tanaman mangga dengan
kuning. Bagian dalam kuningnya makin spesies Mangifera odorata Griffith yang
Komponen daging buah mangga yang paling banyak adalah air dan karbohidrat.
Selain itu juga mengandung protein, lemak, macam-macam asam, vitamin, mineral,
tanin, zat warna, dan zat yang mudah menguap sehingga menciptakan aroma harum
khas buah mangga.
Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari gula sederhana, tepung, dan selu-
losa. Gula sederhananya berupa sukrosa, glukosa, dan fruktosa yang memberikan rasa
manis dan bermanfaat bagi pemulihan tenaga pada tubuh manusia. Selain gula, rasa
dan karakteristik buah mangga juga dipengaruhi oleh tanin dan campuran asam. Tanin
pada buah mangga menyebabkan rasa kelat dan terkadang pahit. Tanin juga menye-
babkan buah mangga menjadi hitam setelah diiris. Sementara itu, rasa asam pada buah
mangga disebabkan oleh adanya asam sitrat (0,13-0,17%) dan vitamin C (Pracaya,
2011).
Hal ini disebabkan pengembangan usaha budidaya tanaman buah mangga di In-
donesia terus dilakukan melalui berbagai upaya, seperti sejak tahun 1997 pemerintah
Indonesia melalui Proyek Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang lebih dikenal
dengan proyek IHDUA/JBIC-IP 477 telah mengembangkan kebun mangga di daer-
ah sentra produksi agribisnis mangga yang yang difokuskan di Kabupaten Majalengka
(500 ha gedong gincu), Indramayu (1.000 ha gedong gincu), dan Cirebon (1.000 ha
gedong gincu).
Perkembangan Produksi dan Produktivitas Mangga di Indonesia
Produksi mangga selama lima tahun (2014-2018) menujukkan peningkatan yaitu
sebesar 2.431.330 ton meningkat menjadi 2.624.783 ton. Produktivitas mangga sela-
ma 5 tahun (2014-2018) menunjukkan pertumbuhan yaitu sebesar 18,07 % diband-
ingkan pada tahun 2017.
Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Mangga di Indonesia Tahun 2014-2018
Produktivitas manga pada tahun 2014 sebesar 9,07 ton/ha meningkat menjadi
12,94 ton/ha. Pertumbuhan produktivitas mangga meningkat sebesar 18,07% diband-
ingkan tahun 2017. Peningkatan produksi mangga lebih banyak disebabkan oleh pen-
ingkatan luas panen mangga.
Sentra Produksi Mangga di Indonesia
Data produksi mangga di Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan bahwa ter-
dapat lima provinsi yang merupakan sentra produksi mangga terbesar di Indonesia,
diantaranya Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Barat. Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 19 % (Ditjen Hortikultura, 2019).
Peningkatan harga mangga pada periode tahun 2008-2013 justru terjadi pada
tingkat konsumen. Harga konsumen mangga sejak tahun 2008 hingga tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar 59,79% dimana harga mangga di tahun 2008 hanya
Rp.7.736/kg dan meningkat menjadi Rp.12.361/kg. Peningkatan ini berakibat leb-
arnya margin harga produsen dan konsumen dalam tahun 2008-2013 menunjukkan
semakin lebar.
Perkembangan Konsumsi Mangga di Indonesia
Konsumsi mangga per kapita per tahun berdasarkan data Susenas BPS tahun
2008 sampai dengan 2014 cenderung meningkat (Gambar 3). Peningkatan konsumsi
mangga tertinggi terjadi di tahun 2011 dimana pada tahun tersebut konsumsi mang-
ga di Indonesia mencapai 0,63 kg/kapita/tahun atau meningkat 200% dibandingkan
konsumsi mangga di tahun sebelumnya. Tahun 2011 sendiri merupakan tahun dimana
tingkat konsumsi mangga adalah yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Secara umum
konsumsi mangga di Indonesia berkisar di 0,26 kg/kapita/tahun. Rendahnya konsumsi
mangga ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya harga kebutuhan lain seh-
ingga daya beli masyakarat pada komoditi mangga menjadi berkurang.
Data ketersediaan ini bersumber dari neraca bahan makanan (food balance sheet)
yang disusun oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bekerjasama
dengan BPS. Ketersediaan mangga untuk konsumsi pada tahun 1993-2013 terlihat
bahwa ketersediaan mangga di Indonesia cenderung meningkat dengan peningkatan
mencapai 10,77% per-tahun. Pola perkembangan ketersediaan mangga tidak jauh ber-
beda dengan pola produksi mangga seperti di Gambar 4. Hal ini dikarenakan sebagian
besar produksi mangga dalam neraca bahan makanan digunakan untuk ketersediaan
konsumsi.
