Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI ALPUKAT

SISTEM TEBASAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG –


UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
(STUDI KASUS DI DESA SULUK KECAMATAN DOLOPO)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

DESI AYU RATNASARI


NIM 102190062

Pembimbing :
Dr. Hj KHUSNIATI ROFIAH, M.S.I
NIP. 197401102000032001

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022
Analisis Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Alpukat Sistem Tebasan Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Kasus di
Desa Suluk Kecamatan Dolopo)

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur‟an dan sunnah (Hadist) Rasulullah saw, merupakan sumber tuntunan hidup
bagi kaum islam untuk menjajaki kehidupan di dunia ini dalam mempersiapkan kehidupan
kekal di akhirat kelak. Al-Qur‟an dan sunnah (Hadist) rasulullah sebagai tuntunan yang
mempunyai daya jangkau dan daya atur yang universal. Artinya meliputi segenap aspek
kehidupan umat manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini, dan masa yang akan datang1.
Manusia sebagai makhluk individu yang memiliki berbagai keperluan hidup telah
disediakan Allah swt. secara pribadi maupun sebagai makhluk sosial ingin memenuhi
kebutuhan secara umum, yaitu kebutuhan ekonomis, kebutuhan biologis dan lain sebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan ini manusia tidak dapat berdiri sendiri, ia harus bekerja sama
dengan orang lain atau masyarakat. Tanpa mengadakan kerja sama dan hubungan keutuhan
tersebut tidak akan dapat terpenuhi, oleh sebab itu manusia baik secara pribadi maupun
secara bersama saling memerlukan dan saling melakukan hubungan.2
Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat telah terjadi dalam berbagai jenis
perdagangan atau jasa. Dengan dukungan inovasi serta data yang ada, perkembangan ruang
dan arus perdagangan dan jasa yang telah melewati batas negara, seorang konsumen
dihadapkan dengan berbagai pilihan jenis produk atau jasa yang ditawarkan. Secara pribadi
manusia memiliki kebutuhan berupa sandang, pangan, papan dan lain-lainnya. Kebutuhan
seperti ini tidak pernah terputus dan tiada hentinya selama manusia masih hidup. Karena itu
kita dituntut untuk dapat berhubungan dengan orang lain. Diantaranya hubungan tersebut
adalah hubungan barter atau pertukaran, yakni seseorang memberikan sesuatu yang ia miliki
pada orang lain dan ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Hal tersebut salah satu bentuk muamalah. Menurut Hudhari yang
dikutip Hendi Suhendi Muamalah adalah semua manfaat yang membolehkan manusia saling
menukar manfaatnya3. Abdullah al-Sattar Fathullah Sa„ad yang dikutip oleh Nasrun Haroen

1
Suhrawardi K. Lubis, Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 1.
2
Inah Nur Ety, Peranan Komunikasi Terhadap Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol.6 No. 1 Januari-Juni, 176-188
3
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 ),3. 3

1
juga berpendapat mengenai pengertian dari mualamah, Muamalah merupakan hukum-hukum
yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan jual-beli, utang piutang, kerjasama
dagang, perserikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah dan sewa menyewanya.
Di dalam kehidupan sehari – hari, setiap manusia akan melakukan interaksi sosial,
seperti melakukan transaksi jual beli. Kegiatan jual beli bukti manusia sebagai makhluk
sosial yaitu makhluk yang membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri, jual beli adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan manusia dalam
rangka untuk mempertahankan kehidupan mereka di tengah masyarakat.
Jual-beli merupakan pertukaran suatu barang yang berharga dengan suatu barang
4
lain . Islam dengan jelas telah mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam
praktik perdagangan islam atau praktik jual beli. Al – Qur‟an menjelaskan antara yang benar
dan yang salah tidak boleh dicampuradukkan, jika ada keraguan dalam memutuskan suatu
pilihan maka harus ditinggalkan. Pada dasarnya islam tidak memperbolehkan suatu kegiatan
perdagangan yang tidak memberikan informasi secara jujur dan transparan. Islam
memperbolehkan jual-beli dengan ketentuan jual-beli tersebut memenuhi rukun dan syarat
yang telah di tentukan oleh syara‟ sesuai dengan firman Allah yang berbunyi sebagai berikut
:

ٍ ‫َل اَ ٌْ تَ ُك ْٕ ٌَ تِ َجا َسجً َع ٍْ تَ َش‬


‫اض‬ ٰٓ َّ ِ‫اط ِم ا‬ ِ َ‫َُ ُك ْى تِ ْانث‬ْٛ َ‫ ٍَْ ٰا َيُُ ْٕا ََل تَأْ ُكهُ ْٰٕٓا اَ ْي َٕانَ ُك ْى ت‬ٚ‫َُّٓا انَّ ِز‬َٚ‫ٰٓا‬ٰٚ
‫ ٍَْ ٰا َيُُ ْٕا ََل تَأْ ُكهُ ْٰٕٓا اَ ْي َٕانَ ُك ْى‬ٚ‫َُّٓا انَّ ِز‬َٚ‫ٰٓا‬ٚ‫ ًً ٰا‬ْٛ ‫اٌ تِ ُك ْى َس ِح‬ َ ‫ّللاَ َك‬ ّ ٰ ٌَّ ِ‫ِّي ُْ ُك ْى ۗ َٔ ََل تَ ْمتُهُ ْٰٕٓا اَ َْفُ َس ُك ْى ۗ ا‬
ّ ٰ ٌَّ ِ‫اض ِّي ُْ ُك ْى ۗ َٔ ََل تَ ْمتُهُ ْٰٕٓا اَ َْفُ َس ُك ْى ۗ ا‬
َ‫ّللا‬ ٍ ‫اسجً َع ٍْ تَ َش‬ َ ‫َل اَ ٌْ تَ ُك ْٕ ٌَ تِ َج‬ ٰٓ َّ ِ‫اط ِم ا‬ ِ َ‫َُ ُك ْى تِ ْانث‬ْٛ َ‫ت‬
‫ ًًا‬ْٛ ‫اٌ تِ ُك ْى َس ِح‬ َ ‫َك‬
Terjemahan
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. (QS.An-Nisa:29)5.

4
Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, Cet. Ke-2, 2004), h.73.
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : CV. Pustaka Agung Harapan, 2006). h. 59.

2
Dalam jual-beli, Islam telah menentukan aturan hukumnya baik mengenai rukun,
syarat, maupun bentuk jual beli yang diperbolehkan maupun tidak boleh di dalam kitab-kitab
fiqih. Oleh karena itu, dalam prakteknya harus diupayakan untuk bisa memberikan manfaat
bagi yang bersangkutan, tetapi adakalanya terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam aturan
yang telah di tetapkan.

Pokok dari sistem bermuamalah dalam islam terletak pada akadnya. Akad di awal
transaksi. Muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak.
Persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi Jadi karena sebuah
akad antara untung dan rugi dibagi pada kedua belah pihak. Perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana kedua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal6.

