Anda di halaman 1dari 15

PELAKSANAAN PENJUALAN PRODUK MURÂBAḤAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM

EKONOMI SYARIAH DAN MAQÂṢID AL-SYARÎʽAH


(Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri Kota Bandar Lampung)
Eri Apriadi (1)
Yusuf Baihaqi (2)
Jayusman (3)
Mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Program Magister (S2) Pascasarjana UIN Raden
Intan Lampung (1)
Dosen Tetap PNS Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung (2 dan 3)
Email: putrakedaton1@gmail.com
yusuf.baihaqi@radenintan.ac.id
jayusman@radenintan.ac.id
Abstrak: Dalam perbankan syariah, jual beli murâbaḥah diterapkan sebagai produk pembiayaan untuk
membiayai pembelian barang-barang consumer (konsumsi), kebutuhan modal kerja, dan kebutuhan
investasi, dengan sistem bagi hasil, yaitu pihak pemberi modal dan peminjam menanggung bersama
resiko laba ataupun rugi. Perbankan syariah tentu saja memiliki prinsip yang berbeda dengan
perbankan konvensional, dan hal inilah yang membedakan antara kedua perbankan tersebut. Akan
tetapi ada beberapa hal yang perlu disoroti yaitu terkait implementasi pembiayaan tersebut yang
memiliki unsur multi akad yaitu murâbaḥah dan wakâlah. Dengan adanya multi akad dalam satu
transaksi ini akan berimplikasi kepada unsur riba, yang secara jelas keharamannya dalam Islam. Salah
satu nilai penting dalam hukum ekonomi syariah terkait dengan transaksi muamalah adalah harus
terbebas dari unsur riba. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yang
menggunakan data-data hukum primer dan sekunder dengan pendekatan yuridis normatif. Setelah
data-data tersebut telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganlisis data yang ada dengan
teknik deskriptif kualitatif dengan metode berfikir induktif. Berdasarkan hasil penelitian masih
ditemukan bahwa nilai-nilai Hukum Ekonomi Syariah belum diterapkan sepenuhnya pada semua jenis
pembiayaan murâbaḥah mengingat masih terdapat unsur riba, garar dalam produk pembiayaan
murâbaḥah. Di mana pihak perbankan syariah selaku penjual memperjualbelikan suatu objek barang
yang belum dimiliki baik secara langsung maupun secara prinsip.
Kata kunci: murâbaḥah, wakâlah, multi akad.
Abstract: In Islamic banking, buying and selling murâbaḥah is applied as a financing product to
finance the purchase of consumer goods (consumption), working capital needs, and investment needs,
with a profit sharing system, where the lender and the borrower share the risk of profit or loss. Islamic
banking, of course, has different principles from conventional banking, and this is what distinguishes
the two banks. However, there are several things that need to be highlighted, namely related to the
implementation of the financing which has multi-contract elements, namely murâbaḥah and wakâlah.
The existence of multiple contracts in one transaction will have implications for the element of usury,
which is clearly forbidden in Islam. One of the important values in Islamic Economic Law related to
muamalah transactions is that it must be free from the element of usury. This research is a field
research, which uses primary and secondary legal data with a normative juridical approach. After the
data has been collected, the next step is to analyze the existing data using qualitative descriptive
techniques with inductive thinking methods. Based on the results of the research, it is still found that
the values of Islamic Economic Law have not been fully applied to all types of murâbaḥah financing
considering that there are elements of usury, garar in murabahah financing products. Where the
Islamic banking party as the seller trades an object that is not owned either directly or in principle.
Keyword: murâbaḥah, wakâlah, multi contract.
A. Pendahuluan
Fiqh al-muʽâmalah (Hukum Ibnu Qudamah, mengatakan
Ekonomi Syariah) terdiri atas dua kata, bahwa ketahuilah bahwa amr bi al-
yaitu kata fiqh dan kata muʽâmalah. Kata maʽrȗf wa al-nahy ‘an al-munkar
fiqh secara etimologi berarti paham, merupakan poros yang paling besar
pengertian, dan pengetahuan. Fiqh secara dalam agama dan merupakan tugas
terminologi adalah hukum hukum syarak yang karenanya Allah mengutus para
yang bersifat praktis (‘amaliyyah) yang Nabi. Andaikan tugas ini ditiadakan
diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.1 maka akan muncul kerusakan di mana-
Sedangkan kata muʽâmalah, yaitu mana dan dunia pun akan binasa.3
peraturan yang mengatur hubungan Allah swt berfirman:
seseorang dengan orang lain dalam hal َ‫ة يَ ۡد ُعونَ ِإلَى ۡٱل َخ ۡي ِر َويَ ۡأ ُمرُون‬ٞ ‫َو ۡلتَ ُكن ِّمن ُكمۡ ُأ َّم‬
ٓ ۚ ۡ
tukar-menukar harta (termasuk jual beli), ‫ر َوُأوْ ٰلَِئ َك هُ ُم‬d ِ ‫ٱل َم ۡعرُو‬dۡ dِ‫ب‬
ِ d‫ن َع ِن ٱل ُمن َك‬dَ ‫و‬dۡ dَ‫ف َويَ ۡنه‬
di antaranya: dagang, pinjam-meminjam,
١٠٤ َ‫ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬
sewa-menyewa, kerja sama dagang,
Artinya: Dan hendaklah ada di antara
simpanan barang atau uang, penemuan,
kamu segolongan umat yang menyeru
pengupahan, rampasan perang, utang-
kepada kebajikan, menyuruh kepada
piutang, pungutan, warisan, wasiat,
yang ma'ruf dan mencegah dari yang
nafkah, barang titipan, pesanan, dan lain-
munkar; merekalah orang-orang yang
lain. Kalau kata keduanya dihubungkan
beruntung (Q.S. Ali ‘Imrân (3): 104).
maka, makna dari rangkaian tersebut
2. Taʽâwun
adalah hukum-hukum syarak yang bersifat
praktis (‘amaliyyah) yang diperoleh dari
dalil-dalil yang terperinci yang mengatur
hubungan keperdataan seseorang dengan
orang lain dalam hal persoalan transaksi
ekonomi.2 Hukum Ekonomi Syariah yang
merupakan produk dari agam Islam, tentu
saja memiliki nilai-nilai yang sesuai
dengan Islam itu sendiri, adapun nilai-nilai
yang ditanamkan dalam sistem ekonomi
ini adalah:
1. Amr bi al-Maʽrȗf wa al-Nahy ‘an al-
Munkar

1
Agustianto, (Sekjend Ikatan Ahli Ekonomi
Islam Indonesia dan Dosen Fikih Muamalah) dalam
3
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, h. 118. Ibnu Qudamah, Minhaj Qâṣidȋn: Jalan
2
Arifin Hamid, Membumikan Ekonomi Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk (Mukhtaṣar
Syariah di Indonesia (Jakarta: Pramuda Jakarta, 2008), Minhâj Qâṣidȋn) alih bahasa oleh Katur Suhardi, Cet.
h. 73. 11 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 147.
