Anda di halaman 1dari 7

EKOMOMI SYARIAH

A. Latar Belakang

Ekonomi pada dasarnya telah dikenal oleh masyarakat dari zaman dahulu. Namun
dengan seiring dengan perkembangan zaman maka menyebabkan semuanya mengalami
perubahan termasuk pada bidang ekonomi sendiri. Dengan adanya perkembangan dan
perubahan zaman tersebut maka sistem ekonomi pun mengalami perubahan yang
disebabkan oleh adanya kekurangan atau kelemahan daripada kelebihannya. Oleh karena
itu negara-negara yang meyoritas islam mulai menerapkan ekonomi islam di negaranya.
Sistem ini tidak hanya diuntukkan pada negara-negara mayoritas melainkan untuk semua
negara yang mempunyai sistem hukum.

Ekonomi syariah merupakan salah satu bentuk perwujudan dari paradigma islam.
Sistem ekonomi syariah sejatinya telah ada pada zamannya rasulullah saw, dan seiring
dengan perkembangan zaman maka pengembangan dan sistem ekonomi syariah ini hadir
mengisi sistem ekonomi dunia. Sistem ekonomi syariah ini bukanlah upaya untuk
menyayingi sistem ekonomi yang telah ada sebelumnya. Melainkan untuk melengkapi
sistem ekonomi yang telah ada sebelumnya, sehingga dapat membantu masyarakat agar
tidak kesenjangan dan ketidakadilan yang terjadi menyangkut transakisi maupan kegiatan
ekonomi lainnya. Sistem ekonomi juga merupakan sebuah ilmu pengetahuan, semua
sistem dan ilmu pengetahuan pastilah ada sebuah hal yang mendasarinya, tidak terkecuali
untuk sistem ekonomi yakni sebuah landasan hukum yang mendasari agar dapat
dinyatakan sebagai sebuah sistem atau ilmu pengetahuan yang utuh. Untuk lebih
pahamnya mengenai dasar hukum dari ekonomi syariah maka oleh karena itu pada
makalah kali ini penulis akan membahas tentang “Dasar Hukum Ekonomi Syariah”

B. Pengertian Dalil Hukum Islam

Hukum berasal dari kata hukm dalam bahasa arab, artinya norma atau kaidah yang
menjadi ukuran, tolak ukur, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah
laku atau perbuatan manusia. Ekonomi islam berpijak pada landasan hukum yang pasti
yang mempunyai manfaat untuk mengatur masalah manusia dalam bermasyarakat, maka
hukum harus mampu mengakomodasi masalah manusia, baik masalah yang sudah terjadi,
sedang terjadi, dan masalah yang akan dihadapi manusia.Oleh karena hukum tidak bisa
dipisahkan dariberbagai aspek yang ada didalam diri maupun diluar manusia, seperti :
jasmani, rohani, keluarga, lingkungan, dan lain sebagainya.(Heri Sudarsono, 2004 : 25)

Dalil hukum (aillah al-ahkam) merupakan landasan bagi para pakar hukum islam
dalam menetapkan sesuatu hukum untuk diterapkan secara praktis oleh seseorang atau
masyarakat. Sedangkan sumber hukum (mashadir al-ahkam) merupakan asal yang
darinya tempat munculnya hukum. Suatu dalil tidak dapat dikatakan sumber bila
memerlukan dalil lain untuk dijadikan sebagai argumentasi (hujjah) karena yang
dikatakan sumber adalah bersifat independen/mandiri.(Fathurrahman Djamil, 2015 : 72)

Sumber hukum yang diakui sebagai landasan hukum ekonomi islam (Heri
sudarsono, 2004 : 26) yang terdiri dari :

1. Al-Qur’an

Al-Quran adalah kalam Allah, merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)


kepada Rasulullah saw yang ditulis dimushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta
membacanya adalah ibadah. Al-Quran memuat segala sesuatu tentangehidupan manusia
yang melengkapi kitab-kitab sebelumnya. Allah menjamin kebenaran Al-Quran,
sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah(2) ayat 1 sampai 2, “Alif Laam Miim.
Kitab ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi orang-orang bertakwa”.

2. Al-Hadist

Al-Hadist adalah berita yang berasal dari Nabi. Boleh jadi berita itu berwujud
perkataan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), dan pengakuan atau persetujuan terhadap
perkataan orang lain (Taqrir). Sedangkan sunnah adalah perilaku Rasulullah yang
berdimensi hukum, dengan demikian dalam kapasitasnya sebagai Rasul.

3. Ijtihad

Ijtihad adalah mencurahkan daya kemampuan untuk menghasilkan hukum syara’


secara terperinci yang bersifat operasional dengan cara istinbat.

4. Ijma’

Menurut istilah ushul ialah kesepakatan para mujtahid memutuskan suatu masalah
sesudah wafat Rasulullah saw terhadap hukum syar’i pada suatu peristiwa.
5. Qiyas

Qiyas adalah istilah ushul, yaitu mempersamakan peristiwa yang tidak terdapat
nash hukumnya dengan peristiwa yang terdapat nash bagi hukumnya.

6. ’Urf

‘Urf yaitu apa yang salling diketahui dan saling dijalani orang. Apa-apa yang telah
dibiasakan oleh masyarakat dan dijalankan terus menerus baik berupa perkataan maupun
perbuatan. ‘Urf disebut juga adat kebiasaan.

