Anda di halaman 1dari 43

MOTIVASI PETANI DALAM PENERAPAN SISTEM TANAM

JAJAR LEGOWO PADI SAWAH (Oryza Sativa L.) DI


KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN
PROVINSI JAWA BARAT

PROPOSAL TUGAS AKHIR

NANANG SUGIANA
NIRM. 04.1.15.0765

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
BERKELANJUTAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas
Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan
penyusunan proposal Karya Ilmiah Penugasan Akhir “Motivasi Petani Dalam
Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat” tepat pada
waktunya.
Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu ucapan terimakasih penulis sampaikan sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Dayat, SP., M.Si. selaku pembimbing I, Ibu Endang Krisnawati, SP., MP. selaku
pembimbing II, Ibu Ait Maryani, SP., M.Pd. selaku Ketua Prodi Penyuluhan
Pertanian Berkelanjutan, Bapak Rudi Hartono, SST., MP. selaku Ketua Jurusan
Pertanian, Bapak Dr. Ir. Siswoyo, MP. selaku direktuk Politeknik Pembangunan
Pertanian Bogor, kedua orang tua yang selalu mendukung baik moril maupun
materiil dan seluruh pihak yang membantu.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal tersebut masih adanya
kekurangan maka dari itu saran yang bersifat membangun penulis harapkan dalam
menyempurnakan laporan ini.
Bogor, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Rumusan Msalah ........................................................................................... 2
Tujuan ........................................................................................................... 2
Manfaaat ....................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
Penyuluhan Pertanian.................................................................................... 4
Pertanian ....................................................................................................... 4
Peran Penyuluh ............................................................................................. 4
Motivasi ........................................................................................................ 5
Pertanian Berkelanjutan ................................................................................ 8
Jajar Legowo ................................................................................................. 9
Kajian Terdahulu........................................................................................... 15
Kerangka Berpikir ......................................................................................... 16
Hipotesis ....................................................................................................... 17
RENCANA KEGIATAN .............................................................................. 18
Waktu dan Tempat ........................................................................................ 18
Populasi dan Sampel ..................................................................................... 18
Instrumen ...................................................................................................... 20
Pengumpulan Data dan Analisis Data........................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................. 28
DAFTAR TABEL

hal
1 Alternatif plot ubinan legowo ........................................................... 13
2 Populasi anggota kelompoktani ........................................................ 18
3 Persebaran sampel pada masing-masing kelompoktani .................... 19
4 Variabel, Indikator dan Pararmeter ................................................... 20
DAFTAR GAMBAR

hal
1 Jajar Legowo 2:1 .............................................................................. 10
2 Jajar Legowo 4:1 tipe 1 ..................................................................... 11
3 Jajar Legowo 4:1 tipe 2 ..................................................................... 12
4 Cara ubinan legowo 2:1 .................................................................... 14
5 Cara ubinan legowo 4:1 tipe 1 .......................................................... 14
6 Cara ubinan legowo 4:1 tipe 2 .......................................................... 15
7 Kerangka pemikiran penelitian motivasi petani dalam penerapan
sistem tanam jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L) di
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran………………………... 17
DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal Palang Kegiatan Tugas Akhir ............................................... 28


2 Kuesioner ......................................................................................... 29
3 Lembar Konsultasi ............................................................................ 33
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyuluhan adalah proses penyebaran informasi, inovasi, dan teknologi
oleh penyuluh kepada petani. Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup petani melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kegiatan
penyuluhan dilaksanakan oleh penyuluh melalui penyebaran informasi, inovasi,
dan teknologi.
Pelaksanaan penyuluhan pertanian harus sesuai dengan pertanian
berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan yaitu kegiatan pertanian yang tidak merusak
lingkungan sehingga dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Pertanian yang
berkelanjutan khususnya pada komoditas pangan akan mengantarkan pada
swasembada pangan. Swasembada pangan tentu sangat diharapkan apabila
produksi dapat berkelanjutan.
Berdasarkan data BPS, produktivitas padi di Kabupaten Pangandaran pada
tahun 2018 sebesar 7,3 ton/ha pada lahan seluas 39,191 ha dengan produktivitas
yang termasuk kategori sedang. Agar produktivitas dapat berkelanjutan, berbagai
upaya telah dilakukan diantaranya yaitu bantuan modal, saprodi, sarana dan
prasarana, serta teknologi yang salah satunya adalah teknologi sistem tanam jajar
legowo.
Sistem tanam jajar legowo (jarwo) adalah salah satu teknologi untuk
meningkatkan jumlah populasi tanaman sehingga produktivitas dapat meningkat.
Bobihoe (2013) menjelaskan bahwa sistem tanam legowo merupakan cara tanam
padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan
kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan
sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada awanya kemudian diselingi oleh 1
baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada
baris tengah.
Berdasarkan programa Kecamatan Parigi tahun 2019 diketahui bahwa
penerapan teknologi jarwo masih 38%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa penerapan teknologi jarwo masih rendah. Rendahnya penerapan teknologi
jarwo ini berdampak pada belum optimalnya produktivitas padi di Kabupaten
Pangandaran. Rendahnya penerapan teknologi ini salah satu faktor penyebabnya
adalah rendahnya motivasi petani.
Rendahnya motivasi petani dalam penerapan teknologi sistem tanam jajar
legowo dduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal dan faktor
eksternal. Peningkatan motivasi petani dalam penerapan teknologi sistem tanam
jajar legowo perlu dilakukan agar produktivitas padi tetap berkelanjutan.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka pelaksanaan tugas akhir,
penulis mengkaji “Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo
Padi Sawah Di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat”.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian motivasi petani dalam
penerapan teknologi jajar legowo ini adalah:
1. Seberapa besarkah tingkat motivasi petani dalam penerapan jarwo padi
sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi petani dalam
penerapan jarwo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran?
3. Bagaimana strategi penyuluhan untuk meningkatkan motivasi petani dalam
penerapan jarwo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran?