Taʽâwun adalah sikap saling Berkenaan dengan masalah
membantu, menolong, dan keadilan ini, ada dua kata yang
meringankan beban dan kesulitan satu digunakan Alquran, yaitu al-‘adl dan
sama lain. Rasa cinta, kasih dan sayang al-qisṭ. Di mana al-qisṭ juga bermakna
sejatinya tidak diterapkan hanya al-‘adl wa al-taswiyah atau justice.4
kepada diri sendiri, melainkan juga Naṣ Alquran yang menyebutkan
kepada orang lain. Dalam Islam tidak keadilan, bukan hanya sekadar anjuran,
ada diskriminasi dalam kebaikan. Oleh namun berbentuk perintah yang
karenanya Ia harus dilakukan secara bersifat mutlak tanpa ikatan waktu,
totalitas dan komprehenshif. tempat atau individu tertentu. Allah
Muʽâmalah yang dilakukan pun swt berfirman:
ٰ ۡ ۡ ۡ ۡ ‫هَّلل‬
ِٕۡ ۡ d َ‫ ۡ ِن َوِإيت‬d ‫د ِ ۡل َوٱِإۡل ح َس‬dd‫أ ۡ ُم ُر بِٱل َع‬ddَ‫ِإ ۡ َّن ٱ َ ي‬
semata-mata untuk membangun kerja ‫ٓاي ِذي‬
sama saling membatu satu sama lain. ‫ٱلقُ ۡربَىٰ َويَنهَىٰ َع ِن ٱلفَ ۡح َشٓا ِء َوٱل ُمن َك ِر َوٱلبَغ ۚ ِي‬
Allah swt berfirman:
ْ ُ‫ا َون‬dd‫ َو ٰۖى َواَل تَ َع‬dd‫ ِّر َوٱلتَّ ۡق‬ddِ‫وا َعلَى ۡٱلب‬ ْ ُ‫ا َون‬dd‫َوتَ َع‬ ٩٠ َ‫يَ ِعظُ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَ َذ َّكرُون‬
‫وا‬ Artinya: Sesungguhnya Allah
ْ dُ‫د ٰ َو ۚ ِن َوٱتَّق‬dۡ d‫َعلَى ٱِإۡل ۡث ِم َوٱل ُع‬
‫ ِدي ُد‬d ‫ ٱهَّلل ۖ َ ِإ َّن ٱهَّلل َ َش‬d‫وا‬d ۡ menyuruh kamu berlaku adil dan
٢ ‫ب‬ ِ ‫ۡٱل ِعقَا‬ berbuat kebajikan, memberi kepada
Artinya: Dan tolong-menolonglah kaum kerabat, dan Allah melarang dari
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan perbuatan keji, kemungkaran dan
dan takwa, dan jangan tolong- permusuhan.5 (Q.S. Al-Naḥl (16): 90).
menolong dalam berbuat dosa dan Khusus tentang perintah kepada
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu keadilan sebagai prinsip dasar hukum
kepada Allah, sesungguhnya Allah di antara manusia, maka Allah swt
amat berat siksa-Nya (Q.S. Al-Mâ’idah berfirman:
ayat (5): 2). ‫ا‬ddَ‫ت ِإلَ ٰ ٓى َأ ۡهلِه‬ ْ ‫َؤ ُّد‬ddُ‫أ ُم ُر ُكمۡ َأن ت‬dۡ dَ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ ي‬
ِ َ‫وا ٱَأۡل ٰ َم ٰن‬
3. Keadilan ‫وا بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل ِإ َّن‬
ْ ‫اس َأن ت َۡح ُك ُم‬ ِ َّ‫َوِإ َذا َح َكمۡ تُم بَ ۡينَ ٱلن‬
‫ ِمي ۢ َعا‬dddddd‫انَ َس‬dddddd‫ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ۗ ِٓۦه ِإ َّن ٱهَّلل َ َك‬
٥٨ ‫صيرٗ ا‬ ِ َ‫ب‬

4
Muhammad Rawwas Qal’aji dan Hamid
Sadiq Qunaibi, Muʽjam Lugât Al-Fuqahâ (Dictionary
of Islamic Legal Terminology) Arabic-English, Cet. 2
(Beirut: Dar al-Nafaes, 1998), h. 363.
5
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan
Terjemahnya (Semarang: Al-Waah, 1989), h. 227.
Artinya: Sesungguhnya Allah mengambil riba), maka baginya apa
menyuruh kamu menyampaikan yang telah diambilnya dahulu (sebelum
amanat kepada yang berhak datang larangan); dan urusannya
menerimanya, dan (menyuruh kamu) (terserah) kepada Allah. Orang yang
apabila menetapkan hukum di antara kembali (mengambil riba), maka orang
manusia supaya kamu menetapkan itu adalah penghuni-penghuni neraka;
dengan adil. Sesungguhnya Allah mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al-
memberi pengajaran yang sebaik- Baqarah (2): 275).
baiknya kepadamu. Sesungguhnya 5. Jauh dari Unsur Garar (Tidak Jelas)
Allah adalah Maha mendengar lagi dalam Mendapatkan Harta
Maha melihat.6 (Q.S. An-Nisâ’ (4): Segala barang yang samar atau
58). mengandung kesamaran (garar) pada
4. Terhindar dari Unsur Riba prinsipnya haram diperjualbelikan,
Salah satu topik yang terus karena hal itu dapat menimbulkan
menjadi bahan diskusi fukaha dari pertengkaran. Prinsip ini didasarkan
dahulu hingga masa kini ialah masalah kepada Hadis yang diriwayatkan dari
riba. Larangan keras memakan riba, Abu Hurairah ra:
tegas dan jelas dikemukakan dalam ‫ ِه‬dddْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬ddd‫ص‬
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬ddd‫نَهَى َر ُس‬
Alquran. Demikian juga dalam Hadis
ِ d‫ا ِة َوع َْن بَ ْي‬d‫ص‬
‫ع‬d َ ‫ع ْال َح‬d ِ d‫لَّ َم ع َْن بَ ْي‬d‫َو َس‬
Nabi saw. cukup banyak 7
.)‫ْال َغ َر ِر ( َر َواهُ ْال ُم ْسلِ ُم‬
mengutarakannya dan mencela
pelakunya, sehingga pada prinsipnya
disepakati keharaman riba, namun
masih terdapat perbedaan pendapat
dalam perinciannya. Pembahasan ini
dikaitkan pula dengan masalah
perbankan yang memungut dan
memberikan bunga kepada nasabah
sebagai gejala umum dalam sistem
perekonomian modern masa kini.
