Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MU’AMALAH

Dosen pengampuh:

Madi Apriadi, M.Pd. I

Disusun oleh:

Laura Yogi Larasati 234820103017

Mardila Sahra Rabia 234820103019

STIKES AISYIYAH PALEMBANG

2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT., sholawat dan salam Allah semoga
terus mengalir kepada Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah kami. Tujuan kami membuat makalah tidak lain adalah untuk mengetahui
lebih luas pengertian tentang muamalah dan dasar-dasar muamalah.

Makalah ini merupakan salah satu amanah yang diberikan oleh dosen kami sebagai
sumber belajar mandiri kami. Oleh karena itu, tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada dosen pembimbing kami dalam berjalannya mata kuliah ini.

Makalah ini menjelaskan tentang muamalah yakni hukum syariat yang bersangkutan
dengan urusan dunia dengan memandang kepada aktivitas hidup seseorang seperti jual-beli,
tukar menukar, pinjam meminjam dan sebagainya.

Harapan kami membuat makalah ini tidak lain adalah untuk membantu memberikan
sumbangsih keilmuan dan memiliki daya dorong yang positif terhadap perkuliahan yang
berlangsung di Stikes Aisiyiyah semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. Pengertian Muamalah ................................................................................................... 2


B. Dasar Hukum Muamalah............................................................................................... 3
C. Prinsip Muamalah ......................................................................................................... 7
D. Ruang Lingkup Muamalah ............................................................................................ 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................11

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial antara manusia islam sudah menata secara sempurna
sebuah aturan (hukum) yang didalamnya terdapat adab/ etika dalam hidup
bermasyarakat yang semuanya terangkum dalam hukum muamalah.

Secara etimologi kata muamalah yang kata tunggalanya muamalah (al


mu’amalah) yang berakar pada kata ’aamala secara arti kata mengandung arti ‘saling
berbuat’ atau secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti ’hubungan antara orang
dengan orang’.

Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua sisi yaitu menurut bahasa dan
menurut istilah. Menurut bahasa muamalah adalah bertindak, saling berbuat, dan saling
mengamalkan. Menurut istilah muamalah adalah aturan dalam hukum-hukum Allah
untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan
manusia.

2. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan muamalah
b) Apa saja dasar hukum muamalah
c) Apa saja prinsip muamalah
d) Apa saja ruang lingkup muamalah
3. Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian muamalah
b) Untuk mengetahui dasar muamalah
c) Untuk mengetahui prinsip muamalah
d) Untuk mengetahui ruang lingkup muamalah

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Muamalah

Secara istilah muamalah ialah kegiatan yang mengatur hal-hal yang


berhubungan dengan tata cara hidup sesama manusia untuk memenuhi kebutuhan
dengan tata cara hidup sesama manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selanjutnya pengertian muamalah dibedakan pada pengertian secara luas dan


secara sempit. Secara luas muamalah di definisikan sebagai berikut:

a. Menurut Ad-Dimyati sebagaimana dikutip oleh Hendi Suhendri dalam fiqih


muamalah, beliau beliau berpendapat bahwa muamalah adalah aktivitas
menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah akhirat.
b. Menurut Muhammad Yusuf Musa, muamalah adalah peraturan-peraturan Allah
yang diikuti dan ditaati dalam hidup masyarakat untuk menjaga kepentingan
manusia.

Secara secara sempit (khas) muamalah didefinisikan oleh para ulama antara lain
sebagai berikut:

• Menurut Ad-Dimyati sebagaimana dikutip oleh Hendi Suhendri beliau


berpendapat bahwasanya muamalah adalah aktifitas untuk menghasilkan
masalah akhirat.
• Menurut Hudhari Beyk, muamalah adalah semua akad yang membolehkan
manusia saling menukar manfaat.
• Menurut Idris Ahmad, muamalah adalah aturan Allah yang mengatur
hubungan manusi dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-
alat keperluan jasmaninya dengan cara paling baik.
• Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar menukar barang atau
sesuatu yang memanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.

5
Dengan demikian muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT yang
ditunjukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan
yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial masyarakat.

Dalam penelitian ini penulis membatasi hanya pada muamalah dalam arti
sempit (khas) yaitu muamalah yang berkaitan dengan transaksi antara manusia dengan
manusia yang lainnya dalam bidang ekonomi yang bersifat praktis yang objek
kajiannya meliputi: jual beli, bagi hasil, perkongsian, gadai, pengalihan utang, sewa
menyewa, pinjam meminjam, masalah riba, monopoli perdagangan dan lain-lain.

