Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Esensi ajaran Islam, Keadilan sosial dan Ekonomi


Guna memenuhi persyaratan mengikuti Intermediate Traning LK 2
HMI Cabang Pontianak 2019

Disusun oleh:
Syahrir Rahman

Himpunan Mahasiswa Islam


Cabang Gowa Raya
Komisariat Fakultas Agama Islam
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga tersusunlah Makalah dengan berjudul “Esensi ajaran
Islam, Keadilan sosial dan Ekonomi” sebagai syarat mengikuti Intermediate
Basic Training (Latihan Kader 2) yang diselenggarakan oleh HMI Cabang
Pontianak.

Sholawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan Nabi besar


Muhammad saw, sang pelopor dari segala peloppor, yang luar biasa dalam hal
kebaikan, kasih sayang, pembebasan dari belenggu kekafiran dan kemunafikan,
serta keberhasilan perjuangannya menghantarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya yang sungguh merupakan rahmat Allah SWT yang tiada
kemuliaan serupa.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ketua Umum dan jajarannya dan
Master Of Training yang telah memberikan waktu dan ruang Kepada kader-
kader insan cita Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam mengikuti
Intermediate Traning LK 2 .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membagun dari semua pihak sehingga penulis dapat menambah grade
pengetahuan dan kemampuan penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin. Gowa, 12
Februari 2019.

Penulis

Syahrir Rahman

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN.................................................................................3
KONSEP KEADILAN SOSIAL DAN EKONOMI......................................3
A. KEADILAN..............................................................................................3
1.Konsep tentang Keadilan.............................................................................3
2.Karakteristik Tentang keadilan...................................................................4
B.Konsep Keadilan sosial...............................................................................5
1.Pengertian kesejateraan sosial.....................................................................6
C.Konsep Keadilan Ekonomi.........................................................................8
BAB III PENUTUP .......................................................................................13
A. Simpulan ...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................14

iii
BAB1
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sudah lama sejak awal Manusia diciptakan sudah mengenal keadilan,
Manusia sepanjang Sejarah mendambakan tegaknya keadilan ditengah
masyarakat,semua pemikir para tokoh agama khususnya islam menekankan
soal keadilan yang mesti ditegakkan.
Iman Ali dalam menafsirkan makna keadilan megatakan “keadilan
adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, dari penjelasan itu dapat
dipahami bahwa keadilan dapat terwujud setiap yang memilki hak
memperoleh hak sejatinya, Alam semesta diciptakan dengan landasan
keadilan dan kelestarian dan juga bergatung padategaknya keadila,
karenanya , penistaan terhadap keadilan dengan segala aturan alam semesta
yang tentunya akan menimbulakan dampak yang sangat buruk.
Al-Quran dan sunnah Rasullullah Sebagai penuntun memiliki
dayajangkauwan dan universal, artinya selalu, meliputi segenap aspek umat
manusia selalu ideal untuk masa lalu, dan masa yang akan mendatang.
Salah satu bukti bahwa Al-Quran dan Sunnah mempunyai daya jangkau
yang luas dan daya atur yang universal /dapat dilihat dari teksnya yang
selalu dapat diimplitasikan dalam kehidupan actual. misalnya, daya jangkau
dan aturnya mengenai Keadilan sosial dan Keadilan ekonomi manusia dalm
kehidupan.
Keadilan dalam pandangan islam merupakan keharusan dalam
kehidupan muslim, sebagai ibadah. Hal itu dapat dibuktikan dalam Q.s Al-
Araf: 10
َ ِ‫ض َو َج َع ْلنَا لَ ُك ْم فِيهَا َم َعاي‬
َ‫ش ۗ قَلِياًل َما تَ ْش ُكرُون‬ ِ ْ‫َولَقَ ْد َم َّكنَّا ُك ْم فِي اأْل َر‬
Artinya :
“sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi
dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat
sedikitlah kamu bersyukur.