Adapun larangan riba telah
difirmankan Allah swt pada ayat
berikut ini:
‫وٰ ۚ ْا‬ddَ‫ َّر َم ٱل ِّرب‬d‫ َع َو َح‬d‫ َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي‬d‫… َوَأ َح‬
ٰ‫ة ِّمن َّربِّ ِهۦ فَٱنتَهَى‬ٞ َ‫فَ َمن َجٓا َءهۥُ َم ۡو ِعظ‬
‫ ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن‬d ۡ‫لَفَ َوَأم‬d ‫ا َس‬dd‫فَلَ ۥهُ َم‬
ٓ ٰ ‫ُأ‬
‫ا‬ddَ‫ار هُمۡ فِيه‬ ِ ۖ َّ‫ ٰ َحبُ ٱلن‬d‫عَا َد فَ ْولَِئ َك َأ ۡص‬
٢٧٥ َ‫ٰ َخلِ ُدون‬
Artinya: padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
7
Husain Muslim Ibn al-Hajjaj Ibn Muslim al-
6
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Qusairi al-Nisabur, Ṣaḥȋḥ Muslim, Juz. III, No. 1513
Terjemahnya..., h. 87. (Beirut: Dar al-Ihya’ al-Turaṡ al-‘Arabi, 2010), h. 1153.
Artinya: Sesungguhnya Nabi saw. Meskipun Undang-Undang No. 21
melarang jual beli dengan lemparan Tahun 2008 Tentang Bank Syariah telah
batu dan jual beli yang samar (garar). mengambil peran yang sangat vital
(HR. Muslim). terhadap eksistensi perbankan syariah,
Kelima nilai di atas merupakan namun perlu juga diketahui bahwa prinsip
nilai-nilai yang harus diterapkan dalam dasar bank syariah adalah untuk memenuhi
kegiatan ekonomi sehari-hari, baik antar kebutuhan masyarakat terhadap jasa-jasa
perorangan dengan perorangan, lembaga perbankan syariah karena bagaimanapun
dengan lembaga dan perorangan dengan juga harus pula diakui bahwa perbankan
lembaga, terlebih khusus lagi lembaga syariah memiliki keunikan tersendiri
keuangan yang berlabel syariah. Hal ini dibandingkan dengan perbankan non
dikarenakan pada saat berikatan dengan syariah. Oleh karenanya siapapun yang
syariah, maka prinsip dan nilai-nilai yang berhubungan dengan bank syariah harus
terkandung di dalamnya juga harus memahami dengan benar bagaimana
diterapkan seutuhnya. karakter produk yang disediakan oleh
Perkembangan perbankan syariah perbankan syariah agar tidak terjebak ke
di Indonesia begitu cepat dan pesat, namun dalam kesalahpahaman dan menimbulkan
sebagian masyarakat masih ada yang perspektif negatif terhadap institusi
berasumsi bahwa bank syariah hanyalah tersebut.9
sebuah label yang digunakan untuk Salah satu produk di dunia
menarik simpati masyarakat muslim di perbankan syariah adalah produk
bidang perbankan. Mereka berpendapat pembiayaan. Dan dari banyaknya produk
bahwa bank syariah merupakan bank pembiayaan tersebut salah satunya adalah
konvensional dengan istilah-istilah jual beli murâbaḥah. Akan tetapi ada
perbankan yang menggunakan istilah- beberapa hal yang perlu disoroti yaitu
istilah Islam, dengan kepala akad yang terkait implementasi pembiayaan tersebut
dibubuhi kalimat basmalah dan pegawai yang memiliki unsur multi akad yaitu
yang mengenakan busana Islami dan murâbaḥah dan wakâlah. Dan diketahui
mengucap salam, akan tetapi dalam bahwa kedua akad tersebut sangat bertolak
pelaksanaan akad pada bank syariah masih belakang secara prinsip dan bentuk, di
menggunakan cara-cara yang dilarang oleh mana akad murâbaḥah merupakan akad
agama. Sikap skeptis dari masyarakat tijârȋ (komersil), sedangkan akad wakâlah
tentang perbankan syariah tersebut tidak merupakan akad tabarru’ (sosial). Dengan
dapat dipungkiri karena konotasi adanya multi akad dalam satu transaksi ini
perbankan sejak dahulu memang terpisah akan berimplikasi kepada unsur riba, yang
secara nyata dengan syariah, sehingga secara jelas keharamannya dalam Islam.
pada awal mula pembentukan perbankan Salah satu nilai penting dalam hukum
syariah banyak yang tidak percaya akan ekonomi syariah terkait dengan transaksi
adanya keberhasilan para ekonom Islam muamalah adalah harus terbebas dari unsur
dalam menyatukan institusi perbankan riba.
dengan syariah.8 Berdasarkan uraian di atas, kiranya
perlu untuk dilakukan penelitian ilmiah
8
Bagya Agung Prabowo, Konsep Akad
9
Murabahah pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis M. Nazori Madjid, Nuansa Konvensional
Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di dalam Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Ekonomi
Indonesia dan Malaysia), Jurnal Hukum, No. 1, Vol. Islam dan Kemasyarakatan, Vol. 3, No. 1, Juni 2011, h.
