PENDAHULUAN
maupun syariah.1
secara alamiah sifat saling membutuhkan satu sama lain, dikarenakan dengan
dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain atau mahluk lainnya. Allah SWT telah
mengatur setiap hubungan yang dilakukan oleh manusia satu dengan manusia
lainnya degan sedemikian rupa didalam Al-Qur‟an dan Sunnah, salah satu
sebagai penuntun memiliki daya jangkau dan daya atur yang universal.
Artinya meliputi segenap aspek kehidupan umat manusia dan selalu ideal
1
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari‟ah (Fiqh Mu‟amalah), (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), hlm.5
1
2
untuk sebagai rules of the games atau aturan main manusia dalam kehidupan
sosial.
pada kata amalan secara arti kata mengandung arti “saling berbuat” atau
berbuat secara timbal balik. Lebih sederhananya lagi berarti “hubungan antara
orang dengan orang”. Bila dihubungkan dengan lafaz Fiqih, mengandung arti
aturan yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan hidup di dunia. Ini merupakan bentuk dari Fiqih Ibadah yang
2
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari‟ah (Fiqh Muamalah),(Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), hlm.5 2 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah (dari Teori ke
Praktik),(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.3
3
Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2014),hal.14
3
dengan petunjuk Allah Swt yang sudah diuraikan dalam Kitab Fiqih.4
Adapun bagian ruang lingkup dari fikih muamalah yaitu berkaitan dengan
hubungan manusia dengan manusia salah satunya jual beli, jual beli
merupakan pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Jual beli yang sah dengan
adanya ijab (pernyataan menjual) dari penjual, sekalipun sambil bergurau, ijab
menjual barang ini kepadamu dengan harga sekian” atau “barang ini saya
ketentuan memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh syara‟
sesuai firman Allah dalam Al-Quran surah an-Nisa : 29, sebagai berikut:
ۡ ۡ ۡ ۡ ِ َّ
ِ ِ ِ ِ
ين ءٰ ٰامنُواْ َٰل َٰت ُكلُأواْ أٰم ٰٓولٰ ُكم بٰي نٰ ُكم بٱلبٰٓط ِل إََّلأ أٰن تٰ ُكو ٰن ٓتٰٰرًة ٰعنٰ ٰٓأَيٰيُّ ٰها ٱلذ
ۡۚ ۡ ۡۚ
٩٩ ٱَّللٰ ٰكا ٰن بِ ُك ۡم ٰرِحيمٖا َّ تٰٰراضٖ ِّمن ُك ۡم ٰوَٰل تٰقتُلُأواْ أٰن ُف ٰس ُك ۡم إِ َّن
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil”5.
Di dalam ayat ini, Allah SWT melarang manusia untuk mengambil atau
merampas segala sesuatu yang bukan haknya. Konsep ekonomi dalam Islam
4
Nasrun haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2007), hal.30
5
Idris, Hadis Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi,(Jakarta:Prenada Media
Group,2015)., hlm.07
4
Jual beli dalam Islam merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mendapat
perhatian khusus. Hal ini ditegaskan dengan adanya legalitas jual beli yang
disebutkan Allah SWT dalam firman-nya yaitu surah Al-Baqarah ayat 275,
sebagai berikut :
ۡ ۡ
ِ
ٱلربٰ ٓوا
ّ ٱَّللُ ٱلبٰ يع ٰو ٰحَّرٰم
َّ ٰح َّل
ٰ ٰوأ
Ayat ini merupakan dalil naqli diperbolehkannya jual beli. Atas dasar
ayat inilah manusia dihalalkan oleh Allah untuk melakukan jual beli dan di
jual beli ini harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk syari‟at. Karena
walaupun jual beli itu menyangkut pergaulan hidup yang bersifat duniawi,
Jual beli bisa diklarifikasikan menjadi jual beli yang benar (sahih), jual
beli yang (batil), dan jual beli yang rusak (fasid). Secara umum, jual beli sah
dimaknai dengan jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukun akad.
Adapun jual beli yang tidak benar (ghayru sahih) adalah yang tidak terpenuhi
6
Ibid., hlm.8
5
Dalam jual beli, Islam telah menentukan aturan hukumnya baik mengenai
rukun, syarat, maupun bentuk jual beli yang diperbolehkan maupun tidak
boleh di dalam kitab-kitab fiqih. Oleh karena itu, dalam prakteknya harus
Pokok dari sistem bermuamalah dalam Islam terletak pada akadnya. Akad
di awal transaksi, menjadi kesepakatan antara kedua belah pihak yang dapat
menentukan bahwa sebuah kerjasama bisa dijalankan dengan suka sama suka,
tidak ada yang merasa salah satu pihak dirugikan atau diuntungkan. Jadi
karena sebuah akad antara untung dan rugi dibagi pada kedua belah pihak.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain
atau dimana kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Akad jual beli dapat dikatakan sah apabila rukun dan syaratnya sudah
terpenuhi, adapun rukun jual beli sendiri, Jumhur Ulama menyatakan bahwa
rukun jual beli yaitu ada orang yang berakad, ada shigat (lafal ijab dan kabul),
ada barang yang dibeli serta ada nilai tukar pengganti barang. Serta syarat
yang harus dipenuhi dalam jual beli antara lain orang yang berakad, berakal
serta telah baligh, berada dalam satu majelis, orang yang melakukan akad
Dalam Islam sendiri, suatu kebiasaan yang tidak asing lagi bagi
mereka baik berupa perbuatan ataupun perkataan disebut „urf. Istilah „urf
7
Harun, Fiqh Muamalah, (Surakarta:Muhammadiyah University Press,2017),hlm.69.
6
sama dengan pengertian istilah al-„adah (adat istiadat). Kata al-„adah itu
masyarakat tertentu.
17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 diantaranya tidak berpenghuni yang
serta terletak diantara dua beua yaitu benua Asia dan Benua Australia.
Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km2
sebesar 8.201,72 km2 sekitar 96% merupakan lautan, dan 4% daratan. Secara
keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota salah
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia diakses tanggal 22 oktober 2021.
7
buruh harian lepas dan pegawai. Sebagian besar Masyarakat Mantang Lama
berprofesi sebagai nelayan, hasil laut tangkapan hasil para nelayan diperjual-
untuk dijual kembali di sekitaran desa atau di luar desa. Namun dalam
Dari penuturan pak Abas selaku pemilik warung bahwasannya setiap hari
pasti ada nelayan yang datang menjual cumi-cumi sekitar 3-4 kg. Jika lagi
musim, cumi-cumi perharinya bisa dapat 25-50 kg.9 Penuturan dari bapak Zai
salah satu nelayan mengatakan transaksi jual beli seperti ini sudah dilakukan
lebih dari tiga tahun semenjak nelayan merasa kejauhan untuk menjual cumi-
toke yang berada di kijang barek motor.10 Dari sinilah pak Abas berinisiatif
9
Wawancara dengan Bapak Abas (Pemilik Warung) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tangal 25 Jui 2021 pukul 09.50 WIB
10
Wawancara dengan Bapak Zai (Nelayan) Desa Mantang Lama, Kecamatan Mantang
pada tangal 26 Jui 2021 pukul 13.50 WIB
8
nelayan termasuk cumi-cumi. Semenjak itu para nelayan mulai satu persatu
Gambar 1.1
Nelayan
Menitipkan
Pemilik Warung Menimbang
Cumi-Cumi Lalu
Cumi-Cumi Dan
Meninggalkan
Menaksirkan Harga
Cumi-Cumi Di
Warung
Nelayan Menjual
Cumi-Cumi Di
Warung
Nelayan Datang
Kewarung
Pemilik Warung
Memberikan Hasil
Penjualan (uang) Kepada
Nelayan
Jadi, terdapat beberapa masalah yang yang muncul terkait praktek jual
beli cumi-cumi dimana nelayan tidak mengetahui secara pasti berat cumi-cumi
yang ditangkapnya tersebut, dan dalam transaksi jual beli nelayan pun tidak
ikut andil dalam proses akad jual beli tersebut. Dan dimana tingkat
lanjut bagaimana hukum islam yang telah ditetapkan memandang tentang jual
beli cumi-cumi tersebut. Dengan demikian penulis ingin meneliti lebih jauh
dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan judul: “Transaksi Jual Beli Titip
Kabupaten Bintan)”.