Neraca perdagangan mangga Indonesia untuk periode tahun 2003- 2013 berada
pada posisi surplus (Gambar 6). Surplus terjadi terusmenerus selama periode tersebut
dengan perkembangan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 surplus
neraca perdagangan mangga segar sebesar 131,914 ribu US$ dan pada tahun 2013
surplus mencapai 1,412 juta US$. Surplus perdagangan mangga tertingg terjadi pada
tahun 2004 dengan nilai mencapai 1,568 juta US$.
Negara Asal Impor dan Tujuan Ekspor Mangga Indonesia Pada tahun 2013, In-
donesia tercatat melakukan ekspor mangga dengan volume mencapai 1.089 ton di-
mana sekitar 42,43% volume ekspor tersebut ditujukan ke Negara Uni Emirat Arab
(Gambar 7). Negara tujuan ekspor mangga Indonesia selanjutnya adalah Singapura
dengan total ekspor ke Singapura mencapai 28,35% dari total ekspor mangga Indo-
nesia. Negara tujuan ekspor mangga Indonesia selanjutnya adalah Arab Saudi dengan
volume mangga yang diekspor ke negara tersebut mencapai 7,55% dari total ekspor
mangga Indonesia di tahun 2013. Untuk negara asal impor mangga di tahun 2013,
Thailand tercatat sebagai satu-satunya negara asal impor mangga Indonesia. Total vol-
ume impor mangga dari Thailand di tahun 2013 mencapai 119 ton dengan nilai impor
mencapai 348.322 USD.
“
Sama halnya dengan volume ekspor dan impor,
nilai ekspor mangga Indonesia terlihat lebih
tinggi dibandingkan nilai impor mangga. Hal ini
membuktikan bahwa Indonesia adalah salah satu
eksportir mangga di dunia.
Pembahasan
Subsistem Penunjang
Subsistem jasa layanan pendukung adalah semua jenis kegiatan yang berfung-
si mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan yang berfungsi men-
dukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan keempat subsitem agribisnis
yang lain. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, kon-
sultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan
layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen. Lem-
baga keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan asuransi memberikan layanan
keuangan berupa pinjaman dan penanggungan resiko usaha. Lembaga penelitian atau
perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau
teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.
Sertifikasi
Keamanan pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan pro-
duk pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai terjaminnya keamanan, mutu dan
gizi pangan yang dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam pemenu-
han kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan yang juga turut
mendorong kesadaran produsen menuju persaingan sehat yang berhulu pada jaminan
keamanan pangan bagi konsumen. Untuk menjamin bahwa penanganan pangan hasil
pertanian dilaksanakan dengan baik, maka unit usaha pangan hasil pertanian harus
mendapatkan pengakuan jaminan mutu pangan hasil pertanian. Pengakuan tersebut
diberikan setelah dilakukan penilaian terhadap pelaku usaha yang dinyatakan mampu
dan memenuhi persyaratan.
Sertifikat prima adalah proses pemberian sertifikat sistem budidaya produk yang
dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi
semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima Dua
(P-2), dan Prima Tiga (P-3). Tujuan dari pelaksanaan sertifikasi prima tersebut adalah
memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan, memberikan jaminan dan perlind-
ungan masyarakat/konsumen, mempermudah penelusuran kembali dari kemungkin
penyimpangan mutu dan keamanan produk, dan meningkatkan nilai tambah dan daya
saing produk (pphp.pertanian.go.id, 2015)
Prima Satu (P-1) merupakan penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usa-
ha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik, dan cara pro-
duksinya ramah terhadap lingkungan. Prima Dua (P-2) yaitu penilaian yang diberikan
terhadap pelaksana usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan
bermutu baik. Sedangkan Prima Tiga (P-3) adalah penilaian yang diberikan terhadap
pelaksana usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman di konsumsi (tekpan.uni-
mus.ac.id, 2015).
Pemberian sertifikasi tersebut dilakukan oleh lembaga pemerintah yaitu Otoritas
Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD), dan Otoritas Kompetensi Kea-
manan Pangan Pusat (OKKPP). Pemberian sertifikat kepada pelaku usaha pertanian
merupakan pengakuan bahwa pelaku usaha tersebut telah memenuhi persyaratan da-
lam menerapkan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian. Sertifikasi Prima Tiga
atau Prima Dua dikeluarkan oleh OKKPD, sedangkan sertifikasi Prima Satu dikelu-
arkan oleh OKKPP.