16, Januari 2009, h. 107-108. 1-2.
terkait dengan implementasi pembiayaan oleh bank-bank dan lembaga-lembaga
akad jual beli murâbaḥah pada perbankan keuangan Islam untuk pembiayaan modal
syariah dengan rumusan masalah sebagai kerja, dan pembiayaan perdagangan para
berikut: nasabahnya.10 Bai’ al-Murâbaḥah adalah
1. Bagaimanakah tinjauan Hukum prinsip bai’ (jual beli) di mana harga
Ekonomi Syariah terhadap pelaksanaan jualnya terdiri dari harga pokok barang
penjualan produk murâbaḥah pada ditambah dengan nilai keuntungan yang
Bank Mandiri Syariah kota Bandar disepakati. Pada Murâbaḥah, penyerahan
Lampung? barang dilakukan pada saat transaksi
2. Bagaimanakah tinjauan maqâṣid al- sementara pembayarannya dilakukan
syarîʽah terhadap pelaksanaan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.11
penjualan produk murâbaḥah pada Menurut Adiwarman A. Karim,
Bank Mandiri Syariah kota Bandar Murâbaḥah adalah akad jual beli barang
Lampung? dengan menyatakan harga perolehan dan
Secara garis besar, tema yang keuntungan (margin) yang disepakati oleh
diangkat dalam penelitian ini bertujuan penjual dan pembeli.12
untuk: Menurut Ascarya, Murâbaḥah
1. Mengkaji dan mengetahui adalah istilah dalam Fikih Islam yang
bagaimanakah tinjauan Hukum berarti suatu bentuk jual beli tertentu
Ekonomi Syariah terhadap pelaksanaan ketika penjual menyatakan biaya perolehan
penjualan produk murâbaḥah pada barang, meliputi harga barang dan biaya-
Bank Mandiri Syariah kota Bandar biaya lain yang dikeluarkan untuk
Lampung. memperoleh barang tersebut, dan tingkat
2. Mengkaji dan mengetahui keuntungan (margin) yang diinginkan.13
bagaimanakah tinjauan maqâṣid al- Menurut Nurul Huda dan
syarîʽah terhadap pelaksanaan Mohammad Heykal, Murâbaḥah adalah
penjualan produk murâbaḥah pada suatu penjualan harga barang tersebut
Bank Mandiri Syariah kota Bandar ditambahkan dengan keuntungan yang
Lampung. disepakati, atau merupakan jual beli
Penelitian ini merupakan penelitian barang dengan menyatakan harga
lapangan (field research), yang perolehan dan keuntungan yang telah
menggunakan data-data hukum primer disepakati antara penjual dan pembeli.14
yang merujuk pada dan sekunder dengan Menurut Muhammad Syafi’i
pendekatan yuridis normatif. Data-data Antonio, Bai’ al-Murâbaḥah adalah jual
tersebut dikumpulkan dengan teknik
wawancara dan observasi. Setelah data- 10
Muhammad, Sistem dan Prosedur Bank
data tersebut telah terkumpul, maka Syari’ah (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 22.
langkah selanjutnya adalah menganlisis 11
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi
data yang ada dengan teknik deskriptif Perbankan Syari’ah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), h.
39.
kualitatif dengan metode berfikir induktif. 12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis
B. Pembahasan Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 113.
1. Ketentuan Umum Murâbaḥah 13
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah
a. Pengertian Murâbaḥah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 81-82.
Murâbaḥah adalah salah satu 14
Nurul Huda dan Mohammad Heykal,
konsep Islam dalam melakukan perjanjian Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
jual beli. Konsep ini banyak digunakan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 43.
beli barang pada harga asal dengan ‫ ُع‬d‫ا ۡٱلبَ ۡي‬dd‫الُ ٓو ْا ِإنَّ َم‬ddَ‫َأنَّهُمۡ ق‬dِ‫ َك ب‬dِ‫ۡٱل َم ۚسِّ ٰ َذل‬
tambahan keuntungan yang disepakati.15 ‫ َّر َم‬d‫ع َو َح‬dَ d‫ِم ۡث ُل ٱل ِّربَوٰ ۗ ْا َوَأ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي‬
Sedangkan menurut Veithzal Rivai
‫ة ِّمن َّربِِّۦه‬ٞ ddَ‫ٱل ِّربَوٰ ۚ ْا فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َم ۡو ِعظ‬
dan Andria Permata Veithzal,
menyebutkan murabahah adalah akad jual ِ ۖ ‫ ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱهَّلل‬d ۡ‫فَٱنتَهَىٰ فَلَ ۥهُ َما ٓ َسلَفَ َوَأم‬
ٰ ‫ُأ‬
beli atas suatu barang dengan harga yang ۡ‫ار هُم‬ِ ۖ َّ‫ ٰ َحبُ ٱلن‬d ‫َو َم ۡن عَا َد فَ وْ لَِئ َك َأ ۡص‬
disepakati antara penjual dan pembeli ٢٧٥ َ‫فِيهَا ٰ َخلِ ُدون‬
setelah sebelumnya penjual menyebutkan Artinya: Orang-orang yang makan
dengan sebenarnya harga perolehan atas (mengambil) riba tidak dapat berdiri
barang tersebut dan besarnya keuntungan melainkan seperti berdirinya orang
yang diperolehnya.16 yang kemasukan syaitan lantaran
Murâbaḥah adalah transaksi (tekanan) penyakit gila. Keadaan
penjualan barang dengan menyatakan mereka yang demikian itu, adalah
harga perolehan dan keuntungan (margin) disebabkan mereka berkata
yang disepakati oleh penjual dan pembeli. (berpendapat), sesungguhnya jual beli
Karakteristiknya adalah penjual harus itu sama dengan riba, padahal Allah
memberitahu harga produk yang ia beli telah menghalalkan jual beli dan
dan menentukan suatu tingkat keuntungan mengharamkan riba. Orang-orang yang
sebagai tambahannya.17 telah sampai kepadanya larangan dari
Berdasarkan beberapa pengertian Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
terkait dengan jual beli Murâbaḥah, yang mengambil riba), maka baginya apa
dipaparkan oleh beberapa ahli di atas, yang telah diambilnya dahulu (sebelum
maka di sini dapat ditarik suatu datang larangan); dan urusannya
kesimpulan yang dimaksud dengan ahli (terserah) kepada Allah. Orang yang
adalah akad jual beli suatu barang antara kembali (mengambil riba), maka orang
penjual dan pembeli yang keuntungannya itu adalah penghuni-penghuni neraka;
akan dibagi dua (bagi hasil) biasanya suatu mereka kekal di dalamnya.18
lembaga keuaangan Islam menggunakan b) Surat Al-Baqarah (2) ayat 280
margin/bagi hasil antara penjual dan yang berbunyi:
pembeli. ٰ‫ َرةٌ ِإلَى‬ddd‫ َر ٖة فَنَ ِظ‬ddd‫انَ ُذو ع ُۡس‬ddd‫َوِإن َك‬
b. Dasar Hukum Murâbaḥah ْ ُ‫ َّدق‬d ‫َص‬
‫ لَّ ُكمۡ ِإن‬ٞ‫ر‬dd‫وا َخ ۡي‬ َ ‫ َر ٖ ۚة َوَأن ت‬d ‫َم ۡي َس‬
1) Alquran
٢٨٠ َ‫ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬
a) Surat Al-Baqarah (2) ayat
Artinya: Dan jika (orang yang
275 yang berbunyi:
berhutang itu) dalam kesukaran, maka
dَ d‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱل ِّربَوٰ ْا اَل يَقُو ُم‬
‫ون ِإاَّل‬d
berilah tangguh sampai dia
َ‫َك َما يَقُو ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ۡي ٰطَنُ ِمن‬ berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih
15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank baik bagimu, jika kamu mengetahui.19
Syari’ah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, c) Surat Al-Nisa’ ayat 29 yang
2001), h. 101. berbunyi:
‫وا اَل ت َۡأ ُكلُ ٓو ْا َأمۡ ٰ َولَ ُكم‬
ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
16
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal,
Islamic Financial Manajemen (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), h. 145.