ini adalah penulis ingin mengetahui hukum atas jual beli titip tangkapan
masalah ini masih berlanjut dari tahun ketahun. Di Desa Mantang Lama
dengan apa yang dianjurkan. Penulis memilih untuk meneliti jual beli cumi-
cumi dikarenakan cumi-cumi yang sering dijual diwarung dari pada hasil
C. Penegasan Istilah
1. Hukum Islam
10
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian
2. Jual-Beli
Jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan
uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang
3. Sotong
atau danau. Hewan ini dapat ditemukan di hampir semua perairan yang
berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada
4. Cumi-cumi
serangan,
D. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
11
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2009)., hlm.42.
12
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010)., hlm.67.
11
diantaranya:
nelayan.
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
Bintan?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
13
dengan jual beli dalam Hukum Islam dan juga diharapkan dapat
b. Manfaat Praktis
ilmiah lainnya.
F. Kajian Pustaka
1. Skripsi yang ditulis oleh saudara Lif Nurul Alista. Fakultas Syari‟ah
pelaksanaan jual beli ikan hasil tangkapan nelayan oleh pemilik perahu
ikan hasil tangkapannya kepada orang lain dan ikan hasil tangkapannya
hanya dikuasai oleh pemilik perahu saja karena pemilik perahu dan
nelayan sudah sepakat ikut serta dalam hubungan kerja sama. Dan ikan
yang dijual kepada pemilik perahu, dengan harga yang lebih rendah
ini menjelaskan jual beli ikan bukanlah hal yang bermasalah jika nelayan
melakukan transaksi jual beli ikan hasil melautnya diatas perahu, namun
jika dilihat lebih dalam lagi, jual beli tersebut tidak dilaksanakan
jual beli ikan terhadap nelayan paggae tapi dilaksanakan diatas perahu
pada pihak nelayan dan transaksi ini merasa dirugikan karena ada
berdasarkan hal tersebut maka praktek jual beli ikan nelayan di Desa
4. Skripsi yang ditulis oleh saudara Sarli Prakoter Giing. Fakultas Syari‟ah
Universitas IAIN Puwokerto tahun 2016 dengan judul “Praktek Jual Beli
14
Nurhidayah, SKRIPSI, Transaksi jual beli nelayan paggae menurut hukum ekonomi
Islam (studi di desa ujung Labuang Kabupaten Pinrang) (stain Pare-pare,2017)
15
Muchamat Yudianto, SKRIPSI, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Jual
Beli Ikan Nelayan (Studi Kasus Di Desa Pangkalan Kecamatan Sluke Kabupaten
Rembang).(Universitas Muhammadiyah Surakarta,2015)
16
praktek jual beli ikan yang dilakukan dengan talaqqirukha adalah tidak
sah, yang dilarang dalam Islam. Menurut Imam Syafi‟i dan Hanbali,
semacam ini adalah fasad (rusak) dan haram, karena diindikasikan akan
Dalam penelitian ini belum menjelaskan transaksi jual beli titip sotong
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ikan Di Laut (Studi Kasus
bahwa transaksi jual beli ikan yang di lakukan oleh hampir seluruh
transaksi jual beli titip sotong ditinjau dari perspektif hukum Islam.17
dalam bertransaksi jual beli dengan orang luar, jual beli dengan sistem
G. Kerangka Teori
17
Nurasiah, SKRIPSI, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ikan Di Laut (Studi
Kasus Desa Labuang, Kabupaten Pinrang), (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Parepare,2018)
18
barang, barang dengan uang, atau uang dengan uang.18 Allah berfirman
ۡ ِ ِۡ ٓ ۡ ِ َّ ِأُوٓلٰأئ
ٓ ِ
ْٱلضلٰلٰةٰ بٱۡلُٰد ٓى فٰ ٰما ٰرِبٰت ّتٰٰرتُ ُهم ٰوٰما ٰكانُوا
َّ ْين ٱشتٰ ٰرُوا
ٰ ك ٱل ذٰ ْ
ين ِ م ۡهت
د
ٰ ُٰ
Artinya: “mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mereka mendapat petunjuk”.
Dalam ayat ini kesesatan ditukar dengan petunjuk. Dalam ayat lain
yaitu surah At-Taubah ayat 111, dinyatakan bahwa harta dan jiwa
ۡۚ ۡ
َّ ني أٰن ُف ٰس ُه ۡم ٰوأ ٰۡم ٰٓوٰۡلُم ِِب
ٰن ٰۡلُُم ٱۡلٰنَّةٰ يُ ٰٓقتِلُو ٰن ِِف ِٱشتٰ ر ٓى ِمن ۡٱلم ۡؤِمن ۡ
َّ ۞إِ َّن
ٰ ُ ٰ ٰ ٰٱَّلل
ۡ َۖ
ِ ٱَّللِ فٰيٰ ۡقتُلُو ٰن ويُ ۡقتٰ لُو ٰن و ۡع ًدا ٰعلٰ ۡي ِو ٰح ّقٖا ِِف ٱلت َّۡورىٓ ِة و
ِٱۡل ِجنيل َّ ٰسبِ ِيل
ٰ ٰ ٰ ٰ
ۡۚٱستٰ ۡب ِشُرواْ بِبٰ ۡيعِ ُك ُم ٱلَّ ِذي َٰبيٰ ۡعتُم بِِوۦ ۡۚ َّ و ۡٱلق ۡرء ِۚۡان وم ۡن أ ٰۡوَف بِع ۡه ِدهِۦ ِمن
ۡ ٱَّللِ ف
ٰ ٰ ٰ ٰۡٓ ۡ ٰ ٰ ٰ ُ ٰ
ك ُى ٰو ٱل ٰف ۡوُز ٱل ٰع ِظ ُيم ِ
ٰ ٰو ٓذٰل
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan Al-Qur‟an. Dan siapakah yang lebih menepati
janjinya (selain) dari pada Allah. Maka bergembirlah dengan jual beli
yaang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
18
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2017).,
hlm.173.