2. Dasar Hukum Muamalah

Dalam muamalah, islam juga memberikan aturan hukum yang dapat dijadikan
sebagai pedoman baik yang terdapat dalam al-qur'an maupun sunnah Rasulullah, hal
tersebut diperoleh dengan cara ijtihad untuk melaksanakan ijtihad dapat menggunakan
metode:

1. Analog (qiyas) yaitu dengan cara mencari perbandingannya atau pengibaratnya.


2. Maslahah mursalah yaitu bertumpu pada pertimbangan menarik manfaat
menghindari mudharat.
3. Ihtihsan yaitu meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil umum
yang dipandang lebih kuat.
4. Ihtihsab yaitu dengan cara melestarikan berlakunya ketentuan asal yang ada
terkecuali dalil yang menentukan lain.
5. Pengukuhan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan
ketentuan syariah.

Hukum asal muamalah adalah mubah, ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal
dalam transaksi muamalah adalah diperbolehkan kecuali terdapat nash yang
melarangnya.

Hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-
dalil yang terperinci yang mengatur keperdataan seseorang dengan orang lain dalam hal
persoalan ekonomi.

Adapun ruang lingkup muamalah dilihat dari tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Hukum keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-syakhiyyah)

6
Hukum yang berkaitan dengan keluarga serta terbentuknya keluarga dalam
tujuan untuk membangun serta memelihara keluarga sebagian kecil.

2. Hukum perdata (Al Ahkam Al Maliyah)

Hukum yang mengatur tentang individu dalam muamalah dan bentuk


hubungannya. Seperti jual beli, hutang piutang, perserikatan, perjanjian, dan
lain sebagainya

3. Hukum pidana (Al- Ahkam Al- Jinaiyyah)

Hukum yang berkaitan dengan segala bentuk kejahatan serta ketentuan sanksi
hukumnya yang bertujuan menjaga ketentraman hidup.

4. Hukum acara (Al Ahkam Al- Murafa'at)

Hukum tentang sumpah, persaksian, tata cara mempertahankan hak dan


memberi keputusan siapa yang bersalah.

5. Hukum perundang-undangan (Al Ahkam Al- Duwariyyah)

Hukum yang mengatur tentang perundang undangan yang berlaku untuk


membatasi hubungan hakim dengan terhukum.

6. Hukum kenegaraan (Al Ahkam Al- Duwaliyyah)

Hukum yang berkaitan dengan penguasa atau pemerintah dengan rakyatnya.

7. Hukum keuangan dan ekonomi (Al Ahkam Al- Igtishadiyyah Wa Al- Maliyyah)

Hukum yang berkaitan dengan fakir miskin yang ada dalam harta orang kaya,
mengatur sumber keuangan negara, pendiskusian atau malasah pembelajaran
negara dalam kepentingan masyarakat

Dalam muamalah harus dilandasi beberapa asas, karena tanpa asas ini suatu
tindakan tidak dinamakan sebagai muamalah, asas muamalah terdiri dari:

a. Asas ‘adalah

Asas ‘adalah (keadilan)atau pemeratan adalah penerapan prinsip


keadilan dalam bidang muamalah yang bertujuan agar harta tidak hanya
dikuasai oeleh segelintir orang saja, tetapi harus di distribusikan secar merata di

7
antara masyarakat, baik kaya maupun miskin dengan dasar dan tujuan itu maka
dibuatlah hukum zakat, shodaqoh, infaq.

b. Asas mu’awanah

Asas mu’awanah mewajibkan seluruh muslim untuk tolong menolong


dan membuat kemitraan dengan melakukan muamalah, yang dimaksud dengan
kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan perinsip
saling membesarkan.

c. Asas musyarakah

Asas musyarakah menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah


bekerjasama antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak
yang terlibat malainkan bagi seluruh masyarakat, oleh karena itu aea harta yang
dalam muamalat diperlukan sebagai milik bersama dan sama sekali tidak
dibenarkan dimiliki perorangan.

d. Asas tabadulul manafi

Asas tabadulul manafi atau asas manfaat berarti bahwa segalabentuk


kegiatan muamalat harus memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang
terlibat, asas ini merupakan kelanjutan prinsip tolong menolong/gotong royong
atau saling percayasehingga asas ini bertujuan menciptakan kerjasama antar
individu atau pihak-pihak dalam masyarakat dalam rangka saling memenuhi
keperluan masing masing dalam rangka kesejahteraan bersama.

e. Asas manfaah

Asas manfaah adalah kelanjutan dari prinsip pemilikan dalam hukum


islam yang menyatakan bahwa segala yang dilangit dan dibumi pada hakikatnya
adalah milik Allah SWT, dengan demikian manusia bukanlah oemilik ham
memanfaatkannya.