ً‫ َرة‬dd‫ونَ تِ ٰ َج‬dd‫ ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك‬dd‫بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط‬
17
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah
18
Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Departemen Agama Republik Indonesia, Al-
Implementasi Operasional Bank Syari’ah (Jakarta: Qur’an dan Terjemahnya..., h. 69.
19
Djambatan, 2003), h. 66. Ibid, h. 83.
ۚۡ‫ َأنفُ َس ُكم‬d‫عَن تَ َراض ِّمن ُكمۡۚ َواَل ت َۡقتُلُ ٓو ْا‬ d) No. 13/DSN-MUI/IX/2000
ٖ
٢٩ ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما‬ Tentang Uang Muka dalam
Artinya: Hai orang-orang yang Murâbaḥah.
beriman, janganlah kamu saling e) No. 16/DSN-MUI/IX/2000
memakan harta sesamamu dengan Tentang Diskon dalam Murâbaḥah.
jalan yang batil, kecuali dengan jalan f) No. 23/DSN-MUI/III/2002 Tentang
perniagaan yang berlaku dengan suka Potongan Tagihan Murâbaḥah.
sama-suka di antara kamu. Dan g) No. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang
janganlah kamu membunuh dirimu; Penyelesaian Piutang Murâbaḥah
sesungguhnya Allah adalah Maha bagi Nasabah tidak mampu
Penyayang kepadamu.20 membayar.
2) Hadis h) No. 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang
Penjadwalan Kembali Tagihan
ِ ‫وْ َل هَّللا‬d ‫هُ َأ َّن َر ُس‬d ‫ َي هَّللا ُ َع ْن‬d ‫ض‬ ِ ‫هَي َْب َر‬d ‫ص‬ ُ ‫ع َْن‬
Murâbaḥah.
ُ‫ ة‬dd‫ ثَالَ ٌث فِ ْي ِه َّن ْالبَ َر َك‬:‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬َ i) Fatwa DSN No.
‫ ِّر‬dddُ‫طُ ْالب‬ddd‫ةُ َوخ َْل‬ddd‫ض‬ َ ‫ ٍل َو ْال ُمقَا َر‬ddd‫ ُع َإلَي َأ َج‬dddْ‫اّ ْلبَي‬ 49/DSN-MUI/II/2005 Tentang
(‫ت الَ لِ ْلبَي ِْع ) َر َواهُ ابْنُ َما َجه‬ ِ ‫َوال َّش ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬ Konversi akad Murâbaḥah.22
Artinya: Dari Syuhaib ra berkata c. Rukun dan Syarat Jual Beli
bahwa Rasulullah saw bersabda: ada Murâbaḥah.
tiga hal yang mengandung berkah: jual 1) Rukun Murâbaḥah
beli tidak secara tunai, muqâraḍah (a)Al-‘Âqidân (Penjual dan
(muḍârabah), dan mencampur gandum Pembeli).
dengan jewawut untuk keperluan (b)Al-Ma’qûd ‘Alaih (Objek yang
rumah tangga, bukan untuk dijual. Diperjualbelikan).
3) Ijma’ (c)Ṡaman (Harga Objek).
Ijma’ mayoritas ulama tentang (d)Ȋjâb dan Qabûl (Pernyataan
kebolehan jual beli dengan cara Serah Terima).23
murâbaḥah.21 2) Syarat Murâbaḥah
4) Dasar Hukum Pembiayaan 1) Syarat yang berakat cakap
Berdasarkan Akad Murabaḥah hukum dan tidak dalam
Dasar hukum pembiayaan keadaan terpaksa.
berdasarkan akad Murâbaḥah antara 2) Objek yang diperjualbelikan
lain terdapat pada: tidak termasuk barang yang
a) Pasal 19 ayat (1) huruf d dan ayat haram atau dilarang secara
(2) huruf d serta pasal 21 huruf b syara’ maupun undang-undang
angka 2 UU Perbankan Syari’ah. yang berlaku dalam jenis
b) Fatwa DSN No. maupun jumlahnya harus jelas.
04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang 3) Harga objek (ṡaman) harus
Murâbaḥah. dinyatakan secara transparan
c) No. 10/DSN-MUI/IV/2000 (harga pokok dan komponen
Tentang Wakâlah. keuntungan) dan cara

22
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syari’ah
20
Ibid, h. 120. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 206.
21
Mardani, Ayat-ayat dan Hadist Ekonomi 23
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal,
Syari’ah (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 126. Islamic Financial Manajemen..., h.146.
pembayarannya disebutkan membolehkan Murâbaḥah sebagai
dengan jelas. salah satu produk/kegiatan usaha
4) Pernyataan serah terima (îjâb Lembaga Keuangan Syari’ah.
dan qabûl) harus jelas dengan DSN MUI memberikan
menyebutkan secara spesifik batasan-batasan umum yang harus
pihak-pihak yang berakat.24 dipatuhi oleh bank syariah terkait
d. Murâbaḥah sebagai Produk Murabahah, yaitu:
Pembiayaan 1) Pelaksanaan akad Murâbaḥah yang
Murâbaḥah pada awalnya bebas riba.
tidak memiliki keterkaitan dengan 2) Barang yang diperjualbelikan tidak
pembiayaan karena murâbaḥah dalam diharamkan oleh syariat.
wacana Islam klasik adalah bentuk jual 3) Lembaga Keuangan Syariah
beli di mana penjual menawarkan suatu membeli barang secara sah dan
barang kepada pembeli dengan bebas riba.
memberitahukan harga perolehan dan 4) Lembaga Keuangan Syariah
keuntungan yang diinginkannya. menyampaikan segala hal terkait
Dalam komunitas Lembaga Keuangan pembelian pertama.