Dalam Hukum Perdata mengatur Jual Beli pada Pasal 1457 KUHPerdata, dijelaskan
bahwa Perjanjian Jual Beli merupakan suatu bentuk perjanjian di mana satu pihak
mengikatkan diri untuk menyerahkan benda, sedang pihak lain mengikatkan diri untuk
menyerahkan sejumlah harga yang disepakati.7

Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Hukum adalah suatu aturan yang
berkembang dalam masyarakat dan harus ditaati serta bagi yang melanggar akan mendapatkan
sanksi. Setiap perilaku warga negara diatur oleh hukum yang berlaku didalamnya. Hukum
semakin berkembang sehingga hukum bukan sekedar kumpulan peraturan melainkan juga
mengandung nilai – nilai dan tuntutas – tuntutas etis. Di Indonesia Hukum perlindungan
konsumen dewasa mendapat cukup perhatian, karena menyangkut aturan-aturan guna
mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku konsumen yang mendapat
perlindungan, namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat
perlindungan, masingmasing ada hak dan kewajibannya. Pemerintah berperan mengatur,
mengawasi, dan mengontrol, sehingga tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu
dengan lain dengan demikian tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas dapat tercapai.8

6
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1.
7
Umardani Mohamad Kharis,Jual beli berdasarkan kitab undang undang hokum perdata dan hokum islam,, Journal of Islamic
Law Studies.
8
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal.1

3
Di dalam transaksi jual beli atau berdagang agar lebih efektif kegiatan jual beli
dilakukan oleh pedagang sebagai pelaku usaha atau penjual dan pembeli sebagai konsumen.
Konsumen merupakan setiap individu pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan pelaku usaha adalah setiap perseorangan
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan perlindungan hukum bagi konsumen
untuk memberikan hak – hak kepada konsumen yang dijelaskan dalam Undang – Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang selanjutnya disebut dengan
UUPK. Menurut Pasal 1 angka (2) UUPK menyebutkan bahwa “Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak diperdagangkan.

Menurut pasal 1 angka (3) UUPK, yang dimaksud pelaku usaha adalah “Setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”9

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian


hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berdasarkan asas-asas yang terdapat
pada perlindungan konsumen Pasal 2 UUPK menyebutkan “perlindungan konsumen
berasaskan manfaat, keadilan, serta keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen
serta kepastian hukum”.

Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman ke arah yang lebih
modern maka transaksi jual beli juga berkembang menjadi beraneka ragam bentuk maupun
caranya. Salah satunya seperti jual beli pohon Alpukat dengan sistem tebasan yang terjadi di
Desa Suluk Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

9
Undang-undang No.8 Tahun 1999, Op.Cit., Pasal 1 angka 3

4
Pohon Alpukat adalah tumbuhan berjenis tanaman berkayu. Di Desa ini pohon
Alpukat banyak ditanam oleh masyarakat yang dinilai sebagai investasi masa depan yang
menjanjikan. Tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 4-5 meter dengan diameter pangkal batang
dapat mencapai 1 meter. Pohon Alpukat mempunyai percabangan batang yang
banyak.percabangan tersebut berfungsi sebagai tempat melekatnya daun alpukat, sering
dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan ataupun pewarna coklat, daunnya bisa
dijadikan sebagai obat tradisional.

Peneliti melakukan survei di Desa Suluk, Kecamatan Dolopo, Kabupaten madiun.


Peneliti mewawancarai Bapak Yatimen yang melakukan jual-beli tebasan. Jual beli tebasan
yang dimaksudkan disini adalah jual beli pohon yang sudah berbuah dan sudah dibeli lalu
dibayarkan secara kontan, serta pengambilan buah ketika buah sudah memasuki masa
panen.10

Praktik transaksi jual beli alpukat di Desa Suluk umumnya dilakukan dengan
menggunakan dua cara. Cara pertama adalah, penjual (dalam hal ini adalah pemilik kebun)
akan menjual sendiri yang akan dijajakan di Lapak kecil depan rumah yang umumnya terletak
dipinggir jalan raya. Cara yang kedua adalah penjual akan melakukan penawaran penjualan
kepada pihak pembeli atau disebut juga sebagai pengepul (Penebas). Benda yang
diperdagangkan bisa berupa hasil buah Alpukat maupun pohon Alpukatnya. Biasanya dalam
melakukan transaksi jual beli dilakukan di rumah si pemilik pohon

Mengenai proses penjualan akad yang digunakan oleh para penjual dan pembeli
merupakan akad jual beli dengan sistem tebasan. Sistem tebasan merupakan cara penentuan
penjualan dengan menghitung estimasi kuantitas dan kualitas buah Alpukat berdasarkan
penglihatan dengan melihat langsung kondisi pohon Alpukat pada saat panen. Akan tetapi, sistem
tebasan ini tidak selalu melakukan transaksi tawar menawar langsung di lokasi pohon Alpukat si
penjual, tapi bisa juga dengan melakukan tawar menawar dahulu di pasar Lapak baru kemudian
melihat keadaan pohon Alpukat, atau bisa tidak melihat sama sekali atas dasar saling percaya dari
kedua pihak penjual maupun pembeli.

Dalam akadnya masing-masing pihak terutama penebas tidak memberi penjelasan


kapan pohon tersebut akan diunduh. Penebas hanya mengatakan akan mengunduh buah pada

10
Bpk. Yatimen, Pemilik kebun (petani) di Desa Suluk, Wawancara, Suluk, 19 April 2022.

5
saat sudah mulai panen dalam waktu beberapa bulan setelah akad tetapi ternyata jangka waktu
pengunduhannya tidak sesuai dengan akad.11. Kebanyakan penjual sebenarnya merasa
dirugikan dengan sistem penjualan tersebut, karena penjual tidak bisa memperkirakan kapan
bisa menawarkan hasil panennya lagi, sebelum si pembeli setuju untuk mengambil buah hasil
panenan pada saat musim tersebut atau tidak.

Berdasarkan gambaran umum transaksi jual beli di Desa Suluk yang telah diuraikan
di atas, penulis menangkap beberapa kesenjangan teori hukum Islam terkait jual beli dengan
data lapangan transaksi jual beli yang dilakukan masyarakat Suluk. Pertama, terkait transaksi
jual beli buah Alpukat dengan sistem tebasan, objek yang diperjual belikan dihitung tidak
menggunakan satuan baku yang ada, melainkan hanya dengan secara penglihatan dan ada
juga yang tanpa melihat kondisi dari objek.