Tujuan
Tujuan dari penelitian motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar
legowo ini adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem tanam
jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi penerapan sistem
tanam jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten
Pangandaran.
3. Merumuskan strategi penyuluhan untuk meningkatan motivasi petani dalam
penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran.
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian motivasi petani dalam
penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo ini adalah:
1. Mampu mendeskripsikan motivasi dalam penerapan sistem tanam jajar
legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
2. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran.
3. Mampu merumuskan strategi penyuluhan mengenai peningkatan motivasi
petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah di
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
Pangandaran. Rendahnya penerapan teknologi ini salah satu faktor penyebabnya
adalah rendahnya motivasi petani.
Rendahnya motivasi petani dalam penerapan teknologi sistem tanam jajar
legowo dduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal dan faktor
eksternal. Peningkatan motivasi petani dalam penerapan teknologi sistem tanam
jajar legowo perlu dilakukan agar produktivitas padi tetap berkelanjutan.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka pelaksanaan tugas akhir,
penulis mengkaji “Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo
Padi Sawah Di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat”.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian motivasi petani dalam
penerapan teknologi jajar legowo ini adalah:
4. Seberapa besarkah tingkat motivasi petani dalam penerapan jarwo padi
sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi petani dalam
penerapan jarwo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran?
6. Bagaimana model penyuluhan untuk meningkatkan motivasi petani dalam
penerapan jarwo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran?

Tujuan
Tujuan dari penelitian motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar
legowo ini adalah:
4. Mendeskripsikan tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem tanam
jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi penerapan sistem
tanam jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten
Pangandaran.
6. Merumuskan model penyuluhan untuk meningkatan motivasi petani dalam
penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran.
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian motivasi petani dalam
penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo ini adalah:
4. Mampu mendeskripsikan motivasi dalam penerapan sistem tanam jajar
legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
5. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah di Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran.
6. Mampu merumuskan model penyuluhan mengenai peningkatan motivasi
petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah di
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan Permentan No. 3 tahun 2018 definisi dari penyuluhan
pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Sedangkan menurut Mardikanto (2009 dalam Risna 2012) menjelaskan
bahwa sebagai terjemahan dari “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai
proses penyebaran luasan yang dalam ini, merupakan penyebarluasan informasi
tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkna oleh perguruan tinggi
ke dalam praktek atau kegiatan praktis.
Demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penyuluhan pertanian
merupakan sebuah kegiatan menjalankan sebuah kegiatan transformasi informasi
narasumber ke audien dengan maksud untuk meningkatkan pengetahuan serta
mendongkrak taraf hidup.

Pertanian
Berdasarkan Permentan No. 3 tahun 2018, pertanian adalah seluruh
kegiatan yang meliputi usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa
penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai
dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal tenaga kerja dan manajemen
untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Peran Penyuluh
Mardikanto (2009 dalam Putra 2016) menyebutkan bahwa peran
penyuluhan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai fasilitasi proses belajar,
sumber informasi, pendampingan, pemecahan masalah, pembinaan, pemantauan,
dan evaluasi terhadap kegiatan petani yang berkaitan dengan perannya sebagai
pembimbing, sebagai organisator dan dinamisator, sebagai teknisi dan sebagai
konsultan. Peran penyuluh adalah sebagai berikut:
a. Penyuluh sebagai pembimbing; Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru
bagi petani dalam pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang
tinggi untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal
dari petani maupun keluarganya. Seorang penyuluh harus mengenal baik sistem
usahatani, bersimpati terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan
yang dilakukan petani baik secara teori maupun praktek.
b. Penyuluh sebagai organisator; mampu menjalin hubungan baik dengan
segewnap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan
menggerakan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya
perubahan-perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengerahkan dan
membina kegiatan-kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan yang
efektif.
c. Penyuluh sebagai teknisi; Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta petani
memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis.
Tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan teknis yang baik maka akan sulit
untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani.
d. Penyuluh sebagai pendidik; Penyuluh pertanian berperan sebagai pendidik bagi
petani merupakan sarana proses pembelajaran guna meningkatkan pengetahuan
untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan
semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya
secara lebih efektif, efisien dan ekonomis.

Motivasi
Motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri manusia
untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai dengan keinginan masing-masing
(Murtie, 2012). Sedangkan menurut Dayana dan Marbun (2018) motivasi dapat
diartikan sebagai tujuan atau dorongan, dengan tujuan sebenarnya tersebut yang
menjadi daya penggerak utama yang berasal dari diri seseorang ataupun dari orang
lain dalam berupaya dalam mendapatkan atau mencapau apa yang diinginkannya
baik itu secara positif amupun negatif. Motivasi merupakan suatu perubahan yang
terjadi pada diri seseorang yang munvul adanya gejala perasaan, kajiwaan dan
emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertingak sesuatu yang
disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Julia dkk. berpendapat bahwa motivasi adalah sebuah perubahan energi
dalam diri sebagai kekuatan dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan individu
(tujuan yang ditentukan). Menurut Nursalim dkk. (2007 dalam Julia dkk. (2018)
motivasi adalah suatu proses untuk meningkatkan motif atau motif-motif menjadi
tindakan atau perilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk
mencapai tujuan
1. Fungsi motivasi
Sardiman (1996 dalam Lengkana 2017) mengemukakan ada tiga fungsi
motivasi, yaitu sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegaiatan yang akan dikerjakan.
b. Manuntun arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai,
dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus
dikerhakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebutl.
2. Unsur-unsur motivasi
Mc. Donald dalam Sardiman (2007) berpendapat bahwa motivasi terdapat
tiga elemen penting yaitu:
a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan
emosi yang menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul
dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong
oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
3. Jenis-jenis motivasi
Hapsari (2005 dalam Julia dkk. 2018) menjelaskan bahwa motivasi terbagi
menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang dating dari dalam diri seseorang
dan tidak perlu rangsanang dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorng.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah (Taufik, 2007):
1) Minat
2) Kebutuhan (Need)
3) Harapan (Expectacy)
b. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah:
1) Dorongan keluarga
2) Lingkungan
3) Imbalan
Ervianti (2018) menuturkan bahwa model motivasi dalam suatu pandangan
tidak ada yang sempurna sehingga harus dipadukan antara kelebihan dan
kekurangan untuk mendapatkan suatu model yang terbaik. Motivasi seseornag
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Faktor internal termasuk persepsi seseorang mengenai
dirinya sendiri, hanya diri, harapan probadi kebbutuhan, keinginan, kepuasan
kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan daktor ekstreenal yang
mempengaruhi motivasi seseorang antara lain: jenis dan sifat pekerjaan,
kelompok kerja dimana seseorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi
lingkungan, pada umumnya sistem imbalan yang berlaku dan cara
penerapannya. Adapun indicator yang dapat digunakan yaitu:
a. Kemauan, merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia yang dapat
diartikan sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan
berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.
b. Kebutuhan, adalah suatu yang dibutuhkan oleh manusia sehingga dapat
mencapai kesejahteraan. Apabila ada diantara kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka manusia akan merasa tidk sejahtera atau kurang sejahtera.
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada,
karena tanpa itu, hidup tidak akan sejahtera atau setidaknya kurang
sejahtera.
c. Kemampuan, diartikan sebagai suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan seseorang untuk berusaha/berupaya sekuat tenaga untuk
memuaskan kebutuhan dan mencapau tujuan organisasi yang ditentukan
oleh kemampua individu.