19
1) Arti Khusus, yaitu : jual beli adalah menukar benda dengan dua
19
Ibid, hlm. 174-176
20
Sunnah dan Ijma‟ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli
hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara‟. Jual beli
Rasulullah SAW20. Adapun dasar hukum jual beli dari Alquran antara
lain:
ۡۚ ۡ
ِّ ٱَّللُ ٱلبٰ ۡي ٰع ٰو ٰحَّرٰم
٩٧٢ ْٱلربٰ ٓوا َّ ٰح َّل
ٰ ٰوأ
jual beli itu haram, sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang
berdasar ayat tersebut. Hal ini dikarenakan huruf alif dan lam dalam
ayat tersbut untuk meneragkan jenis, dan bukan untuk yang sudah
dapat dijadikan referensi, dan jika ditetapkan bahwa jual beli adalah
sebutkan berupa riba dan yang lainnya dari benda yang dilarang untuk
diakadkan seperti minuma keras, bangkai, dan yang lainnya yang telah
disebutkan dalam Sunnah dan Ijma‟ para ulama dan larangan tersebut.
20
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007)., hlm.113
21
b. Surah Al-Baqarah:282
ۡ ۡۚ ۡۚۡ ۡ ۡ
ُ ضاأَّر ٰكاتِبٖ ٰوَٰل ٰش ِهيدٖۚ ٰوإِن تٰف ٰعلُواْ فِٰإنَّوُۥ فُ ُس
وق ٰ ُٰوأٰش ِه ُدأواْ إِ ٰذا تٰبٰايٰعتُم ٰوَٰل ي
ٖٱَّللُ بِ ُك ِّل ٰش ۡيء ٰعلِيم َۖ بِك ۡم وٱتَّقوا
َّ ٱَّللٰ ٰويُ ٰعلِّ ُم ُك ُم
َّ ٱَّللُ ٰو َّ ْ ُ ٰ ُ
Artinya : “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit meyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah maha mengetahui
segala sesuatu”.
c. Surah an-Nisa:29
ۡ ۡ ۡ ۡ ِ َّٓأَيٰيُّها ٱل
ِ َِّ ِ ِ
ًين ءٰ ٰامنُواْ َٰل َٰت ُكلُأواْ أٰم ٰٓولٰ ُكم بٰي نٰ ُكم بٱلبٰٓط ِل إَلأ أٰن تٰ ُكو ٰن ٓتٰٰرة ذ
ٰ ٰ ٰ
ۡۚ ۡ ۡۚ
ٱَّللٰ ٰكا ٰن بِ ُك ۡم ٰرِحيمٖا
َّ ٰعن تٰٰراضٖ ِّمن ُك ۡم ٰوَٰل تٰقتُلُأواْ أٰن ُف ٰس ُك ۡم إِ َّن
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suk sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesuangguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”
Dasar hukum jual beli berdasarkan sunah Rasulullah, antara lain:
اي قال:عن رفاعة بن رافع هنع هللا يضر أن النيب ملسو هيلع هللا ىلص سئل أي الكسب أطيب؟ قال
رواه البزار وصححو احلاكم، عمل الرجل بيده وكل بيع مربور:
“ Rasulullah SAW, ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan
(profesi) apa yang paling baik. Rasulullah SAW menjawab : usaha
tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati.”( HR. Al-
Bazzar dan Al-Hakim).21
21
Ibid., hlm.114-115
22
batil yaitu tanpa ganti dan hibah, yang demikian itu adalah batil
akad yang rusak tidak boleh secara syara‟ baik karena ada unsur riba
atau jahalah (tidak diketahui), atau karena kadar ganti yang rusak
seperti minuman keras, babi dan yang lainnya dan jika yang diakadkan
22
Abdul Rahman Ghazaly dan Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh
Muamalat….hlm.69.
23
Ibid, hlm. 113-114
23
sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara‟. Dalam
ulama.
menjadi rukun jual beli hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk
melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu
kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka
boleh tergambar dalam ijab dan kabul atau melalui cara saling
memberikan barang dan harga barang (ta‟athi). Rukun jual beli ada
tiga yaitu kedua belah pihak yang berakad (aqidan), yang diakadkan
berakal sebagai rukun bukan secara hakiki tetapi secara istilah saja,
24
Ibid., hlm.116
24
di luar, sebab akad akan terjadi dari luar jika terpenuhi dua hal, yaitu
sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara‟. Dalam
Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan
rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (rida/tara‟dhi) kedua belah
pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur
kerelaan itu merupkan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga
itu dari kedua beah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua
tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan
Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat,
yaitu :
pembeli)
Syarat adalah sesuatu yang harus ada dan menentukan sah atau
25
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). hlm.114-115
26
antra lain :
26
Ibid., hlm.116
27
barang tersebut
Barang atau benda yang dijadikan objek jual beli dapat diketahui
secara jelas keadaannya, artinya bahwa barang atau beda yang akan
dijadikan objek jual beli dapat diketahui dengan jelas baik dari segi
a. Jual Beli Salam (pesanan) jual beli salam adalah jual beli melalui
27
Ibid., hlm.117
28
c. Jual beli Muthlaq jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan
uang.
d. Jual beli alat penukar dengan alat penukar, adalah jual beli barang
segi harga jual beli dibagi menjadi empat bagian, sebagai berikut:
aslinya (at-tauliyah)
aslinya, tetapi kedua orang yang akad saling meridhai, jual beli
a. Ikan Teri
b. Udang
“genangan” air yang berukuran besar baik air tawar, air payau,
c. Sotong
semua perairan yang berukuran besar baik air tawar, air payau,
pendek.30
d. Cumi-cumi
e. Kepiting
keras.32
H. Metode Penelitian
sebagai berikut :
31
https://id.wikipedia.org/wiki/Cumi-cumi Diakses pada tanggal 20 Juli 2021.
32
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepiting Diakses pada tanggal 20 Juli 2021.
31
yang diamati.33
a. Populasi
b. Sampel
33
Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Research, (Bandung: Tarsoto, 1995), hlm, 58
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2018), hlm,93
32
Tabel I.1
Sampel Penelitian
1 Abas Pemilik 1
Warung
2 Azuar Pemilik 1
Warung
3 Saenan Pemilik 1
Warung
4 Zainudin Nelayan 1
5 Mail Nelayan 1
6 Ijan Nelayan 1
7 Sulai Nelayan 1
35
Ibid, hlm.94
33
8 Kamis Nelayan 1
9 Mansyur Nelayan 1
10 Selamat Nelayan 1
3. Sumber Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa prantara dari
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
internet.
a. Observasi
36
Observasi Lapangan pada tanggal 26 Juli 2021
34
b. Wawancara
c. Dokumentasi
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
37
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya Ilmu Sosal Humaniora
Pada Umumya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2010) ., hlm 230
35
I. Sistematika Penulisan
yang jelas mengenai hal yang tertulis dalam penelitian ini, maka akan
1. BAB I PENDAHULUAN
Mantang Kab.Bintan .
