Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Garut
Oleh:
Sadam Arrizki
24037119015
NPM : 24037119015
Mengetahui,
Ketua Progam Studi Agribisnis Dekan Progam Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Garut Fakultas Pertanian Universitas Garut
iii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah
NYA penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Hubungan
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Mangga Terhadap Kinerja Usahatani Mangga di
Kecamatan Sedong Lor Kabupaten Cirebon” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana S1 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Garut. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Tintin Febrianti S.P.,M.P., sebagai Dekan Fakultas Pertanian.
2. Fitri Awaliyah, S.P., M.EP., sebagai Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian sekaligus sebagai penguji.
3. Dr. Wahid Erawan, S.P,. M.P. sebagai Ketua Komisi Pembimbing.
4. Muhamad Numan Adinasa, S.P., M.EP sebagai Anggota Komisi
Pembingbing.
5. Kedua orang tua saya yang telah merawat, mendidik mendoakan dan
memberikan dorongan moral dan materi kepada penulis dengan penuh cinta
dan kasih sayang.
6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2019
Maka dari itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umum
nya bagi pembaca.
Sadam Arrizki
iv
DAFTAR ISI
ABSTAK.....................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penilitian.............................................................................................6
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8
2.1 Mangga Gedong Gincu...................................................................................8
2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani..............................................................9
2.3 Kinerja Usahatani..........................................................................................13
2.4 Analisis Deskriptif Kuantitatif......................................................................14
2.5 Analisis Crosstabulation (Tabulasi silang)...................................................15
2.6 Peneletian Terdahulu....................................................................................16
2.7 Kerangka Pemikiran......................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................20
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................................20
3.2 Metode Penelitian.........................................................................................20
3.3 Jenis Dan Sumber Data.................................................................................20
3.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................................20
3.5 Teknik Pengambilan Sampling.....................................................................21
3.6 Metode Analisis............................................................................................21
3.7 Definisi Operasional Variabel.......................................................................24
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................26
4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian.............................................................26
4.2 Kondisi Geografis Lokasi Penelitian..........................................................26
4.3 Karakteristik Petani Mangga.......................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30
vi
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Produksi Mangga di Indonedia..................................................................................1
2. Produksi Mangga Menurut Provinsi Tahun 2018......................................................2
3. Produksi Mangga Menurut Kabupaten 2019.............................................................2
4. Produksi Mangga Menurut Kecamatan, Tahun 2018 – 2019....................................3
vii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Pemikiran 17
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Nusa Tenggara Barat, sementara itu produksi mangga terbesar berdasarkan provinsi
di Indonesia di tunjukan di tabel berikut.
menerima inovasi. Pengalaman berusaha tani terjadi karena pengaruh waktu yang
telah dialami oleh para petani. Petani yang berpengalaman dalam menghadapi
hambatan usahataninya akan tau cara mengatasinya. Semakin banyak pengalaman
yang didapatkan petani dapat meningkatkan produktivitas petani, jika petani belum
berpengalaman maka akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan sehingga akan
berdampak terhadap pendapatan (Hasan, 2000).
Proses produksi luas lahan merupakan salah satu factor penting yang
menentukan pendapatan petani. Pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh pola
penguasaan lahan pertanian sehingga factor lahan dapat digunakan sebagai dasar
menduga pendapatan petani. Menurut Sastraatmadja (2010) berdasarkan kepemilikan
lahan petani dibedakan menjadi beberapa 4 kelompok yaitu petani buruh adalah
petani yang sama sekali tidak memiliki lahan pertanian, petani gurem yaitu petani
yang memiliki lahan antara 0,1- 0,5 Ha, petani kecil yaitu petani yang memiliki lahan
pertanian antara 0,51 – 1 Ha dan petani besar yaitu petani yang memiliki lahan lebih
dari 1 Ha. Waluwanja (2014) berpendapat semakin luas lahan yang diusahakan akan
semakin besar hasil produksi yang dihasilkan yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan petani dan sebaliknya semakin sempit penguasaan lahan maka semakin
kecil produksi yang akan dihasilkan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pendapatan petani. Oleh karena itu salah satu keberhasilan pendapatan petani tidak
terlepas dari penguasaan lahan.
