Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUNAWWAROTUL ALAWIYYAH

NIM : B1061191016

MATA KULIAH : PERBANKAN SYARI’AH (UTS)

PRODI/KELAS : EKONOMI ISLAM/A

SOAL : Buat 7 akad yang biasa dipakai di perbankan syari’ah, setiap akad dijelaskan siapa
pelakunya, dasar ayat dan hadist, dan mekanisme kerja akad.

Jawaban :

1. Murabahah
Jenis akad syariah pertama yaitu murabahah. Murabahah adalah akad transaksi dimana
penjual menyatakan harga beli produk kepada pembeli dan pembeli membeli dengan
harga lebih sebagai perolehan laba penjual. Pihak yang melakukan akad, yaitu Penjual
(ba’i) dan Pembeli (musytari). Keuntungan harga disepakati oleh kedua belah pihak.
Sehingga pihak pembeli mengetahui harga beli produk dan margin keuntungan yang
didapatkan oleh penjual. Contoh penerapan akad murabahah pada kredit rumah syariah,
pembelian aset bangunan, pembiayaan kendaraan bermotor, dan investasi lainnya.

Adapun dalil al-quran yang di jadikan dasar hukum murabahah terdapat dalam surat Al-
baqarah ayat 275 yang artinya : Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari
tuhanya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah di perolehnya dahulu menjadi miliknya
dan urusanya (terserah) kepada allah. Barang siapa mengulangi maka mereka itu
penghuni neraka mereka kekal di dalamya.
Landasan hukum bahwa murabahah termasuk dalam teransaksi jual beli yang tidak di
larang oleh syariat adalah hadits sebagai berikut ‫عن رفاعة بن رافع رضي اهلل عنو أن النيب صلي‬
‫ يا م ر ل ال ج ل ب ي د ه و ك ل ٌ ر و ر ب‬: ‫ ق ب؟ قال‬: ‫ س ئ ي ل أ ال ك س ب أ ط ي ع ا ل‬:‫اهلل عليو وسلم‬
‫ [م ٌ ع ي ب ]رواه البزار وصححو احالكم‬Dari Rifa’ah bin Rafi’ RA, Bahwa Nabi SAW di Tanya :
“Apakah pekerjaan yang paling baik itu?” beliau menjawab: “pekerjaan seorang laki laki
dengan tangannya sendiri (hasil jerih payah sendiri), dan setiap jual beli yang mabrur.
[HR. AlBazzar dan di shohihkan oleh Alhakim Rohimakumullah]

2. Mudharabah
Meskipun namanya mirip murabahah, akad mudharabah berbeda dengan murabahah.
Murabahah merupakan jenis akad syariah berbentuk kerjasama usaha antara pihak
pemilik modal dan pihak pengelola modal dengan kesepakatan tertentu. Besaran
pembagian laba ditentukan di awal perjanjian. Sedangkan apabila terjadi kerugian, maka
pemilik modal akan menanggung sepenuhnya dengan catatan pengelola tidak melakukan
kesalahan atau kelalaian disengaja atau melanggar kesepakatan. Dalam istilah syariah,
pemilik modal disebut sebagai shahibul maal, bank syariah, dan malik. Sedangkan pihak
pengelola modal yaitu nasabah, amil, atau mudharib.
Dalil Al-Qur’an yang mendasari hukum mudharabah  diantaranya sebagai berikut:
Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah (2):283 yang artinya: 
“ Maka  jika  sebagian  kamu  mempercayai  sebagian  yang lain, hendaklah yang 
dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
tuhannya.”
Sedangkan   sumber   landasan hukum   mudharabah yang berasal dari hadis Nabi
Muhammad SAW, yaitu :  
Hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Tabrani yang artinya:
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni
lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib)
harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar
Rasulullah, beliau membenarkannya” (HR.Thabrani dari Ibnu Abbas).
3. Wadiah
Jenis akad syariah banyak digunakan oleh pemuda adalah wadiah. Wadiah merupakan
akad transaksi dengan skema penitipan barang/uang antara pihak pertama dan pihak
kedua. Sehingga pihak pertama sebagai pemilik dana/barang telah mempercayakan
asetnya kepada pihak kedua sebagai penyimpan aset. Oleh sebab itu, pihak kedua
(lembaga keuangan syariah) harus menjaga titipan nasabah dengan selamat, aman, dan
utuh. Contoh penerapan akad wadiah pada rekening tabungan dan giro. Sehingga tidak
heran para pemuda yang belum berpenghasilan memilih rekening berakad wadiah, karena
tidak terdapat biaya administrasi setiap bulan.

Dalil yang mendasari hukum wadiah yaitu QS. An-Nisa: 58 yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil”

Juga diperkuat oleh hadist Nabi SAW : “Tunaikanlah amanah kepada orang yang
mengamanahkan kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang
mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Al Irwaa’ 5/381).