Pertanian Berkelanjutan
Sistem pertanian organik berbeda dengan sistem pertanian konvensional.
Sutanto (2002 dalam Margolang dan Jamilah 2015) menyebutkan pada sistem
pertanian konvensional, peningkatan produksi tidak bertahan lama, karena
penurunan kualitas tanah dan penumpukan residu sehingga dapat meracuni
tanaman dan sistem ini dianggap tidak arif. Pemberian pupuk kimia dalam
memasok unsur hara tertentu berupa senyawa anorganik berkonsentrasi tinggi dan
mudah larut yang dilakukan berulang kali yang dapat membahayakan flora dan
fauna tanah, dan dapat menyebabkan pencemaran pada saluran air, khususnya air
tanah. Sedangkan sistem pertanian organik yang juga disebut pertanian
berkelanjutan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan
produktivitas pertanian dalam jangka panjang. Pada sistem ini dilakukan regenerasi
terhadap kualitas tanah dengan pemanfaatan bahan organik sehingga tidak
tergantung pada pupuk dan pestisida kimia saja, pengendalian hama terpadu, sistem
rotasi, konservasi lahan dalam menjaga kestabilan ekologi, kesehatan produk, dan
menstabilkan tanah. Dalam pemasaran, dengan sistem pertanian berkelanjutan,
produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan lebih sehat sehingga target pasarnya
semakin meningkat.
Maka dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan adalah suatu pola
pertanian yang lebih mengedepankan perhatian kepada kelestarian sumber daya
hayati pertanian yaitu dengan lebih memerhatikan lingkungan dan hewan hewan
lain yang ada di sekitar hamparan yang dijadikan wilayah usaha tani kita serta
meminimalisir pencemaran yang dilakukan akibat efek dari kegiatan pertanian.
Jajar Legowo
Kata “Legowo” diambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego”
yang berarti Luas dan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari tanam padi
dengan cara jajar legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara
mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah
tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih
banyak berada di pinggir (Abdulrachman dkk. 2013).
Babihoe (2013) menjelaskan bahwa cara tanam legowo merupakan cara
tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu
barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong
dipindahkan sebagai tanamansisipan di dalam barisan. Kemudian diselingi oleh 1
baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanaman
pada baris tengah.

Prinsip Tanam Jajar legowo


Abdulrachman dkk. (2013) menjelaskan bahwa cara legowo adalah suatu
rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per
hektar. Penerapan Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga
mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling
tanaman pingir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik.
Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan
produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada cara
tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat
menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.
Penerapan cara tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam 25 cm
antar rumpun dalam baris, 12,5 cm jarak dalam baris, dan 50 cm sebagai jarak antar
barisan/lorong atau ditulis 25 cm x 12,5 cm x 50 cm. Hindarkan penggunaan jarak
tanam yang sangat rapat, misalnya 20 cm x 20 cm, karena akan menyebabkan jarak
dalam baris sangat sempit.
Babihoe (2013) menjelaskan bahwa cara tanam jajar legowo untuk padi
sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1),
(4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk
mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk
mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1. Modifikasi jarak
tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan.
Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi
menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam
atau tingkat kesuburan tanahnya.
1. Legowo 2:1
penerapan cara tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 50 cm
akan menghasilkan jumlah populasi tanaman menjadi 213.300 rumpun/ha, atau
meningkatkan populasi 33,3% dibanding cara tanam tegel 25 cm x 25 cm yang
hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan cara tanam ini, seluruh barisan tanaman akan
mendapat tanaman sisipan. Cara tanam padi legowo 2:1 dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Jajar Legowo 2 : 1


Penanaman dapat menggunakan mesin tanam indojarwo transplanter atau
secara manual. Kondisi air pada saat tanam macak – macak untuk menghindari selip
roda dan memudahkan pelepasan bibit dari alat tanam. Penanaman secara manual
dilakukan dengan bantuan caplak. Pencaplakan dilakukan untuk membuat tanda
jarak tanam yang seragam dan teratur. Ukuran caplak menentukan jarak tanam dan
populasi tanaman per satuan luas. Jarak tanam antar baris dibuat 25 cm, kemudian
antar dua barisan dikosongkan 50 cm. jarak tanam dalam barisan dibuat sama
denganm setengah jarak tanam antar baris (12,5 cm). tanam dengan cara manual
menggunakan bibit muda (umur 15 – 18 hari setelah sebar), ditanam 2 – 3 batang
per rumpun (BPTP, 2016)
2. Legowo 4:1
Cara tanam jajar legowo 4:1 yaitu cara tanam padi dengan satu baris kosong
diantara empat baris padi. Terdapat dua tipe cara tanam jajar legowo 4:1.
a. Tipe 1
Cara tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan cara tanam legowo dengan keseluruhan
baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang
kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha
dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel 25 cm x 25 cm.
Cara tanam legowo 4:1 tipe 1 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jajar Legowo 4 : 1 tipe 1


b. Tipe 2
Cara tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan
tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman
170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar 6,67% dibanding
pola tegel 25 cm x 25 cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat
kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih
banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko
kerebahan selama pertumbuhan. Cara tanam legowo 4:1 tipe 2 dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Jajar Legowo 4 : 1 tipe 2

