Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Muamalah Dan Prinsip-Prinsip

Ekonomi Syariah

A. Pengertian Muamalah
Secara etimologis, Muamalah berasal dari kata

‘amala - yu’amilu - mu’amalatan, yang bermakna

saling bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan.1

Secara terminologis, muamalah mempunyai dua arti,

yakni arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas

muamalah berarti aturan-aturan hukum Allah untuk

mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan

duniawi/pergaulan sosial.

Dalam arti luas, Ad-Dimyati berpendapat

bahwa muamalah ialah

‫ُخَر ِو ْي‬ ِ ِ ِ ‫التَّح‬


ْ ‫الد ْنيَ ِوي ليَ ُك ْو َن َسبَبًا لأْل‬
ُّ ‫صْي ُل‬ ْ

1
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, Pustaka Setia, Bandung,
2001, hlm. 14

1
Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab

suksesnya urusan ukhrawi.2 Dalam arti sempit,

muamalah berarti aturan Allah yang wajib ditaati,

yang mengatur hubungan manusia dengan manusia

dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan

mengembangkan harta benda.

Sumber hukum fikih muamalah terdapat dalam

Al-Qur’an pada surat An- Nisa’, yaitu:

‫اط ِل إِال‬ ِ ‫ي ا أَيُّه ا الَّ ِذين آمنُ وا ال تَ أْ ُكلُوا أَم والَ ُكم بينَ ُكم بِالْب‬
َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
‫اض ِمْن ُك ْم َوال َت ْقُتلُ وا أَْن ُف َس ُك ْم إِ َّن‬
ٍ ‫أَ ْن تَ ُك و َن جِت َ َارةً َع ْن َت َر‬
ِ ِ
ً ‫اللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح‬
‫يما‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

2
Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho Ad-Dimyati As-
Syafi’i, I’anah Thalibin, Daar Al-Fikr : Beirut, 1997, Jilid 3, hlm.
5.

2
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-

Nisa (4): 29).

Di bidang ibadah mahdhah dan hukum

keluarga Islam, aturan-aturan di dalam Al-Quran dan

Al-Hadis lebih rinci dibandingkan dengan fikih-fikih

lainnya, yang pada umummnya hanya menentukan

garis-garis besarnya saja yang tercermin dalam dalil-

dalil kulli (bersifat umum), maqashid al-syari’ah

(tujuan hukum), semangat ajaran, dan kaidah-kaidah

kulliyah. Sehingga di bidang fikih selain ibadah

mahdhah dan hukum keluarga Islam, ruang lingkup

ijtihad menjadi sangat luas dan materi-materi fikih

sebagai hasil ijtihad menjadi sangat banyak. Hal

tersebut juga erat kaitannya dengan fungsi manusia

3
sebagai hamba Allah dan juga sebagai khalifah fi al-

ardh.

Sebagai hamba Allah, manusia diberi tuntutan

agar hidupnya tidak menyimpang dan selalu

diingatkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah

hanya kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam

Al-Qur’an

‫س إِاَّل لَِي ْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ ِ ‫وما خلَ ْق‬


َ ْ‫ت اجل َّن َو اإلن‬
ُ َ ََ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-

Dzaariyaat (51): 56).

Sebagai khalifah fi al-ardh manusia diberi

tugas untuk memakmurkan kehidupan ini,

sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,

... ‫اسَت ْع َمَر ُك ْم فِْي َها‬ ِ ‫ ُه َو أَنْ َشأَ ُك ْم ِم َن األ َْر‬...


ْ ‫ض َو‬

4
“.... Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan

menjadikanmu pemakmurnya.....” (QS. Huud (11):

61).

Oleh karena itu, manusia diberi kebebasan

untuk berusaha dimuka bumi ini, memakmurkan

kehidupan dunia. Manusia sebagai khalifah fi al-ardh

harus kreatif, inovatif, kerja keras, dan berjuang.

Bukan berjuang untuk hidup, tapi hidup ini adalah

perjuangan untuk melaksanakan amanah Allah

tersebut yang hakikatnya demi kemaslahatan manusia

itu sendiri.

Demikian pula manusia tidak dapat lepas dari

menjalin hubungan dengan orang lain dalam

memenuhi kebutuhannya. Dalam transaksi saja, para

ulama menyebutkan tidak kurang dari 25 macam jenis

transaksi. Dan seiring dengan perkembangan ilmu dan

5
teknologi serta tuntutan masyarakat yang makin

meningkat, akan selalu melahirkan model-model

transaksi baru yang membutuhkan penyelesaiannya

dari sisi hukum Islam. Penyelesaian yang pada satu

sisi tetap sesuai dengan syariat dan di sisi lain dapat

menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata. Sudah

tentu caranya adalah dengan menggunakan kaidah-

kaidah fikih.

Kaidah-kaidah fikih di bidang muamalah mulai

dari kaidah asasi dan cabangnya, kaidah umum dan

kaidah khusus yang kemudian dihimpun oleh ulama-

ulama Turki zaman kekhalifahan Turki Utsmani tidak

kurang dari 99 kaidah, yang termuat dalam Majalah

Al-Ahkam Al-Adliyah. Kesembilan puluh sembilan

kaidah tadi menjadi acuan dan menjadi jiwa dari 1851

6
pasal tentang transaksi yang tercantum dalam Majalah

Al-Ahkam Al-Adliyah.

