Anda di halaman 1dari 16

"SYIRKAH

1 SYIRKAH Program Pascasarjana Universitas Indonesia


Program Studi Timur tengah dan islam

2 I. DEFINISI SYIRKAH/MUSYARAKAH
Secara etimologis >>Syirkah berarti ikhtilath
(percampuran), yakni bercampurnya suatu harta dengan
harta lain, sehingga tidak bisa dibedakan antara
keduanya.Secara Istilahi >>“Akad kerjasama atau
percampuran antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif
dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan
sesuai nisbah yang disepakati dan resiko akan ditanggung
sesuai porsi kerjasama”Selanjutnya syirkah digunakan
oleh ummat Islam untuk sebuah transaksi perkongsian
dalam bisnis

3 II. DASAR HUKUM SYIRKAHAl Qur’anAl HadistIjma’

4 II. DASAR HUKUM SYIRKAH Al Quran : ‫ِ فَ ُه ْم ُش َر َكا ُء فِي الثُّلُث‬


‫ش َر َكا ُء فِي الثُّلُث‬
ُ ‫”ِ فَ ُه ْم‬Maka mereka bersyarikat pada sepertiga”
(QS. An-Nisak :12) ‫ض إِ ََّّل‬ ٍ ‫ض ُه ْم َعلَى بَ ْع‬
ُ ‫اء لَيَ ْب ِغي بَ ْع‬
ِ ‫ط‬َ َ‫يرا ِمنَ ْال ُخل‬
ً ِ‫َوإِ َّن َكث‬
‫ت‬ َّ ‫”الَّذِينَ َءا َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬Dan sesungguhnya kebanyakan
ِ ‫صا ِل َحا‬
dari orang-orang yang bersyarikat itu, sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih (QS.Shad :
24)Kata Al-Khulatha’ dalam ayat di atas bermakna orang-
orang yang bersyarikat (syuraka’).

5 Kedua ayat di atas menunjukkan pengakuan Allah SWT


akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta.Hanya
saja dalam surah An-Nisaa’: 12 perkongsian terjadi secara
otomatis (jabr) karena masalahnya adalah tentang harta
warisan, sedangkan dalam surah Shaad:24 terjadi atas
dasar akad (ikhtiyari).

6 Luqman : 34 ‫هللا ِعن َدهُ ِع ْل ُم ال َّسا َع ِة َويُن َِز ُل ْالغَي َْث َويَ ْعلَ ُم َمافِي اْأل َ ْر َح ِام‬
َ ‫ِإ َّن‬
ٍ ‫س بِأَي ِ أ َ ْر‬
َ ‫ض ت َ ُموتُ إِ َّن‬
‫هللا َع ِلي ٌم‬ ٌ ‫ب َغدًا َو َمات َ ْد ِري نَ ْف‬
ُ ‫س َّما َذا ت َ ْك ِس‬
ٌ ‫َو َمات َ ْد ِري نَ ْف‬
ٌ ‫ َخ ِب‬Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNyalah
‫ير‬
pengetahuan tentang hari kiamat,dan Dialah yang
menurunkan hujan dan mengetahui apa yang di dalam
rahim, Dan Tiada seorangpun yang dapat mengetahui
dengan pasti apa (berapa) hasil usahanya besok dan
tiada seorangpun mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha mengaeui lagi maha
Mengenal.

7 Para ahli ekonomi Islam menjadikan ayat ini sebagai


landasan (dasar/dalil) bagi konsep bagi hasil. Hasil
investasi PLS (bagi hasil) tidak bisa dipastikan, karena
hanya Allah yang mengetahui hasilnya di masa
depan.Ayat ini bertentangan dengan konsep bunga yang
memastikan jumlah hasil investasi di masa depan.
Kepastian tersebut bertantangan dengan fitrah bisnis yang
mengandung 3 kemungkinan ; untung, no return (BEP)
dan rugi.Besarnya keuntungan juga berfluktuasi, sehingga
tidak bisa dipatok pada angka tertentu

8 Oleh karena hanya Allah yang bisa memastikan berapa


hasil keuntungan di masa depan dan bagaimana hasil
bisnisnya,semengtara manusia tidak bisa mengetahuinya,
maka maka konsep bunga yang diterapkan manusia
sesungguhnya bertentangan dengan konsep tauhid,
karena bunga memastikan berapa keuntungan di masa
depan.

9 “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata :


B. Al-Hadits“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata
: ‫أنا ثا لث الشاركين ما لم يخن أحدهما صا حبه فاذا خانه خرجت من بينهما )رواه‬
‫“)أبو داود‬Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satunya tidak menghianati lainnya” (HR. Abu Dawud
dan Hakim).

