Anda di halaman 1dari 6

ECP 2 Etika Bisnis Islam

Nama : Muhammad Azzaki H

Kelas : H

NIM : 20180401349

1. Landasan atau dasar hukum akad Mudharabah


a. Al-Quran
 Surat Al-Muzzammil ayat 20
Artinya : Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT
 Surat Al-Jumu'ah ayat 10
Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT

b. Al-Hadist
HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah yang artinya Dari Shalih bin
Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.
c. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Qiyas merupakan
dalil lain yang membolehkan mudharabah dengan mengqiyaskannya (analogi)
kepada transaksi musaqat, yaitu bagi hasil yang umum dilakukan dalam bidang
perkebunan. Dalam hal ini, pemilik kebun bekerja sama dengan orang lain dengan
pekerjaan menyiram, memelihara dan merawat isi perkebunan. Dalam perjanjian
ini, sang perawat (penyiram) mendapatkan bagi hasil tertentu sesuai dengan
kesepakatan di depan dari out put perkebunan (pertanian). Dalam mudharabah,
pemilik dana (shahibul maal) dianalogikan dengan pemilik kebun, sedangkan
pemeliharaan kebun dianalogikan dengan pengusaha (entrepreneur).

Jenis-jenis mudharabah
 Mudharabah Muthlaqah
Muthlaqah merupakan akad mudharabah yang digunakan untuk
kegiatan usaha yang cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu dan daerah bisnis sesuai dengan permintaan pemilik dana (shahibul
maal).
 Mudharabah Muqayyadah
Muqayyadah merupakan akad mudharabah yang mana dalam
melakukan kegiatan usahanya, pemilik dana (shahibul maal) memberikan
syarat-syarat tertentu atau dibatasi dengan adanya spesifikasi tertentu
kepada pengelola dana.

2. Landasan atau dasar hukum akad musyarakah


A. Al-Qur’an
Surat Shaad ayat 24 artinya “Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat
sedikitlah mereka ini”
B. Al-Hadist
Musyarakah dalam Al-Hadist seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari
Abu Hurairah, yaitu: Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman,
Aku adalah yang ketiga pada dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari
keduanya tidak mengkhianati temanya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut
apabila salah seorang menghianatinya.
Maksud yang terkandung dari hadis di atas adalah Allah SWT akan menjaga,
memelihara dan menolong pihak-pihak yang melakukan kerja sama serta
menurunkan berkah atas kerja sama yang dijalankannya. Apa saja yang mereka
lakukan harus sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati agar tidak terjadi
persengketaan di antara masing-masing pihak.
C. Ijma
Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni, disebutkan "kaum mulismin telah
berkonsensus terhadap legitimasi Musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya.

Jenis-jenis musyarakah
 Syirkah al-Milk
Syirkah al-Milk atau Al-Amlak adalah kepemilikan bersama antara
pihak yang berserikat dan keberadaannya muncul pada saat dua orang atau
lebih secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas sesuatu
kekayaan tanpa adanya perjanjian kemitraan secara resmi.
 Syirkah Al-Uqud
Syirkah Al-Uqud adalah akad kerja sama antar dua orang atau lebih
dalam mengelola harta dan resiko, baik keuntungan maupun kerugian
ditanggung bersama.

3. Landasan atau dasar hukum skema murabahah


Landasan hukum pada transaksi murabahah berasal dari Q.S. Al-Baqarah[2] :
275, yang berbunyi “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
Juga pada Q.S. An-Nisa[4] : 29 yang artinya, “hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu makan harta sesamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu“

Jenis-jenis murabahah
 Akad Murabahah dengan Pesanan
Pada akad Murabahah ini, transaksi jual-beli terjadi setelah penjual membeli
barang yang telah dipesan oleh pembeli terlebih dahulu. Pesanan tersebut dapat
bersifat maupun tidak mengikat. Apabila mengikat, maka pembeli tidak dapat
membatalkan pesanan dan harus membayar barang yang telah dipesan. Serta jika
barang yang telah dibeli nilainya berkurang sebelum diberikan kepada pembeli, tentu
saja akan mengurangi akad dan penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan atau
beban penjual. Sebaliknya jika tidak mengikat, pembeli tidak wajib membayar atau
dapat membatalkan barang yang telah dipesan oleh penjual.