Keuntungan Jajar Legowo


Sembiring (2001 dalam Abdulrachman S. dkk. 2013) menjelaskan bahwa
sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang
apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai
berikut:
Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan
tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun
tanaman padi sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada
peningkatan produktivitas tanaman.
1. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan
usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan
pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih
mudah dalam mengendalikan hama tikus.
2. Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set
legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman
akibat peningkatan populasi.
3. Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem
produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).
4. Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.
Cara Ubinan
Untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman antara lain dapat
dilakukan dengan panen ubinan. Ubinan dibuat agar dapat mewakili hasil
hamparan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pilih pertanaman yang seragam dan dapat mewakili penampilan hamparan, baik
dala, segi pertumbuhan, kepadatan tanaman, maupun kondisi terakhir yang ada
di lapangan.
2. Tentukan luasan ubinan, minimal dua set jajar legowo yang berdekatan. Luas
ubinan paling sedikit dibuat 10 m 2 dengan mengambil ukuran setengah jarak
tanam, jarak tanam dengan pola legowo berbeda dengan sistem tegel. Oleh
karena itu ada beberapa alternative yang dapat digunakan:
Tabel 1. Alternatif plot ubinan legowo
Tipe jarwo Alternatif Jumlah tanaman Jumlah
2:1 1 2 set tanaman = (6 x 0,25 m) x 8 m
legowo sepanjang = 12 m2 atau setara dengan 256
10 m rumpun
2 3 set tanaman = (9 x 0,25 m) x 5 m
legowo sepanjang 5 = 11,25 m2 atau setara dengan 240
m rumpun
3 4 set tanaman = (12 x 0,25 m) x 4 m
legowo sepanjang 4 = 12 m2 atau setara dengan 256
m rumpun
4:1 tipe 1 1 2 set tanaman = (10 x 0,25 m) x 5 m
legowo sepanjang 5 = 12,5 m2 atau setara dengan 320
m rumpun
2 3 set tanaman = (15 x 0,25 m) x 3 m
legowo sepanjang 3 = 11,25 m2 atau setara dengan 288
m rumpun
4:1 tipe 2 1 2 set tanaman = (10 x 0,25 m) x 5 m
legowo sepanjang 5 = 12,5 m2 atau setara dengan 240
m rumpun
2 3 set tanaman = (15 x 0,25 m) x 3 m
legowo sepanjang 3 = 11,25 m2 atau setara dengan 216
m rumpun
Lebih jelasnya area ubinan dapat dilihat pada pada gambar 4, gambar 5,
dan gambar 6.

Gambar 4. Cara ubinan legowo 2: 1

Gambar 5. Cara ubinan legowo 4: 1 tipe 1


Gambar 6. Cara ubinan legowo 4: 1 tipe 2
3. Tandai luasan yang akan diubin menggunakan ajir.
4. Laksanakan panen pada luasan ubinan tersebut, rontokkan gabahnya, dan
bersihkan dari kotoran.
5. Ulangi pelaksanaan ubinan dengan menggunakan minimal 2 atau lebih
ulangan.
6. Timbang gabah dan ukur kadar air saat panen.
7. Konversikan hasil ubinan per ha berdasarkan ukuran luasan maupun jumlah
rumpun, kemudian konversikan kembali hasil gabah yang diperoleh dalam
kadar air 14% (gabah kering giling atau GKG).

Kajian terdahulu
Amelia Kiuk (NIRM 04.1.14.0651) dengan judul Karya Ilmiah Penugasa
Akhir (KIPA) “Motivasi Petani Dalam Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo Padi
Sawah (Oryza sativa L.) Di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Provinsi
Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat motivasi petani
dalam penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L),
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan
sistem tanam jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L) serta merencanakan dan
melaksanakan kegiatan penyuluhan unruk meningkatkan motivasi petani dalam
penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L). sumber data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data
yang digunakan melalui wawancara langsung secara terstruktur, penyebaran
kuesioner, dan observasi langsung di lapangan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat motivasi petani dalam
penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L) di Kecamatan
Sariwangi berada pada ketegori sedang kerena sebagian petani merasa nyaman
dengan sistem tanam tegel. Motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar
legowo padi sawah (Oryza sativa L) di Kecamatan Sariwangi pada: kemauan petani
dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan, luas lahan, dan peran penyuluh
sebesar 64,7%. Kebutuhan petani dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan
dan lama usahatani sebesar 62,7%. Penghargaan petani dipengaruhi oleh faktor
tingkat Pendidikan sebesart 59,3%. Untuk meningkatkan motivasi petani dalam
penerapan sistem tanam jajar legowo dirumuskan penyuluhan dengan materi
penggunaan bibit 1-3 per lubang tanam dan pengaturan jarak tanam (25x12,5x50
cm) pada sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1.