10 ‫ الخراج بالضمان‬Hadits Nabi Saw :


Keuntungan/profit yang diperoleh sejalan dengan resiko
yang ditanggung (H.R. Abu Daud)

11 ‫ الغرم بالغنم‬Hadist Nabi Saw


(Resiko/biaya yang ditanggung sejalan dengan
keuntungan yang diperoleh(

12 ‫ الخراج بالضمان‬Keuntungan/profit yang diperoleh sejalan


dengan resiko yang ditanggung ‫( الغرم بالغنم‬Resiko/biaya
yang ditanggung sejalan dengan keuntungan yang
diperoleh No risk no gain No Pain no Gain Kesimpulan:
Orang yang tidak menanggung resiko, tidak boleh dapat
keuntungan‫الخراج = الغنم‬Keuntungan/Profit =‫الضمان‬
‫الغرم‬Resiko/Biaya

13 II. DASAR HUKUM SYIRKAH 3. Ijma’


Ijma menurut pakar ushul fikih merupakan salah satu
prinsip dari syariat Islam. Ijma adalah suatu konsensus
(kesepakatan) mengenai permasalahan hukum Islam baik
dinyatakan secara diam maupun secara nyata, dan
merupakan konsensus seluruh ulama (mujtahid) di
kalangan kaum muslimin pada suatu masa setelah
Rasulullah SAW wafat atas hukum syara’ mengenai suatu
kejadian.Dalam konteks musyarakah, Ibnu Qudamah
dalam kitabnya Al-Mughni, mengatakan : “ Kaum muslimin
telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah
secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat
dalam beberapa elemen darinya.”

14 III. RUKUN DAN SYARAT SYIRKAH


Rukun syirkah masih diperselisihkan oleh para ulama,
menurut ulama Hanafiyah bahwa rukun syirkah ada 2
yaitu: Ijab & Kabul. Sebab Ijab Qabul (akad) menentukan
adanya syirkah. Adapun yang lain seperti 2 orang atau
pihak yang berakad dan harta berada diluar pembahasan
akad seperti terdahulu dalam akad jual beli.

15 III. RUKUN DAN SYARAT SYIRKAH


Syarat-syarat umum syirkaha. Jenis usaha fisik yang
dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada
orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering
kali satu patner mewakili perusahaan untuk melakukan
dealing dengan perusahaan lain. Jika syarat ini tidak ada
dalam jenis usaha, maka akan sulit menjalankan
perusahaan dengan gesit.b. Keuntungan yang didapat
nanti dari hasul usaha harus diketahui dengan jelas.
Masing-masing patner harus mengetahui saham
keuntungannya seperti 10 % atau 20 % misalnya.c.
Keuntungan harus disebar kepada semua patner.

16 III. RUKUN DAN SYARAT SYIRKAH


2. Syarat-syarat khususa. Modal yang disetor harus
berupa barang yang dihadirkan. Tidak diperbolehkan
modal masih berupah utang atau uang yang tidak dapat
dihadirkan ketika akad atau beli. Tidak disyaratkan modal
yang disetor oleh para patner itu dicampur satu sama lain.
Karena syirkah ini dapat diwujudkan dengan akad dan
bukan dengan modal.b. Modal harus berupa uang kontan.
Tidak diperbolehkan modal dalam bentuk harta yang tidak
bergerak atau barang. Karena barang-barang ini tidak
dapat dijadikan ukuran sehingga akan menimbulkan
persengketaan di kemudian hari karena keuntungan yang
dihasilkannya juga menjadi tidak jelas proporsinya dengan
modal yang disetor akibat sulitnya dinilai.

17 III. RUKUN DAN SYARAT SYIRKAH


Menurut Hanafiyah, syarat-syarat yang berhubungan
dengan syirkah dibagi menjadI empat yaitu:Sesuatu yang
berkaitan dengan bentuk yirkah baik dengan harta
maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua
syarat, yaitu: Berkenaan dengan benda yang diakadkan
adalah harus dapat diterima sebagai perwakilan Yang
berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian
keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak,
misalnya setengah, sepertiga dan yang lainnya2. Sesuatu
yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal ini
terdapat dua perkara yang harus dipeuhi yaitu:* bahwa
modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah alat
pembayaran (nuqud), seperti Junaih, Riyal, dan Rupiah*
Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad
syirkah dilakukan, baik jumlahnya sama maupun
berbeda.3. Sesuatu yang bertalian dengan syarikat
mufawadhah, bahwa dalam mufawadhah
disyaratkan:Modal (pokok harta) dalam syirkah
mufawadhah harus samaBagi yang bersyirkah ahli untuk
kafalahBagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah
umum, yakni pada semua macam jual beli atau
perdagangan.

