Anda di halaman 1dari 11

Fiqh Muamalah Dan Perannya Dalam Perekonomian Islam

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu: Uswatun Hasanah, M. H. I

Disusun Oleh: Kelas Hukum Ekonomi Syariah 3C

Kelompok: 1

Jihan Nabila Yohana

Khairul Nisa Lubis

M. Imam Ardiansyah

Riyzka Alfi Syahraini

Rizwani Dara Betha

Said Dhiaul Fata

Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

2023/2024
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muamalah dan Fiqih Muamalah


Kata muamalah berasal dari kata ‫ معاملة عامل–يعامل‬dengan timbangan (wazan) ‫– مفاعلة‬
‫ فاعل –يفاعل‬yang artinya berinteraksi dalam jual beli atau hal lainnya. Kata muamalah juga
dapat berarti jika kamu bermuamalah dengan seseorang berarti kamu berinteraksi, bergaul
atau berbaur dengannya. Muamalah secara etimologi sama dan semakna dengan"al-mufa'alah
yaitu saling berbuat, yang berarti hubungan kepentingan antara seseorang dengan orang lain
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain. Pengertian muamalah menurut istilah syariat
islam ialah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup
sesama umat manusia untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan yang termasuk
dalam kegiatan muamalah diantaranya adalah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, pinjam
meminjam dan lain sebagainya. Tujuan dari muamalah itu sendiri adalah terciptanya hubungan
yang harmonis antara sesama manusia sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram,
karena didalam muamalah tersirat sifat tolong menolong yang didalam ajaran islam sangat
dianjurkan. Sebagaimana yang tercantum dalam Al – Quran surah Al – Maidah ayat 2 :

‫اونُ ْوا‬ َ ‫ل َوالت َّ ْق ٰوىِّ ْال ِب ِِّر‬


َ ‫علَى َوت َ َع‬ ِّ َ ‫اونُ ْوا َو‬ َ ‫الثْ ِِّم‬
َ ‫علَى ت َ َع‬ ِ ْ ‫ََو ْالعُدْو‬ ِِّ ‫ِّّۗللا َواتَّقُوا‬
َ ‫ِّان‬ َِّّ ‫ّللا ا‬
َِّٰ ‫ِن‬ َِّٰ ُ ‫ش ِد ْي ِّد‬ ِِّ ‫ْال ِعقَا‬
َ ‫ب‬
“Danِّ tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya.
Fiqh muamalah terdiri dari dua kata yaitu fiqh dan muamalah. Fiqh berasal dari bahasa
arab faqiha, yafqahu yang artinya pemahaman, dan pengetahuan. Kata pemahaman di sini
tidakِّ ِّ hanyaِّ ِّ beradaِّ ِّ padaِّ lingkupِّ ِّ hukumِّ ِّ syara‟,ِّ melainkan juga memahami tentang
muqashid hukum, illah hukum, serta sumber-sumber hukumnya. 1 Adapun pendapat dari Ibnu
Khaldun mengenai pengertian fiqh, beliau berpendapat bahwa fiqh merupakan ilmu untuk
mengetahui hukum-hukum Allah mengenai amal perbuatan manusia seperti anjuran,
kewajiban, makruh, larangan dan mubah.berdasarkan hal tersebut, fiqh merupakan perilaku
atau tindakan manusia secara kasat mata. Baik hubungan dengan sang pencipta ataupun
dengan sesama manusia itu sendiri. 2 Bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan membuat pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada,

1
Majma al lughah al arabiyah Qahirah. Al-muj’am Al-Wasith jilid 2. (Kairo: Maktabah Al-Syuruq Al-dauliyah. 2004), h., 698
2 Muhammad Ustman Syabir. Al-Madkhal lla Fiqh Al-Mu‟amalat Al-Maliyah. (Oman: Darul Nafa’is. 2010), h., 10

1
sehingga kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan
yang terbatas.
Adapun prinsip-prinsip muamalah secara umum adalah:
1. kebolehan dalam melakukan aspek muamalah, baik, jual, beli, sewa menyewa ataupun
lainnya. Prinsip dasar muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. muamalah dilakukan atas pertimbangan membawa kebaikan bagi manusia dan atau
untuk menolak segala yang merusak.
3. muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keseimbangan (tawazun). Konsep ini
dalam syariah meliputi berbagai segi antara lain meliputi keseimbangan antara
pembangunan material dan spiritual; pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.
4. muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-
unsur kezaliman. Segala bentuk muamalah yang mengandung unsur penindasan tidak
dibenarkan.
B. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah
Berdasarkan pembagian fikih muamalah maka ruang lingkup fikih muamalah dapat dibagi
menjadi dua bagian :
a. Al-Muamalah Al-Adabiyah.
Hal-hal yang termasuk Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah ijab kabul, saling
meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran
pedagang, penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia
yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