Dalam bab ini membahas mengenai kajian teori, yang berisikan konsep
38
Boedi Abdullah, Metode Penelitian Ekonomi Islam,(Bandung:CV Pustaka Setia, 2014),
hlm.219
36
Bab ini merupakan inti dari penyusunan penelitian ini. Bab ini akan
5. BAB V PENUTUP
KECAMATAN MANTANG
dulunya ada pohon kayu arang yang sangat besar dan banyak ikan
arang semakin tua dan pada akhirnya tumbang yang sekarang menjadi
banyak di singgahi oleh para tamu sehingga setiap tamu yang datang
sudah disuguhi tidak dicicipi walau hanya sedikit, maka orang itu akan
pantang nama ini berubah menjadi Mantang hingga saat ini namanya
39
Wawancara dengan Bapak Ismail salah satu tokoh masyarakat dan pemain
makyong Desa Mantang Lama, pada tanggal 05 Juli 2021 pukul 14:10 WIB.
37
38
peninggalan suku melayu yang ada cerita rakyat yaitu seni makyong
40
Wawancara dengan Bapak Ismail salah satu tokoh masyarakat dan pemain
39
Kebiasaan adat yang lain yaitu buang bahasa atau buka tanah
kuning, sirih sekapur dan sebatang rokok daun nipah. Dan setelah
nyanyian dan dialog yang diucapkan para pemain atau dengan duduk
oleh pemain. Dan satu orang pemain boleh membawakan lebih dari
satu peran, bahkan bisa sampai tiga atau empat peran dengan cara
menukar topengnya.41
makyong Desa Mantang Lama, pada tanggal 05 Juli 2021 pukul 14:10 WIB.
41
Wawancara dengan Bapak Ismail salah satu tokoh masyarakat dan pemain
makyong Desa Mantang Lama, pada tanggal 05 Juli 2021 pukul 14:10 WIB.
40
pada tahun 1963 Kecamatan Bintan Timur terbentuk dan terpisah dari
Abdullah Samad.42
Tabel II.1
Kepemimpinan Desa
Mantang Lama
Belanda
42
Ibid.,,hlm. 2-3
43
Ibid.,hal.2-3
41
Tabel II.2
Se-Indonesia.
sekarang
kilometer dari kabupaten bintan, dan luas wilayah Desa 370 hectar
Pesisir.
44
Ibid.,hal.03
43
Tabel II.3
No Nama Jabatan
45
https://mantanglama.simdes-bintan.id/artikel/2016/8/26/sejarah-desa, Di akses pada
tanggal 03 Mei 2021 Pukul 13.40 WIB
44
Tabel II.4
Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
4 SLTP/Sederajat 36
5 SLTA/Sederajat 75
6 Diploma I/II 5
7 Akademi/Diploma III/S.Muda 1
8 Diploma IV/Strata I 11
SD/Sederajat.46
Tabel II.5
Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah
3 Pelajar/Mahasiswa 239
5 Petani/Pekebun 1
6 Nelayan/Perikanan 238
7 Karyawan Honorer 6
9 Buruh Tani/Pekerbunan 3
10 Tukang Kayu 6
11 Juru Masak 1
12 Guru 1
13 Pedagang 1
46
https://mantanglama.simdes-bintan.id/index.php/first/statistik/14, Di akses pada
tanggal 03 Mei 2021 Pukul 14:00 WIB
46
14 Perangkat Desa 9
15 Wiraswasta 25
Tabel II.6
Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 920
2 China 3
Kristen.48
47
https://mantanglama.simdes-bintan.id/first/statistik/1, Di akses pada tanggal 03
Mei 2021 pukul 14:20 WIB
48
https://mantanglama.simdes-bintan.id/first/statistik/3, Di akses pada tanggal 03
Mei 2021 Pukul 14:37 WIB
47
1. Indikator Pendidikan
namun jarak sekolah lanjutan tidak begitu jauh dari desa sehingga
49
Profil Desa Mantang Lama 2020, (Bintan, Kab.Bintan 2020)., hlm.05
48
sehat.50
3. Indikator Ekonomi
industri kecil.
ikan dan hasil tangkapan laut lainnya, kemudian hasil tangkapan akan
50
Ibid., hal.06
51
Ibid.,hal 07
49
satu nelayan di Mantang Lama, setiap melaut pasti ada saja cumi-cumi
yang mereka dapatkan sekitar 3 sampai 4 kg. Jika lagi musim, cumi-
Tabel II.7
No Nama Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Posyandu 1
7 Dermaga/pelabuhan 2
Jumlah 19
52
Wawancara dengan Bapak Zai (Nelayan) pada tanggal 02 Mei 2021 pukul 13.50
WIB
50
BAB III
Dalam istilah hukum islam jual beli dikenal degan istilah al-bay‟. Secara
bahasa al-bay‟ merupakan mashdar dari kata ba‟a yaitu menjual. Al-bay‟
merupakan lawan kata al-syira‟, yaitu membeli, tetapi bermakna al-isytira‟ itu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jual beli diartikan sebagai
barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.53
Jual beli dalam bahasa Arab al-ba‟i menurut etimologi adalah tukar-
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sayid Sabiq mengartikan jual beli
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa jual beli menurut bahasa
adalah tukar-menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang
53
Ikit, Jual Beli Dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Jakarta:Gava Media, 2018)., hlm.42.
54
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta:Amzah, 2012)., hlm. 173-174
51
ۡ ۡ ِ َّ ِٓأ
ٱلض ٓلٰلٰةٰ بِٱۡلُٰد ٓى فٰ ٰما ٰرِِبٰت ِّٓتٰٰرتُ ُه ۡم ٰوٰما ٰكانُوْا
َّ ُْ ٰ ٰ ين
ا
و ر ت ٱش ٰ ك ٱ لذ
ٰ أ ُْولٰئ
ين ِ م ۡهت
د
ٰ ُٰ
Artinya: “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, maka tidak lah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mereka mendapat petunjuk”
“akad timbal balik yang terjadi terhadap sesuatu yang bukan berupa
akad tibal balik terhadap suatu harta untuk kepemilikan suatu barang
manfaat yang mubah yang bersifat mutlak dengan salah satu dari
keduanya (harta atau manfaat yang mubah), bukan dalam bentuk riba,
berbeeda secara signifikan antara satu sama lain dari sisi kandungan dari
maknanya, sederhana dan lebih dekat kepada defenisi jual beli secara bahasa.
memiliki cakupan makna yang lebih luas dan mencakup bentuk-bentuk jual
beli yang lahr di era kontemporer, yang mana mereka memasukkan ke dalam
jual beli.55
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah saw.
ۡۚ ۡ ۡ
ِ
.....ْٱلربٰ ٓوا
ّ ٱَّللُ ٱلبٰ ي ٰع ٰو ٰحَّرٰم
َّ ٰح َّل
ٰ اْ ٰوأ..
Artinya : “... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”
(Qs. Al-Baqarah:275).
ۡ ۡۚۡ ۡ ۡ
ضاأَّر ٰكاتِبٖ ٰوَٰل ٰش ِهيدٖ ۚۡۚ ٰوإِن تٰف ٰعلُواْ فِٰإنَّوُۥ ي
ٰ ُ ٰ ُ َٰٰل ٰو م ت ع ايب ت
ٰ ا ذ
ٰ ِ
إ ا
ْو ِ
ٰوأ أ
د
ُ ه ٰش
َۖ
ٖٱَّللُ بِ ُك ِّل ٰش ۡيء ٰعلِيم َّ ْوق بِ ُك ۡم ٰوٱتَّ ُقوا
َّ ٱَّللٰ ٰويُ ٰعلِّ ُم ُك ُم
َّ ٱَّللُ ٰو ُ فُ ُس
Artinya : “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit meyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
mengajarmu dan Allah maha mengetahui segala sesuatu”.(Q.s Al-Baqarah:282).