Hal ini berbeda dengan teori yang ada yang menegaskan bahwa objek jual beli harus
diketahui wujudnya oleh orang yang melakukan akad jual beli bila merupakan barang-barang
yang dijual langsung. Dan harus diketahui ukuran, jenis dan kriterianya apabila barangbarang
12
itu berada dalam kepemilikan namun tidak berada di lokasi transaksi. Sehingga, transaksi
jual beli buah Alpukat dengan sistem tebasan menimbulkan (rentan) terhadap adanya
ketidakpastian (gharar) yang memerlukan kajian lebih lanjut bagaimana proses jual beli yang
terjadi di lapangan.13

Kedua,dalam praktek jual beli Alpukat secara tebasan tersebut biasanya perjanjian
hanya dilakukan dengan cara lisan tanpa perjanjian tertulis, sehingga memungkinkan
terjadinya ingkar janji yang mungkin dapat berakibat perselisihan. Selanjutnya didalam
pembayaran yang dilakukan ada dua cara, cara pertama yaiu dengan cara membayar kontan
harga yang sudah disepakati dan kemudian Alpukat akan dipanen. Cara kedua yaitu dengan
cara panjer, cara ini dilakukan dengan membayar dahulu uang muka sekitar 25% sampai 50%
dan kekurangannya pembayaran akan dibayarkan setelah Alpukat dipanen.

Bagi konsumen di Indonesia diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen, merupakan kabar baik yang memberikan kepastian hukum
untuk melindungi hak-hak konsumen dan kepentingannya. Disamping itu merupakan suatu

11
ibid
12
Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 44.
13
ibid

6
upaya hukum yang tegas. Dimana konsumen dapat menggugat atau menuntut jika para pelaku
usaha atau penjual melanggar atau merugikan hak-hak dan kepentingan konsumen.

Seperti tertuang dalam pasal 4 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang mengatur tentang hak-hak konsumen yang berbunyi “hak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Cakupan perlindungan konsumen konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek,
yaitu:14

1. Perlindungann terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada


konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil
kepada konsumen.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen adalah menciptakan


rasa aman bagi konsumen. Dapat disimpulkan atau diartikan bahwa ketika konsumen merasa
mengalami kerugian, maka konsumen bisa mengajukan haknya untuk mendapatkan ganti rugi
apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan yang semestinya atau syarat-syarat yang
diberlakukan tidak adil. Bisa dikatakan bahwa dengan adanya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen konsumen-konsumen merasa terlindugi dari
kecurangan kecurangan penjual.

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana melakukan transaksi jual-beli pohon


tanpa akad yang jelas dan pasti. Jual beli di dalam Islam di anggap sah apabila jual beli
tersebut dilakukan dengan akad yang jelas dan tidak mengandung unsur ketidakjujuran,
pemaksaan atau penipuan, melakukan riba, serta unsur lainnya yang bisa merugikan salah satu
pihak. Dari kasus tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai jual beli
alpukat sistem tebasan. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul :

“Analisis Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Alpukat Sistem Tebasan Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999”

B. Rumusan Masalah

14
Adrianus Meliala, 1993, Praktik Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), h. 152

7
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan
pokok permasalahan yaitu “Bagaimana tinjauan hukum islam dan perlindungan konsumen
jual beli alpukat dengan sistem tebasan”, agar permasalah yang dibahas lebih fokus, maka
dalam penelitian ini peneliti merumuskan beberapa sub – bab rumusan masalah yang sesuai
dengan latar belakang diatas, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan jual beli alpukat sistem tebasan yang dilakukan di Desa Suluk,
Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun?
2. Bagaimana pelaksanaan jual beli alpukat jika ditinjau dalam perspektif hukum islam dan
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999?
3. Bagaimana bentuk perlindungan konsumen terhadap jual beli alpukat sistem tebas dalam
hukum islam dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan jual beli alpukat sistem tebas yang dilakukan
di Desa Suluk, Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan jual beli alpukat sistem tebas jika ditinjau dalam
perspektif hukum islam dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999.
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan konsumen terhadap jual beli alpukat
sistem tebas dalam hukum islam dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Ilmiah (Teoritis)
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
yang dapat dijadikan bahan pemikiran dalam menambah wawasan bidang keilmuan
khususnya yang berkaitan perlindungan konsumen terhadap jual beli alpukat sistem
tebasan perspektif hukum islam dan undang – undang nomor 8 tahun 1999.
2. Manfaat Terapan (Praktis)
Penelitian diharapkan dapat menjadikan pengetahuan khususnya bagi peneliti dan
umumnya dapat dijadikan pertimbangan dan masukan bagi pembaca dan masyarakat

8
umum tentang bagaimana praktek di lapangan mengenai perlindungan konsumen
terhadap jual beli alpukat sistem tebasan perspektif hukum islam dan undang – undang
nomor 8 tahun 1999.
E. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, penelitian tentang perlindungan


konsumen sudah banyak dilakukan, namun sejauh ini penelitian tentang perlindungan
konsumen terhadap jual beli alpukat dengan sistem tebasan belum ada yang meneliti. Ada
beberapa karya tulis yang mendekati bahasan yang akan dikaji oleh penulis.

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Anis Subekti yang dilakukan pada tahun 2020
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta dengan judul, “Praktik Jual Beli Padi Dengan
Sistem Tebasan Dalam Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus Di Desa Guli, Kecamatan
Nogosari, Kabupaten Boyolali)” dalam skripsi tersebut membahas mengenai jual beli
tebasan padi yang dilakukan oleh seorang petani di Desa Guli yang ingin menjual hasil
panennya dan tidak ingin bersusah payah mengeluarka uang yang banyak untuk
memanennya. Kesimpulan dari skripsi yang ditulis oleh Anis Subekti adalah praktik jual beli
padi dengan sistem tebasan di Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali
merupakan jual beli padi yang dilakukan dengan sistem borongan tanpa ditimbang terlebih
dahulu12. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang akan diteliti. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Anis Subekti yang dilakukan pada tahun 2020 adalah menggunakan
jual beli padi dengan sistem tebasan sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
menggunakan jual beli buah alpukat dengan sistem tebasan. Persamaan dari penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian meneliti jual beli sistem tebasan.

kedua, Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Aditya Mahendra Wibowo tahun 2019
Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul,”Jual Beli Tebasan Buah Mangga di
Desa Bumiayu ditinjau dari Hukum Islam”, dalam skripsi tersebut membahas jual beli
tebasan buah mangga berjenis Manalagi yang dilakukan bapak Suyono dan ibu Atikah di
desa Bumiayu adalah haram dan tidak dibolehkan oleh syariat karena di dalamnya
mengandung unsur Garar, yakni memperjualbelikan buah mangga Manalagi yang belum
jelas atau belum nampak kematangannya serta barang yang diperjualbelikan tidak

9
bermanfaat dan berbahaya sehingga dapat merugikan salah satu pihak15. Perbedaan
penelitian ini terletak pada objek yang akan diteliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Aditya Mahendra Wibowo tahun 2019 adalah menggunakan jual beli buah
mangga dengan sistem tebasan sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
menggunakan jual beli buah alpukat dengan sistem tebasan. Persamaan dari penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian meneliti jual beli sistem tebasan.