b. Al-Muamalah Al-Madiyah
1. Jual beli (bai’)
2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/tanggungan (kafālah)
4. Pemindahan utang (hawālah)
5. Bangkrut (taflīs)
6. Pembatasan untuk bertindak (hajr)
7. Perseroan atau perkongsian (syirkah/ musyārakah)
8. Kerjasama lahan pertanian (musāqah/ mukhābarah)
9. Upah (ujrah)
10. Sayembara (ji’ālah)

2
11. Pembagian kekayaan bersama (qismah)
12. Pemberian (hibah)
13. Pembebasan utang atau kewajiban (ibrā`),
14. Perdamaian (ṣulh)
15. Pembelian barang lewat pesanan (salam/salaf)
16. Peminjaman uang (qarḍ)
17. Pinjaman barang (āriyah)
18. Sewa menyewa (ijārah)
19. Penitipan barang (wadī’ah) dan beberapa masalah lainnya.3
C. Kaidah Umum Fiqih Muamalah
Kaidah secara bahasa adalah, aturan atau undang-undang. Sedangkan Ahmad Warson
Munawwir memberikan arti prinsip, dasar, dan pondasi. 4 Sedangkan secara istilah yaitu,
rumusan asas yang menjadi hukum, aturan yang sudah pasti; patokan; dan dalil.
Ulama fikih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah adalah diperbolehkan
(mubah), kecuali terdapat nash yang melarangnya. Dengan demikian, kita tidak bisa
mengatakan bahwa sebuah transaksi itu dilarang sepanjang belum/tidak ditemukan nash
yang secara sharih. Kegiatan transaksi apapun hukumnya halal, selama tidak ada nash yang
mengharamkannya. Berbeda dengan ibadah, yang pokoknya hukumnya haram, tidak boleh
menjalankan suatu ibadahِِّّyangِِّّtidakِِّّadaِّtuntunanِّsyari’ahnya.ِّSepertiِّfirmanِّAllahِّdalamِّ
surat Yunus ayat 59:
ٰ
َ‫ّٰللا ت َ ْفت َُر ْون‬
ِّ ‫علَى ه‬ ‫ق فَ َجعَ ْلت ُ ْم ِِّّم ْنهُ َح َرا ًما َّو َح ٰل ًًل ۗ قُ ْل ٰ ه‬
َ ‫ّٰللاُ اَذِّنَ لَكُ ْم ا َ ْم‬ ٍ ‫ّٰللاُ لَكُ ْم ِّم ِّْن ِّ ِّر ْز‬
‫قُ ْل ا َ َر َء ْيت ُ ْم َّما ٓ ا َ ْنزَ َل ه‬

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu,


lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah
Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap
Allah?"

3 RachmatِّSyafe’i. Fikih Muamalah Maliyah. (Bandung: Pustaka Setia. 2001), h., 15

4 Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progressif), h., 1138

3
Karena hukum asal dalam berbagai perjanjian dan muamalah itu boleh atau mubah samapai
adanya dalil yang menunjukkan keharamannya maka dapat berubahlah hukum asalnya ini.
Adapun bunyi hadisnya adalah sebagai berikut:
‫الحًلل ما أحل هللا في كتابه والحرام ما حرم هللا في كتابه وما سكت عنه فهو مما عفا عنه‬

Yang halal adalah apa yang Allah halalkan dalam kitabNya, yang haram adalah yang
Allah haramkan dalam kitabNya, dan apa saja yang di diamkanNya, maka itu termasuk yang
dimaafkan.” (HR. At Tirmidzi No. 1726)
D. Macam – Macam Harta dan Hikmah Pembagiannya

Harta dari sisi bahasa, mal (‫ )هبل‬atau harta berarti apa-apa yang dimiliki manusia dari
berbagi. Hal ini senada dengan pemaparan Fairuz Abadi dalam kamus Al-Muhit bahwa
harta adalah apa-apa yang kamu miliki dari segala bentuk. Ibnu Atsir dalam bukunya Al-
Nihayah mengatakan bahwa harta pada dasarnya adalah apa-apa yang dimiliki dari emas
dan perak, kemudian pengertian ini meluas menjadi apa-apa yang diperoleh dan dimiliki
dari berbagai benda. 5 Ibnu Atsir juga menambahkan bahwa masyarakat Arab pada
zaman dahulu mengkonotasikan harta dengan unta karena unta merupakan harta yang
paling banyak dimiliki.