Syari’ah yang sifatnya bank maupun 5) Apabila Lembaga Keuangan
non ban, murâbaḥah muncul sebagai Syariah mewakilkan pembelian
alternatif pembiayaan non ribawi barang kepada nasabah, maka akad
dalam bentuk jual beli. Murâbaḥah jual beli Murâbaḥah antara
yang dipraktikkan oleh lembaga Lembaga Keuangan Syariah
keuangan syariah termasuk istimewa dengan nasabah harus dilakukan
karena merupakan bentuk murâbaḥah setelah barang yang
berdasarkan permintaan pembeli. Yang diperjualbelikan secara prinsip
dimaksud murâbaḥah berdasarkan telah menjadi milik Lembaga
permintaan pembeli adalah murâbaḥah Keuangan Syariah tersebut.
yang dilakukan atas pengajuan dari Berdasarkan dalil dan batasan
nasabah kepada Lembaga Keuangan umum yang dikemukakan di atas dapat
Syari’ah untuk mengadakan suatu dipahami bahwa murâbaḥah dapat
barang dengan spesifikasi tertentu dan dilaksanakan oleh Lembaga Keuangan
menjualnya kepada nasabah dengan Syariah sebagai salah satu bentuk
keuntungan yang disepakati bersama. pembiayaan selama tidak melanggar
Biasanya, dalam mengajukan ketentuan syariat. Dalam
permintaan kepada Lembaga Keuangan mengimplementasikan konsep dan prinsip
Syari’ah tersebut, nasabah berjanji pembiayaan murâbaḥah, maka Lembaga
membeli barang tersebut secara Keuangan Syariah mengacu kepada aturan
Murâbaḥah dengan pembayaran yang tertuang dalam fatwa DSN MUI
angsur. tentang murâbaḥah.
Pembiayaan seperti ini Dalam kaitan ini mekanisme yang
dibenarkan dan dipraktikkan oleh harus terpenuhi antara lain:
lembaga keuangan syari’ah di 1) Nasabah mengajukan permohonan
Indonesia berdasarkan fatwa Dewan pembelian barang kepada Lembaga
Syariah Nasional Majelis Ulama Keuangan Syariah.
Indonesia (DSN MUI) yang 2) LKS akan mempelajari permohonan
24
nasabah. Apabila diterima, maka LKS
Ibid, h. 147.
membeli barang atau aset sesuai LKS, demi menghindari
spesifikasi pesanan nasabah secara sah kemudharatan.25
dari penjual pertama. f. Bentuk-Bentuk Implementasi
3) LKS menawarkan barang dengan Murabâḥah dalam Praktik Lembaga
spesifikasi yang diminta dan nasabah Keuangan Syariah
harus membelinya sesuai perjanjian Ada beberapa bentuk penerapan
yang telah disepakati. murabâhah dalam praktik LKS yang
4) LKS dan nasabah melakukan transaksi kesemuanya dapat dibagi menjadi tiga
jual beli Murabâhah meliputi negosiasi kategori besar, yaitu:
harga, sistem dan jangka waktu 1) Bentuk yang pertama, penerapan
pembayaran, ijab dan kabul, serah murabâhah adalah bentuk
terima barang. konsisten terhadap fikih muamalah.
5) Nasabah membayar kewajibannya Dalam bentuk ini LKS membeli
kepada LKS, baik secara angsur atau dahulu barang yang akan dibeli
sekaligus dalam jangka waktu yang oleh nasabah setelah ada perjanjian
telah disepakati bersama. sebelumnya. Setelah barang dibeli
e. Jenis‐Jenis Pembiayaan Murabâḥah atas nama LKS kemudian dijual ke
di Lembaga Keuangan Syariah nasabah dengan harga perolehan
Murabâhah sesuai jenisnya dapat ditambah margin keuntungan
dikategorikan dalam: sesuai kesepakatan. Pembelian
1) Murabâḥah tanpa pesanan artinya ada dapat dilakukan secara tunai (cash),
yang beli atau tidak pihak LKS sudah atau tangguh baik berupa angsuran
menyediakan barang. atau sekaligus pada waktu tertentu.
2) Murabâḥah berdasarkan pesanan Pada umumnya nasabah membayar
artinya LKS baru akan melakukan secara tangguh.
transaksi jual beli apa bila ada pesanan 2) Bentuk yang kedua hampir sama
barang dari nasabah. Murabâḥah dengan bentuk yang pertama,
berdasarkan pesanan dapat namun perpindahan kepemilikan
dikategorikan dalam: langsung dari supplier kepada
a) Sifatnya mengikuti artinya barang nasabah, sedangkan pembayaran
tersebut harus dibeli oleh nasabah. dilakukan LKS langsung kepada
b) Sifatnya tidak mengikat artinya penjual pertama/supplier. Nasabah
walaupun nasabah sudah memesan selaku pembeli akhir menerima
barang, namun nasabah tidak barang setelah sebelumnya
terikat untuk membeli barang melakukan perjanjian Murabâhah
tersebut. Janji pemesan untuk dengan ban LKS. Pembelian dapat
membeli barang dalam Murabâhah dilakukan secara tunai (cash), atau
dapat mengikat bisa juga tidak. tangguh baik berupa angsuran atau
Beberapa ulama syariah sekaligus pada waktu tertentu. Pada
modern berpendapat bahwa janji umumnya nasabah membayar
untuk membeli barang tersebut itu secara tangguh. Transaksi ini lebih
bisa mengikat pemesan. Terlebih dekat dengan Murabâhah yang asli,
lagi jika nasabah pergi begitu saja tapi rawan dari masalah legal.
meninggalkan LKS tersebut maka Dalam beberapa kasus ditemukan
akan sangat merugikan dari pihak
25
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis
Fiqih dan Keuangan..., h. 105.
adanya klaim nasabah bahwa akan dibelinya. Dana lalu dikredit
mereka tidak berhutang kepada ke rekening nasabah dan nasabah
bank, tapi kepada pihak ketiga yang menandatangi tanda terima uang.