Pendidikan adalah salah satu modal utama dalam pembangunan, melalui
pendidikan manusia dapat berfikir secara lebih sistematis dan kritis dalam
menghadapi masalah. Pendidikan memiliki 2 penekanan yaitu formal dan non formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang aktivitasnya dilakukan di sekolah
sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah. Menurut
Ariawan dkk (2014) tingkat pendidikan formal secara nyata dapat mempengaruhi
tingkat intelejensi seseorang yang nantinya akan berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang dalam memecahkan suatu masalah dan kepribadian seseorang akan
dibentuk untuk bertahap dan menyesuaikan lingkungannya.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir dan
menganalisis setiap usaha sehingga petani dapat menjalankan usahataninya dengan
baik dan dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. petani yang berpendidikan
tinggi akan relative lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Tingkat
pendidikan dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih baik cara berfikirnya sehingga
memungkinkan petani akan bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya
(Soekarwati, 2006).
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi
Terhadap Kinerja Usahtani Mangga di Kabupaten Cirebon”
8
9
1. Usia
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan. Umur
produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan umur ideal bagi para pekerja.
Di masa produktif, secara umum semakin bertambahnya umur maka pendapatan akan
semakin meningkat, yang tergantung juga pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Kekuatan fisik seseorang untuk melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan
umur karena bila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin
menurun kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan pendapatan
juga ikut turun. Umur adalah jangka waktu dalam tahun mulai dari tahun kelahiran
responden sampai saat penelitian dilaksanakan.
Umur merupakan salah satu identitas yang dapat mempengaruhi Kemampuan
kerja dan pola pikir. Pada umumnya penyadap yang berumur muda dan sehat
mempunyai fisik yang lebih baik daripada penyadap yang lebih tua, penyadap yang
berumur lebih muda juga lebih cepat menerima hal-hal yang dianjurkan, semakin tua
umur penyadap akan menurunkan pendapatan yang diterima karena kemampuan fisik
semakin menurun dan curahan tenaga kerja yang semakin menurun pula. Penduduk
berumur muda umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang begitu besar
sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Bahkan pada umumnya masih bersekolah.
Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut
untuk ikut mencari nafkah. Lebih lanjut penduduk diatas umur 55 tahun sudah mulai
menurun kemampuannya untuk bekerja. Faktor umur memungkinkan petani
melakukan kegiatannya dengan lebih intensif, sehingga produktivitasnya yang tinggi.
Produktivitas yang tinggi memungkinkan penyadap memperoleh pendapatan yang
maksimal. Sehingga peluang untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik
semakin terbuka. Umur produktif secara fisik memiliki tenaga yang lebih besar
dibandingkan dengan usia tua, selain itu petani berusia produktif lebih mudah dalam
menerima inovasi dibandingkan dengan petani tua (Andy, 2010).
Menurut Kartasapoetra dalam Nurdin (2011), petani yang berusia 50 tahun ke
atas, biasanya sulit menerima hal baru, mereka akan tetap menggunakan tradisi
usahatani yang sudah sejak lama mereka jalani. Soekartawi (2005) menyatakan
bahwa semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa
yang belum diketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat
11
pendidikan dan skill yang tinggi. Namun, demikian tingkat Pendidikan yang cukup
baik, sebenarnya akan bermanfaat terutama dalam mempercepat proses adopsi
teknologi, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang baik memiliki
kemampuan yang baik pula dalam menerima dan mengaplikasikan teknologi baru
(Ikhsan, 2019).
Anggraini (2013) mengatakan bahwa sejarah dan kehidupan manusia bukan
didorong oleh kepentingan secara objektif, kalkulasi rasional, norma sosial atau
mempertahankan kekuasaan, melainkan oleh produksi ilmu pengetahuan dan
interpretasinya (secara kolektif) dan penggunaannya untuk berbagai keperluan.