Kerangka Berpikir
Kecamatan Parigi merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Pangandaran dengan tingkat produksi padi yang belum optimal. Hal ini diduga
dalam penyebaran teknologi untuk meningkatkan produksi padi yaitu teknologi
jajar legowo masih belum diterapkan secara menyeluruh oleh petani. Hal ini
diperjelas dalam Programa Kecamatan Parigi yang menyatakan bahwa tingkat
penerapan teknologi jajar legowo baru mencapai 38%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi petani dalam penerapan
teknologi Jajar Legowo padi sawah di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur petani,
tingkat Pendidikan formal petani, lama berusahatani, dan luas lahan petani. Faktor
eksternal meliputi peran penyuluh dan kegiatan penyuluhan. Sedangkat motivasi
terdiri dari kemauan, kebutuhan dan kemampuan petani.
Kerangka berpikir penelitian motivasi petani dalam penerapan sistem tanam
jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L) di Kecamatan Parigi Kabupaten
Pangandaran dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Kerangka berpikir penelitian motivasi petani dalam penerapan sistem
tanam jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L) di Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran

Hipotesis
Penelitian ini merupakan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar legowo padi sawah
dimana hipotesis yang diduga adalah sebagai berikut
H0 : Tidak ada pengaruh nyata secara bersama-sama antara faktor-faktor yang diuji
terhadap motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar legowo padi sawah
di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
H1 : Ada pengaruh nyata secara bersama-sama antara faktor-faktor yang diuji
terhadap motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar legowo padi sawah
di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dengan tingkat
kesalahan 10%. Jika nilai sig. T<0,1 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sedangkan
jika nilai sig. T>0,1 maka H1 ditolak dan H0 diterima.
RENCANA KEGIATAN
Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Tugas Akhir akan dilaksanakan selama 3 bulan,
tepatnya pada tanggal 22 April 2019 sampai dengan 21 Juli 2019 yang berlokasi di
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat.

Populasi dan Sampel


Populasi yang akan dipilih adalah petani di Kecamatan Parigi yaitu 3 desa
yang dipilih dari Desa Cintaratu, Desa Cintakarya, dan Desa Parakanmanggu yang
tergabung dalam kelompoktani tanaman pangan berjumlah anggota 2142 orang
yang tergabung ke dalam 22 kelompoktani. Dikarenakan terbatasnya waktu dan
biaya, maka dilakukan teknik Purposive dari desa yang dipilih diambil dua
kelompok perdesa. Penentuan populasi memperhatikan pertimbangan sebagai
berikut: 1) desa yang menanam padi setiap tahun, 2) desa yang mendapatkan
program jarwo, 3) rekomendasi dari penyuluh wilayah binaan, dan 4) kelompoktani
yang aktif dalam kegiatan penyuluhan. Jumlah populasi sebanyak 434 orang
dengan uraian sebagai berikut.
Tabel 2. Populasi anggota kelompoktani
No Desa Kelompoktani Jumlah Populasi
1 Cintaratu Harapan I 76
2 Karya Taruna II 117
3 Cintakarya Karya Mekar IV 72
4 Motekar IV 35
5 Parakanmanggu Mulyajaya 102
6 Mekar Mukti 32
Jumlah 434
Penentuan jumlah sampel yang akan diteliti ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
434
𝑛=
1 + 434 x 0,12
𝑛 = 81.27
𝑛 = 82
Keterangan
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persentasi kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan
pengambilan sampel 10%
Berdasarkan hasil dari perhitungan, dapat diketahui bahwa jumlah sampel
yang dibutuhkan adalah sebanyak 82 orang. Metode pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah metode random sampling. Renponden dipilih secara acak agar
dapat mewakili populasi sebenarnya dengan kriteria sebagai berikut: 1) Pemilik
luas lahan terluas di kelompoktani, 2) Pendidikan minimal lulusan Sekolah Dasar,
3) lama usahatani minimal 3 tahun, dan 4) pengurus kelompok dan anggota yang
aktif dalam setiap kegiatan. Teknik penentuan jumlah sampel pada masing-masing
kelompoktani dilakukan secara proporsional dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑁𝑘
𝑛𝑖 = x𝑛
𝑁
Keterangan:
ni = Jumlah responden tiap kelompoktani
Nk = Jumlah populasi tiap kelompoktani
N = Jumlah populasi kelompoktani keseluruhan
n = Jumlah sampel
Jumlah sampel pada masing-masing kelompoktani pada tabel 3.
Tabel 3. Persebaran Sampel Pada Masing-Masing Kelompoktani
No Kelompoktani Jumlah Proporsional Jumlah Pembulatan
Populasi sampel sampel
1 Harapan I 76 76 / 434 x 82 14.35 15
2 Karya Taruna II 117 117 / 434 x 82 22.10 23
3 Karya Mekar IV 72 72 / 434 x 82 13.60 14
4 Motekar IV 35 35 / 434 x 82 6.61 7
5 Mulyajaya 102 102 / 434 x 82 19.27 20
6 Mekar Mukti 32 32 / 434 x 82 6.04 7
Jumlah 434 82 86
Instrumen
Instrumen penelitian yang akan digunakan berupa kuesioner tertutup, yaitu
kuesioner yang telah ada jawabannya sehingga petani tinggal mengisi dengan cara
memiliki jawaban yang telah disediakan.
Instrumen disusun dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Menentukan variabel dari judul yang dipilih
2. Variabel dijabarkan ke dalam sub-variabel
3. Sub-variabel dijabarkan kembali ke dalam indikator
4. Indikator dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan seluruh butir
pertanyaan berupa kuesioner