55
Ibid, hlm. 70-73
53
ۡ ۡ ۡ ۡ ِ َّٓأَيٰيُّها ٱل
ِ َِّ ِ ِ
ين ءٰ ٰامنُواْ َٰل َٰت ُكلُأواْ أٰم ٰٓولٰ ُكم بٰي نٰ ُكم بٱلبٰٓط ِل إَلأ أٰن تٰ ُكو ٰن ٓتٰٰرًة ٰعن ذ
ٰ ٰ ٰ
ۡۚ ۡ ۡۚ
ٱَّللٰ ٰكا ٰن بِ ُك ۡم ٰرِحيمٖا
َّ تٰٰراضٖ ِّمن ُك ۡم ٰوَٰل تٰقتُلُأواْ أٰن ُف ٰس ُك ۡم إِ َّن
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suk sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu sesuangguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
(Q.s An-Nisa:29)
Dasar hukum jual beli berdasarkan sunah Rasulullah, antara lain:
عمل: اي قال:عن رفاعة بن رافع هنع هللا يضر أن النيب ملسو هيلع هللا ىلص سئل أي الكسب أطيب؟ قال
رواه البزار وصححو احلاكم، الرجل بيده وكل بيع مربور
“ Rasulullah SAW, ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan
(profesi) apa yang paling baik. Rasulullah SAW menjawab : usaha tangan
manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati.”( HR. Al-Bazzar dan Al-
Hakim).
dan Hadist agar dapat melaksanakannya sesuai dengan syari‟at sehingga tidak
objek jual belinya tidak memnuhi ketentuan seperti bendanya ialah najis,
atau barang yang tidak pernah ada, atau barang yang mendatangkan
kerusakan srta tidak bermanfaat bisa juga barang tersebut tidak mungkin
seperti jual beli yang ada unsur riba, muzabanah, muhalaqah, al-araya,
ada dua macam yakni dharah mutlak serta melanggar larangan agama.
Contoh dharah mutlak ialah jual beli perasan yang akan dibuat menjadi
khamr, jual beli diatas tawaran orang lain dan sebagainya. Sedangkan
yang melanggar larangan agama seperti jual beli yang dilakukan saat
terdengar adzan sholat jum‟at serta jual beli mushaf kepada orang kafir.
Menurut ulama Hanafi, rukun jual beli adalah ijab dan qabul. Ijab dan
qabul menunjukkan adanya maksud untuk saling tukar menukar, dengan kata
lain yang dimaksud dengan rukunya ialah tindakan berupa kata atau gerakan
55
perkataan salah satu pihak, baik dari penjual maupun pembeli. Sedangkan
qabul adalah apa yang dikatakan kali kedua dari salah satu pihak.
3. Pernyataan (ijab/qabul)
Ijab menurut mayoritas ulama adalah pernyataan yang keluar dari orang
Jumhur ulama menjelaskan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yakni:
pemilik barang atau orang yang diberikan kuasa atay menjual harta
orang lain.
2. Ada shigat (lafal ijab dan qabul) yakni, perkataan persetujuan kedua
jual beli, dimana pihak pembeli menyerahkan uang dan pihak penjual
4. Ada nilai tukar pengganti barang, nilai tukar pengganti dari barang
yang di jual56
Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum
dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab ijab kabul
dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya,
boeh ijab kabul dengan surat-menyurat yang mengandung arti ijab dan
kabul.57
Jual beli yang menjadi kebiaaan, misalnya jual beli sesuatu yang menjadi
kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan kabul, ini adalah pendapat
jumhur. Menurut fatwa Ulama Syafi‟iyah, jual beli barang-barang yang kecil
pun harus ijab dan kabul, tetapi menurut Imam Al-Nawawi dan Ulama
kecil dengan tidak ijab dan kabul seperti membeli sebungkus rokok.58
1. Syarat in‟iqad (terjadinya akad) adalah syarat harus terpenuhi agar akad
jual beli dipandang sah menurut syara‟. Apabila syarat ini tidak
2. Syarat sahnya akad jual beli , syarat ini dibagi menjadi dua bagian
a. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap jenis jual beli
56
Hendi Suhendi, Fqih Muamalah. Ekonomi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, 2002,
hal.72
57
Naruen Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007)., hlm.20-122
58
Ikit, Jual Beli Dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Jakarta:Gava Media, 2018)., hlm 70
57
b. Syarat khusus adalah syarat-syarat khusus yang harus ada pada setiap
jual beli.
4. Syarat mengikat (syarat luzum) jual bel disyaratkan akad jual beli
terbebas dari slaah satu jenis khiyar yang membolehkan kepada salah
Jual beli merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia untuk
kebutuhannya.
atas, dapat disimpulkan beberapa karakteristik akad jual beli, antara lain :
1. Jual beli merupakan akad yang dilahirkan kewajban bagi kedua belah
59
Ibid, hlm. 186
58
3. Jual beli merupakan akad suka rela yang mana undang-undang tidak
menyaratkan sahnya jual beli harus dalam bentuk tertentu, tetapi jual
beli dianggap sah dengan adanya keridhaan dari kedua belah pihak.
Dalam jual beli, menurut agama Islam dibolehkan memilih, apakah akan
sesuatu hal, khiyar dibagi menjadi tiga macam yakni berikut ini:
1. Khiyar majelis, artinya antara penjual dan pembeli boleh memilih akan
60
Ibid, hlm. 76
61
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2020)., hlm. 83-
84
59
Larangan dalam jual beli tidak selamanya membatalkan jual beli, namun ia
tidak terpenuhnya salah satu rukun atau karena hal lain di luar akad tetapi
merupakan unsur yang harus terpenuhi, seperti tidak terpenuhinya syarat jual
sendi kehidupan manusia, mulai dari ibadah dan muamalah. Dalam hal
muamalah Islam mengatur dengan tegas mana batasan yang dipebolehkan dan
mana yang tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan segala tingkah laku kita
Dalam Islam tidak semua jual beli itu diperbolehkan hal ini dikarenakan ada
aturan yang jelas dalam a-Qur‟an dan Hadits. Berikut jenis-jenis jual beli yang
hewan betina. Menurut Musthafa al-Bugha „asb al-fal adalah jual beli
hewan betina.
Jual beli dengan pembayaran yang ditempo dengan batas waktu sampai
seekor onta melahirkan anak dalam perutnya dan anak yang dilahirkan
Jual beli malaqih adalah janin yang ada dalam perut hewan, baik yang
Jual beli madhamin adalah jual beli sperma yang ada dalam tulang
punggung kuda. Jual beli ini termasuk jual beli gharar karena
merupakan jual beli atas objek yang tidak ada, tidak diketahui. Tidak
dimiliki oleh penjual dan jual beli atas sesuatu yang tidak dapat
diserahterimakan.
jadi, maka uang yang telah dibayar merupakan bagian dar harga barang
atau uang sewa, sedangkan apabila jual beli atau sewa-menyewa tidak
jadi atau batal, maka uang yang telah dibayar menjadi milik pejual atau
penyewa.62
62
Ikit, Jual Beli Dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Jakarta:Gava Media, 2018)., hlm 106-
112
61
Transaksi yang dilarang dalam jual beli diantaranya adalah: Riba, Tadlis,
Gharar, Objeknya dilarang, Terlarang sebab ahli akad dan terlarang sebab
shigat.