Pengetahuan merupakan seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman
yang dimiliki oleh manusia dan kehidupannya sedangkan ilmu pengetahuan adalah
keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis. Hal
ini menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki sifat yang spontan dibandingkan ilmu
pengetahuan karena sifat ilmu pengetahuan yang lebih sistematis. Pengetahuan
memiliki arti luas dibandingkan dengan ilmu karena pengetahuan mencakup semua
aspek yang diketahui oleh manusia tanpa harus dilakukan secara sistematis terlebih
dahulu.
Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam kemampuan berpikir
memahami arti pentingnya usaha dengan mencari solusi atau pemecahan setiap
permasalahan. Anggraini (2013) menyatakan bahwa masyarakat sekitar hutan pada
umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki
keterampilan yang memadai, sehingga biasanya mereka bekerja hanya berdasarkan
pengalaman kecil dan secara tradisional. Tingkat pendidikan yang dimaksud diukur
berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Kategori tingkat
pendidikan dibagi atas lima yaitu, tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
Pendidikan formal merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam
pencapaian kehidupan ekonomi yang layak dan sejahtera karena tingkat pendidikan
akan mempengaruhi pola pikir dan sikap masing-masing individu dalam menghadapi
permasalahan kehidupan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir
dan daya nalarnya. Pada umumnya warga yang berpendidikan lebih baik akan lebih
mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Hasil penelitian Anggraini
(2013) menyatakan bahwa pendidikan belum menjadi prioritas utama para penyadap.
Bahkan masih terdapat beberapa penyadap yang tidak bersekolah. Penyadap
beranggapan bahwa apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka biaya yang akan
dikeluarkan akan semakin banyak. Sehingga mereka lebih mengutamakan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari daripada untuk pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam mengelolah usahanya
yaitu bagaimana cara yang tepat dalam mengelolah usahanya untuk meningkatkan
jumlah produksi dan juga pendapatannya. Tingkat pendidikan dan besar pendapatan
13
seseorang juga mempunyai hubungan satu sama lain. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh, sehingga seseorang mampu untuk menerapkan dalam kehidupan terutama
dalam mengelolah hutan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi
serta penerapannya dalam mengelolah hutan dengan baik maka pendapatan seseorang
akan meningkat (Sahril, 2018).
4. Luas lahan
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumber daya daratan yang saling
axberinteraksi membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku
lahan ditentukan oleh macam sumber daya yang merajai dan macam serta intensitas
interaksi yang berlangsung antar sumber daya. Faktor-faktor penentu sifat dan
perilaku lahan tersebut bermatra ruang dan waktu. Maka lahan selaku ujud pun
bermatra ruang dan waktu (Notohadiprawiro, 2006).
Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh
berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia, baik di masa lalu maupun masa saat
sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan
konservasi tanah pada suatu lahan tertentu (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2012).Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena
tanah merupakan tempat dimana usaha tani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi
dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah memiliki sifat tidak sama
dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan lahan
semakin meningkat sehingga sifatnya langka (Mubyarto, 2007). Menurut Dinas
Pertanian dan Perkebunan bahwa tanah dan lahan menurut penggunaan dibedakan
menjadi dua bagian besar yaitu tanah sawah dan tanah kering (BPS Provinsi Jawa
Timur).
Atas dasar pengertian lahan dan fungsi lahan diatas, dapat disimpulkan bahwa
lahan merupakan faktor yang penting dalam sektor pertanian ini. Lahan mempunyai
nilai ekonomis yang bisa sangat tinggi, dengan begitu akan menguntungkan
pemiliknya. Dalam konteks pertanian, penilaian tanah subur mempunyai nilai yang
lebih tinggi dari pada tanah tidak subur. (Rasmikayati1, 2018)
Apabila lahan yang dimiliki umumnya berupa lahan kering yang memiliki
produktivitas rendah. Mengakibatkan pendapatan berkurang, peningkatan luas lahan
yang dimiliki tidak secara signifikan mempengaruhi pendapatan rumah tangga
sehingga walaupun lahannya luas tetapi didominasi lahan kering maka penambahan
luas lahan tidak akan meningkatkan pendapatan. Luas lahan sangat mempengaruhi
pendapatan, semakin luas lahan penyadapan maka akan semakin besar pula tingkat
pendapatan yang diperolehnya (Ikhsan, 2019).