Untuk mendapat Sertifikasi Prima tersebut ada beberapa tahapan yang harus
dilalui oleh pelaku usaha tani yaitu pelaku usaha tani sudah menerapkan GAP, SOP
dan registrasi kebun, pelaku usaha tani mengajukan permohonan sertifikasi, persiapan
penilaian, pelaksanaan penilaian, laporan penilaian, keputusan sertifikasi, dan penyer-
ahan sertifikat.
Dalam penerapan GAP oleh pelaku usaha tani untuk mendapat sertifikat pri-
ma, para petani harus mengikuti pedoman standar yang ditetapkan. Dalam pedoman
standar kegiatan tersebut, terdapat tiga kelompok kegiatan yang ditetapkan yaitu di-
anjurkan (A), sangat dianjurkan (SA), dan wajib. Untuk Sertifikat Prima Satu terdapat
12 kegiatan wajib, 103 kegiatan sangat dianjurkan, dan 64 kegiatan anjuran. Untuk
Sertifikat Prima Dua terdapat 12 kegiatan wajib, 63 kegiatan sangat dianjurkan, dan
39 kegiatan anjuran. Untuk sertifikat Prima Tiga terdapat 12 kegiatan wajib, 29 kegia-
tan sangat dianjurkan, dan 15 kegiatan anjuran.
Terhadap pelaku usaha tani yang sudah mendapatkan sertifikat, OKKPD atau
OKKPP selalu melakukan audit untuk memastikan produk pertanian yang dihasil-
kan masih memenuhi standar yang ditetapkan, Ada dua macam audit yang dilaku-
kan yaitu audit survailen dan audit investigasi. Audit survailen merupakan audit yang
middleman juga mempunyai networking pemasaran yang cukup luas untuk penyer-
apan produk mangga petani. Sehingga proses pemasaran dan proses transaksi tawar
menawar harga mangga bertumpu pada middleman, karena middleman berhulu pada
petani dan berhilir tidak jarang langsung pada konsumen. Tidak jarang pula middle-
man merupakan ketua komunitas petani setempat, sehingga setiap ada penyuluhan
dan pembinaan dari pihak manapun, middleman pasti menjadi jembatan dan naungan
bagi petani setempat.
Perkembangan Peranan dari Packing House atau Tempat Pengepakan Mangga
Peranan packing house sangat membantu para pelaku usaha dalam proses pas-
capanen, apalagi pasar mangga ini merupakan pusat komersialisasi komoditas mang-
ga, sehingga dituntut adanya proses grading, sortir dan packing secara baik. Awaln-
ya pengembangan packing house ini dimulai dari masyarakat kelompok petani dan
bandar setempat secara tidak permanen. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
kelompok tani mengajukan bantuan kepada pemerintah, akhirnya bantuan dari pe-
merintah daerah dan pusat datang untuk mengembangkan menjadi packing house
permanen. Pemerintah memberi bantuan berupa sarana dan prasana, dalam bentuk
alat angkut dan alat kemas.
Pengembangan packing house ini didukung penuh oleh pemerintah ditandai den-
gan adanya pembinaan dan pelatihan Good Handling Practice (GHP) yang diada-
kan tahun 2015 kepada para petani, untuk diaplikasikan setelah proses panen. Hal ini
menandakan bahwa perhatian pengembangan packing house tidak dalam wujud fisik
saja tetapi dari segi pengetahuannya pun diberikan terhadap petani dan pelaku usaha
manga.
Subsistem Agribisnis Hulu atau Sarana Produksi
Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor sub-
systen). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan pengadaan sarana
produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berhubungan dengan pengadaan sarana
produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin
yang dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian (on-farm agribusiness).
Bibit Mangga
Proses budidaya mangga, ada salah satu faktor penting yaitu adalah proses pem-
bibitan dari mangga itu sendiri. Hal ini menjadi penting karena apabila kita meng-
hasilkan atau menggunakan bibit atau benih mangga yang baik tentunya kita akan
menghasilkan tanaman mangga yang baik pula. Di Indonesia sendiri pengembangan
sentra mangga tidak diikuti dengan penyiapan benih/bibit yang baik. Sehingga hasil
kualitas maupun kuantitas menjadi kurang baik.
Alasan mengapa perlu menggunakan benih unggul bermutu dan bersertifikat di-
antaranya sebagai berikut :
a. Penggunaan benih yang bermutu menjamin keberhasilan usaha tani
b. Keturunan benih diketahui, mutu benih terjamin dan kemurnian genetik
diketahui.
c. Pertumbuhan benih seragam.
d. Menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
e. Ketika ditanam pindah, tumbuh lebih cepat dan tegar.
f. Masak dan panen serempak.
g. Produktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pendapatan petani.