1. Riba
syariat pada saat akad atau disertai penangguhan serah terima dua
barang yang dibarter atau salah satunya. Riba dibagi mejadi tiga bagian,
yakni :
tertentu.
2. Tadlis
3. Gharar
62
a. Gharar terjadi pada sighat akad, yakni gharar yang terjadi pada akad
4. Penimbunan
pribadi.
5. Objeknya dilarang
dan penjual) tidak memenuhi syariat. Jual beli terlarang sebab ahli akad
2) Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil dikarenakan anak kecil
sakit.63
Dalam unsur jual beli boleh saja terjadi kelalaian, baik ketika akad
penyerahan harga (uang) oleh pembeli. Untuk setiap kelalaian itu ada resiko
yang harus ditanggung oleh pihak yang beli. Betuk-bentuk kelalaian dalam
jual beli itu, menurut para fiqh, di antaranya adalah barang yang di jual bukan
milik penjual (barang itu sebagai ttipan (al-wadi‟ah) atau jaminan utang di
tangan penjual (ar-rahn) atau barang itu adalah barang hasil curian, menurut
tetapi tidak di antarkan atau tidak tepat waktu atau barang itu rusak dalam
perjanjian.
Apabila barang itu bukan milik penjual, maka ia harus membayar ganti
rugi terhadap harga yang telah ia terima. Apabila kelalaian itu berkaitan
63
Ibid, hlm. 117-125
64
kerusakan (sengaja atau tidak), atau barang yang di bawa tidak sesuai dengan
contoh yang disepakati maka barang itu harus di ganti. Ganti rugi dalam akad
ini dalam istilah fiqh disebut dengan adh-dhaman yang artinya jaminan atau
tanggungan.
Dan pentingnya adh-dhaman jual beli adalah agar dalam jual beli itu tidak
terjadi perselisihan terhadap akad yang telah disetujui kedua belah pihak.
Segala bentuk tindakan yang merugikan kedua belah pihak, baik terjadi
sebelum maupun sesudah akad, menurut para ulama fiqh, harus ditanggung
I. Bai’ Al-Mu’atah
Yaitu kedua belah pihak (penjual dan pembeli) yang melakukan akad
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Saw Baginda bersabda, “Belum lah
boleh dua orang yang berjual beli berpisah sebelum mereka ridho-
Dalil dari pada Al-Qur‟an ialah firman Allah dalam surah al-Nisa‟ ayat
64
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,(Jakarta: Gaya Media Pratama,2007)., hlm.120-121
65
ۡ ِ ۡۚۡ ِ
٩٨ ضعِيفٖا نس
ٓ ِ
ٰ ُ ٰ ف ٰعن ُكم ٰو ُخل ٰق
ن ٱۡل ٰ ٱَّللُ أٰن ُُيّٰف
َّ يدُ يُِر
menjukkan keridhaan itu, yaitu sighah (ijab qabul). Kedua pihak yang
melakukan akad sepakat atas harga barang dan jenisnya lalu keduanya
saling memberikan kepada yang lain tanpa menyebut harga atau jenis
barang.
berpendirian boleh jika tidak dilafazkan akad pada barang yang tidak
Ada tiga pandangan ulama berkenaan transaksi tanpa ijab dan qabul,
yaitu:
Zahiri termasuk juga Syi‟ah. Menurut merka, bai‟ mua‟tah ini tidak
yang lain
menjadi kebiasaan.65
65
https://almanhaj. Or. Id/4042-jual-beli-murabahah-jual-beli-muathah-jual-beli-
musharrah. html
68
BAB IV
wawancara, adapun jual beli yang penulis teliti merupakan jual beli titip
kegiatan nelayan dan pihak warung serta lokasi penelitian yang digambarkan,
sebagai berikut:
meninggalkan warung.
Hasil wawancara yang penulis lakukan kepada pemilik warung yang dimana
tempat terjadinya jual beli titip cumi-cumi. Pak abas selaku pemilik warung
menuturkan bahwa jual beli ini sudah berlangsung lebih dari tiga tahun terakhir
ini, nelayan yang menjualkan cumi-cumi hasil tangkapannya kepada pak Abas
66
Observasi di Warung, Desa Mantang Lama, Kecamatan Mantang Pada Tanggal 20 Juli
2021 pukul 15.20 WIB
69
terhitung aktif berjumlah 15 orang dari total nelayan yang ada di Desa Mantang
Dalam melakukan jual beli tersebut, pak Abas selaku pemilik warung
Lama. Para nelayan biasanya pulang melaut di malam hari, sedangkan warung
yang biasanya menjadi tempat jual-beli cumi-cumi buka jam 7 pagi dan tutup
jam 5 sampai jam 6 sore. Para nelayan yang hendak menjual cumi-cumi hasil
Seperti biasanya nelayan yang pulang melaut di malam hari mereka hanya
menitipkan cumi-cumi tersebut kepada istri atau anak dari pemilik warung
tersebut. Tidak semua nelayan yang pulang di malam hari langsung menitip
kotak es. Para nelayan datang kewarung untuk mengambil uang kepada pemilik
yang dimiliki nelayan tersebut. Jual beli seperti ini sudah sering dilakukan dan
67
Wawancara dengan Bapak Abas (pemilik warung) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tanggal 20 Juli 2021 pukul 15.20 WIB
68
Wawancara dengan Bapak Abas (pemilik warung) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tanggal 20 Juli 2021 pukul 15.20 WIB terkait permasalahan yang dikaji penulis.
70
menjadi kebiasaan oleh pemilik warung dan para nelayan Desa Mantang
Lama.69
beli titip cumi-cumi tersebut, berikut tabel nama-nama para narasumber yang di
Tabel IV.1
69
Wawancara dengan Bapak Abas (pemilik warung) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tanggal 20 Juli 2021 pukul 15.20 WIB terkait permasalahan yang dikaji
penulis.