2.3 Kinerja Usahatani
14
berfungsi untuk menjelaskan keadaan, gejala atau persoalan Teknik analisis statistik
deskriptif antara lain:
Distribusi Frekuensi dan tabulasi silang (crosstab)
Penyajian data seperti histogram, polygon, ogive, diagram batang, diagram
lingkaran dan diagram pastel dan diagram lambing
Perhitungan ukuran (mean, median, modus)
Perhitungan ukuran letak (kuartil, desil dan persentil)
Perhitungan ukuran penyebaran seperti standar deviasi, varians, range, deviasi
kuartil, mean deviasi dan lain-lain)
Nasution, L. M. (2017) terdapat beberapa prosedur pengumpulan data statistik
yang dibedakan berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
1. Berdasarkan Jenis cara pengumpulan yang dibedakan menjadi empat yaitu
pengamatan (observasi), penelusuran literatur, penggunaan kuesioner (angket)
dan wawancara (interview).
2. Berdasarkan data yang terkumpul dan dibedakan menjadi 2 yaitu sensus dan
samplingdianalisis.
Pada suatu penelitian kerangka pemikiran dapat menjadi suatu acuan untuk
memecahkan masalah yang akan diteliti. Kerangka pemikiran ini adalah penjelasan
sementara terhadap objek masalah (Usman, 2009). Karakteristik petani mangga yang
berhubungan dengan kinerja usahatani meliputi usia, pendidikan, pengalaman
usahatani, banyak pohon, dan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan. Maka
variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk melihat ada tidaknya
hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan kinerja usahatani petani mangga
di Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan pada uraian sebelumnya, maka kerangka pikir dalam penelitian
ini,yaitu sebagai berikut :
Umur
Pendidikan
Pengalaman Kemampuan
usahatani untuk
Luas lahan menghasilkan
Banyak pohon keuntungan
20
21
menginterpretasikan hasil dari analisis crosstab. Hal ini dilakukan dalam memberikan
penjelasan lebih luas dan mendalam dari hasil analisis agar lebih mudah dipahami.
2. Pengukuran Skala Likert
Skala likert merupakan analisis yang berhasil ditemukan oleh Rensis Likert pada
1932. Menurut Sugiyono (2006), skala likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi terhadap individu ataupun kelompok terkait
dengan fenomena sosial yang sedang terjadi.Likert juga mengatakan bahwa selama
bertahun-tahun, terdapat banyak metode yang telah digunakan untuk mengukur
karakter dan ciri-ciri tertentu. Kesulitan mengukur sikap, karakter dan ciri-ciri
kepribadian terletak pada prosedur untuk “mentransfer” hal-hal yang bersifat
kualitatif tersebut ke dalam ukuran kuantitatif untuk keperluan analisis data.
Berkaitan dengan hal ini, ilmuwan sosial masih mengandalkan ukuran kuantitatif dari
sikap, karakter dan sifat kepribadian ( Boone & Boone, 2012). Skala likert
menggunakan serangkaian pertanyaan dengan lima alternatif respons, misalnya
sangat menyetujui (1), menyetujui (2), ragu-ragu (3), tidak setuju (4), dan sangat
tidak setuju (5), atau sebaliknya. Skala ini menggabungkan tanggapan dari
serangkaian pertanyaan untuk menciptakan skala pengukuran sikap. Analisis datanya
didasarkan pada skor komposit dari serangkaian pertanyaan yang mewakili skala
sikap.
