Anda di halaman 1dari 5

Nama : Marwa

NPM : 2020612027
Prodi : Hukum Ekonomi Syaariah
Mata Kuliah : Tafsir Hadits Ekonomi Islam

1. Ilmuma’anilHadits
Kata Ma’ani (‫ )معانى‬adalah bentuk jamak dari kata Ma’na (‫)معنى‬. Secara leksikal kata ma’anil
berarti maksud atau arti. Ahli ilmu bayan mendefinisikannya sebagai pengungkapan melalui ucapan
tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga sebagai gambaran dari pikiran. Ilmu ma’anil
hadits secara istilah terdapat diartikan sebagai suatu keilmuan yang di dalamnya mengungkapkan
tentang suatu factor metodologi dalam memahami hadits Nabi Muhammad Saw, hadits tersebut dapat
di pahami kaidahnya dengan benar. Dengan adanya metodologi seperti ini pembaca mampu
memahami hadits dengan melihat konteks zaman dahulu, sehingga pembaca bias meninjau persamaan
dan perbedaan untuk pengamalan suatu hadits pada zaman sekarang dengan mengedepankan aspek
historis.

Objek kajian dari ilmu ma’anil hadits adalah hadits Nabi Saw, yang merupakan bukti
kebijaksanaan Nabi dalam mengajarkan agama AllahSwt. Hadits yang menjadi kajian ilmu ini adalah
seluruh hadits Nabi, baik yang tekstual maupun kontekstual, agar tidak terjadi pemaknaan ganda atau
pemahaman yang bertentangan. Pemahaman hadits secara tekstual dilakukan bila hadits yang
bersangkutan, setelah dihubungkan segi-segi yang berkaitan dengannya, misal latar belakang
kejadiannya, tetap menuntut pemahaman sesuai apa yang tertulis dalam teks hadits Nabi yang
bersangkutan. Sedangkan pemahaman dan penerapan hadits yang kontekstual dilakukan bila dari
suatu hadits tersebut ada petunjuk yang kuat yang mengharuskan hadits tersebut dipahami dan
diterapkan tidak sebagaimana maknanya yang tersurat, melainkan dengan makna tersirat atau
kontekstual (bukan sebenarnya).

2. Hadits tentang Syirkah


Secara bahasa syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih.
Yang dimaksud pencampuran adalah seseorang yang mencampurkan hartanya dengan harta orang
lain. Secara terminologis, menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, syirkah adalah kerjasama
antara dua orang atau lebihdalam satu permodalan, keterampilan kepercayaan dalam usaha tertentu
dalam pembagian keuntungan berdasarkan Nisbah. Berdasarkan ijma para ulama sepakat bahwa
hukum syirkah adalah boleh.

:‫سلّم‬َ ‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو‬


َ ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ قا َل َر‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قال‬ ِ ‫عَنْ َأبي ه َُر ْيرةَ َر‬
َ ‫ فَإذا َخ‬،ُ‫صا ِحبَه‬
‫ان‬ َ ‫ش ِر ْي َك ْي ِن َما لَ ْم يَ ُخنْ َأ َح ُد ُه َما‬ َّ ‫ث ال‬ ُ ِ‫ َأنا ثَال‬:‫"قَا َل هَّللا ُ تَعالى‬
َ
‫"خ َر ْجتُ ِمنْ بَ ْينِ ِه َما‬
‫ص ّح َحهُ ا ْل َحا ِك ُم‬ َ ‫َر َواهُ أبو دا ُو َد َو‬

Artinya :
Dari abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : Allah swt berfirman aku adalah kongsi
ketiga dari kedua orang yang berkongsi selama salah seorang kongsi tidak meenghianati
kongsinya, apabila ia menghianati kongsinya, maka keluar dari perkongsian itu. (Hr. Abu
Daud).

Kritik matan hadits :

Hadits Riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah ini menunjukkan kecintaan Allah swt kepada
para hambanya yang melakukan akad syirkah perkongsian) selama masing-masing pihak saling
menjunjung tinggi nilai-nilai amanah dan tidak melakukan penghianatan (kecurangan) dalam
menjalan kan bisnis syirkahnya. Kecintaan Allah terhadap orang yang melakukan syirkah
digambarkan dengan kebersamaan Allah dalam bisnis mereka dan kebersamaan itu dapat dimaknai
sebagai makna keberkahan didalamnya.