Penangkar benih harus menanam benih satu kelas lebih tinggi dari kelas
benih yang akan diproduksi. Contoh, kalau penangkar benih memproduksi benih se-
bar, maka benih yang ditanam minimal harus kelas benih pokok.
a. Benih Dasar (BD), ditandai dengan label putih, dimiliki dan diproduksi oleh
Balai Benih Induk (BBI), penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), produsen benih swasta atau BUMN.
b. Benih Pokok (BP), ditandai dengan label ungu, dimiliki dan diproduksi oleh
Balai Benih Utama (BBU), penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB,
produsen benih swastaatau BUMN.
c. Benih Sebar (BR), ditandai dengan label biru, dimiliki dan diproduksi oleh
BBU, penangkar benih atau produsen benih swasta atau BUMN.
Mutu benih meliputi mutu genetik, mutu fisik, danmutu fisiologis.
Ciri–ciri benih bermutu adalah:
1. Varietasnya asli.
2. Benih bernas dan seragam.
3. Bersih (tidak tercampur dengan biji gulma ataubiji tanaman lain).
4. Daya berkecambah dan vigor tinggi, sehinggadapat tumbuh baik jika dita
nam di sawah.
5. Sehat (tidak terinfeksi oleh jamur atau seranganhama).
Keuntungan menggunakan benih bermutu tinggi
1.
Benih tumbuh dengan cepat dan serempak.
2.
Bila disemaikan, mampu menghasilkan bibit yangvigorous (tegar) dan sehat.
3.
Ketika ditanam-pindah, bibit dapat tumbuh lebihcepat.
4.
Pertanaman lebih serempak dan populasitanaman optimum, sehingga
mendapatkan hasil yang tinggi.
Untuk membuat bibit mangga bebas penyakit, dapat dilakukan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama
yang menyerang tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan
ulat daun. Insektisida yang digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5
EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air.
b. Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Biasanya
penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan
oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit
yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang
masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan Antracol 70 WP,
Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air. Penyemprotan
diulang seminggu sekali.
memilii ukuran yang lebih besar. Hal ini selanjutnya yang akan menentukan pemasa-
ran hasil panen. Buah yang memiliki sifat unggul tanaman cenderung lebih diminati
di pasaran serta memiliki nilai tambah tersendiri.
4. Daya adaptasi atau terdapat persyaratan khusus dalam budidaya
Perlu diperhatikan juga dalam pembelian bibit yaitu syarat tumbuh komoditas/
varietas. Apakah tanaman tersebut hanya dapat tumbuh di daerah tertentu ataukah
memiliki daya adaptasi yang luas. Apakah memiliki persyaratan yang khusus. Kare-
na hal ini juga akan mempengaruhi optimalnya pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut. Sehingga hal ini langsung berkaitan dengan penyedeiaan kondisi
lingkungan yang tepat agar hasilnyapun dapat optimal.
5. Keseragaman ukuran
Pada saat membeli bibit kitajuga perlu cermat dalam melihat apakah bibit yang
kita beli memiliki ukuran yang seragam atau tidak. Indikator fisik yang dapat diamati
jika benih tersebut unggul antara lain dapat dilihat dari keseragaman ukuran tanaman
tersebut. Jika pada awal fase pertumbuhan memiliki ukuran yang seragam maka min-
imal terdapat jaminan bahwa bibit tersebut akan memiliki waktu panen yang hampir
bersamaan ketika ditanam di kebun, terutama jia ditanam dalam skala yang luas.
6. Memperhatikan sambungan/okulasi
Pada bibit sambungan atau okulasi, bekas sambungannya tampak mulus, tidak
meninggalkan luka yang terbuka. Adanya luka pada sambungan dapat menjadi tem-
pat masuknya bibit penyakit. Demikian pula pertumbuhan batang sambungan antara
batang atas dan bawah tampak rata, lengkungan yang ditimbulkan bekas tempelan
mata tunas okulasi hanya tampak sedikit. Kulit batang tampak mulus dan bebas dari
bercak-bercak akibat serangan cendawan atau bakteri.
7. Pertumbuhan daun tanaman dipilih yang kelihatan lebat, subur dan segar
Pada daun tidak tampak bercak-bercak, berlubang atau bentuk cacat lainnya yang
menandakan adanya gejala serangan hama dan penyakit, tidak dapat dilihat secara
sepintas. Namun untuk lebih pastinya perlu tahu dulu gejala-gejala serangan penyakit
tersebut.