Dalam penelitian ini, skala likert digunakan dalam pengumpulan data usia,
pengalaman usahatani, luas lahan, banyak pohon, dan kinerja. Berikut Tabel 5.
mengenai indikator skala likert yang digunakan dalam penelitian ini
3. Analisis Tabulasi Silang ( Cross Tabulation )
Crosstab Analysis merupakan alat uji statistika untuk data yang bersifat kualitatif
atau non parametrik. Data non parametrik merupakan hasil penelitian berdasarkan
rank dan skor (Yusnandar, 2005). Crosstabulation adalah teknik yang digunakan
untuk menganalisa hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi dan melihat
bagaimana kedua atau beberapa variabel itu berhubungan. Crosstab dapat
menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, sampai dengan menghitung
apakah ada hubungan antara baris dan kolom. Ciri dari penggunaan crosstab adalah
data input yang berskala nominal atau ordinal (Santoso, 2005). Tahap ini dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara setiap varaibel yang ada dalam
penelitian.
Tabulasi silang merupakan cara termudah melihat asosiasi dalam sejumlah data
dengan perhitungan persentase. Tabulasi silang merupakan salah satu alat yang paling
berguna untuk mempelajari hubungan diantara variabel-variabel karena hasilnya
mudah dikomunikasikan.
Selanjutnya tabulasi silang dapat memberikan masukkan atau pandangan
mengenai sifat hubungan, karena penambahan satu atau lebih variabel pada analisis
23
untuk mencapai
tujuan organisasi
atau perusahaan
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar penelitian ini terletak di Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong Kabupaten
Cirebon. Desa Sedong Lor adalah salah satu desa di Kecamatan Sedong yang
berlokasi di wilayah timur Kabupaten Cirebon, jaraknya 1,5 Km dari Kecamatan
Sedong atau 28 kilometer dari Kabupaten Cirebon. Desa Sedong Lor mempunyai luas
wilayah kurang lebih 400,762 Ha, yang ditempati oleh 1.537 kepala keluarga dengan
jumlah penduduk sedong sebanyak 4.532 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
2.238 dengan karakteristik masyarakat pedesaan yang sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani dan buruh harian lepas. Latar belakang
pendidikan masyarakat Desa Sedong Kidul rata-rata adalah Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan akan memaparkan bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi
yang ada di Desa Sedong Lor terhadap kinerja usahatani petani mangga masyarakat
di Kecamatan Sedong.
5. Banyak pohon
Hasil penelitian menunjukan rata rata jumlah pohon yang dimiliki petani
mangga Kecamatan Sedong adalah sebanyak 168 pohon. Banyak pohon petani
dalam kinerja usahatani responden bervariasi mulai dari 100 – 1000 pohon.
Demikian halnya responden petani mangga Kecamatan Sedong, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 12. Deskripsi Responden Berdasarkan Banyak Pohon
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 <100 15 30
2 100 - 399 26 52
3 400 – 699 3 6
4 700- 1000 6 12
Total 50 100
Sumber : Data Primer diolah dengan SPSS 23
Dari tabel 11 menunjukan bahwa mayoritas petani mangga memiliki jumlah
pohon mangga untuk dibudidayakan pada kisaran <100 berjumlah 15 responden
dengan presentase 30%. Terdapat petani mangga yang memiliki 100 - 399 pohon
berjumlah 3 responden, dengan presentase 6% dan terdapat petani yang memiliki
pohon mangga hingga mencapai 668 - 1000 pohon dan merupakan miliknya
sendiri berjumlah 6 responden dengan presentase 12%.
31
2. Pendidikan
Berdasarkan dari hasil analisis variabel pendidikan memiliki nilai signifikan
sebesar 0,131 dimana nilai signifikan lebih besar dari α 0,05 menunujukan bahwa
pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Menurut BPS (2012), tingkat
pendidikan petani terbilang jarang untuk menginjak jenjang yang lebih tinggi
dari pada SMA, terutama untuk petani yang sudah ada pada rentang usia 45
keatas saat ini mayoritas petaninya merupakan lulusan SD. Hal ini sejalan
dengan penelitian Kusumo dkk (2018) yang menyatakan hampir seluruh petani
mangga di Kabupaten Cirebon memiliki tingkat pendidikan SD sebesar 71%.
