Anda di halaman 1dari 14

SYIRKAH (PARTNERSHIP) DAN AKAD-AKAD BISNIS ISLAM

Dibuat untuk Mata Kuliah Pengantar Bisnis Islam

DISUSUN OLEH : 1. Susita Herliani (11180165) 2. Sumirah 3. Tiara Shinta (111801 ) (11180169)

4. Yayuk Sundari (11180180) 5. Yudi Ardath (11180182)

6. Desy Puspitasari (11180188) 7. Yogi Pramana Dosen : Ulil Amri, Lc.MHI (11180192)

PROGRAM D3 PERBANKAN SYARIAH IAIN RADEN FATAH PALEMBANG 2012

A. PENDAHULUAN
Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, kemudian keuntungan dan kerugiannya akan ditanggung bersama, dengan adanya ikatan antara dua perkara baik secara nyata maupun ikatan secara maknawi (akad). Dalam hal ini syirkah menjelaskan tentang bagaimana cara melakukan kerjasama dalam melakukan usaha atau berbisnis dalam islam. Dalam melaksanakan kerjasama (syirkah) ada beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu, dalam rukun dan syarat syirkah, akad-akad dalam melaksanakan kerja sama, macam-macam syirkah, cara membagi keuntungan dan kerugian, beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya suatu akad dalam mengakhiri kerja sama (syirkah). Perwujudan dalam melaksanakan syirkah akan berjalan baik, dengan adanya dua orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama pada suatu usaha, dengan menyerahkan modal masing-masing, dan membagi keuntungan dan kerugiannya, selama satu tidak berkhianat kepada yang lainnya. Dalam rukun Syirkah, syirkah akan terlaksana dengan adanya Ijab dan qabul. Karena Ijab dan qabul (akad) yang menentukan adanya Syirkah.

B.

SYIRKAH

(PARTNERSHIP)

DAN

AKAD-AKAD

BISNIS ISLAM
B1. Syirkah 1. Pengertian Syirkah ( partnership )
Syirkah menurut bahasa yaitu al-ikhtilath yang artinya campur atau percampuran. Yang dimaksud dengan percampuran ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan. Sedangkan menurut istilah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Ada

beberapa definisi syirkah yang dikemukakan oleh para ulama fiqh, antara lain : a. Menurut Sayyid Sabiq, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah:

Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan.1 b. Menurut Muhammad al-Syarbini al-khatib, yang dimaksud dengan syirkah ialah:

Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui). c. Menurut Hasbi Ash-Shidieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah:

Fiqh al-sunnah, hal. 294

Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk taawun dalam bekerja pada suatu usaha dan membagi keuntungannya.2 Jadi, dari definisi-definisi syirkah menurut para ulama, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Adapun yang dijadikan dasar hukum syirkah oleh para ulama adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abi Hurairah dari Nabi SAW bersabda:

aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya. 2. Rukun dan Syarat Syirkah Rukun syirkah menurut ulama Hanafiyah yaitu adanya ijab dan Kabul. Karena ijab dan Kabul (akad) yang menentukan adanya syirkah.3 Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah yaitu: a. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat yaitu: 1. Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai perwakilan. 2. Yang berkenaan dengan keuntungan yaitu pembagian keuntungan yang jelas dan diketahui oleh pihak-pihak bersyirkah.

2 3

Pengantar Fiqh Muamalah, hal. 89 Al-Jaziri, dalam Fiqh Ala Madzahih al-Arbaah, hal. 76-77

b. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta) dalam hal ini terdapat dua perkara yang harus dipenuhi yaitu: 1. Bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat pembayaran (nuqud) 2. Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan. c. Sesuatu yang bertalian disyaratkan: 1. Modal (pokok harta) dalam syirkah mufawadhah harus sama 2. Bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah 3. Bagi yang dijadikan obyek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada semua macam jual beli atau perdagangan.4 d. Adapun syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat-syarat syirkah mufawadhah. Menurut malikiyah bahwa syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh dan pintar (rusyd). Syarat-syarat syirkah yang dijelaskan oleh Idris Ahmad yaitu: a. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu. b. Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing mereka adalah wakil yang lainnya. c. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya. dengan syarikat mufawadhah, dalam mufawadhah