8. Meneliti dengan cermat batang utama (kekokohan)
Seringkali pembeli tertipu dengan penampilan bibit yangtampak seperti memiliki
batang utama yang lurus dan kokoh karena dipotong denga ajir (penopang). Sebaiknya
dipastikan dahulu apakah setelah penopangnya dilepas, bibit masih berdiri lurus dan
kokoh atau tidak. Bibit yang pertumbuhannya melengkung biasanya berasal dari mata
Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah.
Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata
cangkul (5 cm).
b. Dosis Aplikasi Pupuk Anorganik (pupuk Buatan)
1. Umur tanaman 1 - 2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2. Umur tanaman 1,5 - 2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 gram/tanaman.
3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/ta-
naman.
4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, TSP 970 gram/tana-
man, KCl 970 gram/tanaman. Tanaman setelah panen: ZA 2.700 gram/tanaman, TSP
1.940 gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.
Peralatan
Peralatan pertanian sangat mendukung dalam pelaksanaan kegiatan budidaya.
Ketersediaan peralatan yang cukup dan memadai akan menghasilkan pengolahan
yang baik yang tentunya akan menghasilkan produktifitas dan kualitas mangga yang
baik. Secara umum ketersediaan peralatan pertanian yang digunakan pada pengolahan
tanaman seperti mangga dapat dijumpai dengan mudah. Adapun alat-alat yang um-
umnya digunakan pada budidaya mangga antara lain: traktor, cangkul, dan arit yang
digunakan saat pra dan masa tanam untuk penggemburan lahan, sprayer, keranjang
dan alat perajang.
Lahan
Tanaman manga dapat tumbuh baik dan berproduksi di semua jenis tanah. Dera-
jat kemasaman tanah (pH tanah) ideal untuk tanaman manga adalah 5.5 – 6.0. keda-
laman air tanah minimum 200 cm dengan kapasitas pertukaran kation (KTK) tanah >
8 me/100 g. tanaman manga tumbuh cukup baik di dataran rendah hingga ketinggian
500 mdpl dengan tingkat kemiringan lahan kurang dari 15%, tidak berbatu (<15%)
dan tidak banyak singkapan batuan (<15 %) (Pracaya, 2002).
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (2002) menyebutkan banhwa manga masih
dapat tumbuh cukup baik sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, namu
pada tempat dengan ketinggian di atas 600 m dpl produksi dan kualita buah kurang
baik, karena terlalu dingin.
Kondisi lahan kering (CH< 60 mm) yang diperlukan manga adalah 4-5 bulan/
tahun dengan suhu 24-30 0C dan curah hujan 750 – 2000 mm/tahun. Manga masih
dapat hidup dengan sehat pada suhu 4 – 10 0C, namun produksinya tidak baik. Manga
produksi lainnya. Di samping itu dilokasi tersebut dekat dengan sumber air, baik dari
air irigasi, ataupun dari air tanah, sehingga pada musim kemarau air untuk keperluan
tanaman tetap cukup tersedia. Dalam persiapan lahan ini termasuk penyuluhan, pen-
gorganisasian proyek di tingkat petani dan inventarisasi lahan, serta pelatihan.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cangkul, bajak, garu, ataupun secara
mekanis dengan traktor. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan pada musim kemarau
atau awal musim hujan, dimana pada saat itu tanah tersebut masih berupa gumpalan
yang mudah untuk dihancurkan/digemburkan dengan penambahan air.
Setelah pencangkulan/pembajakan/pentraktoran, tanah dibiarkan beberapa hari
untuk memberikan kesempatan tumbuh bagi rerumputan, yang akhirnya rerumpu-
tan tersebut dikumpulkan, ditumpuk pada tempat tertentu, kemudian dibenam atau
dibakar. Pada tanah yang derajat keasamannya tinggi (pH rendah), maka pada tanah
yang telah dicangkul tersebut disebarkan kapur/dolomit secara merata.Dalam pen-
golahan tanah mulai dari pembukaan lahan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan,
pembuatan bedengan, guludan, pembuatan saluran irigasi dan pembuangan/drainase,
serta pembuatan lobang tanam, sampai dengan siap tanam memerlukan tenaga kerja
kurang lebih 200 HOK.
Penanaman
Lubang tanam dibuat/disediakan sesuai dengan jarak tanam, di mana jarak tanam
tersebut diantaranya ditentukan oleh kesuburan tanah dan lapangan. Jarak tanam ber-
variasi yaitu diantaranya 4 x 6 m, 6 x 6 m, 10 x 10m.