Menurut Wahbah Zuhaily dalam Fiqh Al-Islam wa Adillatuh mengatakan bahwa harta
secara bahasa adalah segala sesuatu yang diperoleh dan dimiliki dengan sebuah upaya, baik
yang berbentuk materi seperti emas, perak, hewan dan tumbuhan atau manfaat seperti
berkendara, berpakaian dan bernaung. Sedangkan hal-hal yang tidak dimiliki oleh seseorang
tidak dapat. dikatakan dengan harta seperti burung yang ada di udara, ikan yang ada di air
6
pepohonan yang ada di hutan dan barang tambang yang masih ada di perut bumi. Dari
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

a. Sesuatu yang dianggap harta harus memiliki nilai materi di kalangan manusia,
sehingga setiap yang dianggap tidak memiliki nilai materi di kalangan masyarakat
maka tidak di anggap harta.
b. Salah satu kateristik harta adalah adanya keinginan manusia untuk mendapatkannya
atau memilikinya.

5 Fairuz Abadi. Al-Qamus Al-Muhith Cet. 8. (Beirut: Muassasah Al-Risalah. 2005), h., 1059

6 Wahbah Zuhaily. Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu Jilid 4. (Damaskus: Dar Al-Fikr. 1985), h., 40

4
c. Harus ada manfaat yang jelas dari sesuatu yang dianggap harta tersebut. Tidak adanya
larangan dalam syariat untuk memanfaatkan sesuatu tersebut. Kebolehan yang didapat
karena kondisi darurat tidak mengubah status benda menjadi harta, seperti kebolehan
mengkonsumsi khamr (arak) dalam keadaan darurat.
d. Mazhab Syafi‟i memberikan aturan khusus dimana salah satu karakteristik harta
adalah kewajiban untuk mengganti bagi orang yang merusak atau menghilangkan
harta milik orang lain.7
e. Pembagian Harta secara Umum, Berdasarkan konsensus Para Fuqoha' bahwa harta
membagi menjadi sejumlah bagian yang bagiannya berdampak atau berhubungan
dengan beragam hukum (ketetapan), diantara pembagiannya ialah:
a) Mal Mutaqawwim dan Ghairu Mutaqawwim: Berdasarkan pendapat Wahbah
Zuhaili al-mal al mutaqawwim ialah harta yang dijangkau atau diperoleh insan
dengan suatu upaya, dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya.
Seperti; petani garam, nelayan ikan laut dan lain-lain.
b) Al mal ghairu al-mutaqawwim ialah: harta yang belum dijangkau atau dicapai
dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum sepenuhnya berada dalam
genggaman kepemilikan insan. Seperti; ikan dilaut, minyak di perut bumi dan lain-
lain.
c) Mal Mitsli dan mal Qimy: Al-mal al-mitsli ialah harta yang jenisnya mudah
didapatkan di pasaran (secara persis tanpa adanya perbedaan atas format fisik atau
bagian-bagiannya). Harta mitsli bisa dikelompokkan menjadi 4 bagian:
1. benda-benda yang bisa ditimbang. Seperti; garam, ikan, cabe dan lain-lain
2. benda-benda yang bisa ditukar ditakar. Seperti; beras, terigu dan lain-lain.
barang-barang yang diukur. Seperti; kain, stiker dan lain-lain
3. benda-benda yang bisa dihitung. Seperti; telur, apel, jeruk, salak,dan lain-lain
4. Al-mal al-qimy ialah harta yang jenisnya sulit di dapatkan di pasaran atau bisa
di dapatkan tapi jenisnya lain (tidak persis) kecuali dalam nilai harganya.
Seperti; domba, tanah, kayu dan lain-lain.
d) Mal Istihlaki dan mal Isti mali Al-mal istihlaki ialah sesuatu yang tak bisa diambil
manfaat dan kegunaannya secara biasa, melainkan dengan menghabiskannya.
Dengan kata lain, benda yang dengan sekali kita memakainya, habislah dia. Seperti;
makanan, minuman, kayu api, BBM dan lain sebagainya.