71
Desa Mantang Lama itu sendiri. Mereka mengutarakan jika mereka harus
menjual cumi-cumi tersebut di toke yakni yang berada di luar kampung mereka
butuh waktu untuk istirahat. Para nelayan yang sering menjualkan cumi-cumi
salah satu nelayan bapak Sulai bahwasannya mereka percaya kepada pemilik
di warung tersebut.70
Menurut penuturan dari salah satu nelayan yang berada di Desa Mantang
Lama, Bapak Nurdin mengatakan beliau tidak pernah menjual cumi-cumi hasil
luar Desa Mantang Lama yakni di toke yang berada dikijang. Beliau
70
Wawancara dengan Bapak Sulai (Nelayan) Desa Mantang Lama, Kecamatan Mantang
pada tangal 25 Jui 2021 pukul 09.25 WIB
72
menuturkan menjual cumi-cumi di toke lebih transparan dan bisa dilihat sendiri
saat cumi-cumi ditimbang jadi tidak adanya rasa ragu berat timbangan
tersebut.71
Menurut penuturan dari Bapak Abas salah satu pemilik warung tempat
dari pihak nelayan ialah mengikuti harga pasar. Jika cumi-cumi lagi musim
harga beli menjadi lebih rendah dari biasanya dan sebaliknya jika cumi-cumi
seperti hari biasanya maka harga beli lebih tinggi dari biasanya, rata-rata harga
yakni harus ada pihak penjual dan juga pihak pembeli, kemudian objek jual
belinya yaitu barang yang akan diperjualbelikan, ijab dan qabul serta syarat
jual beli yaitu syarat in‟iqad, syarat sah, syarat nafadz. Tujuan adanya syarat
ini adalah untuk mencegah adanya pertentangan dan perselisihan antara pihak
Apabila rukun jual beli telah terpenuhi maka jual beli yang dilakukan
danggap sah. Jumhur ulama menjelaskan bahwa rukun jual beli ada empat
yaitu ada orang yang berakad atau al-muta‟aqidain (penjual dan pembeli),
71
Wawancara dengan Bapak Nurdin (Nelayan) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tangal 25 Jui 2021 pukul 09.50 WIB
72
Wawancara dengan Bapak Abas (Pemilik Warung) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tangal 20 Jui 2021 pukul 15.250WIB
73
shigat (lafal ijab dan qabul), barang yang dibeli dan ada nilai tukar pengganti
barang.73
Setelah rukun yang terpenuhi jual beli juga harus memenuhi syarat, yakni
sebagai berikut :
1. Syarat in‟iqad
maka akan menjadi batal, adapun syarat tersebut ialah sebagai berikut:
membedakan yang baik dan yang buruk), dalam artian akad tidak
c. Objek transaksi harus ada ketika akad dilakukan, tidak sah melakukan
transaksi jual beli atas barang yang tidak ada atau wujud (mad‟un),
e. Objek transaksi benda dalam kepemilikan orang lain atau benda dalam
alam bebas.
73
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Sunah 5 ...hlm.71
74
berlangsung.74
2. Syarat Nafadz
bersifat nafadz atau mauquf terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi
yakni:
b. Dalam objek transaksi tidak terdapat hak atau kepemilikan orang lain,
sewakan.75
3. Syarat sah
beli agar jual beli tersebut menjadi sah dalam pandangan syara‟. Adapun
b. Ibrah, yaitu transaksi yang mendapatkan tekanan dari pihak lain untuk
melakukan transaksi.
c. Tauqit, yakni transaksi jual beli yang dibatasi dengan waktu tertentu.
bagi salah satu pihak dan syarat tersebut bertentangan dengan syara‟.77
Berdasarkan syarat-syarat jual beli yang tertera diatas serta hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti bahwasannya transaksi jual beli cumi-cumi yang
dan syarat yang telah ditetapkan sesuai dengan hukum syara‟. Bahwasannya
jual beli titip cumi-cumi yang dilakukan antara pemilik warung dan para
nelayan telah memenuhi rukun jual beli, yaitu ada penjual dan juga ada
pembeli, terdapat barang yang menjadi objek transaksi, ada ijab dan qabul
tersebut belum memenuhi syarat in‟iqad yakni tidak adanya akad jual beli
76
Ibid, hlm. 380.
77
Ibid., hlm.38.
76
(ijab dan kabul) antara penjual dan pembeli melainkan nelayan hanya
diwarung. Salah satu syarat dalam jual beli adalah adanya ijab dan kabul
antara kedua belah pihak yang bertransaksi yakni penjual dan pembeli.
dinyatakan boleh dilakukan, dengan alasan jual beli yang dilakukan antara
kebiasaan yang berupa perbuatan. Hal seperti ini tidak menyalahi aturan akad
dalam jual beli tanpa mengucapkan akad jual beli, padahal menurut syara‟
shigat jual beli merupakan salah satu rukun jual beli. Hal ini dikarenakan telah
Tetapi secara substansif akad tersebut sudah memenuhi prinsip dasar dalam
transaksi (akad) karena sudah adanya kerelaan kedua belah pihak dan
keharusan dari akibat hukum yang timbul dari transaksi tersebut juga
Mawawi, Mutawali, Baghawi dan ulama lainnya berpedapat bahwa lafadz itu
tidak menjadi rukun dalam jual beli, hanya menurut adat kebiasaan („urf).
Jadi, ijab qabul itu atas dasar kerelaan, pihak penjual dengan rela
77
menyerahkan barangnya dan pihak pembeli dengan rela menerimanya. Hal ini
sudah sesuai dengan firman Allah dalam (Q.S An-Nisa:29) yang berbunyi:
ۡ
ٰعن ِ ٓأَيٰيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُواْ َٰل َٰت ُكلُواْ أ ٰۡم ٓولٰ ُكم ب ۡي نٰ ُكم بِ ۡٱلب
ٓط ِل إََِّلأ أٰن تٰ ُكو ٰن ِ ٓتٰٰرًةٰ ٰ ٰ أ ٰٰ ٰ ٰ ٰ
ۡۚ ۡ ۡۚ
٩٩ ٱَّللٰ ٰكا ٰن بِ ُك ۡم ٰرِحيمٖا َّ تٰٰراضٖ ِّمن ُك ۡم ٰوَٰل تٰقتُلُأواْ أٰن ُف ٰس ُك ۡم إِ َّن
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”.
Berdasarkan kaidah fiqh yaitu sebagai berikut:
berbeda-beda seperti jual beli salam dan akad lainnya, semuanya terdapat
dalilnya. Hukumnya mutlak dan tidak boleh dibatasi dengan ucapan atau
muamalah sah berdasarkan dalil kebiasaan baik berupa ucapan atau perbuatan
78
Djazauli, Kaidah-Kaidah Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm.13.
79
Drs.H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, ( Jakarta: Amzah, 2017), hlm. 53-57
78
Semuanya dikembalikan kepada „urf (adat istiadat). Karena Allah Swt. Tidak
Namun terdapat pro kontra tentang jual beli mu‟athah ini dimana ulama
Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu harus dasar suka sama suka”
adalah jual beli yang dilakukan dengan cara memberikan barang dan
menerima pembayaran tanpa ijab dan qabul oleh pihak penjual dan pembeli.
80
Ibid., hlm.58-60
79
Artinya: “ Dasar pada setiap sesuatu pekerjaan adalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkannya”.
Jadi, jual beli seperti ini juga sesuai dengan esensi dari akad itu sendiri
yang sesungguhnya bukanlah pada bentuk lafadz atau perkataan dari ijab dan
qabul, akan tetapi pada maksud dari transaksi itu sendiri yang sesuai dengan
kaidah fiqh yang berbunyi “yang dianggap di dalam akad adalah maksud-
perkataan”.82
Menurut beberapa ulama ada yang berbeda pendapat mengenai akad bil
mu‟athah tersebut, yakni antara lain: Menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali,
akad bil mu‟athah dalam hal-hal yang telah dikenal manusia hukumnya sah,
hak barangnya itu tidak begitu berharga (murah) maupun berharga (mahal).