Terdapat kaidah khusus yang mendasari akad

muamalah karena cakupannya yang luas yaitu kaidah:

‫احةُ إِاَّل أَ ْن يَ ُد َّل َدلِْي ٌل َعلَى حَتْ ِرمْيِ َها‬ ِ


َ َ‫َص ُل يف املَُع َاملَة ا ِإلب‬
ْ ‫األ‬
“Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah

boleh dilakukan kecuali ada dalil yang

mengharamkannya” Maksud kaidah ini adalah bahwa

dalam setiap muamalah dan transaksi, pada dasarnya

boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai,

kerjasama (mudharabah dan musyarakah) perwakilan,

dan lain-lain, kecuali yang tegas-tegas diharamkan

seperti mengakibatkan kemudaratan, tipuan, judi, dan

riba.

Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank

syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola,

7
yaitu: Pertama, pola titipan, seperti: wadi’ah yad

amanah  dan wadi’ah yad dhamanah. Kedua, pola

pinjaman, seperti: qardh atau qardhul hasan. Ketiga,

pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah.

Keempat, pola jual beli, seperti: murabahah, salam,

dan istishna. Kelima, pola sewa, seperti: ijarah dan

ijarah wa iqtina (ijarah muntahiya bittamlik). Keenam,

pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujrah,

sharf, dan rahn.3 Penjelasan berikut ini menguraikan

kaidah-kaidah fiqih tafshiliyah (kaidah fiqih yang

terperinci) berkaitan dengan enam pola akad pada

bank syariah tersebut.

B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah


Terkait pengertian ekonomi syariah, terdapat
beberapa pakar ekonomi syariah yang memberikan
3
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, cet. 4, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), hlm. 42 – 109.

8
pendapatnya yaitu sebagai berikut: Muhammad
Abdullah Al-Arabi memberikan definisi ekonomi
syariah yaitu sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi
yang disimpulkan dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan
merupakan bangunan perekonomian yang didirikan di
atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap
lingkungan dan masa.
Muhammad Syauqi Al-Fanjari mengartikan
ekonomi syariah adalah ilmu yang mengarahkan
kegiatan ekonomi dan mengaturnya sesuai dengan
dasar-dasar kebijakan (siasat) ekonomi Islam.
M.A. Manan mengartikan ekonomi syariah
adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh
nilai-nilai Islam.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
mengartikan ekonomi syariah sebagai suatu atau
kegiatan yang dilakukan orang perorang, kelompok
orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak
berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan
yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut
prinsip syariah.

9
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Hukum Ekonomi Syariah adalah kumpulan prinsip,
nilai, asas, dan peraturan terkait kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh antar subjek hukum dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan
tidak komersial berdasarkan Al-Qur’an dan Al-
Sunnah.
M. Umar Chapra sebagaimana dikutip oleh
Neni Sri Imaniyati, bahwa prinsip-prinsip ekonomi
Islam, yaitu:
Pertama, prinsip tauhid (keesaan Tuhan),
prinsip tauhid dalam ekonomi Islam sangat esensial
sebab prinsip ini mengajarkan kepada manusia agar
dalam hubungan kemanusiaan (hubungan horizontal),
sama pentingnya dengan hubungan dengan Allah
SWT., (hubungan vertikal). Dalam arti manusia dalam
melakukan aktifitas ekonominya didasarkan pada
keadilan sosial yang bersumber pada Al-Qur’an.
Kedua, prinsip khilafah (perwakilan) manusia
adalah khilafah (wakil) Tuhan di muka bumi. Manusia
dibekali dengan semua karakteristik mental dan

10
spiritual serta materi untuk memungkinkan hidup dan
mengemban misinya secara efektif.
Ketiga, prinsip ‘adalah (keadilan) keadilan
adalah sala satu prinsip yang penting dalam
mekanisme perekonomian Islam. Bersikap adil dalam
ekonomi tidak hanya didasarkan pada Al-Qur’an dan
Sunah Rasul tetapi juga didasarkan pada pertimbangan
hukum alam. Alam diciptakan berdasarkan atas
prinsip keseimbangan dan keadilan.
Keempat, prinsip tazkiyah (penyucian diri).
Dalam konteks pembangunan, proses ini mutlak
diperlukan sebelum manusia diserahi tugas sebagai
agent of development. Jikalau proses ini dapat
terlaksana secara baik,apapun pembangunan dan
pengembangan yang dilakukan oleh manusia tidak
akan berakibat kecuali dengan kebaikan bagi diri
sendiri, masyarakat, dan lingkungan.
Kelima, prinsip al-falah (kesuksesan) dalam
konsep ini apapun jenisnya keberhasilan yang dicapai
selama di dunia akan memberikan kontribusi untuk
keberhasilan di akhirat kelak selama dalam
keberhasilan ini dicapai dengan petunjuk Allah SWT.

11

Anda mungkin juga menyukai