7 Muhammad Ustman Syabir. Al-Madkhal. h., 68

5
e) Isti maili ialah sesuatu yang dimanfaatkan dengan memakainya berulang-ulang kali
dalam materinya tetap berpelihara. Dengan kata lain, tidaklah habis atau binasa
dengan sekali pakai, tetapi bisa dipakai lama berdasarkan penbisa tabiatnya masing-
masing. Seperti; perkebunan, pakaian, rumah, tempat tidur dan lain sebagainya".
f) Mal ManquldanMal Ghairu Manqul Al-mal manqul ialah segala harta yang boleh
diangkut (dipindahkan) dan dibawanya dari suatu tempat ketempat yang lain.
Seperti; uang, harta perdagangan dan lain-lain.
g) Al-mal ghairu manqul (igar) ialah sebaliknya, sesuatu yang tidak
h) bisa dipindahkan dan dibawa dari suatu tempat ketempat yang lain. Seperti; tanah,
rumah dan lain sebagainya"" Ain dan Dain, Al-mal al-'Ain ialah harta yang
berformat benda, seperti rumah, mobil, pakaian dan lain sebagainya. Harta "ain
dibagi atas 2 dua, diantaranya ialah: 1.) harta ain dzatiqimah, yakni benda yang
mempunyai format yang dipandang sebagai harta, sebab mempunyai nilai yang
dipandang sebagai harta 2.) harta ain ghoir dzatiqimah yakni benda yang tidak bisa
dipandang sebagai harta, seperti sebiji beras atau tepung. Al- mal al-dain ialah
sesuatu yang berada dalam tanggung jawab."
i) Mal mamluk, mubah dan mahjur, Mal mamluk ialah sesuatu yang masuk dibawah
kepemilikan, baik milik perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah
atau yayasan.
j) Mal mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air di
mata air, binatang buruan di darat, di laut, pohon-pohon di hutan dan buah-
buahannya.
k) Mal mahjur ialah sesuatu yang tidak boleh dipunyai sendiri dan memberikan kepada
orang lain berdasarkan penbisa syari' ahad akalanya benda tersebut berupa benda
wakaf atau benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan raya,
masjid, kuburan dan lain sebagainya".
l) Mal khasdan mal 'am, Mal khas ialah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan
yang lain. Harta ini tidak bisa diambil manfaatnya atau digunakan kecuali atas
kehendak atau seizing pemiliknya. Mal'am ialah harta milik umum atau milik
bersama, semua orang boleh mengambil manfaatnya sesuai dengan ketepatan yang
telah disepakati bersama oleh umum atau penguasa.

Para ulama juga membagi harta kedalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

6
a. Pembagian berdasarkan kebolehan memanfaatkanya menjadi mutaqawwim dan ghair
mutaqawwim.
b. Pembagian berdasarkan tetap dan tidak tetapnya kedudukan harta menjadi „aqar dan
manqul.
c. Pembagian berdasarkan ketersediaan padanan atau tidak menjadi mistly dan qimy
d. Pembagian berdasarkan cara mengkonsumsinya menjadi istihlaky dan ghair istihlaky.

Dan adapun juga kegunaan harta meliputi yaitu sebagai berikut:

1) Harta adalah alat atau wasilah dalam menghambakan diri kepada Allah. Beberapa
ibadah, dengan rukun dan syarat menuntut hal-hal yang bersifat materil sehingga hal-
hal materil ituِّharusِّterpenuhi.ِِّّKaidahِّfikihِّyangِِّّberbunyiِّ“Ma la yatimmu wajib
illa bihi fa huwa wajib”ِِّّ(apa-apa yang tidak sempurna sesuatu yang wajib kecuali
dengannya maka dia menjadi wajib juga) menjadi landasan atas kebutuhan kita
akan harta. Shalat membutuhkan busana maka busana menjadi wajib untuk
diadakan dan busana sendiri masuk ke dalam kategori harta. Begitu juga ibadah seperti
haji, zakat dan lain sebagainya.
2) Harta berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bahkan kebutuhan
dibutuhkan di setiap tingkatannya, primer, sekunder dan tersier merupakan harta itu
sendiri. Sandang, papan, dan pangan merupakan harta yang harus diusahakan setiap
manusia.
3) Harta juga berfungsi sebagai penggerak sektor ekonomi. Dalam dunia ekonomi,
harta merupakan salah satu obyek transaksi sehingga harta memiliki peranan yang
begitu penting.
4) Harta dapat menimbulkan interaksi antar manusia. Kebutuhan berbeda diiringi dengan
kepemilikan harta yang berjenjang menjadikan manusia harus berinteraksi antar sesama
untuk memastikan tercapainya tujuan.