Dalam hal ini diisyaratkan harga barang yang dijadikan objek akad telah
menjadi fasid (rusak). Selain itu, syarat lainnya adalah bahwa tindakan ta‟athi
81
Al-Faqih Abu Wahid Muhammad bi Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd, Bidyatul
Mujahit (Analisa Fiqh para Mujtahid), Terjemahan, Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun,
(Jakarta : Pustaka Amani, 2007), hlm. 803
82
Ibid., hlm.804-805
83
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Sunnah hlm.85
80
secara jelas menunjukkan kerelaan kedua belah pihak, baik akadnya sudah
kesungguhannya.84
akad harus melalui lafal yang jelas atau kinayah atau semacamnya seperti
beli dengan perbuatan atau bil mu‟athah dengan landasan adat kebiasaan
(urf‟).85
kesepakatan kedua belah pihak atas harga dan barang yang dijual, keduanya
84
Ibid., hlm. 86-87
85
Ibid., hlm. 88-89
81
saling memberi tanpa ijab dan qabul dan kadang hanya ada perkataan dari
tidak sah karena salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi yakni sighat ijab
berkata: tidak sah jual beli kecuali dengan sighat berupa ucapan atau
sesuatu yang bisa menempati diposisinya seperti tulisan, utusan dan isyarat
yang diketahui bagi orang bisu, adapun jual beli tanpa sighat maka tidak
sah”. 86
Imam Nawawi menjelaskan bahwa akad jual beli tanpa sighat masih
tidak sah dan sebagian lagi menilai sah asal sudah di ketahui bahwa kedua
ijab qabul tidak harus diekspresikan lewat ucapan atau perkataan saja,
sebab ijab dan qabul boleh dan sah hanya dengan perbuatan dengan kondisi
ْ ٰ َ ّ َ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َّ ُ ب َ ب
ٱلربوا
ِ وأحل ٱَّلل ٱۡليع وحرم
86
Drs.H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017), hlm. 70-72
82
yang di permasalahkan.87
jual beli karena tidak ada suatu dalil yang secara terang untuk mewajibkan
Karena ijab qabul yang paling utama ialah atas dasar kerelaan yaitu penjual
Desa Mantang Lama mengatakan para nelayan desa mantang lama tidak
87
Ibid., hlm. 73-75
83
Mantang Lama.88
bahwa jual beli boleh dilakukan jika sesuai dengan syarat-syarat yang
sudah ditetapkan dalam syari‟at Islam. Sesuai dengan Firman Allah dalam
ْ ٰ َ ّ َ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َّ ُ ب َ ب
ٱلرب ْۚوا
ِ وأحل ٱَّلل ٱۡليع وحرم
nelayan dan pihak warung boleh dilakukan, dikarenakan kedua belah pihak
saling ridho dan sudah menjadi suatu kebiasaan (urf‟) serta tidak
kebiasaan (urf‟) yang berupa perbuatan dan selagi tidak menyalahi aturan
akad dalam jual beli tanpa mengucapkan ijab dan qabul tidak
Dari hasil penelitian yang dilakukan baik dari segi transaksi jual beli
tanpa meyebutkan lafadz akad dan jual beli cumi-cumi dengan sistem
dititipkan, hal ini termasuk dalam adat dan kebiasaan. Transaksi jual beli
88
Wawancara dengan Bapak Zaidi (Tokoh Masyarakat) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tanggal 1 Agustus 2021 pukul 14.10 WIB
89
Wawancara dengan Bapak Adnan ( Tokoh Agama) Desa Mantang Lama, Kecamatan
Mantang pada tanggal 2 Agustus 2021 pukul 10.25 WIB
84
pun sudah terpenuhi syarat maupun rukunnya, sehingga sah-sah saja dalam
dengan kaidah:
tentang hukum jual beli mu‟athah tersebut ada yang membolehkan dan
Islam, kaidah fiqh dan pendapat para ulama serta tokoh masyarakat dan
kebiasaan („urf), rukun dan syarat-syarat jual beli yaitu syarat in‟iqad ,
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam praktik jual beli titip tangkapan nelayan berupa cumi-cumi ditinjau
dari perspektif hukum Islam penulis melakukan wawancara dan observasi lalu
ditinjau dari perspektif hukum Islam yang dilakukan jual beli cumi-cumi
pihak yang melakukan transaksi jual beli titip tangkapan nelayan di Desa
beli yang dilakukan belum memenuhi syarat in‟iqad yakni tidak adanya
akad jual beli (ijab dan qabul) antara penjual dan pembeli melainkan
cumi tersebut diwarung. Namun, jual beli titip tangkapan nelayan boleh
dilakukan, dengan alasan jual beli yang dilakukan antara pemilik warung
86
dan para nelayan mengikuti kebiasaan („urf). Dan dalam jual beli ini
termasuk kedalam „urf amali karena kebiasaan yang berupa perbuatan dan
tidak menyalahi aturan akad dalam jual beli tanpa mengucapkan akad jual
beli. Pada dasarnya dalam transaksi akad sudah adanya kerelaan antara
kedua belah pihak. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam (Q.S An-
B. Saran
sampai pihak warung menimbang cumi-cumi tersebut agar jual beli lebih
nelayan agar tidak terjadinya kecurigaan dari pihak nelayan berapa berat
memberikan bukti tertulis seperti nota kepada pihak nelayan agar sewaktu-
waktu jika terjadi kesalahan dari pihak warung dalam menimbang cumi-
cumi tersebut pihak nelayan dapat menunjukkan nota agar tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Lif Nurul Alista, SKRIPSI, Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ikan
Tangkapan Nelayan Oleh Pemilik Perahu Di Desa Segoro Tambak
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, Unversitas Islam Negeri Sunan
Ampel,2014
Ikit, Jual beli dalam perspektif ekonomi Islam, Jakarta: Gaya Media , 2018
Syafi‟i Antonio Muhamad, Bank Syari‟ah dari teori ke praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001
Nurasiah, SKRIPSI, Tinjaua Hukum Islam Terhadap Jual Beli Di laut, studi
kasus di desa labuang kabupaten pinrang, sekolah tinggi Agama Islam
Negeri Pare-pare 2018
Sarli Prakoter Giing, SKRIPSI, Praktek Jual Beli Ikan di Pantai dalam
Perspektif Hukum Islam, Studi kasus di pelabuhan perikanan samudera
cilacap, Institut Agama Islam Negeri Puwokerto, 2016
https://mantanglama.simdes-bintan.id/artikel/2016/8/26/searah-desa Di akses
pada tanggal 3 Mei 2021
LAMPIRAN-LAMPIRAN
92
PEDOMAN WAWANCARA I
1. Apakah jual beli titip cumi-cumi sudah dilakukan sejak lama di warung
bapak?
2. Yang bapak ketahui ada berapa banyak nelayan di Desa Mantang Lama
3. Bagaimana tata cara jual beli titip cumi-cumi yang dilakukan oleh nelayan
4. Berapa banyak cumi-cumi yang dijual diwarung bapak dalam sehari dan
perbulannya?
ke warung?
PEDOMAN WAWANCARA II
1. Apa yang biasanya dari hasil tangkapan bapak yang bapak jual ke warung?
warung?
warung?
93
4. Apa alasan bapak tidak menjual langsung hasil tangkapan bapak ke pasar?