Al-Jaziri, Ibid, hal. 78-80

3. Macam-macam Syirkah Menurut Hanafiyah, secara garis besar syirkah dibagi dua bagian, yaitu; syirkah milk dan syirkah uqud. Syirkah milk juga dibagi dua macam; syirkah milk jabar dan syirkah milk ikhtiar. Syirkah uqud dibagi menjadi tiga macam, yaitu; syirkah uqud al-mal, syirkah uqud bi al-abdan dan syirkah uqud bi al-wujuh. Syirkah uqud bi al-mal dibagi dua; syirkah-syirkah uqud bi al-mal mufawadhah dan syirkah uqud bi al-mal inan. Syirkah uqud bi al-abdan dibagi dua; syirkah uqud bi al-abdan mufawadhah dan syirkah uqud bi al-abdan inan. Syirkah uqud bi alwujuh dibagi menjadi dua bagian; syirkah uqud bi al-wujuh mufawadhah dan syirkah uqud bi al-wujuh inan. Yang dimaksud syirkah milk ialah:

Ibarat dua orang atau lebih memilikkan suatu benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah. Maksud syirkah al-uqud ialah:

Ibarat akad yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk berserikat dalam harta dan keuntungan. Maksud syirkah al-jabr ialah:

Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu benda secara paksa.

Maksud Syirkah Al-ikhtiar ialah:

Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan benda dengan ikhtiyar keduanya. Al-Syirkah bi al-mal ialah:


Ibarat kesepakatan dua orang atau lebih untuk menyerahkan harta mereka masing-masing supaya memperoleh hasil dengan cara mengelola harta itu, bagi setiap yang berserikat memperoleh bagian yang ditentukan dari keuntungan. Syirkah al-wujuh ialah:

Dua orang berserikat atau pihak yang tidak ada harta didalamnya tetapi keduanya sama-sama berusaha. Syirkah al-wujuh mufawadhah ialah:

Keduanya termasuk ahli kafalah dan dalam pembelian masing-masing setngah. Syirkah al-wujuh ian ialah:

Sesuatu dari ikatan-ikatan yang berkeseimbangan seolah-olah bukan ahli kafalah atau seperti tak ada kelebihan bagi penjual dan pembeli. Menurut Malikiyah, bahwa syirkah dibagi beberapa bagian, yaitu syirkah alirts, syirkah al-ghanimah dan syirkah al-mutabaain syaia bainahuma.

Syirkah al-irts ialah:

Berkumpulnya para pewaris dalam memiliki benda dengan cara pewarisan. Syirkah al-ghanimah ialah:

Berkumpulnya para tentara dalam pemilikan ghanimah. Syirkah al-mutabaain syaia bainahuma ialah:

Dua orang atau lebih berkumpul dalam pembelian rumah dan yang lainnya. Menurut Hanabilah, syirkah dibagi menjadi dua macam, yaitu syirkah fi almal dan syirkah fi al-uqud. Menurut madzhab ini, syirkah al-mal ialah:

Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan barang dengan waris, pembelian, atau yang lainnya.

Syirkahuqud dibagi menjadi lima macam, yaitu; syirkah al-inan, syirkah alwujuh, syirkah al-abdan, syirkah al-muwafadhah dan syirkah al-mudharabah.5 4. Cara Membagi Keuntungan dan Kerugian Ulama Syafiah berpendapat bahwa yang sah dilakukan hanyalah syirkah alInan, sementara syirkah yang selain itu batal untuk dipalukan. Adapun cara membagi keuntungan atau kerugian adalah tergantung besar dan kecilnya modal yang mereka tanamkan. Berikut contoh praktek berserikat : Table: Cara Membagi Keuntungan dan Kerugian6 Nama Anggota Pokok Masing- Jumlah Pokok masing Majid Rp.1.500 Untung Prosentase Untung 1/10 1/4 6,00 = 1/4 600 = Rp.150 Tamami Rp.1.000 Rp.6.000 Rp.600 1/10 1/6 6.000 = 1/6 60 = Rp.100 Karson Rp.500 1/10 1/12 6.000 = 1/12 600 = Rp.50 Lilian Rp.3.000 1/10 1/2 6.000 = 1/2 60 = Rp.300

Pengertian-pengertian dari kelima istilah diatas, dapat dilihat dalam Fiqh Ala al-Madzahih alArbaah, jilid III hal. 75-76 6 Sumber: Idris Ahmad, dalam Fiqh al-Syafiiyah hal. 100, namun diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan.