1
ada pula ungkpan yang menarik “ Jika kita mencari padanan kata
‘’yangpraktis ringkas dan konprehensif dalam suatu kata dari segala yang
dikanungnya syariah kita tidak menemukan padanan selain keadilan” Jika
Tauhid merupakan penyangga aqidah maka keadilan merupakan penyangga
syariah.
Keadilan merupakan perintah Allah kepada para nabi dan keajaiban
bagi kaum muslim, bahkan berbuat adil merupakan nilai yang absolute yang
harus ditegakkan dalam segala sesuatu hal bahkan dalam menghadapi
musuh,seperti yang telah Allah firmankan Q.sAl-Maidah : 8

ۚ ‫ ِدلُوا‬j‫وْ ٍم َعلَ ٰى أَاَّل تَ ْع‬jjَ‫نَآنُ ق‬j‫ ِر َمنَّ ُك ْم َش‬jْ‫ ِط ۖ َواَل يَج‬j‫هَدَا َء بِ ْالقِ ْس‬j‫وَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُش‬jَ‫وا ق‬jjُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكون‬
َ‫ا ْع ِدلُوا هُ َو أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. ... Kebenaran tetap sebuah kebenaran.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari keadilan?
2.      Bagaimana Keadilan Sosial?
3.      Bagaimana Keadilan Ekonomi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP KEADILAN SOSIAL DAN EKONOMI

A. KEADILAN

1. Konsep tentang keadilan

Setiap orang mendambakan keadilan. Dambaan akan keadilan


menyebabkan orang terus memperjuangkan keadilan. Keadilan terus-
menerus dicari dan diperjuangkan. Perjuangan dan pencarian keadilan ini
sudah berlangsung sejak lama (sejak zaman dahulu). Orang dengan
kemampuan dan usaha yang besar terus-menerus memperjuangkan keadilan.
Apa sebenarnya keadilan itu sampai orang terus memperjuangkannya?

a. Menurut pemahaman beberapa filsuf

 Pandangan Socrates tentang keadilan berpandangan bahwa keadilan


adalah keadaan di mana pemerintah dengan rakyatnya terdapat saling
pengertian yang baik. Bila para penguasa telah mematuhi dan
mempraktekkan ketentuan-ketentuan hukum dan bila pemimpin negara
bersikap bijaksana dan memberi contoh kehidupan yang baik. Tegasnya
keadilan itu tercipta bilamana setiap warga sudah dapat merasakan bahwa 
pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Dari
pandangan ini keadilan hanya dititik beratkan pada para pemimpin atau
pejabat saja

Pandangan Plato tentang Keadilan berpandangan bahwa keadilan adalah


ikatan yang mempersatukan suatu masyarakat, suatu persatuan yang
harmonis dari individu-individu, di mana masing-masing menunaikan tugas
hidupnya sesuai dengan bakat dan pendidikannya.

3
 Pandangan Aristoteles tentang keadilan Lain halnya dengan Socrates
dan Plato, Aristoteles mengemukakan pandangannya tentang keadilan.
Keadilan menurut Aristoteles adalah berhubungan dengan tingkah laku
manusia, yakni mengenai kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan ini
dimaksudkan  sebagai titik tengah di antara dua ujung ekstrim yang terlalu
banyak dan terlalu sedikit. Ini berarti bahwa keadilan merupakan keadaan
yang setara atau sesuai dengan proporsi.

Pandangan Kaum Komunis tentang keadilan yang disebut keadilan ialah


apabila masing-masing orang mendapat bagian yang sama. Hal ini tercermin
dari doktrin mereka “sama rata sama rasa”.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta dalam


KUBI mengartikan kata adil dengan tidak berat sebelah atau tidak memihak.

Keadilan pada umumnya adalah keadaan atau situasi di mana setiap


orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh
bagian yang sama dari kekayaan kita besama. Dengan demikian berarti
bahwa keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban. Berbuat
adil berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat
manusia.

Keadilan itu dapat dibagi dua :-Keadilan Individual: Keadilan yang


tergantung dari kehendak baik atau buruk dari masing-masing individu. Ini
berarti bahwa keadilan individu tergantung pada sikap seorang individu.
-Keadilan Sosial:  Keadilan yang pelaksanaanya tergantung dari struktur-
struktur kekuasan dalam masyarakat. Maka membangun keadilan sosial
berarti menciptakan struktur-struktur yang memungkinkan pelaksanaan
keadilan.

2.  Karakteristik Keadilan

Karakteristik keadilan menurut John Stuart Mill (1806-1873):

4
 Keadilan menyangkut penghargaan atas hak legal
 Keadilan menyangkut penghargan atas hak moral
 Keadilan menyangkut/ berhubungan dengan kepatuhan dalam konteks
komparasi
 Keadilan menyangkut hal kepercayaan
 Keadilan menyangkut sikap netral
 Keadilan berkaitan dengan kesamaan nilai
B. Konsep Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat


para filsuf terkagum-kagum sejak Plato membantah filsuf
muda, Thrasymachus, karena ia menyatakan bahwa keadilan adalah apa
pun yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato meresmikan
alasan bahwa sebuah negara ideal akan bersandar pada empat sifat baik:
kebijakan, keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan.