Pada lobang tanam yang telah tersedia dimasukan pupuk kandang dan dicampur
dengan pupuk dasar lainnya seperti TSP, Urea, dan KCI, setelah itu barulah bibit dita-
nam. Tenaga kerja untuk penanaman cukup 6 - 8 HOK, tergantung dari jumlah bibit
yang akan ditanam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman tanaman, penyiangan/
pembumbunan, pemupukan, penyiraman/ pengairan, pemangkasan, penanggulangan
hama dan penyakit.
a. Tanaman mangga yang mati dan yang pertumbuhannya tidak baik/kerdil
diganti dengan tanaman baru yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini
dilakukan agar pertumbuhan tanaman lebih seragam;
b. Penyiangan rumput liar dilakukan pada saat pengerjaan penggemburan
tanah dan pembumbunan tanaman, serta kalau diperlukan sekalian dengan
ni sebesar Rp. 26.440,31 dengan rasio nilai tambah 70,05%. Nilai tambah terkecil
dimiliki agroindustri yang membuat sari buah mangga yakni Rp.8.254,43 dengan rasio
nilai tambah 34,68%, hal ini dikarenakan harga jual per kemasan hanya Rp. 1.000.
Produk pertanian yang bersifat perishable (mudah rusak) dan bulky (volume
besar) yang dimiliki komoditas mangga memberikan motivasi kepada pelaku bisnis
agroindustri untuk melakukan penanganan yang tepat untuk komoditas mangga seh-
ingga produk olahan mangga tersebut siap dikonsumsi oleh konsumen dalam jangka
waktu lebih lama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengolahan mangga menjadi
produk olahan mangga menghasilkan nilai tambah lebih tinggi dibandingkan mangga
segar yang tidak diolah karena rasio nilai tambah semua agroindustri sudah tinggi dan
mampu melanjutkan usahanya. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini bahwa semua
agroindustri produk olahan mangga cenderung menerapkan teknologi padat modal
daripada padat karya kecuali agroindustri yang mengolah sirup cenderung padat karya
(Anitasari, Sunartomo, & Ridjal, 2014).
Permasalahan yang dihadapi oleh agroindustri tersebut antara lain yaitu:
a. karakteristik produk pertanian yang mudah rusak (perishable);
b. tidak terjaminnya kontinunitas bahan baku, sebagian besar produk pertanian
yang sifatnya musiman karena ketersediaannya tergantung faktor iklim;
c. kualitas produk pertanian dan agroindustri masih belum terstandar sehingga
sulit bersaing;
d. agroindustri berskala UMKM masih minim modal dan teknologi. Selain itu,
terdapat tantangan persaingan agroindustri manisan mangga antar usaha baik
dengan jenis usaha sejenis maupun berbeda jenis (Gultom & Sulistyowati,
2018).
Subsistem Pemasaran
Pemasaran memiliki arti penting dalam kegiatan agribisnis. Pemasaran menja-
di salah satu aspek penting dalam pertimbangan kegiatan agribisnis. Kemampuan
membaca peluang pasar digunakan untuk menentukan strategi bisnis yang akan dilak-
sanakan. Oleh karena itu, subsistem pemasaran merupakan salah satu bagian penting
penting kegiatan agribisnis.
Kegiatan pemasaran dimulai dari distribusi sarana input pertanian hingga produk
pertanian tersebut sampai ke tangan konsumen. Sarana input telah disediakan melalui
agen-agen pertanian. Sementara pemasaran hasil output dimulai dari petani hingga
sampai ke tangan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung ataupun
mungkin malah memasuki ranah ekspor. Kemudian tingkat harga di masing-masing
Volume ekspor mangga nasional ialah sebesar 1.198, 1.908, 1.616, 999, dan 1.485
ton berturutturut mulai tahun 2007-2011 (Direktorat Jenderal Hortikultura 2012)
dengan jenis mangga yang diekspor sebagian besar ialah Arumanis dan gedong Gincu.
Volume ekspor mangga Indonesia terbesar saat ini ialah ke kawasan Timur Tengah
yang mencapai 70% dari total volume ekspor mangga pada tahun 2010. Namun de-
mikian, nilai ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pasar mangga Timur Ten-
gah yang hampir 40%-nya dikuasai oleh mangga dari India, Yaman, Pakistan, Kenya,
dan Belanda. Negara tujuan ekspor berikutnya ialah Singapura sebesar 18% dengan
negara pesaing utama ke pasar Singapura ialah Malaysia, Thailand, India, Pakistan, dan
Filipina (FAOSTAT, 2012). Pasar ekspor mangga dunia sejak tahun 2004 sampai 2010
volumenya cukup stabil, yaitu dalam kisaran 1,1 sampai 1,4 juta ton. Amerika Serikat,
Eropa, dan Timur Tengah merupakan importir utama mangga dunia pada tahun 2010
(Tabel 2) (FAOSTAT 2012, UNCTAD 2012).