Variabel, Indikator dan Parameter


Sugiyono (2013) memaparkan bahwa variabel penelitian adalah atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Skala pengukuran yang digunakan adalah modifikasi skala Likert dengan skor
penilaian berkisar antara 1-4. Berikut adalah variabel, indikatorm parameter dan
skala pengukuran yang digunakan dalam pengkajian tentang moivasi anggota
kelompoktani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo padi sawah yang
disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4. Variabel, Indikator dan Pararmeter.
Variabel Indikator Parameter Skala Pengukuran
Umur Petani Umur sejak lahir sampai 1. 0 - 14 tahun belum
dengan penelitian produktif
dilakukan. 2. 15 - 64 tahun produktif
3. >65 tahun tidak produktif
Pendidikan Tingkat pendidikan 1. SD
formal responden pada 2. SMP
saat pengumpulan data 3. SMA/Sederajat
Faktor 4. Kuliah
Internal Lama Lama usahatani 1. <10 tahun
Usahatani responden pada saat 2. 10 - 20 tahun
pengumpulan data. 3. 20 - 30 tahun
4. >30 tahun
Luas Lahan Jumlah keseluruhan area 1. 0 - 0,5 ha
lahan yang diusahakan 2. 0,51 – 1 ha
responden. Dihitung 3. 1,1 – 1,5 ha
dalam satuan hektar (ha). 4. >1,5 ha
Peran 1. Komunikator Skor 1-4
Penyuluh 2. Fasilitator 1 = terendah
3. Motivator 4 = tertinggi
Kegiatan 1. Intensitas penyuluhan 1. Tidak Pernah
Penyuluhan 2. Jarang
3. Pernah
4. Sering
2. Kesesuaian materi 1. Tidak sesuai
3. Kesesuaian metode 2. Agak sesuai
Faktor
4. Kesesuaian media 3. Sesuai
Eksternal
4. Sangat sesuai
Ketersediaan 1. Penyebaran informasi 1. Tidak Pernah
informasi 2. Jarang
3. Pernah
4. Sering
2. Penyediaan akses 1. Sulit
informasi 2. Cukup mudah
3. Mudah
4. Sangat mudah
Kemauan 1. Bibit muda <21 hari 1. Tidak mau
2. Jumlah bibit 1-3 2. Kurang mau
batang per lubang 3. Mau
3. Jarak tanam 2:1 4. Sangat mau
(25x12,5x50 cm)
4. Jarak tanam 4:1
Motivasi
(25x12,5x50 cm)
petani
Kebutuhan 1. Bibit muda <21 hari 1. Tidak butuh
dalam
2. Jumlah bibit 1-3 2. Kurang butuh
penerapan
batang per lubang 3. Butuh
sistem
3. Jarak tanam 2:1 4. Sangat butuh
tanam
(25x12,5x50 cm)
jajar
4. Jarak tanam 4:1
legowo
(25x12,5x50 cm)
padi
Kemampuan 1. Bibit muda <21 hari 1. Tidak mampu
sawah
2. Jumlah bibit 1-3 2. Kurang mampu
batang per lubang 3. Mampu
3. Jarak tanam 2:1 4. Sangat mampu
(25x12,5x50 cm)
4. Jarak tanam 4:1
(25x12,5x50 cm)

Validitas
Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa hasil penelitian yang valid apabila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Suatu intrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas
intrumen akan dilakukan pada 10 responden yang bukan dijadikan sampel
pengkajian, selanjutnya akan diolah menggunakan kerolasi Pearson Product
Moment dengan rumus sebagai berikut.
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)( ∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
n = jumlah sampel
X = skor item
Y = skor total (seluruh item)
Masrun (1979 dalam Sugiyono 2012) menuturkan bahwa instrumen
dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi tiap-tiap item ≥ 0,3 (lebih besar sama
dengan 0,3).

Reliabilitas
Reabilitas menunjukkan bahwa intrumen dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan hasil yang sama (Sugiyono, 2012). Pengujian
reliabilitas instrumen dilakukan dengan melihat nilai alpha Cronbach dengan
rumus sebagai berikut:
𝑘 ∑ 2 𝑏
𝑟11 =[ ] [1 − 2 ]
𝑘−1  𝑡

r11 = koefisien reliabilitas alpha


k = jumlah item pertanyaan
∑ 2 𝑏 = jumlah varian butir
2 𝑡 = varian total
Nunnaly (1967) dalam Murhadi (2011) mengemukakan bahwa apabila uji
reabilitas dengan alpha Cronbach menunjukkan nilai korelasi (r) ≥ 0,61, maka uji
instrumen dapat dikatakan reliabel. Menurut Triton (2005), terdapat lima kriteria
ukuran kemantapan alpha yang dapat diinterpretasikan:
1. Nilai Cronbach’s alpha 0,00-0,20, berarti kurang reliabel
2. Nilai Cronbach’s alpha 0,21-0,40, berarti agak reliabel
3. Nilai Cronbach’s alpha 0,41-0,60, berarti cukup reliabel
4. Nilai Cronbach’s alpha 0,61-0,80, berarti reliabel
5. Nilai Cronbach’s alpha 0,81-1,00, berarti sangat reliabel

Pengumpulan Data dan Analisis Data


Sumber data yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer didapat dari petani dengan teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara semi terstruktur, penyebaran kuesioner, dan observasi di
lapangan. Sedangkan data sekunder didapat dari Programa Kecamatan Parigi tahun
2019, data monografi desa dan instransi terkait, serta kajian pustaka.
Analisis data yang akan digunakan untuk mendeskripsikan tingkat motivasi
petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo adalah analisis deskriptif dan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam
menerapktan sistem tanam jajar legowo digunakan analisis regresi linear berganda,
sedangkan untuk mengetahui tingkat prioritas dalam meningkatkan motivasi petani,
digunakan analisis Kendall W.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan dara yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi terhadap tingkat motivasi petani dalam
menerapkan sistem tanam jajar legowo (Sugiyono, 2004).
2. Analisis regresi linear berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menjawab tujuan kedua
yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam
penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo padi sawah. Analisis regresi
linear berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen faktor internal (X1) dan faktor eksternal (X2) terhadap variabel
dependen motivasi petani (Y). rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Y = variabel terikat (dependen)
a = konstanta
b1 = koefisien variabel bebas 1
b2 = koefisien variabel bebas 2
X1 = variabel bebas 1
X2 = variabel bebas 2
Berdasarkan rumus tersebut, maka untuk perhitungan regresi linear
berganda dalam pelaksanaan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
Y = motivasi petani
a = konstanta
b1 = koefisien faktor internal
b2 = koefisien faktor eksternal
X1 = faktor internal
X2 = faktor eksternal
3. Analisis Kendall’s W
Analisis ini digunakan sebagai penentuan model penyuluhan untuk
meningkatkan motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo
berdasarkan hasil analisis parameter yang memiliki mean rank terendah dari
nilai indikator motivasi sebagai prioritas materi penyuluhan.
Berikut rumus untuk menghitung statistik Kendall’s W (Harahap 2014).
12 ∑𝑚 ̅ 2
𝑖=1(𝑅𝑖 − 𝑅 )
𝑊=
𝑏 2 (𝑚 3 − 𝑚 )
Keterangan:
W = Nilai statistik Kendall’s W
Ri = Jumlah rangking pada atribut ke-i = 1, 2, ..., m
𝑅̿ = Rangking rata-rata
m = Jumlah atribut yang diteliti
b = Jumlah responden atau elemen dalam sampel
Untuk nilai 𝑅̿ diperoleh dari:
𝑏(𝑚 + 1)
𝑅̅ =
2
Untuk nilai b diperoleh dari rumus Slovin:
𝑁
𝑏=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan:
N = Jumlah Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S. dkk., 2013. Sistem Tanam Legowo. Sukamandi: Badan


Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
Budiaji W. 2013. Skala Pengukuran Dan Jumlah Respon Skala Likert. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan. Vol. 2 No. 2. Desember 2013.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangandaran (2018)
Balai Penyuluhan Pertanian, 2019. Programa Kecamatan Parigi
Bobihoe, J., 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Jambi: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian.
Dayana I. dan Marbun J. 2018. Motivasi Kehidupan. Bogor: Guepedia.
Ervianti S. 2018. Motivasi Petani Dalam Penggunaan Varietas Unggul Baru Padi
Sawah (Oryza sativa L,) Di Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung
Barat. Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan.
Bogor: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor.
Harahap Z.N., P. Sembiring, dan A.S. Harahap. 2014. Analisis Pengaruh Minat
Mahasiswa Fmipa Usu Memilih Laptop Dengan Metode Kendall’s W Dan
Analisis Konjoin. Saintia Matematika. Vol. 2, No. 1, pp. 23–34.
Hariwijaya M. 2017. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis & Disertasi.
Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Jubilee Enterprise. 2014. SPSS untuk Pemula. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Julia J., Isrok'atun I. dan Safari I. 2018. PROSIDING SEMINAR NASIONAL
“Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT” dan
Pelatihan “Berpikir Suprarasional”. Sumedang: UPI Sumedang Press. 20-
21 Desember.
Lengkana S.A. dkk. 2017. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
JASMANI Implementasi Model Pembelajaran Penjas dan Modifikasi Alat
Belajar. Sumedang: UPI Sumedang Press. 30 November.
Mardikanto T. 2009. Sisitem Penyuluhan Pertanian. Solo: UNS.
Margolang D.R. dan Jamilah. 2015. Karakteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia, dan
Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Online
Agroekoteknologi, Vol. 3, No. 2: 717-723.
Murtie A. 2012. Menciptakan SDM Berkuwalitas. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama.
Permentan No. 03 tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan
Pertanian.
Permentan No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan.
Permentan No. 52 tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian.
Permentan No. 47 tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan
Pertanian.
Putra BM, Suria. 2016. Peran Penyuluh pertanian Dalam Pengembangan
Kelompok Tani Padi Sawah Di Desa Rambah Baru Kecamatan Rambah
Samo Kabupaten Rokan Hulu. Artikel Ilmiah Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian. Rokan Hulu.
Riniwati H. 2016. Manajemen Sumberdaya Manusia. Malang: UB Press.
Risna 2012. Peran Penyuluhan Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadi
Pada Tanaman Padi Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di
Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jurnal
Agribisnis Pedesaan. Vol. 02 No. 03. September 2012.
Rivai S.R. dan Anugrah S.I. 2011. Konsep dan Implementasi Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi,
Volume 29 No. 1, Juli 2011: 13-25.
Rochaety E. dan Tresnati R. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis dengan aplikasi
SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung:
Rajawali Pers.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Bandung:Alfabeta.
Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service).
Umar H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarto. T.Y., T. Suhardiyanto, dan E.M. Choesin (peny.) 2012. Karya Tulis
Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Wirawan, 2016. Evaluasi. Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi Dan
Profesi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lampiran 1. Rencana Kegiatan
RENCANA KEGIATAN PENUGASAN AKHIR
DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN

WAKTU (Bulan)
NO URAIAN KEGIATAN Feb (Mg) Maret (Mg) April (Mg) Mei (Mg ) Juni (Mg) Juli (Mg) KETERANGAN
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penjelasan Umum Kampus
Usulan Judul KIPA
2 Kampus
(Hasil Survei)
Penyusunan Proposal
3 Kampus
dan Seminar Proposal
4 Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan
Berangkat ke lokasi TA Kecamatan
Laporan ke Instansi terkait
(lokasi TA)
Pelaksanaan lahan
Kelompok tani
percontohan
Penyebaran Kuesioner
Pengumpulan data
BPP
(Primer dan Sekunder)
Mengolah data untuk
BPP
mengetahui hasil kajian
Melaksanakan penyuluhan Kelompok Tani
Penyusunan Laporan
5 BPP
KIPA
Lampiran 2. Kuesioner
KUESIONER
Motivasi Petani Dalam Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah Di
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat

A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Mohon bantuan bapak/ibu terlebih dahulu untuk mengisi identitas
responden pada tempat isian yang telah disediakan, serta pilihan jawaban
dengan memberi jawaban silang.
2. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menentukan
pilihan jawaban terhadap pernyataan-pernyataan yang tersedia berikut ini
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Perlu diketahui bahwa hasil pengisian kuesioner ini tidak berpengaruh pada
kedudukan Bapak/Ibu sehingga tidak perlu ragu untuk mengisi kuesioner
secara jujur sesuai keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini akan menjamin
kerahasiaan identitas Bapak/Ibu.
B. DATA RESPONDEN
1. Nomor Responden : ..........................................................
2. Nama Responden : ..........................................................
3. Alamat
a. Desa : ..........................................................
b. Kecamatan : ..........................................................
c. Kabupaten : ..........................................................
4. Umur : ..........................................................
5. Pendidikan Terakhir : ..........................................................
6. Saya Adalah : Laki-Laki/Perempuan)*
7. Lama berusahatani : ...................Tahun
8. Lama menjadi anggota kelompoktani : ...................Tahun
9. Jabatan dalam kelompoktani : Pengurus/Anggota)*
10. Luas lahan : a. Milik :………………….. ha
b. Sewa : …………………. ha
b. Penggarap : …………………. ha
)*coret yang tidak perlu
Berilah tanda silang (x) pada kolom skor 4 (sangat setuju), skor 3 (setuju),
skor 2 (kurang setuju), skor 1 (tidak setuju) sesuai dengan jawaban yang menurut
bapak/ibu dianggap paling tepat dengan keadaan sebenarnya.