8
e. Asas antaradhin
Asas antaradhin atau suka sama suka menyatakan bahwa setiap bentuk
muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-
masing.

Lakukan bentuk muamalat, maupun kerelaan dalam arti kerelaan dalam


menerima dan atau menyerahkan harta yang dijadikan obyek perikatan dan
bentuk muamalat lainnya.

f. Asas adamul gharar

Asas adamul gharar berarti bahwa pada setiap bentuk muamalat tidak
boleh ada gharar atau tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak
merasa dirugikan oleh pihak lainnya sehingga mengakibatkan hilangnya unsur
kerelaan salah satu pihak dalam melakukan traksaksi.

3. Prinsip Muamalah

Adapun prinsip-prinsip utama dalam muamalah adalah sebagai berikut:

Prinsip pertama adalah: harta adalah milik Allah salah satu diantara sekian
banyak anugrahnya yang diberikan kepada manusia untuk kemanfaatan dan
kemaslahatan manusia.

َّ ‫ّٰللا ث ُ َّم اِذَا َم‬


‫س ُك ُم الض ُُّّر فَ ِالَ ْي ِه ت َ ْجـَٔ ُر ْون‬ ِ ‫ۚۚ َو َما بِ ُك ْم ِ ِّم ْن نِِّ ْع َم ٍة فَمِ نَ ه‬

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datangnya)
dan bila kamu di timpa kemudharatan, maka hanya kepadanya lah kamu meminta
pertolongan” (Q.S an Nahl:53)

Prinsip kedua adalah: Allah memberi kewenangan kepada manusia untuk


mengelola harta (istikhlaf al maal). Sehingga ia akan mempertanggung jawabkannya di
hadapan Allah oleh karena itu didalam penggunaan harta dan cara mendapatkannya
harus tunduk kepada ketentuannya.
ٰۤ
َ َ‫ت ِلِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َما ٓ ٰا ٰتى ُك ْم ا َِّن َربَّك‬
‫س ِر ْي ُع‬ ٍ ‫ض ُك ْم فَ ْوقَ بَ ْع‬
ٍ ٰ‫ض دَ َرج‬ َ ‫ض َو َرفَ َع بَ ْع‬ َْ ‫ف‬
ِ ‫اْل ْر‬ َ ‫ي َجعَلَ ُك ْم خ َٰل ِٕى‬ْ ‫َوه َُو الَّ ِذ‬
‫ب َواِنَّهٗ َلغَفُ ْو ٌر َّرحِ يْم‬ِ ِۖ ‫ٌ ْال ِعقَا‬

“Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia


meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk

9
mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat
cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya dia maha pengampun lagi maha
penyayang”.(Q.S al An’am:165)

Prinsip ketiga adalah: kepemilikan harta bukan tujuan namun ia serana untuk
menikmati perhiasan dunia yang Allah berikan kepada hambanya melalui rizki yang
baik saran untuk mewujudkan masalah umum.

Prinsip keempat adalah: kebolehan mengembangkan harta dan larangan


memonopoli dan menimbunnya. Prinsip tersebut menjelaskan tentang memperluas
cakupan manfaat harta sehingga maslahatnya dirasakan oleh orang banyak.

Prinsip kelima adalah: pencatatan proses transaksi. Diantar upaya penjagaan


dalam sebuah ransaksi dari terjadinya sengketa, lupa, kehilangan dan lainnya mak
syarah memerintahkan otentifikasi (tautsiq) melalui pencatatan, kesaksian, jaminan
gadai guna menjaga setiap hak dari pemiliknya.

Prinsip keenam adalah: mencari harta dan mendiskusikannya dengan cara yang
halal. Islam mengharamkan setiap usaha mendapatkan harta yang akan menimbulkan
kedengkian, merusak hubungan sesama manusia, bertindak curang (menipu).
Sebagaimana Islam memrintahkan untuk berbuat adil dalam muamalah dan akad
sehingga masyarakat terhindar dari kerusakan sosial dan mental serta
membelanjakannya dalam hal yang di izinkan secara syar’i.

Prinsip ketujuh adalah: haramnya riba dan mendapatkan harta dengan cara batil.
Keharaman riba dikerenakan penguasaan haq orang lain tanpa cara yang benar dan
dilarangnya mengambil harta dengan cara batil karena menimbulkan permusuhan dan
kebencian didalam masyarakat.