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Gerin Prayoga tahun 2018 Universitas Sultan Agung
Semarang dengan judul “Praktik Jual Beli Tebu Secara Tebasan Perspektif Undang Undang
No 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, berdasarkan hasil penelitian, Jual beli
tebu secara tebasan dilaksanakan hanya dengan memperkirakan jumlah hasil panen tebu
tersebut untuk menentukan harga tebu yang akan ditebas, terjadi spekulasi karena kualitas
dan kuantitas tebu belum tentu jelas keadaan dan kebenaran perhitungannya16. Perbedaan
penelitian ini terletak pada objek yang akan diteliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Gerin Prayoga tahun 2018 adalah menggunakan jual beli tebu dengan sistem tebasan
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan jual beli buah alpukat dengan
sistem tebasan. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian meneliti jual beli sistem tebasan dan menggunakan perspektif Undang – Undang
No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Sadisatul Mufarohati tahun 2017 Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Praktik Jual Beli Padi Secara
Tebasan Perpektif Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Desa
Payaman Kecamatan Secang Kabupaten Magelang)”, berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan diketahui bahwa hak – hak konsumen yang terdapat dalam praktek jual beli
tebasan di Desa Payaman ada beberapa yang telah terpenuhi seperti kenyamanan dalam
bertransaksi, kebebasan untuk memilih barang, mendapatkan informasi secara jujur
mengenai harga dan kondisi barang, hak untuk menyelesaikan sengketa secara patut.

12
Anis Subekti, “Praktik Jual Beli Padi Dengan Sistem Tebasan Dalam Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus di Desa Guli
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali)”, Skripsi(Surakarta, Institut Agama Islam Negeri Surakarta)
15
Muhammad Aditya Mahendra Wibowo , ,”Jual Beli Tebasan Buah Mangga di Desa Bumiayu ditinjau dari Hukum
Islam”,Skripsi(Surakarta,Universitas Muhammadiyah Surakarta).
16
Gerin Prayoga, “Praktik Jual Beli Tebu Secara Tebasan Perspektif Undang Undang No 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen”,Skripsi(Semarang,Universitas Islam Sultan Agung Semarang).

10
Beberapa hak konsumen yang belum terpenuhi yaitu seperti belum adanya pembinaan dan
pendidikan mengenai konsumen. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang akan
diteliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sadisatul Mufarohati pada tahun 2017 adalah
menggunakan jual beli padi dengan sistem tebasan sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan menggunakan jual beli buah alpukat dengan sistem tebasan. Persamaan dari
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian meneliti jual beli
sistem tebasan dan menggunakan perspektif Undang – Undang Perlindungan Konsumen.

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Nugraha Hengki tahun 2018 Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan judul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Jual Beli Petai Dengan Sistem Tebas : Studi Kasus Di Desa Depok Kecamatan
Cisompet Kabupaten Garut”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan jual beli dengan sistem tebas adalah pembeli (bandar)
membeli petai yang masih muda dan masih berada di pohon, latar belakang terjadinya jual
beli petai dengan sistem tebas didorong oleh beberapa faktor antara lain : faktor ekonomi,
faktor pendidikan, faktor kebiasaan dan faktor kebutuhan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari dan menurut tinjauan hukum ekonomi syariah pelaksanaan jual beli
petai dengan sistem tebas di Desa Depok telah menjadi adat dan kebiasaan di kalangan
pembeli dan penjual sedangkan pelaksanaan jual beli petai dengan sistem tebas di Desa
Depok tidak sah dikarenakan tidak memenuhi salah satu rukun dan syarat jual beli.
Perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang akan diteliti. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Nugraha Hengki tahun 2018 adalah menggunakan jual beli petai dengan
sistem tebasan sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan jual beli buah
alpukat dengan sistem tebasan. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian meneliti jual beli sistem tebasan.

F. Landasan Teori
1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen merupakan keseluruhan asas dan kaidah yang
mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan
penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan.
Perlinsungan konsumen diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 8 Tahun

11
1999 tentang perlindungan konsumen yang menyebutkan bahwa hukum perlindungan
konsumen merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Menurut Bussiness English Dictionary, perlindungan konsumen adalah istilah
yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada
konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal – hal yang merugikan
konsumen itu sendiri.
Asas – asas dalam hukum perlindungan konsumen dijelaskan dalam Pasal 2
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu :
“Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen serta kepastian hukum”.
Pada pasal 3 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang / jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak – haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta ekses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang / jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang / jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
2. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang
bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad yang mengikat dua belah
pihak. Tukar menukar yaitu salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu
yang ditukarkan oleh pihak lain. Dan sesuatu yang bukan manfaat ialah bahwa benda
yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan

12
manfaat atau bukan hasilnya. Jual beli menurut etimologi berarti Al-Ba’i, Al-Tijarah, dan
Al-Mubadalah.17 Jual beli juga berarti saling menukar (pertukaran).18

Menurut Abi Yahya Zakaria Al-Ansyori, jual beli menurut bahasa adalah
pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan mendapatkan
benda yang lain sebagai gantinya dengan jalan yang dibolehkan oleh syara‟.19 Menurut
Mazhab Safi‟i, jual beli dala arti bahasa adalah tukar menukar yang bersifat umum
sehingga masih bisa ditukar dengan barang yang lain, seperti menukar uang dengan
pakaian atau berupa barang yang bermanfaat suatu benda. Seperti akad ijarah(sewa),
dengan demikian akad ijarah termasuk dalam arti jual beli menurut bahasa atau juga
berupa sikap dan tindakan tertentu20 dapat disimpulkan bahwa pengertian jual beli adalah
pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan mendapatkan
benda lainnya sebagai gantinya dengan tujuan untuk mencari keuntungan (laba) dengan
jalan yang dibolehkan oleh syara‟.

3. Rukun dan syarat Jual Beli


a. Syarat Jual Beli

Syarat yaitu asal maknanya: janji. Menurut istilah syara‟, ialah sesuatu yang
harus ada, dan menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi
sesuatu itu tidak berada di dalam pekerjaan itu21. Agar jual beli dapat dilaksanakan
secara sah dan memberi pengaruh yang tepat, harus direalisasikan beberapa
syaratnya terlebih dahulu. Ada yang berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli,
dan ada kaitan dengan obyek yang diperjual belikan.

a) Syarat Sighat lafadz ijab qabul.