Asbabulwurudhadits :

Kemitraan telah dipraktekkan dimasa Rasulullah SAW para sahabat terlatih dan mematuhinya
dalam menjalankan metode akad syirkah Rasulullah tidak melarang bahkan menyatakan
persetujuannya dan ikut menjalankan metode ini.

Pesan makna inti hadits :

Pesan inti yang terkandung dalam hadits tersebut adalah :

1. Anjuran Kerjasama tanpa adanya penghianatan diantara keduanya.


2. Allah memberikan berkah kepada orang yang bersekutu dalam usaha bisnis selama semua
orang-orang bersekutu tersebut sama-sama ikhlas, jujur dan rukun.
3. Ancaman Allah terhadap orang yang mengadakan persekutuan yang terdapat penghianatan
diantara akedua belah pihak.

Pendekatan dalam bidang ekonomi :

Pendekatan syirkah dalam bidang ekonomi khususnya ekonomi Islam, sebuah konsep yang
secara tepat dapat memecahkan permasalahan permodalan. Prinsip islam menyatakan bahwa segala
sesuatu yang dimanfaatkan orang lain berhak memperoleh konpensasi yang saling menguntungkan
baik berupa modal, tenaga dan baran gsewa. Disisi lain islam menolak dengan tegas kompensasi atas
barang modal berupa bunga. Kemandekan ekonomi sering terjadi karena pemilik modal tidak
mampu mengelola modalnya sendiri atau sebaliknya mempunyai kemampuan mengelola tetapi tidak
memiliki modal. Semua hal tersebut dapat terpecahkan dalam syirkah yang dibenarkan dalam islam.

HaditstentangGadai (Rahn)

Gadai disebut rahn dalam bahasa arab, yang berarti Al-tsubut dan Al-Habsya itu penetapan
dan penahanan. Gadai merupakan akad perjanjian antara pihak pemberi pinjaman dengan pihak yang
meminjam uang atau barang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan ketenangan bagi pemilik uang
atau jaminan keamanan yang dipinjam. Oleh Karena itu, gadai pada prinsipnya merupakan suatu
kegiatan utang piutang yang murni dan bersifat sosial. Adanya system gadai ini bertujuan untuk
melunasi utang yang tidak dapat dibayar oleh orang yang berhutang. Nilai barang yang digadaikan
biasanya sebanding dengan nilai utang yang telah diambil. Dengan system gadai ini, ada jaminan
terhadap harta kekayaan bagi sipemberi pinjaman dan ada keamanan dan resiko kehilangan dan
ditipu. Yang dimana praktek gadai ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW.

‫شتَرَ ىطَعَامًا ِم ْنيَ ُهو ِديٍِّإلَىَأ َج ٍلوَ رَ َهنَ ُه ِدرْ عً ا ِم ْن َح ِدي ٍد‬ َ َ‫َأنَّالن َِّبيَّصَ لَّىاللَّ ُه َعلَي ِْهو‬
ْ ‫سلَّمَا‬
Terjemahan :
”DariAisyahradhiyallahu’anha:
Bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membelimakanandariseorangyahudidenganmenjadikan baju
besinyasebagaibarangjaminannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Asbabul wurud hadits ;


Adapun asbabul wurud hadits Nabi Riwayat Al-Bukhori dan Muslim dari Aisyah Ra
yaitu :Membantu masyarakat untuk melaksanakan hidup, maka seseorang dapat berhutang budi
kepada orang lain dan memberi mengamankan barang yang nilainya melebihi nilai utang. Karena itu
utusan Allah berhutang kepada orang yahudi dan menggadaikan baju besinya. Perdagangan pada
zaman Nabi, penerima gadai atau murtahin dilarang untuk mengambil hak kepemilikan terhadap
barang telah digadaikannya, yaitu dengan memberikannya syarat yang telah menggadai, jika
penggadai tidak mampu membayar, maka kepemilikan barang menjadihak sepenuhnya penerima
gadai. Kasus tersebut banyak sekali dilakukan oleh kaum jahiliyah, namun setelah Nabi diutus,
perbuatan tersebut sudah tidak lagi digunakan.