4. Musyarakah
Musyarakah merupakan akad berbentuk kerja sama usaha dimana masing-masing pihak
menyetorkan dana sebagai modal dengan porsi sesuai kesepakatan. Sehingga modal dari
berbagai pihak disatukan untuk menjalankan suatu usaha. Kemudian usaha tersebut
dikelola oleh salah satu dari pemodal atau meminta bantuan pihak ketiga sebagai
pegawai. Pelaku akad ini sendiri yaitu para mitra usaha.

Dalil umum dibolehkannya akad musyarakah berdasarkan firman Allah SWT dalam
Quran surat Shad (38) ayat 24 :

Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan
dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat
sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya, maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

Dalam hadist, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Allah SWT bersama orang-orang
yang ber syirkah dalam kebaikan, termasuk dalam bisnis, selama pihak yang bersyirkah
itu tidak saling berkhianat. Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
berkata: “Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh alHakim,
dari Abu Hurairah).

5. Ijarah
Pembiayaan dengan sistem sewa antara kedua belah pihak disebut sebagai akad ijarah.
Salah satu pihak sebagai penyewa membayar kepada pihak lain (pemilik produk) untuk
mendapatkan manfaat atau hak guna atas produk yang dipinjam tanpa memindahkan
kepemilikan barang tersebut. Praktik ijarah Properti dapat kita temui pada produk-produk
pembiyaaan masyarakat yang menggunakan sistem sewa menyewa seperti dalam bidang
bisinis properti. Dalam hukum Islam, ijarah yang berhubungan dengan sewa atas asset
atau properti di definisikan sebagai akad memindahkan hak untuk memakai
(pemanfaatan) dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imblan biaya
sewa atas barang yang disewakan. Dalam konsep properti ini biasanya dilakukan oleh
Bank atau Lembaga Keuangan ataupun developer. Dimana dalam proses pelaksanaanya
Bank/Lembaga Keuangan akan menyediakan barang sewa yang dibutuhkan dan
menyepakati biaya sewa. Di akhir sewa atas properti tersebut tidak terjadi pemindahan
peralihan kepemilkan.
Akad Ijarah dilandasi pada dalil Al-Qur’an yang terdapat pada QS. Ath-Thalaq ayat
6 yang artinya, “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
Hadist Nabi SAW dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam beserta Abu Bakar menyewa (mengupah) seorang penunjuk jalan yang mahir dari
Bani ad-Dail kemudian dari Bani ‘Abdu bin ‘Adi”
Lalu hadist yang sudah umum diketahui yaitu dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berilah upah kepada para
pekerja sebelum mengering keringatnya”

6. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
yang memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain
kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.Penerapan akad kafalah
biasa dijumpai pada pembelian produk beserta garansi. Kafalah terlaksana dengan adanya
penanggung, penanggung utama, pihak yang ditanggung haknya, dan tanggungan.
Penanggung atau disebut kafil adalah orang yang berkomitmen untuk melaksanakan
tanggungan. Penanggung utama adalah orang yang berhutang, yaitu pihak tertanggung.
Kafil ini disebut dengan sebutan dhamin (orang yang menjamin), za’im (penanggung
jawab), hammil (orang yang menanggung beban), dan qobil (orang yang menerima)
Pada bidang jasa, akad ini digunakan dalam menyusun garansi atas suatu proyek,
advance payment bond, hingga partisipasi dalam tender.
Kafalah disyaratkan oleh Allah SWT terbukti dengan firman-Nya: “Ya’qub berkata: “aku
sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu
memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan
membawanya kepadaku kembali,” (QS. Yusuf: 66).
Dalam As Sunnah disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Barang pinjaman itu harus dikembalikan, orang yang menjamin harus membayar
jaminannya dan hutang itu harus dibayar." (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahiihah no. 610)
7. Hawalah
Jenis akad syariah wajib anda ketahui yakni Hawalah. Akad ini merupakan perjanjian
atas pemindahan utang/piutang dari satu pihak ke pihak lain. Contoh penerapannya pada
layanan Post Dated Check pada perbankan syariah. Pihak lembaga keuangan syariah
memberikan kesempatan kepada nasabah untuk menjual produknya kepada pembeli lain
dengan jaminan pembayaran berbentuk giro mundur. Dalam istilah Islam menyebutkan
dengan beban utang dari muhil (orang yang berhutang) dengan cara memindahkannya ke
tanggungan muhal ‘alaih (orang yang berkewajiban membayarnya).
Ayat Tentang Hiwalah
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah:2).
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan
kepada kami Ubaidullah ibnu Abu Bakar ibnu Anas dari kakenya yaitu (Anas bin Malik)
yang menceritakan bahwa Rasullah saw pernah bersabda:
“Tolonglah saudaramu, baik dalam keadaan berbuat aniaya atau dianiaya”.
Lalu ada yang bertanya, “wahai Rasulullah orang ini dapat kutolong jika ia dianiaya,
tetapi bagaimanakah menolongnya jika dia berbuat aniaya?” Maka Rasulullah Saw
menjawab: “Kamu cegah dan kami halang-halangi dia dari perbuatan aniaya, itulah cara
menolongnya”.

Anda mungkin juga menyukai