Sebagian besar mangga tersebut disuplai oleh eksportir dari Afrika untuk pasar
Eropa, Amerika Latin untuk pasar Amerika dan Eropa, serta Asia untuk pasar Timur
Tengah. Pemerintah mendorong peningkatan ekspor sektor nonmigas, di antaranya
produk hortikultura unggulan, seperti pisang, nenas, manggis, maupun mangga, se-
bagai sumber devisa negara. Untuk mendukung tujuan tersebut, beberapa upaya telah
dilakukan guna menghasilkan produk yang sesuai dengan standar internasional, di an-
taranya penerbitan good agricultural practices (GAP) for fruit and vegetables, standard
operating procedure (SOP), maupun bantuan budidaya dan penanganan pascapanen
buah, namun belum mampu meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia,
khususnya mangga.
Kendala yang dihadapi dalam ekspor ialah terbatasnya suplai mangga dengan
kualitas baik dan seragam, serta belum adanya jaminan pasokan yang kontinyu. Kon-
sumen internasional, khususnya dari Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat, menging-
inkan jaminan kualitas, keamanan mangga (bebas lalat buah dan residu pestisida), serta
pasokan dalam keputusan pembelian (Miyauchi & Perry 1999, Bose & Gething 2011,
Souza & Neto 2012). Untuk dapat memperluas pasar, meningkatkan volume perda-
gangan, dan bersaing dengan eksportir negara lain, diperlukan upaya perbaikan dari
semua pihak yang terlibat, baik petani, pengumpul, eksportir, maupun pemerintah.
Oleh karena itu, strategi pemasaran diperlukan untuk meningkatkan daya saing mang-
ga Indonesia di pasar internasional yang dapat diwujudkan melalui kualitas produk,
produktivitas yang tinggi, harga yang bersaing, dan pelayanan yang baik.
Sebagian besar budidaya mangga di Indonesia masih dilakukan secara konven-
sional dengan teknologi dan manajemen pemeliharaan sederhana yang belum diren-
canakan secara khusus untuk menghasilkan buah bermutu, khususnya pada skala pe-
karangan rumah. Kepemilikan lahan umumnya dalam ukuran kecil di bawah 1 ha,
petani dengan skala kecil sehingga menyebabkan mangga yang diproduksi beragam
kualitasnya. Kondisi ini membatasi ketersediaan dan kontinuitas mangga untuk pasar
ekspor. Oleh karena itu, standardisasi kebun mangga oleh pemerintah, dalam hal ini
Direktorat Jenderal Hortikultura, melalui penerapan SOP maupun GAP diperlukan
untuk menjamin hal tersebut, selain juga untuk menghasilkan buah yang aman dikon-
sumsi, bermutu, dan diproduksi secara ramah lingkungan, sehingga dapat meningkat-
kan peluang penerimaan dan daya saingnya di pasar internasional maupun domestik.
Standardisasi meliputi manajemen budidaya (preharvest) sampai penanganan pasca-
panen (postharvest).
Untuk menjamin pelaksanaannya di lapangan, diperlukan sosialisasi dan kon-
trol dari penyuluh hortikultura dengan spesialisasi komoditas buah. Selain itu, per-
an kelompok tani sangat penting sebagai wadah berbagi pengalaman dan pemecahan
masalah di lapangan, juga sebagai kontrol sosial penerapan SOP. Standardisasi kebun
umumnya dilakukan pada kebun skala besar karena kendala biaya. Namun demikian,
standardisasi terbukti berhasil dilaksanakan oleh petani anggur skala kecil di kelompok
Mahagrapes di India yang menunjukkan bahwa penerapan standar yang tinggi dapat
menghasilkan pendapatan yang tinggi pula dengan keberhasilan ekspor ke Uni Eropa
dan Amerika Serikat (Roy & Thorat 2008, Narrod et al. 2009).