Penambahan kata sosial  adalah untuk membedakan keadilan social


dengan konsep keadilan dalam hukum. Keadilan sosial juga merupakan
salah satu butir dalam Pancasila. Kadang beberapa orang menganggap
yang namanya keadilan itu adalah kesamaan. Semua dibagi sama semua
dibagi rata. Seperti grup lawak Bagito, yang konon artinya adalah bagi
roto akhirnya tidak bertahan lama karena harus pecah akibat yang
kononnya juga karena tidak bagi rata.

Keadilan yang diperjuangkan negara sosialis, yang membagi rata


penghasilannya bagi seluruh rakyat. Mau pintar ataupun bodoh, mau kerja
keras ataupun kerja cerdas semua dapat sama (kecuali pemimpinnya).
Akhirnya toh, banyak yang tidak bisa bertahan juga. Negara seperti Rusia
dan Cina pun sekarang mau menerima tidak bagi rata. Yang masih
bertahan seperti Korea Utara dan Kuba, berakhir menjadi kerajaan kecil
atas nama sosialis dimana yang berkuasa ya keluarga penguasa juga.

5
Kekuasaan diwariskan berdasarkan kekerabatan bukan lagi karena
pembagirataan.

Konsep keadilan menurut saya, bukan kesamarataan. Kesetaraan jender


juga bukan berarti wanita duduk sama rendah berdiri sama tinggi. 
Keadilan adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Contohnya seperti kepada anak. Misalkan punya dua anak yang satu
sudah SMA dan satu lagi masih SD. Dari bajunya saja, ngga mungkin
diadilkan dengan mengambil harga yang sama. Juga ngga mungkin
diadilkan diberi uang ongkos dan sangu yang sama. Mungkin lebih adil,
kalau memberi anak SMA baju yang bagus sedikit karena dia sudah
diperhatikan orang lain. Dengan baju yang bagus, dia dapat menjaga
kehormatan dirinya dan keluarganya. Untuk yang SD, ya belum banyak
yang memperhatikan (walaupun belum tentu juga ya, katanya dari SD juga
sekarang sudah saling memperhatikan hehehe). Ongkosnya, ya yang besar
lebih sedikit sangunya karena wilayah perginya juga sudah semakin luas
dibandingkan yang masih SD. Itu masih bisa adil.

Begitu juga untuk rakyat Indonesia. Keadilan bukan berarti semua


mendapatkan hal yang sama. Sesuai saja dengan tempatnya. Yang di desa
dapat berbeda dengan yang di kota. Yang kaya dapat lebih baik kalau mau
bayar lebih mahal. Yang miskin, ya dapat seadanya aja juga ga apa-apa,
yang penting masih dapat.

Adil juga bukan berarti memberikan sesuatu tanpa ada sesuatu


dibelakangnya. Misalnya, beberapa lembaga pemberi beasiswa lebih
memprioritaskan siswa dari sekolah tertentu untuk mendapatkan beasiswa,
dengan harapan suatu saat nanti kalau siswa itu sudah berhasil dia akan
menjadi penyumbang lembaga beasiswa tersebut. Bukan tidak adil kalau
siswa dari sekolah lain cuma dapat jatah sedikit.

Cukup adil, kalau pembangunan hanya berlaku cepat di beberapa


bagian tertentu sedangkan di tempat lain seperti jalan di tempat atau malah

6
mundur ke belakang. Kenapa? Ya karena ada kepentingan tertentu tadi,
ada sesuatu di belakangnya.

Lho koq bisa disebut adil? Namanya juga manusia, wajar saja dong
punya kecenderungan tertentu walaupun sudah berusaha adil. Ada anak
kesayangan, ada murid kesayangan, juga ada rakyat kesayangan. Dan
dalam suatu negara, biasanya yang jadi kesayangan adalah warga
partainya.

1.      Pengertian kesejahteraan sosial

Kesejahteraan bermula dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan


berakhiran kata an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, dan selamat,
artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran.