5. Mengakhiri Syirkah Syirkah akan berakhir apabila: a. Salah satu pihak membatalkannya, meskipun tanpa persetujuan pihak yang lainnya, sebab syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela sama rela dari kedua belah pihak yang tidak ada kepastian untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak menginginkannya lagi, hal ini menunjukkan pencabutan kerelaan syirkah oleh salah satu pihak. b. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf (keahlian mengelola harta), baik karena gila maupun karena yang lainnya. c. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari dua orang, yang batal hanyalah yang meninggal saja. Syirkah berjalan terus pada anggota-anggota yang masih hidup, apabila ahli waris anggota yang meninggal menghendaki turut serta dalam syirkah tersebut, maka dilakukan perjanjian baru bagi ahli waris yang bersangkutan. d. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampunan, baik karena boros yang terjadi pada waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang lainnya. e. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas apa yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukan oleh madzhab Maliki, SyafiI, dan Hambali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan bangkrut itu tidak membatalkan perjanjian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. f. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah, bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta hingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi, yang menanggung risiko adalah para pemiliknya sendiri, apabila harta lenyap setelah terjadi percampuran yang tidak bisa dipisah-pisahkan

lagi, maka menjadi risiko bersama, apabila masih ada sisa harta, syirkah masih dapat berlangsung dengan kekayaan yang masih ada.7

B2. Akad-akad Bisnis Islam 1. Pengertian Akad


Akad secara etimologi adalah ikatan antara dua perkara, baik secara nyata maupun
ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi. Pengertian akad secara khusus dikemukakan oleh ulama fiqh, antara lain : a. Menurut ibnu Abidin, akad adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan kebutuhan syara yang berdampak pada objeknya. b. Menurut Al-kamal Ibnu Human, akad adalah pengaitan salah seorang yang akad dengan yang lainnya secara syara pada segi yang tampak dan berdampak pada objeknya.

2. Rukun Akad Menurut pendapat ulama rukun akad ada 3 yaitu : a. Orang-orang yang akad (aqid), contoh : Penjual dan Pembeli. b. Sesuatu yang di akadkan Maqud Alaih), contoh : Harga atau yang dihargakan. c. Shighat, yaitu Ijab dan qabul

Ahmad Azhar Basyir. Riba Utang-Piutang dan Gadai, hal. 65-66.

3. Akad-akad Bisnis Islam Seorang Muslim diwajibkan melaksanakan secara penuh dan ketat semua etika bisnis yang ditata oleh Al-Quran pada saat melakukan semua transaksi, yakni: 1. Adanya ijab qabul (tawaran dan penerimaan) antara dua pihak yang melakukan transaksi. 2. Kepemilikan barang yang ditransaksikan itu benar dan sah. 3. Komoditas yang ditransaksikan berbentuk harta yang bernilai. 4. Harga yang ditetapkan merupakan harga yang potensial dan wajar. 5. Adanya opsi bagi pembeli untuk membatalkan kontrak saat jika mendapatkan kerusakan pada komoditas yang akan diperjualbelikan (Khiyar Ar-Ruyah). 6. Adanya opsi bagi pembeli untuk membatalkan kontrak yang terjadi dalam jangka waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak (Khiyar Asy- Syarth).

C. KESIMPULAN
Syirkah merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Syirkah termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan perserikatan dagang. Adapun cara pembagian keuntungan dan kerugian dalam Syirkah ialah tergantung besar dan kecilnya modal yang mereka tanamkan. Ulama syafiiyah berpendapat bahwa yang sah dilakukan hanyalah syirkah al-Inan, sementara syirkah yang selain itu batal untuk dipalukan. Secara garis besar, syirkah dibagi dua bagian, yaitu syirkah milk dan syirkah uqud. syirkah milk ialah dua orang atau lebih memilikkan suatu benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah. Hukum yang terkait dengan syirkah al-amlak ini dibahas oleh para ulama fiqh secara luas dalam bab wasiat, waris, hibah, dan wakaf. Syirkah al-uqud ialah akad yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk berserikat dalam harta dan keuntungan. Hal-hal yang dapat membatalkan atau menunjukkan berakhirnya akad syirkah, ada yang bersifat umum, dan hal-hal khusus yang menjadi penyebab batal atau berakhirnya masing-masing bentuk perserikatan. Secara umum hal-hal yang mengakibatkan berakhirnya akad antara lain, salah satu pihak mengundurkan diri, salah satu pihak meninggal dunia, salah satu pihak kehilangan kecakapan, serta salah satu pihak murtad. Akad-akad melakukan kerjasama dalam bisnis islam yaitu, Adanya ijab qabul,
Kepemilikan barang yang ditransaksikan benar, harta yang bernilai, harga yang potensial dan wajar, Khiyar Ar-Ruyah, Khiyar Asy- Syarth.

D. DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaziri, Abdurrahman. t.th. al-Fiqh Ala Madzahib al-Arbaah, Beirut: Dar alQalam. Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalah, Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama. Suhendi, Hendi. 2002. Fiqih Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. http://my.opera.com/mid-as/blog/index.dml/tag/Fiqih

Anda mungkin juga menyukai