Adapun syarat-syarat ijab dan qabul menurut para ulama fiqh yaitu:
1) Orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal.
2) Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya penjual mengatakan : “saya jual buku
ini seharga Rp. 15.000”, lalu pembeli menjawab : “saya beli dengan
17
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 67
18
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki, Terjemah Fikih Sunnah, Jilid XII, Al-Ma‟arif, Bandung,
1987, hlm. 44
19
Imam Taqiyuddin Abi Bakrin Muhammad Al-Hulain,Op.Cit., hlm. 239
20
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, Muamalat II, Alih Bahasa Chatibul Umam dan Abu Hurairah, Darul Ulum Press,
Jakarta, 2001, hlm. 11
21
M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi‟ah AM., Kamus Istilah Fiqih, PT. Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994, hlm. 301

13
harga Rp. 15.000”. apabila antara ijab dengan qabul tidak sesuai maka
jual beli tidak sah.
3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis. Maksudnya kedua belah
pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang
sama. Apabila penjual mengucapkan ijab, lalu pembeli berdiri sebelum
mengucapkan qabul, atau pembeli mengerjakan aktivitas lain yang tidak
terkait dengan masalah jual beli, kemudian ia ucapkan qabul, maka
menurut kesepakatan para ulama fiqih jual beli ini tidak sah”.22

Berdasarkan beberapa syarat ijab dan qabul di atas, yang menjadi perselisihan
pendapat adalah ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Dimana ulama
Hanafiyah dan Malikiyah mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh saja
diantarai oleh waktu, yang diperkirakan bahwa pihak pembeli sempat untuk
berfikir.23 Namun ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa jarak antara
ijab dan qabul tidak terlalu lama, yang dapat menimbulkan dugaan bahwa objek
pembicaraan telah berubah.24

b. Rukun Jual Beli

Jual beli dapat dikatakan sah apabila kedua pihak telah memenuhi rukun
dan syarat dalam jual beli tersebut. Adapun rukun dan syarat dalam jual beli adalah
ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual beli menjadi sah
menurut Hukum Islam.40 Rukun adalah kata mufrad dari kata jama‟ “Arkan”,
artinya asas atau sendi-sendi atau tiang, yaitu sesuatu yang menentukan sah (apabila
dilakukan) dan tidak sahnya (apabila ditinggalkan) sesuatu pekerjaan dan sesuatu
itu termasuk di dalam pekerjaan itu25. Menurut Abdurrahman Aljaziri,
mendefinisikan rukun jual beli sebagai berikut:26

1) Al-„Aqidani, yaitu dua pihak yang berakad yakni penjual dan pembeli.
2) Mauqud „alaih, yaitu sesuatu yang dijadikan akad yang terdiri dari harga dan
barang yang diperjual belikan.
22
Muhammad Yusuf Musa, Al-Amwal wa Nazhariyah al-‘aqd, Dar al-Fikr al-„Arabi, 1976, hlm. 255
23
Ibnu Abidin, Radd al-Muhtar ‘ala ad-Dur al-Mukhtar, Jilid IV, Al-Amiriyah, Mesir, tt, hlm. 113
24
Asy-Syarbaini al-Khatib, Muqhni al-Muhtaj, Jilid II, Dar al-Fikr, Beirut, 1982, hlm. 5-6
25
M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi‟ah Am., Op.Cit., hlm. 301
26
Abdurrahman Aljaziri, Op.Cit., hlm. 16

14
3) Sighat, yaitu ijab dan Kabul.

Adapun rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu ijab
(ungkapan pembeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual).
Menurut mereka yang menjadi rukun jual beli itu hanyalah kerelaan kedua belah
pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi karena unsur kerelaan itu
merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga tidak kelihatan, maka
diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi
yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli,
menurut mereka boleh tergantung dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling
memberikan barang dan harga barang.27

Menurut jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli ada empat, yaitu:

1) Ada orang yang melakukan akad atau al-muta‟aqidain (penjual dan pembeli)
2) Ada sighat (lafal ijab dan qabul)
3) Ada barang yang dibeli
4) Ada nilai tukar pengganti barang28.

Menurut Imam Taqiyudin Abi Bakar Muh. Al-Husaini menyatakan rukun jual beli
yaitu sebagai berikut:

1) Penjual
2) Pembeli
3) Barang yang dijual
4) Harga
5) Ucapan ijab dan qabul.29
4. Macam - Macam Jual Beli
Macam – macam jual beli antara lain :
a. Jual beli barang yang belum di terima, Seorang muslim tidak boleh membeli suatu
barang kemudian menjualnya, padahal ia belum menerima barang dagangan tersebut.

27
Ibnu Abidin, Op.Cit., Hlm. 5
28
Al-Bahuti, Kasysaf al-Qina, Jilid II, Dar al-Fikr, Beirut, tt, hlm. 125
29
Taqiyudin Abi Bakar Muh. Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Juz IV, Al-Ma‟arif, Bandung, tt, hlm. 89

15
b. Jual beli najasy, Seorang muslim tidak boleh menawar suatu barang dengan harga
tertentu, padahal ia tidak ingin membelinya, namun ia berbuat seperti itu agar diikuti
para penawar lainnya kemudian pembeli tertarik membeli barang tersebut. Seorang
muslim juga tidak boleh berkata kepada pembeli yang ingin membeli suatu barang.,
“Barang ini dibeli dengan harga sekian”. Ia berkata bohong untuk menipu pembeli
tersebut, ia bersekongkol dengan penjual atau tidak30.
c. Jual beli barang-barang haram dan najis.
d. Jual beli gharar Jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung unsurunsur
penipuan dan pengkhianatan, baik karena ketidak jelasan dalam objek jual beli atau
ketidak pastian dalam cara pelaksanaannya. Hukum jual beli ini adalah haram.31
e. Jual beli dua barang dalam satu akad.
f. Jual beli urbun (uang muka).
g. Jual Beli Mulaqih Jual beli mulaqih adalah jual beli yang barang yang menjadi
objeknya hewan yang masih berada dalam bibit jantan sebelum bersetubuh dengan
yang betina.32 Alasan pelarangan jual beli ini adalah apa yang diperjual belikan tidak
berada di tempat akad dan tidak dapat pula dijelaskan kualitas dan kuantitasnya.
Ketidak jelasan ini menimbulkan ketidak relaan pihak-pihak.
h. Jual beli mudhamin Jual beli mudhamin adalah transaksi jual beli yang objeknya
adalah hewan yang masih berada dalam perut induknya. Jual beli ini dilarang karena
tidak jelasnya objek jual beli.
i. Jual beli hushah atau lemparan batu Jual beli hushah itu diartikan dengan beberapa
arti. Di antaranya jual beli sesuatu barang yang terkena oleh lemparan batu yang
disediakan dengan harga tertentu. Arti lain adalah jual beli tanah dengan harga yang
sudah ditentukan, yang luasnya sejauh yang dapat dikenai oleh batu yang
dilemparkan. Hukum jual beli seperti ini adalah haram.
j. Jual beli muhaqalah Jual beli muhaqalah dalam satu tafsiran adalah jual beli buah-
buahan yang masih berada di tangkainya dan belum layak untuk dimakan. Hukum
jual beli ini adalah haram. Alasan haramnya jual beli ini adalah karena objek yang
diperjual belikan masih belum dapat dimanfaatkan. Karena larangan di sini

30
7 Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Mushlih, Op.Cit., hlm. 78
31
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cetakan 1,Kencana, Bogor, 2003, hlm. 201
32
Amir Syarifuddin, Op.Cit., hlm. 201

16
melanggar salah satu dari syarat jual beli yaitu asas manfaat maka menurut
kebanyakan ulama jual beli ini tidak sah.33
5. Jenis - Jenis Jual Beli
Beberapa jenis – jenis jual beli, antara lain :
a. Jual beli Salam (Jual beli Pembayaran di Muka).