7. Istihsan

Istihsan berarti menganggap baik terhadap sesuatu. Menurut istilah ulama ushul.
Ihtisan adalah memperbandingkan yang dilakukan oleh mujtahid dari qiyas khaffi (yang
bersembunyi) atau dari hukum kulli kepada hukum istisna’i.

8. Istishlah

Menurut ulama ushul adalah menetapkan hukum suatu peristiwa hukum yang
tidak disebut nash, dan ijma’, berlandaskan pada pemeliharaan mashlahat al-murshalah,
yaitu mashlahat yang tak ada dalil syara’ yang menunjukkan diakuinya atau ditolaknya.

9. Istishhab

Istishhab artinya pelajaran yang diambil dari sahabat Rasulullah saw. Menurut
istilah ulama ushul, yaitu hukum terhadap sesuatu dengan keadaan yang ada sebelumnya,
sampai adanya dalil untuk mengubah keadaan itu. Atau menjadikan hukum yang tetap
dimasa yang lalu itu, tetap dipakai sampai sekarang, sampai ada dalil untuk
mengubahnya.

10. Mashlahatul Al-Mursalah

Mashlahatul Al-Mursalah ialah yang mutlak. Menurut istilah ahli ushul,


kemaslahatan yang tidak di isyarakatkan oleh syari’at dalam wujud hukum di dalam
rangka menciptakan kemaslahatan, dikarenanya, maslahah al-mursalah itu disebut
mutlak, lantaran tidak terdapat dalil yang menyatakan benar atau salah.

C. Dasar-Dasar Hukum Ekonomi Syariah Dari Al-Quran Dan Undang Undang


1. Dasar hukum ekonomi dari Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran maupun hadis yang mengatur tentang ekonomi sangatlah
banyak diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Tentang jual beli (perdagangan) yang harus dilakukan secara suka sama suka, tidak
boleh dengan cara yang batil termasuk intimidasi, eksploitasi, dan pemaksaan. Dalam
Al-Quran surah an-Nisa’: 29 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman jangan
lah kamu saling makan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan jangan lah
kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu”.(H. Indri,
2015:7)
b. Bentuk-bentuk aktivitas ekonomi yang bersifat negatif juga dilarang oleh Rasulullah
dan dinilainya sebagai suatu dosa yang layak untuk ditobati. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya : “Dari Anas r.a., katanya rasulullah SAW bersabda,
“seandainya seorang manusia mempunyai harta sebanyak dua lembah niscaya ia akan
mencarinya lembah yang ketiga dan tidak akan penuh mulut manusia itu kecuali
dengan tnah (kematian) dan Allah akan mengampuni orang yang bertaubat.”(HR.
Bukhari dan Muslim).(H. Indri, 2015:15)
c. Hadis tentang perdagangan “pedagang yang jujur dan dapat dipercaya termasuk
dalam golongan para nabi, orang-orang yang benar-benar tulus dan para
syuhada”(HR. Tarmizi, Darimi dan Daraqutni) “Allah memberikan rahmatnya pada
setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli dan membuat suatu
pernyataan”(HR. Bukhari).(Heri Sudarsono,2004: 40)
d. Tentang riba, Segala kegiatan ekonomi yang menimbulkan unsur-unsur riba dilarang
dalam islam:
“hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada allah supaya kamu mendapat keberuntungan”(QS.Ali
Imran (3): 1300)
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”(QS. Al-Baqarah(2): 276)
“sesungguhnya riba itu bisa terjadi pada jual beli secara utang (kredit)”(HR. Bukhari
Muslim, dan Ahmad).(Heri Sudarsono, 2004 : 42)

2. Dasar hukum ekonomi dari Undang-Undang

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan sejumlah kaidah-kaidah hukum


konstitutif yang sering dipergunakan sebagai dasar peraturan pembentukan peraturan
perundang-undangan dan hukum ekonomi nasional. Kaidah-kaidah hukum konstitutif
tersebut tersebar pada 6 buah pasal dari Undang-Undang Dasar 1945,(Rachmadi
Usman,2000 : 4-5), yaitu :

 Pasal 23 mengenai keuangan, yang berbunyi :

Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang.


Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyutujui anggaran yang diusulkan
pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.

Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.

Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.

Untuk memriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

 Pasal 27 ayat (2) mengenai hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, yang berbunyi :

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

 Pasal 31 ayat (1) mengenai hak warga negara mendapat pelajaran, yang berbunyi :

Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.

 Pasal 32 mengenai perlindungan kebudayaan nasional, yang berbunyi :

“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional indonesia”.

 Pasal 33 mengenai demokrasi ekonomi, yang berbunyi :


 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Pasal 34 mengenai hak fakir miskin dan anak-anak yang terlantar, yang berbunyi :
“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”.

D. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum artinya norma atau
kaidah yang menjadi ukuran, tolak ukur, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai
tingkah laku atau perbuatan manusia. Sedangkan sumber hukum yang di akui sebagai
landasan hukum ekonomi islam terdiri atas Al-Quran, Al-Hadist, ijtiiihad, ijma, qiyas, ‘urf,
istihsan, istishlah, istishab dan mashlaha al-mursalah.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta : Ekonisia

Usman, Rachmadi. 2000. Hukum Ekonomi Dalam Dinamika. Jakarta : Djambatan

Indri, H. 2015. Hadis Ekonomi Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta : Kencana

Fathurrahman Djamil, Haji. 2015. Hukum Ekonomi Islam : Sejarah, Teori dan Konsep.
Jakarta : Sinar Grafika

Anda mungkin juga menyukai