Dan adapun hikmah pembagian harta meliputi sebagai berikut:

1. Pemerataan Kesejahteraan: Pembagian harta dalam fiqh muamalah membantu


menciptakan pemerataan kesejahteraan di masyarakat, mengurangi kesenjangan
ekonomi antara individu dan kelompok.
2. Solidaritas Sosial: Sistem pembagian harta juga memperkuat ikatan sosial dan
solidaritas di antara anggota masyarakat, karena mereka saling membantu dan
mendukung dalam hal ekonomi.

7
3. Pemberdayaan Ekonomi: Pembagian harta yang adil dapat menjadi instrumen
pemberdayaan ekonomi, memberikan kesempatan kepada individu atau kelompok yang
kurang beruntung untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
4. Keadilan: Fiqh muamalah menekankan prinsip keadilan dalam pembagian harta,
sehingga setiap individu mendapatkan bagian yang sesuai dengan kebutuhan dan
kontribusinya dalam masyarakat.
5. Pengendalian Keserakahan: Dengan mengatur pembagian harta, fiqh muamalah
membantu mengendalikan keserakahan dan melibatkan nilai-nilai moral dalam
interaksi ekonomi, menciptakan lingkungan sosial yang lebih seimbang dan beretika.

8
KESIMPULAN

Muamalah menurut syariat islam ialah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluan hidup
sehari-hari. Yang termasuk dalam kegiatan muamalah diantaranya adalah jual beli, sewa
menyewa, utang piutang, pinjam meminjam dan lain sebagainya. Tujuan dari muamalah itu
sendiri adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara sesama manusia sehingga tercipta
masyarakat yang rukun dan tentram, karena didalam muamalah tersirat sifat tolong menolong
yang didalam ajaran islam sangat dianjurkan.

Adapun ruang lingkup muamalah yaitu ; 1. Al-Muamalah Al-Adabiyah, adalah ijab kabul,
saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera
manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta ; 2. Al-Muamalah Al-Madiyah
Jual beli (bai’), gadai (rahn), jaminan/tanggungan (kafālah), pemindahan utang (hawālah),
bangkrut (taflīs), pembatasan untuk bertindak (hajr), perseroan atau perkongsian (syirkah/
musyārakah), kerjasama lahan pertanian (musāqah/ mukhābarah), upah (ujrah), sayembara
(ji’ālah), pembagian kekayaan bersama (qismah), Pemberian (hibah), pembebasan utang atau
kewajiban (ibrā`), perdamaian (ṣulh), pembelian barang lewat pesanan (salam/salaf),
peminjaman uang (qarḍ), pinjaman barang (āriyah), sewa menyewa (ijārah), penitipan
barang (wadī’ah) dan beberapa masalah lainnya.
Kaidah umum muamalah secara istilah adalah rumusan asas yang menjadi hukum, aturan
yang sudah pasti; patokan; dan dalil. Ulama fikih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi
muamalah adalah diperbolehkan (mubah), kecuali terdapat nash yang melarangnya.
Dengan demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa sebuah transaksi itu dilarang sepanjang
belum/tidak ditemukan nash yang secara sharih.

Adapun para ulama membagi harta ke dalam beberapa bagian, yaitu ; 1. Pembagian
berdasarkan kebolehan memanfaatkanya menjadi mutaqawwim dan ghair mutaqawwim; 2.
Pembagian berdasarkan tetap dan tidak tetapnya kedudukan harta menjadi aqar dan manqul;
3. Pembagian berdasarkan ketersediaan padanan atau tidak menjadi mistly dan qimy; 4.
Pembagian berdasarkan cara mengkonsumsinya menjadi istihlaky dan ghair istihlaky.

Hikmah pembagian harta adalah pemerataan kesejahteraan, solidaritas sosial,


pemberdayaan ekonomi, keadilan dan pengendalian keserakahan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Majma al lughah al arabiyah Qahirah. Al-muj’am Al-Wasith jilid 2. (Kairo: Maktabah Al-
Syuruq Al-dauliyah. 2004), h., 698
Muhammad Ustman Syabir. Al-Madkhal lla Fiqh Al-Mu‟amalat Al-Maliyah. (Oman: Darul
Nafa’is. 2010), h., 10
RachmatِّSyafe’i. Fikih Muamalah Maliyah. (Bandung: Pustaka Setia. 2001), h., 15
Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya: Pustaka
Progressif), h., 1138
Fairuz Abadi. Al-Qamus Al-Muhith Cet. 8. (Beirut: Muassasah Al-Risalah. 2005), h., 1059
Wahbah Zuhaily. Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu Jilid 4. (Damaskus: Dar Al-Fikr. 1985), h.,
40
Muhammad Ustman Syabir. Al-Madkhal. h., 68

10

Anda mungkin juga menyukai