Pembangunan one stop service diperuntukkan bagi kegiatan penyortiran, grading,
perlakuan pascapanen, packaging, quality control, dan pemberian sertifikasi, dokumen
persyaratan ekspor, dan pengangkutan berpendingin sehingga dapat memperpendek
dan mengefisienkan rantai penanganan ekspor. Kebun mangga yang ada di Indone-
sia umumnya berskala kecil, sehingga fasilitas ini dapat dibangun di wilayah-wilayah
sentra mangga, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, untuk mengurangi
risiko kerusakan dan menekan biaya pengangkutan. Pada implementasinya, pemban-
gunannya dapat dilaksanakan melalui kerja sama antara pihak swasta atau eksportir
besar dan pemerintah. Pengelolaannya dapat diserahkan kepada pihak eksportir. Fasil-
itas ini selain berfungsi dalam penanganan pascapanen eksportir yang terlibat, juga
dapat memberikan layanan bagi eksportir atau pihak lain yang membutuhkan jasanya.
Pemerintah berperan dalam menentukan standar kualitas dan keamanan buah sesuai
dengan persyaratan negara tujuan, serta memberikan sertifikat dan rekomendasi bagi
buah yang telah memenuhi standar, sehingga dapat memudahkan eksportir dalam me-
masuki pasar suatu negara. Sistem ini telah diterapkan oleh pemerintah Thailand, seh-
ingga produk buah dan sayuran segarnya dapat memasuki negaranegara dengan aturan
ketat, seperti Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (Chomchalow &
Songkhla 2008, Chomchalow et al. 2008, Srimanee & Routray 2012).
Ketersediaan produk berkualitas merupakan persyaratan yang dituntut oleh kon-
sumen internasional. Selain kualitas, jaminan keteraturan suplai mangga juga mer-
peran serta berbagai pihak termasuk pelaku usaha (swasta), maupun petani/masyarakat
agar dapat berperan aktif dalam upaya pengembangan kawasan. Disamping itu perlu
dilakukan sosialisasi program kawasan yang jelas agar mampu menyatukan semua po-
tensi serta dana di kawasan tersebut. Agar pelaksanaan program Pengembangan Ka-
wasan Buah Lainnya dapat berjalan sesuai dengan harapan dan target yang ditetapkan,
diperlukan suatu pedoman pelaksanaan Pengembangan Kawasan yang terintegrasi
dengan berbagai pemangku kepentingan.
Mangga merupakan salah komoditas buah unggulan di Indonesia dan menja-
di salah satu buah andalan ekspor. Berdasarkan data ATAP 2016, produksi mang-
ga memiliki porsi yang cukup besar terhadap total buah. Permintaan pasar domestik
dan mancanegara terhadap mangga Indonesia cukup tinggi. Sejalan dengan tugas
dan fungsi Direktorat Buah dan Florikultura, maka salah satu target kinerja yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura adalah terbangunnya kawasan sentra
produksi mangga dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat serta peningkatan
pendapatan masyarakat.
Berdasarkan data BPS RI bahwa luas panen mangga masih tersebar diseluruh
daerah dengan skala yang terbatas dan cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir
ini, hal ini menunjukkan pemerintah masih berharap mampu meningkatkan keterse-
diaan produk melalui kegiatan APBN. Meskipun demikian, ke depannya, pengem-
bangan kawasang mangga akan diarahkan pada sentra-sentra baru di luar Pulau Jawa,
sedangkan mangga di Pulau Jawa akan terus diupayakan perawatannya. Kawasan buah
merupakan satu kesatuan pewilayahan komoditas unggulan dengan memperhatikan
kesamaan wilayah dengan kesamaan ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruk-
tur ekonomi yang sama dalam membentuk kawasan yang berisi berbagai usaha mulai
dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pascapanen
dan pemasaran serta berbagai kegiatan pendukung lainnya.
Pengembangan kawasan mangga diarahkan untuk terbentuknya suatu wilayah
sentra produks yang membentuk klaster usaha agribisnis mangga yang terintegrasi. Va-
rietas mangga yang dipilih untuk dikembangkan melalui APBN TA 2019 diharapkan
memiliki nilai ekonomi tinggi, memenuhi kebutuhan pangan dan dapat meningkat-
kan kesejahteraan petani penerima manfaat. Oleh karena itu, untuk mendukung ter-
capainya tujuan dan sasaran tersebut, maka dalam pelaksanaannya kegiatan Kawasan
Mangga didukung dengan beberapa kegiatan pendukung seperti identifikasi, sosialisa-
si, pembinaan, pendampingan, pelatihan peningkatan kapabilitas, hingga monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pengembangan kawasan mangga dilakukan untuk memperluas wilayah sentra
produksi, mengutuhkan kawasan sentra, intensifikasi, pemeliharaan lanjutan dan/atau
dimanfaatkan sebagai upaya rehabilitasi kebun sentra produksi yang telah terbentuk,
4
BAB
Kesimpulan
Saran