18 IV. MACAM-MACAM SYIRKAH


SYIRKAH AMLAKa. Syirkah Jabarib. Syirkah Ikhtiar2.
SYIRKAH UQUDa. Syirkah Abdanb. Syirkah Wujuhc.
Syirkah Mufawaddahd. Syirkah Inan
19 SKEMA JENIS-JENIS MUSYARAKAH
JABRAMLAKIKHTIARSYIRKAHABDANUQUDWUJUHMU
FAWADAHINAN

20 IV. MACAM-MACAM SYIRKAH


Syirkah Amlak (Kepemilikan)Syirkah kepemilikan ini ada
dua macam yaitu ikhtiari dan jabari. Ikhtiyari terjadi karena
kehendak dua orang atau lebih untuk berkongsi
sedangkan jabari terjadi karena kedua orang atau lebih
tidak dapat mengelak untuk berkongsi misalnya dalam
pewarisan.

21 IV. MACAM-MACAM SYIRKAH


2. Syirkah UqudSyirkah al-’inanAkad kerja sama antara
dua orang atau lebih dimana setiap pihak memberikan
kontribusi dana dan berpartisipasi dalam kerja serta
sepakat untuk berbagi keuntungan atau kerugian, dimana
porsi masing2 pihak (baik dalam dana,kerja atau bagi
hasil) tidak harus sama.Syirkah MufawadhahKontrak kerja
sama antara dua orang atau lebih dimana masing2 pihak
memberikan kontribusi yang sama tentang dana,
partisipasi kerja dan berbagi keuntungan/kerugian dalam
jumlah yang sama.Syirkah A’maalKontrak kerja sama
antara dua orang/lebih yang memiliki profesi sama untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan tersebut.Syirkah WujuhKontrak
kerja sama antara dua orang/lebih yang sama2 memiliki
keahlian dalam bisnis tampa modal/uang. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan
menjual barang tersebut secara tunai,dan hasilnya
mereka saling berbagi keuntungan/kerugian berdasarkan
kontribusi jaminan kepada penyuplai.

22 BENTUK-BENTUK SYIRKAH
RUKUNYang BerakadObyek AkadIjab QobulSYIRKAH
INANSYIRKAH MUFAWADAHSYIRKAH AL-
WUJUHSYIRKAH ABDANAKADBERAKHIRModal
Tunai2.Bukan Barang(kecuali dihargaKan)Syarat Harus
SamaJumlah ModalHakKewajibanKeuntunganTanggung
JawabSyarat :Ada hasilPembagian JelasPembagian
diambil dari laba1. Modal kepercayaan2.Bukan Barang,
bukan uangMengundurkanDiriWafatModal HilangModal
Tak Sama

24 Skema MusyarakahNasabah
InvestorDanaDanaProyek UsahaBersamaPokok+Bagi
HasilKeuntunganPokok+Bagi Hasil

25 V. SYIRKAH MUTANAQISHAH DAN SYIRKAH


MUNTAHIYAT BIT TAMLIK
Syirkah MutanaqisahSyirkah mutanaqisya, salah satu
bentuk kerja sama antara dua pihak yang pada saat kerja
samanya berlangsung salah satu pihak melepas
modalnya untuk dimiliki oleh pihak lainnya. Sehingga pada
akhirnya hanya satu pihak yang mengelola investasi
tersebut, karena modal pihak yang lain telah dialihkan
kepada temannya.Pada bank syariah, pembiayaan
investasi menggunakan skema musyarakah
mutanaqishah. Dalam hal ini, bank memberikan
pembiayaan dengan prinsip penyertaan. Secara bertahap,
bank melepaskan penyertaannya dan pemilik perusahaan
akan mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan
surplus cashflow yang tercipta maupun dengan
menambah modal, baik yang berasal dari setoran
pemegang saham yang ada maupun dengan
mengundang pemegang saham baru.