Kritik matan hadits :


Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim inimerujuk pada perintah Rasulullah Saw mengenai
menggadaikan suatu barang adalah boleh dalam islam. Dimana hal tersebut terdapat dalam hadits
yaitu : “menjadikan baju besinya sebagai barang jaminan”. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa matan hadits tersebut berkualitas shahih karena tidak ditemukannya syadz (kejanggalan) dan
illat (kecacatan) didalam susunan sanad dan matannya.

Pesanmakna inti hadits :

Adapun pesan dan makna inti hadits yang disampaikanadalah :

1. Hukum menggadaikan barang adalah boleh dalam islam dan Rasulullah Saw sendiri pernah
melakukan hal tersebut’
2. Hukum membeli suatu makanan dari orang non muslim adalah boleh, selamam akan anitu
tidak diragukan kehalalannya.

Pendekatan dalam bidang ekonomi :

Dalam bidang ekonomi, Lembaga keuangan non bank khususnya penggadaian dimana
merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang menyediakan penawaran layanan
peminjaman kepada masyarakat dengan menyertakanbarangatausuratberharga sebagai jaminan.
Tujuan utama dari pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan
uang tidak jatuh ditangan para pelepas uang atau rentenir yang bunganya relative tinggi. Meminjam
uang kepegadaian bukan saja karena prosedurnya yang cepat dan mudah, tetapi karena biaya yang
dibebankan lebih ringan jika dibandingkan dengan para pelepas uang atau rentenir.

3. Hadits tentang asuransi


Dalam ensiklopedi hukum islam disebutkan bahwa asuransi (at-ta’min) adalah transaksi
perjanjian antara dua belah pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak
lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

‫َص ُمواِإلَىالنَّبِي ص م‬ ْ َ‫اِ ْقتَلَ ْتاِ ْم َرَأتَانِ ِم ْن ُهزَ ْيلٍفَ َر َم ْتاِ ْحدَا ُه َماااْل ُ ْخ َرىبِ َح َج ٍرفَقَتَلَ ْت َها َو َمافِيبَ ْطنِ َهاف‬: ‫ضيَالله َع ْن ُهقال‬
َ ‫اخت‬ ِ ‫ َع ْناَبِي ُه َر ْي َرةَ َر‬,
‫ضى ِديَةًا ْل َم ْرَأ ِة َعلَى َعاقِلَتِ َها‬
َ َ‫ضىَأنَّ ِديَةً َجنِ ْينِ َها ُغ َّرةٌَأ ْو َولِ ْي َدةٌ َوق‬
َ َ‫فَق‬.
Terjemahan: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, diaberkata: berselisih dua orang wanita dari
suku Huzail kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu kewanita yang lain sehingga
mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris
dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah
SAW, maka Rasulullah SAW memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin
tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti
rugi kematian tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilahnya (kerabat
dari orang tualaki-laki)”. (HR. Bukhori).
Asbabul wurud hadits:
Adapun asbabul wurud dari hadits tersebut adalah:
1. Untuk menjelaskan suatu kebolehan atau keabsahan asuransi.
2. Untuk menjelaskan bagaimana asuransi tersebut.
3. Untuk menjelaskan bagaimana cara berasuransi yang diperbolehkan dalam islam.
Kritik matan hadits:
Aqilah dalam hadits diatas dimaknai dengan ashabah (kerabatdari orang tualaki-laki) yang
mempunyai kewajiban menanggung denda (diyat) jikaada salah satu anggota sukunya melakukan
pembunuhan terhadap anggota suku lain. Penanggungan bersama oleh aqilahnya merupakan suatu
kegiatan yang mempunyai unsure seperti yang berlaku pada bisnis asuransi. Kemiripan ini didasarkan
atas adanya prinsip saling menanggung (takaful) antara anggota suku.
Pesan makna inti hadits:
1. Kebolehan atau keabsahan asuransi.
2. Bagaiman aitu asuransi.
3. Bagaimana cara berasuransi yang diperbolehkan dalam islam.

Pendekatan dalam bidang ekonomi:


Salah satu aspek penting dalam muamalah islam adalah praktek yang berdasarkan prinsip
islam yang dibangun atas pondasi aqidah, keadilan, kesejahteraan, persaudaraan serta tanggung jawab.
Dan dari itu asuransi dalam bidang ekonomi akan membuat kita sebagai manusia yang berkebutuhan
masa terjamin dari resiko-resiko yang dapat terjadi kapan saja ketika kita bermuamalah.

Anda mungkin juga menyukai