mengirimkan barang.26 Tanda terima uang ini menjadi
Meskipun nasabah telah dasar bagi bank untuk menghindari
menandatangani perjanjian klaim bahwa nasabah tidak
Murabâhah dengan LKS, perjanjian ini berhutang kepada LKS karena tidak
kurang memiliki kekuatan hukum menerima uang sebagai sarana
karena tidak ada tanda bukti bahwa pinjaman. Bentuk ketiga ini bisa
nasabah menerima uang dari LKS menyalahi ketentuan syariah jika
sebagai bukti pinjaman/hutang. Untuk LKS mewakilkan kepada nasabah
mengindari kejadian seperti itu maka untuk membeli barang dari pihak
ketika LKS dan nasabah telah ketiga, sementara akad jual beli
menyetujui untuk melakukan transaksi murabâhah telah dilakukan
Murabâhah maka LKS akan sebelum barang, secara prinsip,
mentransfer pembayaran barang ke menjadi milik.28
rekening nasabah (numpang lewat) Berbagai bentuk praktek jual
kemudian didebet dengan persetujuan beli Murabâhah di atas
nasabah untuk ditransfer ke rekening dilatarbelakangi motivasi yang
supplier. Dengan cara seperti ini maka bermacam macam. Ada kalanya untuk
ada bukti bahwa dana pernah ditransfer lebih menyederhanakan prosedur
ke rekening nasabah. Namun demikian, sehingga LKS tidak perlu repot-repot
dari perspektif syariah model membeli barang yang dibutuhkan
Murabâhah seperti ini tetap saja nasabah tetapi cukup dengan menunjuk
berpeluang melanggar ketentuan atau menghubungi supplier agar
syariah jika pihak LKS sebagai menyediakan barang dan langsung
pembeli pertama tidak pernah mengirimkan ke nasabah sekaligus
menerima barang (qabdh) atas dengan atas nama nassabah (bentuk
namanya tetapi langsung atas nama yang kedua). Atau dengan cara LKS
nasabah. Karena dalam prinsip syariah langsung memberikan uang ke nasabah
akad jual beli Murabâhah harus kemudian nasabah membeli sendiri
dilakukan setelah barang, secara barang yang dibutuhkan dengan
prinsip, menjadi milik LKS.27 melaporkan nota pembelian kepada
3) Bentuk yang ketiga ini yang paling pihak LKS (bentuk yang ketiga).
banyak dipraktikkan oleh LKS. Kedua cara tersebut sering dilakukan
LKS melakukan perjajian LKS untuk menghindari pengenaan
Murabâhah dengan nasabah, dan Pajak Pertambahan Nilai dua kali yang
pada saat yang sama mewakilkan dinilai akan mengurangi nilai
(akad wakâlah) kepada nasabah kompetitif produk LKS dibandingkan
untuk membeli sendiri barang yang bank konvensional yang dikecualikan
26 dari PPN. Ini terjadi karena dalam jual
M. Nur Rianto, Dasar Dasar Pemasaran
Bank Syariah (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 56. 28
Abd. Shomad, “Bay Al-Murâbaḥah
27
Darningsih, “Implementasi Akad (Deffered Payment Sale) di Lingkungan Bank”, Media
Murabahah pada Pembiayaan Jual Beli Barang Yuridika, Vol. 24, No. 1, 2009, h. 7.
Produktif, Praktek pada BMT Marhamah Wonosobo”
(Skripsi) (Unibersitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, 2012), h. 34.
beli murabahah bentuk yang pertama, a. Nilai-nilai hukum Ekonomi Syariah
di mana LKS terlebih dahulu akan secara umum telah diterapkan pada
membelikan barang yang dibutuhkan produk-produk perbankan, secara
nasabah atas nama LKS baru kemudian implisit terdapat beberapa unsur
dijual ke nasabah secara Murabâhah penting yang terkandung di dalamnya,
maka akan terjadi perpindahan yaitu:
kepemilikan dua kali, yaitu dari 1) Al-Amr bi al-Maʽrȗf wa al-Nahy
supplair ke LKS dan dari LKS ke ‘an al-Munkar, yang
nasabah. diimplementasikan dengan cara
C. Hasil dan Analisis melakukan transparansi keuntungan
1. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah dalam akad pembiayaan mikro
Terhadap Pelaksanaan Penjualan serta tidak membiayai usaha yang
Produk Murâbaḥah pada Bank memperjualbelikan barang yang
Mandiri Syariah Kota Bandar diharamkan oleh agama.
Lampung 2) Taʽâwun, yang diimplementasikan
Produk-produk perbankan syariah dengan cara membantu proses
secara garis besar terbagi menjadi dua, pemerataan dan meningkatkan
yakni produk dana yang berfokus pada pendapatan masyarakat yang akan
segmen tabungan yang dikelola berdampak pada peningkatan
menggunakan sistem bagi hasil pendapatan nasional, serta
(muḍârabah) dan produk pembiayaan menerapkan asuransi jiwa bagi para
mikro yang dikelola dengan sistem jual nasabah dan asuransi kebakaran
beli dengan akad murâbaḥah dan akad untuk agunan dalam produk
wakâlah dengan uraian bahwa pihak bank pembiayaan mikro.
menerima dana serta menyalurkan dana 3) Keadilan, yang diimplementasikan
dari pihak ketiga yang akan dikelola dalam dengan cara menghapuskan denda
bentuk pembiayaan menggunakan akad keterlambatan jika sewaktu-waktu
jual beli yang kemudian hasil/keuntungan tidak dapat membayar angsuran
dari jual-beli tersebut akan dibagi kepada bulanan tepat pada waktunya
pemilik dana pihak ketiga sesuai nisbah dengan alasan yang wajar serta
bagi hasil yang tertuang dalam akad mengadakan program restruktur
muḍârabah. pembiayaan bagi para nasabah
yang mengalami penurunan
pendapatan dengan memperhatikan
alasan yang wajar/bukan karena
unsur kelalaian.
4) Non riba, yang diimplementasikan
dengan cara menggunakan sistem
bagi hasil (muḍârabah) pada
produk dana dan menggunakan
akad murabahah bi al-wakâlah
pada produk pembiayaan.
5) Non garar dalam mendapatkan Dan berdasarkan temuan di
harta yang diimplementasikan lapangan terdapat pelanggaran prinsip
dengan cara memperketat alur syariah dalam penerapan murâbaḥah
pembiayaan agar barang yang karena bank menjual barang yang belum
diperjualbelikan dapat dipastikan menjadi miliknya. Dan oleh karena itu,
telah menjadi milik bank baik transaksi antara pihak nasabah dengan
secara langsung maupun secara pihak bank bukanlah akad jual beli, tetapi
prinsip sebelum dilakukan akad hutang piutang. Karena akad murâbaḥah
murâbaḥah. di sini murni hutang-piutang, maka
Berdasarkan hasil penelitian masih seharusnya pihak bank tidak boleh
ditemukan bahwa nilai-nilai Hukum mengambil keuntungan karena hutang
Ekonomi Syariah belum diterapkan tidak boleh dibayar kecuali dengan jumlah
sepenuhnya pada semua jenis pembiayaan yang sama. Jika dibayar dengan jumlah
murâbaḥah mengingat masih terdapat lebih, maka transaksi ini mengandung riba.