Prinsip kedelapan adalah: proposional dan adil dalam pedistribusian seorang


muslim dilarang berlebihan dalam penggunaan hartanya, tempat guna dan sasaran serta
jauh dari sikap iforth (berlebihan) atau tafirith (menyepelekan).

Prinsip kesembilan adalah: jujur dan amanah dalam muamalah. Sikap jujur dan
amanah ini implementasi adalah tidak mengambil haknya melebihi apa yang
seharusnya dan tidak mengurangi hak orang lain dari porsi yang seharusnya.

َ ‫َوالَّذ ِۡينَ ه ُۡم ِْلَمٰ ٰنتِ ِه ۡم َو‬


‫عهۡ ِده ِۡم َراع ُۡون‬

10
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya (Q.S al Mukminun :8)

Prinsip kesepuluh adalah: intervesi negara dalam menciptakan keseimbangan


distribusi sumber daya (resources). Islam melarang terpusatnya kekayaan pada
sebagian orang kaya saja sehingga masyarakat luas terhalang untuk menikmati
kemanfaatan dan kemaslahatannya.

Prinsip kesebelas adalah: berta’awun dengan sesama dalam muamalah.


Sehingga harta-harta menjadi unsur kebaikan yang dirasakan maslahatnya untuk
semua.

4. Ruang Lingkup Muamalah

Ruang lingkup muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia


berdasarkan hukum-hukum Islam, baik untuk berupa perintah maupun larangan yang
terkait dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya.

- Ruang lingkup muamalah dari segi aspeknya:


a. Muamalah Adabiyah

Muamalah adabiyah merupakan muamalah yang berkaitan dengan


bagaimana cara tukar menukar barang yang ditinju dari segi subjektifnya
yaikni manusia. Adapun muamalah ini mengatur tentang batasan-batasan
manusia yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh manusia
yakni adab dan akhlak, contoh kejujuran, kesopanan, menghargai sesama,
saling meridhoi, dengki, dendam dan sebagainya.

b. Muamalah Madiyah

Muamalah madiyah merupakan muamalah yang berkaitan dengan objek


muamalah maupun bendanya. Dalam muamalah madiyah ini menetapkan
sesuatu aturan secara syara’ yang terkait dengan objek bendanya. Jadi
muamalah ini tentang suatu benda, apakah benda ini halal, haram, atau
syubhat.

Dan bagaimana jika benda tersebut menyebabkan kemaslahatan serta


kemudhartan bagi manusia.

11
Adapun ruang lingkupnya sebagai berikut:

• Jual beli (bai’)


• Gadai (rahn)
• Jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman)
• Pemindahan hutang (hiwalah)
• Mudharabah
• Mukhabarah
• Syirkah
• Masalah seperti bunga bank, kredit, asuransi, dan lain sebagainya.
- Ruang lingkup muamalah dalam segi tujuannya:
➢ Hukum keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-Syakhiyyah)

Yakni suatu hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga, pembentukan


keluarga dengan tujuan untuk membangun serta memelihara keluarga sebagai
bagaian terkecil. Berisi hak dan kewajiban suami istri dan hubungan keluarga
dengan yang lain.

➢ Hukum perdata (Al Ahkam Al Maliyah)

Yakni hukum yang mengatur tentang hubungan individu dalam bermuamalah


dan bentuk hubunganya, seperti jual beli, sewa menyewa hutang piutang,
perserikatan, perjanjian dan lain sebagainya.

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Muamalah adalah semua hukum syariah yang bersangkutan dengan urusan


dunia dengan memandang kepada aktivitas hidup seseorang seperti jual beli, tukar
menukar, pinjam meminjam dan lain sebagainya.

2. Saran

Mari tingkatkan lagi akhlak bermuamalah sehingga tidak terjadi simpang siur
dikehidupan agar hidup tenang dan tentram.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munib. (2018). Konseling Individu: Hukum Islam dalam Muamalah. Islamic Law,
Muamalat : jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman.ISSN. 2355-0104. E-isnn.
2549-3833 :pon. Ireng@gmail.com

Eka Sakti. (2017). Prinsip-prinsip Muamalah Dalam Islam. Jurnal Hukum Islam Perbankan
Syariah Prinsip Muamalah. Eka635962@gmail.com.

Hilman Taqiyudin. (2019). Etika Muamalah Islam. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Konsep
Etika Muamalah dalam Islam.

14

Anda mungkin juga menyukai