Pendidikan menjadi salah satu karakteristik yang menarik sebagaimana yang
dikatakan oleh Barret (2012) bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi keputusan
petani hampir dalam setiap hal yang ada dalam usahatani. Tentunya, keputusan-
keputusan tersebut menjadi langkah strategis petani untuk salah satunya meraih
pendapatan semaksimal mungkin. Namun pada kenyataannya, tingkat pendidikan
tidaklah signifikan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan petani.
3. Pengalaman Usahatani
Berdasarkan hasil analisis variabel pengalaman usahatani memiliki nilai
siginifikan sebesar 0,137 dimana nilai α (0,137>0,05) menujukan bahwa
pengalaman tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan usahatani
mangga di Kecamatan Sedong. Pengalaman tidak berpengaruh nyata dan
menurunkan pendapatan karena petani yang lebih berpengalaman biasanya
menerapkan teknik budidaya berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan
cenderung enggan menerapkan teknik budidaya sesuai SOP yang dianjurkan
sehingga produksi yang didapat kurang optimal.
4. Luas Lahan
Berdasarkan dari hasil analisis variabel luas lahan (X4) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,000 dimana nilai signifikan lebih kecil dari 0,05, maka H o
ditolak Hi diterima artinya bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan
terhadap pedadapatan petani dan melakukan usahatani mangga di Desa Sedong.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Waluwanja (2014) yang
menyatakan bahwa luas penguasaan lahan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan petani. Semakin besar luas lahan yang digunakan untuk
usahatani maka jumlah pendapatan yang diperoleh akan semakin meningkat.
5. Banyak Pohon
Banyak pohon memiliki hubungan yang signifikan dengan pendapatan
usahatani tani. Jumlah pohon yang dimiliki sangat erat kaitannya dengan tingkat
keuntungan usahatani mangga, karena jumlah produksi mangga yang dihasilkan
tergantung dari jumlah pohon mangga. Menurut Rachman dkk banyaknya pohon
33
profitabilitas
rugi kecil besar Total
pendidikan sd 7 3 17 27
smp 2 4 3 9
sma 1 2 8 11
sarjana 0 2 1 3
Total 10 11 29 50
Sumber : Data primer di olah dengan SPSS 23
profitabilitas
rugi kecil besar Total
pengalaman 1-14 4 8 8 20
usahatani 15-28 5 2 17 24
29-43 1 1 4 6
Total 10 11 29 50
Sumber : Data primer di olah dengan SPSS 23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Karakteristik petani yang cenderung berhubungan dengan kinerja usahatani adalah
usia, lama pengalaman bertani, luas lahan dan produktivitas per pohon. Sementara,
aspek kemitraan cenderung berhubungan dengan pendapatan petani mangga adalah
kelengkapan perencanaan, ketergantungan penentuan harga, peningkatan pendapatan,
jaminan harga, mutu hasil produksi, dan penguasaan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Awaliyah1, F. (2022). Hubungan Karakteristik sosial ekonomi petani mangga dengan
Pendapatan Usahatani Semangka. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah
Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 417-423, 417-423.
Elly Rasmikayati1, B. R. (2020). Pendapatan Usahatani Mangga Dikaitkan Dengan
Kemitraan Dan Karakteristik Petani Mangga . Jurnal Pemikiran Masyarakat
Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 956-968.
35
Tani Sukamulya Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong. Agrijati Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Pertanian, 32(2), 76–88
Urfa, S. I. (2021). Praktik Sewa Menyewa Pohon Mangga Di Desa Situraja
Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu Periode Tahun 2020-2021 Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif
Muh. Fadli Nuwa, A. R. (2022). Karakteristik Petani Tebu di Kecamatan
Tolangohula Kabupaten Gorontalo. AGRINESIA, 90-95.
Rizqha Sepriyanti Burano1, T. Y. (2019). Pengaruh Karakteristik Petani Dengan
Pendapatan Petani Padi Sawah.menara ilmu, 64-78.