26 V. SYIRKAH MUTANAQISHAH DAN SYIRKAH


MUNTAHIYAT BIT TAMLIK
b. Syirkah Muntahiya Bit TamlikSyirkah Muntahiyat bit
Tamlik tergolong dalam kategori Bai’ al-takjiri atau ijarah
al-muntahiya bit-tamlik merupakan akad (kontrak) kerja
sama antara dua orang atau lebih dengan cara
menggabungan sewa dan beli, dimana pihak penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa
sewa (financial lease).Dikatakan oleh Muhammad dalam
salah satu sesi pada Short Course Perbankan Syari’ah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta pada bulan
Desember 2006 bahwa bai’ al-takjiri atau ijarah al-
muntahiya bit-tamlik bukanlah seperti praktek leasing
(sewa-beli) yang dikenal saat ini. Praktek leasing
konvensional mengenal sistem sewa-beli sebagai berikut:
A menjual barang kepada B. Dalam akad mereka, A
berjanji menyewa barang yang dijualnya tadi kepada B.
Hal ini dilarang dalam Islam karena ada dua akad dalam
satu transaksi. Mengenai dua akad dalam satu transaksi
lainnya yang tidak dibolehkan adalah jual-beli inai, yaitu
contohnya A menjual barang kepada B namun dengan
perjanjian suatu ketika A akan membeli lagi dari B.

27 VI. APLIKASI MUSYARAKAH DI LEMBAGA


KEUANGAN SYARIAH
Aplikasi Musyarakah dalam praktek lembaga keuangan
adalah :1. Pembiyaan ProyekLembaga keuangan dan
pengusaha secara bersama-sama menyediakan dana
untuk membiayai sebuah proyek. Setelah proyek selesai,
pengusaha mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati kepada lembaga keuangan.2.
Modal VenturaPada lembaga keuangan khusus yang
dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan
perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal
ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu
tertentu, dan setelah itu penyedia dana melakukan
divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara
langsung atau bertahap.

28 APLIKASI AKAD MUSYARAKAH PADA MASA KINI


Bisnis WaralabaKoperasi dengan akad Syirkah
Ta’awuniyahKerjasama dibidang perdaganganKerjasama
dibidang transfortasi

29 VIII. PEMBATALAN SYIRKAH


Kontrak kerja sama (perjanjian ) antara dua pihak atau
lebih dalam musyarakah berakhir atau batal, apabila
:Salah satu pihak yang mengikat kontrak tersebut
membatalkannya, meskipun tanpa persetujuan pihak
lainnya, sebab syirkah atau musyarakah adalah suatu
akad (kontrak) yang terjadi atas dasar kerelaan antara
kedua belah pihak atau lebih. Dan kontrak tersebut tidak
ada keharusan untuk dilaksanakan apabila salah satu
pihak tidak menginginkannya lagi, hal ini merupakan
indikator pencabutan atau pembatalan kerelaan syirkah
oleh salah satu pihak.Salah satu pihak dari pihak-pihak
yang bekerja sama hilang atau tidak mempunyai
kapabilitas dan keahlian dalam manajemen keuangan
(mengelola harta, usaha), baik karena gila, depresi/stres
berat maupun karena sebab lainnya.Salah satu pihak
meninggal dunia, tetapi apabila anggota musyarakah
tersebut lebih dari dua pihak, yang berakhir atau batal
adalah yang meninggal saja. Musyarakah dapat terus
berlangsung selama pihak-pihak lainnya masih hidup,
apabila ahli waris dari pihak yang meninggal menghendaki
turut serta dalam musyarakah tersebut, maka dapat
dilakukan perjanjian (kontrak) kerja sama yang baru bagi
ahli waris yang bersangkutan.

30 VIII. PEMBATALAN SYIRKAH


Salah satu pihak ditaruh di bawah pengampunan, baik
karena boros yang terjadi pada saat kontrak perjanjian
syirkah sedang berjalan maupun sebab yang
lainnya.Salah satu pihak menderita kebangkrutan (pailit)
yang berdampak tidak memilki secara penuh atas harta
yang menjadi saham musyarakah. Pendapat ini
dikemukakan oleh mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa keadaan pailit atau
bangkrut itu tidak membatalkan atau mengakhiri perjanjian
yang disepakati oleh yang bersangkutan.6. Modal dari
para pihak yang terlibat dalam musyarakah tersebut hilang
atau lenyap sebelum dibelanjakan atas nama
musyarakah. Bila modal tersebut hilang atau lenyap
sebelum terjadi percampuran harta atau dana sehingga
tidak dapat lagi dipisah-pisahkan lagi, yang menaggung
resiko adalah para pemiliknya sendiri. Apabila modal
hilang atau lenyap setelah terjadi percampuran harta atau
dana sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi, maka hal
itu menjadi tanggungan resiko bersama. Kerusakan terjadi
setelah dibelanjakan, menjadi resiko bersama, dan
apabila masih ada sisa harta atau modal maka
musyarakah tersebut masih dapat berlangsung dengan
kekayaan (asset) yang masih ada. (A. Basyir : 1983).

Anda mungkin juga menyukai