 Akad Murabahah Tanpa Pesanan


Sesuai nama jenisnya, penjual dapat membeli barang tanpa harus ada pesanan
terlebih dahulu dari pembeli. Akad Murabahah jenis ini termasuk bersifat tidak
mengikat.
4. Landasan atau dasar hukum
a. Q.S. Al-Baqarah[2] : 282, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya”
b. Dari Ibn ‘Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ketika datang ke
Madinah, dan mendapati penduduknya menggunakan akad salaf (salam) pada
buah-buahan untuk 1,2,3 tahun. Dia (SAW) berkata: “Barangsiapa yang
melakukan transaksi salaf (pemesanan didepan), hendaknya menyatakan (spesifik)
dalam volume jelas, takaran jelas dan waktu yang jelas
c. Ijma’ Muslimin: Ibn Mundzir berkata, “Seluruh ulama dari semua pendapatnya
yang kami hafal (ketahui) menyatakan persetujuan dan membolehkan akad salam
dan orang memerlukan akad ini dalam transaksinya. Hal ini mengingat bahwa
pertumbuhan buah-buahan, sayuran dan bisnis regular memerlukan untuk dibiayai
agar bisa menjalankan pertanian dan bisnisnya. Kontrak ini diperbolehkan dengan
dasar pemenuhan kebutuhan manusia”

Contoh skema salam :

Misal, Rohiman menawarkan jasa pembuatan furniture berupa kursi, meja, dan sebagainya.
Kemudian datang seorang customer sebut saja namanya Aul ingin membeli furniture yang
Rohiman jual. Aul ingin membeli meja dan kursi untuk mengisi rumahnya. Namun, karena
furniture yang Rohiman jual belum ada maka Rohiman menawarkan akad salam kepada Aul.
Alhasil Aul setuju untuk membeli meja dan kursi dengan akad salam. Aul menjelaskan
spesifikasi meja dan kursi yang ia butuhkan. Setelah menjelaskan spesifikasinya, Rohiman
mencoba menghitung modal yang dibutuhkan ditambah biaya jasa atas pembuatan meja dan
kursi tersebut. Modal yang dibutuhkan setelah dihitung-hitung mencapai Rp 5 juta. Rohiman
menghitung biaya jasa pembuatan yang kemudian menjadi keuntungannya adalah sebesar Rp
3 juta. Sehingga total yang Aul harus bayar adalah Rp 8 juta. Kemudian Rohiman
memberikan kepastian bahwa meja dan kursi akan selesai dalam waktu 14 hari dan akan
dikirimkan langsung ke rumah Aul dengan menggunakan mobil box. Aul sepakat dengan
jumlah uang dan durasi pengerjaan tersebut. Alhasil Aul menyerahkan uang sebesar Rp 8 juta
kepada Rohiman. Setelah 14 hari, meja dan kursi tersebut berhasil dibuat dan dikirim ke
rumah Aul dengan menggunakan mobil box sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya.
Aul sepakat dengan jumlah uang dan durasi pengerjaan tersebut. Alhasil Aul menyerahkan
uang sebesar Rp 8 juta kepada Rohiman. Setelah 14 hari, meja dan kursi tersebut berhasil
dibuat dan dikirim ke rumah Aul dengan menggunakan mobil box sebagaimana yang telah
dijanjikan sebelumnya.

5. Landasan atau dasar hukum ijarah


a. Firman Allah QS. Al-Zukhruf (43): 32
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan
b. Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 233
Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan
c. Firman Allah QS. Al- Qashash (28): 26
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya, orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.
d. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: Artinya:
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.
e. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi
SAW bersabda: Artinya: “Barang siapa memperkejakan pekerja, Beritahukanlah
upahnya”.
f. Kaidah Fiqh: Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.
Contoh skema ijarah
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat-alat berat itu. Maka nasabah akan membayar
sewa alat-alat berat tersebut kepada Bank syariah.

Anda mungkin juga menyukai