unsur riba, garar dalam produk 2. Tinjauan Maqâṣid al-Syarîʽah
pembiayaan murâbaḥah, terutama dalam Terhadap Pelaksanaan Penjualan
pembiayaan murabahah untuk Di mana Produk Murâbaḥah pada Bank
pihak bank selaku penjual Mandiri Syariah Kota Bandar
memperjualbelikan suatu objek barang Lampung
yang belum dimiliki baik secara langsung Lima komponen maqâṣid al-
maupun secara prinsip. Hal tersebut terjadi syarîʽah menjaga harta yang meliputi
dikarenakan beberapa faktor antara lain: larangan mencuri, larangan curang dan
a) Pemenuhan target tahunan yang susah berkhianat, larangan riba, larangan
dicapai. memakan harta orang lain dengan cara
b) Nasabah yang kurang jujur dan tertutup yang batil, dan kewajiban mengganti
perihal tujuan pembiayaan yang barang yang telah dirusak dalam
diajukan. praktiknya pada Bank Syariah Mandiri
c) Nasabah yang menuntut pencairan Kantor Cabang Teluk Betung Bandar
secepat mungkin. Lampung, menurut penulis tidak termasuk
d) Pegawai Bank Bank Mandiri Syariah perbuatan curang khianat dan garar.
cabang Bandar Lampung secara khusus Melainkan merupakan pelanggaran
belum memahami hakikat dan akibat terhadap prinsip prinsip hukum ekonomi
hukum yang ditimbulkan dari jual beli islam karena kurangnya pemahaman
garar ditambah dengan kurangnya terhadap praktik pembiayaan murâbaḥah
pemahaman para nasabah terkait akad bi al-wakâlah.
murâbaḥah bi al-wakâlah. Sehingga D. Kesimpulan
proses pembiayaan dengan alur yang Berdasarkan penjelasan dan uraian
telah ditentukan tidak dapat dijalankan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
sesuai aturan yang berlaku. berikut:
1. Produk-produk perbankan syariah Hamid, Arifin. 2008. Membumikan
secara garis besar terbagi menjadi dua, Ekonomi Syariah di Indonesia.
yakni produk dana yang berfokus pada Jakarta: Pramuda Jakarta.
segmen tabungan yang dikelola Huda, Nurul. Heykal, Mohammad. 2010.
menggunakan sistem bagi hasil Lembaga Keuangan Islam:
(muḍârabah) dan produk pembiayaan Tinjauan Teoretis dan Praktis.
mikro yang dikelola dengan sistem jual Jakarta: Kencana.
beli dengan akad murâbaḥah dan akad Karim. Adiwarman A. 2004. Bank Islam:
wakâlah dengan uraian bahwa pihak Analisis Fiqih dan Keuangan.
bank menerima dana serta Jakarta: Raja Grafindo Persada.
menyalurkan dana dari pihak ketiga Kementerian Agama. 1989. Al-Qur’an dan
yang akan dikelola dalam bentuk Terjemahnya. Semarang: Al-Waah.
pembiayaan menggunakan akad jual Madjid, M. Nazori. 2011. Nuansa
beli yang kemudian hasil/keuntungan Konvensional dalam Perbankan
dari jual-beli tersebut akan dibagi Syariah, Jurnal Kajian Ekonomi
kepada pemilik dana pihak ketiga Islam dan Kemasyarakatan, Vol. 3,
sesuai nisbah bagi hasil yang tertuang No. 1, Juni.
dalam akad muḍârabah. Mardani. 2012. Ayat-Ayat dan Hadist
Dan nilai-nilai hukum Ekonomi Ekonomi Syari’ah. Jakarta:
Syariah secara umum telah diterapkan Rajawali Pers.
pada produk-produk perbankan Muhammad. 2000. Sistem dan Prosedur
tersebut. Bank Syari’ah. Yogyakarta: UII
2. Lima komponen maqâṣid al-syarîʽah Press.
dalam praktiknya pada Bank Syariah Naisaburi, Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi,
Mandiri Kantor Cabang Teluk Betung al-. 2010. Ṣaḥiḥ Muslim. Beirut:
Bandar Lampung, menurut penulis Dar al-Ihya’ al-Turaṡ al-‘Arabi.
tidak termasuk perbuatan curang Prabowo, Bagya Agung. 2009. Konsep
khianat dan garar. Melainkan Akad Murabahah pada Perbankan
merupakan pelanggaran terhadap Syariah (Analisa Kritis Terhadap
prinsip prinsip hukum ekonomi islam Aplikasi Konsep Akad Murabahah
karena kurangnya pemahaman di Indonesia dan Malaysia), Jurnal
terhadap praktik pembiayaan Hukum, No. 1, Vol. 16, Januari.
murâbaḥah bi al-wakâlah. Qal’aji, Muhammad Rawwas. Qunaibi,
E. Daftar Pustaka Hamid Sadiq. 1998. Muʽjam Lugât
Antonio. Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Al-Fuqahâ (Dictionary of Islamic
Syari’ah: Dari Teori ke Praktik. Legal Terminology) Arabic-
Jakarta: Gema Insani. English. Beirut: Dar al-Nafaes.
Ascarya. 2013. Akad dan Produk Bank Qudamah, Ibnu. 2006. Minhaj Qâṣidȋn:
Syari’ah. Jakarta: Raja Grafindo Jalan Orang-Orang yang
Persada. Mendapat Petunjuk (Mukhtaṣar
Darningsih. 2012. “Implementasi Akad Minhâj Qâṣidȋn). Jakarta: Pustaka
Murabahah pada Pembiayaan Jual Al-Kautsar.
Beli Barang Produktif, Praktek Rianto, M. Nur. 2012. Dasar Dasar
pada BMT Marhamah Wonosobo”. Pemasaran Bank Syariah.
Unibersitas Islam Negeri Bandung: Alfabeta.
Walisongo Semarang.
Rivai, Veithzal. Permata, Andria. 2008
Islamic Financial
Manajemen.Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Shomad, Abd. 2009. “Bay Al-Murâbaḥah
(Deffered Payment Sale) di
Lingkungan Bank”, Media
Yuridika, Vol. 24, No. 1.
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah
Institut Bankir Indonesia. 2003.
Konsep, Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syari’ah.
Jakarta: Djambatan.
Wangsawidjaja. 2012. Pembiayaan Bank
Syari’ah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Zulkifli, Sunarto. 2003. Panduan Praktis
Transaksi Perbankan Syari’ah.
Jakarta: Zikrul Hakim.

Anda mungkin juga menyukai