Kata as-salam disebut juga dengan as-salaf. Maknanya, adalah menjual


sesuatu dengan sifat-sifat tertentu, masih dalam tanggung jawab pihak penjual tetapi
pembayaran segera atau tunai. Para ulama fikih menamakannya dengan istilah al
Mahawi’ij. Artinya, adalah sesuatu yang mendesak, karena jual beli tersebut
barangnya tidak ada di tempat, sementara dua belah pihak yang melakukan jual beli
dalam keadaan terdesak. Ada pendapat yang mengartikan jual beli salam adalah
pembiayaan terkait dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan
dengan pemesanan barang. Jual beli salam ini, biasanya berlaku untuk jual beli yang
objeknya adalah agrobisnis. Misalnya, gandum, padi, tebu dan sebagainya.

Dalam jual beli salam, spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh
pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal Bank bertindak sebagai pembeli,
Bank Syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah untuk menghindari risiko yang
merugikan Bank.

1. Dasar Hukum Jual beli Salam


Sebagai dasar hukum jual beli salam adalah : a. Firman Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 282 :

‫َُ ُك ْى‬ْٛ َّ‫َ ْكتُةْ ت‬ٛ‫ ٍٍ اِ ٰنٰٓٗ اَ َج ٍم ُّي َس ًًّٗ فَا ْكتُث ُْٕ ُِۗ َٔ ْن‬ْٚ ‫َ ُْتُ ْى تِ َذ‬ٚ‫ ٍَْ ٰا َيُُ ْٰٕٓا اِ َرا تَ َذا‬ٚ‫َُّٓا انَّ ِز‬َٚ‫ٰٓا‬ٰٚ
ّ ٰ ًَُّ َّ‫ة َك ًَا َعه‬
ْ٘‫ُ ًْهِ ِم انَّ ِز‬ٛ‫َ ْكتُ ْۚةْ َٔ ْن‬ٛ‫ّللاُ فَ ْه‬ َ ُ‫َّ ْكت‬ٚ ٌْ َ‫ب َكاتِةٌ ا‬ َ ْ‫َأ‬ٚ ‫َكاتِ ٌۢةٌ تِ ْان َع ْذ ِۖ ِل َٔ ََل‬
‫ك‬ُّ ‫ ِّ ْان َح‬ْٛ َ‫اٌ انَّ ِزْ٘ َعه‬ َ ‫ْـ ًۗا فَا ِ ٌْ َك‬ٛ‫َ ْثخَسْ ِي ُُّْ َش‬ٚ ‫ّللاَ َستَّّٗ َٔ ََل‬ ّٰ ‫ك‬ ِ َّ‫َت‬ٛ‫ك َٔ ْن‬ ُّ ‫ ِّ ْان َح‬ْٛ َ‫َعه‬
‫ُّّٗ تِ ْان َع ْذ ۗ ِل‬ِٛ‫ُ ًْهِمْ َٔن‬ٛ‫ ًِ َّم ُْ َٕ فَ ْه‬ُّٚ ٌْ َ‫ ُع ا‬ْٛ ‫َ ْستَ ِط‬ٚ ‫فًا اَ ْٔ ََل‬ْٛ ‫ض ِع‬ َ ْٔ َ‫ًٓا ا‬ْٛ ِ‫َسف‬
33
Ibid, hlm. 201

17
ٍِ ‫ ٍِْ فَ َش ُج ٌم َّٔا ْي َشاَ ٰت‬َٛ‫َ ُك ََْٕا َس ُجه‬ٚ ‫ِّجانِ ُك ْۚ ْى فَا ِ ٌْ نَّ ْى‬ َ ‫ ٍِْ ِي ٍْ س‬ٚ‫ َذ‬ْٛ ِٓ ‫َٔا ْستَ ْش ِٓ ُذ ْٔا َش‬
ٖۗ ‫ض َّم اِحْ ٰذىُٓ ًَا فَتُ َز ِّك َش اِحْ ٰذىُٓ ًَا ْاَلُ ْخ ٰش‬ ِ َ‫ض ْٕ ٌَ ِي ٍَ ان ُّشَٓ َۤ َذا ِء اَ ٌْ ت‬ َ ْ‫ِي ًَّ ٍْ تَش‬
‫شًا‬ْٛ ِ‫شًا اَ ْٔ َكث‬ْٛ ‫ص ِغ‬ َ ُُِْٕ ‫ب ان ُّشَٓ َۤ َذا ُء اِ َرا َيا ُد ُع ْٕا ۗ َٔ ََل تَسْـَ ًُ ْٰٕٓا اَ ٌْ تَ ْكتُث‬ َ ْ‫َأ‬ٚ ‫َٔ ََل‬
ٌْ َ‫َل ا‬ ّ ٰ ‫اِ ٰنٰٓٗ اَ َجهِ ّۗ ٰرنِ ُك ْى اَ ْل َسظُ ِع ُْ َذ‬
ٰٓ َّ ِ‫ّللاِ َٔاَ ْل َٕ ُو نِه َّشَٓا َد ِج َٔاَ ْد َٰ ٰٓٗ اَ ََّل تَشْ تَات ُْٰٕٓا ا‬
‫ ُك ْى ُجَُا ٌح اَ ََّل تَ ْكتُث َُْْٕ ۗا‬ْٛ َ‫ْس َعه‬ َ َٛ‫َُ ُك ْى فَه‬ْٛ َ‫ش َََُْٔٓا ت‬ْٚ ‫ض َشجً تُ ِذ‬
ِ ‫تَ ُك ْٕ ٌَ تِ َجا َسجً َحا‬
‫ق‬ ٌ ٌۢ ُْٕ ‫ ٌذ ەۗ َٔاِ ٌْ تَ ْف َعهُ ْٕا فَاََِّّٗ فُس‬ْٛ ِٓ ‫ُض َۤا َّس َكاتِةٌ َّٔ ََل َش‬ َ ٚ ‫َ ْعتُ ْى ِۖ َٔ ََل‬ٚ‫َٔاَ ْش ِٓ ُذ ْٰٓٔا اِ َرا تَثَا‬
‫ ٌى‬ْٛ ِ‫ ٍء َعه‬ْٙ ‫ّللاُ تِ ُك ِّم َش‬ ّ ٰ َٔ ۗ ُ‫ّللا‬
ّ ٰ ‫ُ َعهِّ ًُ ُك ُى‬َٚٔ ۗ َ‫ّللا‬
ّ ٰ ‫تِ ُك ْى ۗ َٔاتَّمُٕا‬

Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak


secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki,
maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika
mu`amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak
ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila

18
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika
kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu “.34
2. Rukun-rukun Jual beli Salam
Rukun – rukum yang terdapat di dalam jual beli salam antara lain :
a. Pembeli (muslam)
b. Penjual (muslam ilahi)
c. Modal uang (annuqud)
d. Barang (muslam fihi)
e. Serah terima barang ( Ijab qabul).
3. Syarat-syarat Jual Beli Salam
Disamping rukun, untuk keabsahan jual beli salam, para Ulama menetapkan
beberapa syarat – syarat sah. Secara garis besar, para Ulama menggolongkan
syarat – syarat ini menjadi dua, yaitu :
a. Syarat umum jual beli ini dimuat dalam majalah Assunnah edisi 09/Thn
XIII/ Dzulhijjah 1431/Desember 2009M.
b. Syarat khusus pada jual beli salam ada enam, antara lain :
1) Jual beli ini pada barang – barang yang memiliki kriteria yang jelas.
2) Pembayaran dilakukan pada saat akad (transaksi).
3) Penyebutan kriteria, jumlah dan ukuran barang dilakukan saat transaksi
barang berlangsung.
4) Jual beli salam harus ditentukan dengan jelas tempo penyerahan barang
pesanan.
5) Barang pesanan yang sudah tersedia di pasar saat jatuh tempo agar
dapat diserahkan pada waktunya
6) Barang pesanan adalah barang pengadaannya ada dalam tanggung
jawab penjual, bukan dalam bentuk satu barang yang telah ditentukan
dan terbatas.
b. Jual beli Istishna’

34
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya,h.37.

19
Istishna’ adalah akad yang berasal dari bahasa Arab artinya buatan. Menurut
para ulama bay’ Istishna’ (jual beli dengan pesanan) merupakan suatu jenis khusus
dari akad bay’ as-salam (jual beli salam). Jenis jual beli ini dipergunakan dalam
bidang manufaktur. Pengertian bay’ Istishna’ adalah akad jual barang pesanan di
antara dua belah pihak dengan spesifikasi dan pembayaran tertentu. Barang yang
dipesan belum diproduksi atau tidak tersedia di pasaran. Pembayarannya dapat secara
kontan atau dengan cicilan tergantung kesepakatan kedua belah pihak.

a) Dasar Hukum Jual beli Istishna’

Sebagai dasar hukum jual beli istishna’ adalah sama dengan jual beli
salam, karena ia merupakan bagian pada jual beli salam. Pada jual beli salam
barang-barang yang akan dibeli sudah ada, tetapi belum berada di tempat. Pada
jual beli istishna’ barangnya belum ada dan masih akan dibuat atau diproduksi.
Atas dasar ini, maka menurut mazhab Hanafi pada prinsipnya jual beli istishna’
itu tidak boleh. Akan tetapi dibolehkan karena prakteknya dalam masyarakad
sudah menjadi budaya dan di dalamnya tidak terdapat gharar atau tipu daya

b) Rukun-rukun Jual beli Istishna’


Adapun rukun-rukun istishna‟ adalah sebagai berikut :
a. Produsen / pembuat barang (shaani‟) yang menyediakan bahan bakunya
b. Pemesan / pembeli barang (Mustashni)
c. Proyek / usaha barang / jasa yang dipesan (mashnu')
d. Harga (saman)
e. Serah terima / Ijab Qabul .
c) Syarat-syarat Jual beli Istishna’
Syarat-syarat jual beli istishna’ adalah sebagai berikut :
a. Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk
melakukan jual beli
b. Ridha / keralaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
c. Apabila isi akad disyaratkan Shani' hanya bekerja saja, maka akad ini bukan
lagi istishna, tetapi berubah menjadi akad ijarah

20
d. Pihak yang membuat barang menyatakan kesanggupan untuk mengadakan /
membuat barang itu e. Mashnu' (barang / obyek pesanan) mempunyai
kriteria yang jelas seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan jumlahnya f. Barang
tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara' (najis, haram,
samar/ tidak jelas) atau menimbulkan kemudratan35
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research
(penelitian lapangan). 36
b. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dialami. 37
2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sebagai pengamat penuh yang mana
peneliti melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan juga dengan wawancara
dengan pihak pihak yang terkait tentang bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan Undang
Undang perlindungan konsumen jual beli Alpukat dengan sistem tebasan studi kasus di
Desa Suluk Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah di Desa suluk Kabupaten
madiun. Peneliti memilih melakukan penelitian ini karena peneliti melihat adanya
ketidakseimbangan dan keadilan dalam Tinjauan Hukum Islam dan Undang Undang
perlindungan konsumen jual beli Alpukat dengan sistem tebasan studi kasus di Desa
Suluk.

4. Data dan Sumber Data


a. Data

35
Mujiatun siti, September 2013, JURNAL RISET AKUNTANSI DAN BISNIS, JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF ISLAM : SALAM DAN
ISTISNA’, Vol 13 No . 2,202-216
36
Lexy J Meloeng, Metodologi Pebelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), 86
37
Ibid., 03

21
Data dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara kepada penjual buah
Alpukat di Desa suluk dan para petani buah yang bertempat tinggal di Desa suluk,
kabupaten madiun, dan Kepada pembeli buah Alpukat serta Tokoh Masyarakat
setempat guna mendapatkan data-data yang diperlukan.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan ini, yaitu buku tentang Jual Beli Islam dan buku yang berkaitan dengan
hukum perlindungan konsumen yang berkaitan dengan jual beli.

5. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejalagejala
yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai
dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat
dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya)38
b. Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut
interview.39
c. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh
data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. 40
6. Teknik Analis Data
Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan analisis data ini ialah mengolah
data verbal yang beragam menjadi ringkasan sistematis. Olahan tersebut dimulai dengan
mengorganisasikan data yang terkumpul terdiri dari catatan, dan buku yang kemudian
dituangkan kedalam tulisan. Beberapa teknik tersebuat adalah :
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, keterbacaan, kejelasan makna, keselarasan antara yang satu dengan
yang lain, relevansi dan keseragaman satuan atau kelompok kata.

38
Husaini Usman, Metodolofi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 52.
39
Ibid., 55
40
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Ineca Cipta, 2008)

22
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematisasikan pertanyaanpertanyaan dalam
perumusan masalah.
c. Analiting, yaitu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Data yang dianalisis
tersebut kemudian diolah dengan menggunakan teori dan dalil-dalil yang sesuai,
sehingga bisa ditarik kesimpulan terkait penelitian tersebut.41

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode induktif yaitu
teknik analisis data dengan cara berfikir dengan mendasarkan pada pengalaman-
pengalaman yang diulangulang atau suatu cara/jalan yang dipakai untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hasihasil atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.

7. Pengecekan Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan konsep yang penting yang diperbaharui dari konsep
kesohihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan deduktif yaitu metode berfikir yang diawali dengan teori
dan ketentuan yang bersifat umum dan selanjutnya menarik kesimpulan secara khusus.
Teknik yang digunakan penulis untuk pengecekan keabsahan data yang ditemukan
menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu umtuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding data tersebut, yakni sumber, metode, penyidik dan teori.
8. Tahap-tahapan Penelitian
Tahap-tahap peneliti tersebut meliputi :
a. Tahap pra-lapangan yang meliputi: penyusunan rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan,
memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian yang
menyangkut persoalan etika penelitian.etika penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan
diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan dat
c. Tahap analisis data yang meliputi: analis dalam dan setelah pengumpulan data.