Faktor Eksternal (X2)


Peran Penyuluh
Alternative jawaban
No Pertanyaan/Pernyataan
4 3 2 1
A. Komunikator
1. Penyuluh memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
usahatani kepada bapak/ibu.
2. Penyampaian materi oleh penyuluh mudah untuk
dipahami.
3. Penyuluh sering menyampaikan materi tentang teknologi
jarwo.
4. Penyuluh sering menyampaikan materi tentang
penggunaan caplak jarwo.
5. Penyuluh sering menyampaikan materi tentang cara ubinan
jarwo.
B. Fasilitator
6. Penyuluh memberikan fasilitasi media penyuluhan kepada
bapak/ibu dalam kegiatan pertemuan.
7. Penyuluh membantu dalam mencari mitra usahatani.
8. Penyuluh memberikan akses modal kepada bapak/ibu.
C. Motivator
9. Penyuluh sering mengajak bapak/ibu untuk menggunakan
teknologi jarwo.
10. Penyuluh mendorong bapak/ibu untuk berinovasi dalam
teknologi pertanian.
Kegiatan Penyuluhan
A. Intensitas Penyuluhan
11. Apakah kegiatan penyuluhan sering dilakukan?
12. Apakah ada jadwal tetap untuk kegiatan penyuluhan?
13. Apakah penyuluh selalu tepat waktu dalam kegiatan?
B. Kesesuaian Materi
14. Apakah materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan
bapak/ibu?
15. Apakah materi yang disampaikan sesuai dengan jadwal
kegiatan penyuluhan?
C. Kesesuaian Metode
16. Apakah cara penyuluhan sesuai dengan materi yang
disampaikan?
17. Penyuluh mempraktekan cara penanaman padi
menggunakan teknologi jarwo.
D. Kesesuaian Media
18. Penggunaan media sesuai dengan penyampaian materi.
19. Penggunaan alat bantu memudahkan dalam memahami
materi.
Ketersediaan Informasi
A. Penyebaran Informasi
20. Penyuluh memberikan informasi mengenai jarwo.
21. Informasi tentang jarwo sangat mudah didapatkan dari
berbagai media informasi.
22. Tersedianya sumber informasi dari penyuluh tentang
jarwo.
23. Bapak/ibu mendapatkan informasi tentang jarwo dari pihak
lain selain penyuluh
24. Sumber informasi dapat bapak/ibu peroleh dari brosur atau
selembaran lainnya yang diberikan oleh penyuluh.
B. Penyediaan akses infomasi
25. BPP menyediakan informasi yang dibutuhkan tentang
jarwo.
26. Tersedianya alat bantu penyuluhan yang membantu
bapak/ibu dalam memahami suatu teknologi pertanian.

Berilah tanda silang (x) pada kolom skor 4 (sangat setuju), skor 3 (setuju),
skor 2 (kurang setuju), skor 1 (tidak setuju) sesuai dengan jawaban yang menurut
bapak/ibu dianggap paling tepat dengan keadaan sebenarnya.

Motivasi (Y)
Kemauan
Alternative jawaban
No Pertanyaan/Pernyataan
4 3 2 1
27. Apakah Bapak/Ibu mau untuk mengganti cara tanam
dengan jarwo?
28. Apakah Bapak/Ibu mau untuk menerapkan jarwo untuk
musim tanam mendatang?
29. Apakah Bapak/Ibu mau untuk menggunakan jarwo dengan
benar?
30. Apakah Bapak/Ibu mau untuk terus menggunakan jarwo?
Kebutuhan
31. Apakah Bapak/Ibu membutuhkan informasi mengenai
jarwo?
32. Apakah Bapak/Ibu memerlukan contoh jarwo yang benar?
33. Apakah Bapak/Ibu memerlukan bukti bahwa hasil produksi
jarwo lebih tinggi dibandingkan tegel?
34. Apakah Bapak/Ibu membutuhkan demonstrasi cara
menanam jarwo yang benar?
35. Apakah Bapak/Ibu membutuhkan informasi mengenai cara
ubinan?

Berilah tanda silang (x) pada kolom B (Benar) atau S (Salah) sesuai dengan
jawaban yang menurut bapak/ibu dianggap paling tepat dengan keadaan
sebenarnya.

Kemampuan
No Pernyataan B S
36. Jajar legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan
populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar.
37. Jajar legowo memiliki beberapa jenis yaitu jarwo 2:1 dan jarwo 4:1.
38. jarwo 4:1 memiliki tiga tipe yaitu tipe a, jarwo 4:1 tipe b, dan tipe c.
39. tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh
legowo 4:1
40. untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1
41. Dalam jarwo menggunakan bibit muda yaitu kurang dari 21 hari setelah
tebar.
42. Jumlah bibit yang digunakan dalam satu lubang tanam yaitu 1-3 bibit.
43. Salah satu keuntungan dari jarwo adalah lebih mudah dalam
mengendalikan serangan hama tikus.
44. Dengan jarwo, tanaman yang berada di tengan hamparan akan tumbuh
optimal seperti tanaman yang tumbuh di pinggir hamparan.
45. Membuat garis tanam dapat menggunakan caplak khusus untuk jarwo
46. Perawatan tanaman lebih mudah karena terdapat ruang kosong untuk
melangkah.

Anda mungkin juga menyukai