41
Gardian Marian, Telaah Maqashid Syariah Terhadap Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan
Ekonomi Lokal (PIID-PEL) Di Desa Ngebel Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo, Skripsi (Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2019), 16.

23
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
H. Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berfungsi sebagai gambaran secara umum untuk
memberikan pola pemikiran bagi keseluruhan skripsi,
yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka,
kajian teori, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II : KONSEP JUAL BELI
Bab kedua ini berisi tentang landasan teori, yang
merupakan pijakan dan selanjutnya digunakan untuk
menganalisis data laporan penelitian (skripsi) ini. Isi dari
bab ini yaitu pengertian jual beli, rukun dan syarat jual
beli,macam macam jual beli,jenis jenis jual beli.
BAB III : PRAKTIK JUAL BELI ALPUKAT SISTEM TEBAS
DI DESA SULUK KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Bab ini membahas tentang masalah yang di kaji penulis
dalam penulisan lapangan (field research). Bab ini berisi
mengenai proses penebas (pemborong) memetik, dan cara
penjualan buah Alpukat serta penetapan harga Alpukat di
Desa suluk Kecamatan dolopo Kabupaten madiun.
BAB IV : ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERHADAP JUAL BELI ALPUKAT SISTEM
TEBASAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
Bab ini peneliti akan membahas dan menganalisis data
tentang perlindungan konsumen terhadap jual beli alpukat
sistem tebasan dalam perspektif hukum islam dan Undang

24
- Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang dilakukan di Desa
Suluk Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab yang terakhir, yang berisi
kesimpulan, saran, biografi penulis dan penutup.

I. Daftar Pustaka Sementara


Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012 ),33
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, Muamalat II, Alih Bahasa Chatibul Umam dan
Abu Hurairah, Darul Ulum Press, Jakarta, 2001, hlm. 11
Abdurrahman Aljaziri, Op.Cit., hlm. 16
Adrianus Meliala, 1993, Praktik Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), h. 152
Al-Bahuti, Kasysaf al-Qina, Jilid II, Dar al-Fikr, Beirut, tt, hlm. 125
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cetakan 1,Kencana, Bogor, 2003, hlm. 201
Amir Syarifuddin, Op.Cit., hlm. 201
Asy-Syarbaini al-Khatib, Muqhni al-Muhtaj, Jilid II, Dar al-Fikr, Beirut, 1982, hlm. 5-6
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Ineca Cipta, 2008)
Bpk. Yatimen, Pemilik kebun (penjual) di Desa Suluk, Wawancara, Suluk, 19 April 2022.
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2008,
hal.1
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya,h.37.
Gardian Marian, Telaah Maqashid Syariah Terhadap Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa
Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL) Di Desa Ngebel Kecamatan Ngebel
Kabupaten Ponorogo, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2019), 16.
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1.
Gerin Prayoga, “Praktik Jual Beli Tebu Secara Tebasan Perspektif Undang Undang No 8
tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”,Skripsi(Semarang,Universitas
Islam Sultan Agung Semarang).
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 67

25
Hengky nugraha, “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Jual Beli Petai dengan
Sistem Tebas (Studi Kasus di Depok Kecamatan Cisompet Kab
Garut)”,”skripsi(Bandung,UIN Sunan Gunung Djati,2018)
Husaini Usman, Metodolofi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 52.
Imam Taqiyuddin Abi Bakrin Muhammad Al-Hulain,Op.Cit., hlm. 239
Ibnu Abidin, Radd al-Muhtar „ala ad-Dur al-Mukhtar, Jilid IV, Al-Amiriyah, Mesir, tt, hlm.
113
Ibnu Abidin, Op.Cit., Hlm. 5
Ibid, hlm. 201
Ibid., 03
Ibid., 55
Inah Nur Ety, Peranan Komunikasi Terhadap Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol.6 No. 1
Januari-Juni, 176-188
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya : CV. Pustaka Agung
Harapan, 2006). h. 59.
Lexy J Meloeng, Metodologi Pebelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998), 86
M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi‟ah AM., Kamus Istilah Fiqih, PT. Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1994, hlm. 301
M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi‟ah Am., Op.Cit., hlm. 301
Mujiatun siti, September 2013, Jurnal Riset Akutansi Dan Bisnis , Jual Beli Dalam
Perspektif Islam : Salam dan Istisna’, Vol 13 No . 2,202-216
Muhammad Aditya Mahendra Wibowo , ,”Jual Beli Tebasan Buah Mangga di Desa
Bumiayu ditinjau dari Hukum Islam”,Skripsi(Surakarta,Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Muhammad Yusuf Musa, Al-Amwal wa Nazhariyah al-„aqd, Dar al-Fikr al-„Arabi, 1976,
hlm. 255
Rahmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, Cet. Ke-2, 2004), h.73.

Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 44.

26
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki, Terjemah Fikih
Sunnah, Jilid XII, Al-Ma‟arif, Bandung, 1987, hlm. 44
Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Mushlih, Op.Cit., hlm. 78
Suhrawardi K. Lubis, Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
h. 1.
Taqiyudin Abi Bakar Muh. Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Juz IV, Al-Ma‟arif, Bandung, tt,
hlm. 89
Umardani Mohamad Kharis,Jual beli berdasarkan kitab undang undang hokum perdata dan
hokum islam,, Journal of Islamic Law Studies.
Undang-undang No.8 Tahun 1999, Op.Cit., Pasal 1 angka 3
J. Outline Daftar Isi

Halaman Sampul
Halaman Judul
Lembar Persetujuan Pembimbing
Lembar Pengesahan
Motto
Halaman Persembahan
Abstrak
Kata Pengantar
Pedoman Transliterasi
Daftar Isi
I BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
2. Kehadiran Penelitian
3. Lokasi Penelitian

27
4. Data dan Sumber Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Pengecekan Keabsahan Data
G. Sistem Pembahasan
II BAB II : KONSEP JUAL BELI
A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen
B. Pengertian Jual Beli
III BAB III : PRAKTIK JUAL BELI SISTEM TEBAS DI DESA SULUK
KECAMATAN DOLOPO
A. Deskripsi umum tentang Desa Suluk Kecamatan Dolopo .
B. Deskripsi tentang proses penjual mengumpulkan, memetik
dan cara penjualan alpukat serta penetapan harga alpukat di
Desa Suluk Kecamatan Dolopo.
IV BAB IV : ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
JUAL BELI ALPUKAT SISTEM TEBASAN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG –
UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
A. Tinjauan perlindungan konsumen dalam perspektif hukum
islam dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999
B. Tinjauan perlindungan konsumen terhadap jual beli alpukat
dalam perpektif hukum islam dan Undang – Undang Nomor
8 Tahun 1999
V BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran – Lampiran
Riwayat Hidup
Pernyataan Keaslian Tulisan

28

Anda mungkin juga menyukai