Menurut UU No.6 Thn 1974 yaitu suatu tata kehidupan dan


penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang
memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak
atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

Menurut PBB, kesejahetaran sosial adalah suatu kegiatan yang


terorganisasi dalam tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara
individu-individu dengan lingkungan sosial mereka

Secara umum (edi suharto) kesejahteraan sosial yaitu suatu keadaan


terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat
mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan
perawatan kesehatan.

          2.      Definisi Kesejahteraan atau Sejahtera dapat memiliki empat arti.

7
a.       Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik,
kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
keadaan sehat dan damai.

b.      Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan


benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi
kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.

c.       Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke


jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah
istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.

3.      Kesejahteraan Sosial dapat berarti:

a.       Kesejahteraan sebuah masyarakat.

b.      Dalam ekonomi, pendayagunaan orang yang dianggap dalam


sebuah kesatuan. (Lihat ekonomi kesejahteraan dan fungsi kesejahteraan
sosial.)

c.       Penyediaan pelayanan sosial di berbagai bidang, untuk


keuntungan masyarakat individu. Penggunaan ini memiliki gagasan yang
mirip dengan negara sejahtera.

C. Konsep tentang ekonomi

Ekonomi berasal dari kata Yunani, yakni oikonomia yang berarti keahlian
mengurus rumahtangga secara bijaksana dan teratur. Bilamana orang
mendapat hasil sebesar-besarnya dengan pengeluaran. Usaha dan alat
sesedikit mungkin, maka ia bertindak ekonomis rasional.

Para ahli, merumuskan ekonomi sebagai usaha dan tindakan manusia


untuk mencukupi kebutuhannya akan benda-benda, yang terbatas
jumlahnya. Tujuan setiap ekonomi adalah untuk menciptakan
keseimbangan tetap antara kebutuhan dan persediaan. Karena baik jumlah

8
penduduk dan konsumsi senantiasa bertambah, maka kebutuhan terus-
menerus meningkat.

1.      Realitas Ketidak adilan dalam bidang Ekonomi di Indonesia

Dalam sejarahnya masyarakat Indonesia mengalami berbagai cara


pengaturan ekonomi. Sebelum penjajahan Belanda dan Jepang, rupanya
ada semacam sistem pengaturan yang bercorak feodal sesuai dengan
sistem sosial kemasyarakatan yang ternyata tumbuh waktu itu. Sistem itu
tampaknya cukup memuaskan semua pihak: yang di atas mendapat banyak
hak tetapi juga memberikan banyak, yang di bawah mendapat sedikit
tetapi toh merasa bahagia karena dilindungi. Di kalangan rakyat sendiri
terasakan ketenteraman serta kesamaan nasib, bebas dari persaingan
maupun kecemburuan sosial, sebab kemakmuran mereka rata-rata sama
saja. Bahwa para rakyat itu kaya, itu mereka maklumi, bahkan mereka
dukung dengan senang hati. Kalau raja makmur, mereka kan juga bangga!

Dengan kedatangan penjajah Belanda, sistem feodal itu di beberapa tempat


“didampingi” dengan usaha-usaha dan pengaturan ekonomi “kapitalis”.
Orang-orang Belanda memanfaatkan kekuasaan politis mereka untuk
mencari keuntungan besar melalui perusahaan-perusahaan besar maupun
melalui peraturan-peraturan yang menunjang usaha itu. Sementara itu,
sistem feodal masih dibiarkan berjalan di banyak tempat, karena tidak
dirasakan sebagai penghalang yang berarti bagi usaha kapitalis mereka.

Menurut banyak pengamat, dua sistem ekonomi masyarakat tersebut


bertahan cukup lama setelah kemerdekaan. Memang, secara teoretis telah
diusahakan perencanaan ekonomi masyarakat berdasarkan sistem-sistem
ekonomi klasik, kadang-kadang sistem pasar bebas, kadang-kadang sistem
ekonomi komando. Tetapi dalam kenyataan yang sesungguhnya rupanya
sistem feodal dan sistem kapitalis itulah yang lebih berjaya. Bahkan ada
yang menyatakan bahwa hal itu masih berlaku sampai sekarang, walaupun

9
“yang di atas” dan “yang berkapital” bukan lagi para raja atau tuan-tuan
Belanda, melainkan penguasa-penguasa politik dan ekonomi yang baru.

Sistem foedal dan sistem kapitalis bagi kita yang secara sepihak akan
mengatakan bahwa kedua sistem itu bukanlah sistem yang tepat dan adil
sebab masih ada yang mengalami kemelaratan dan perlakuaan yang tidak
adil. Tapi itu adalah sejarah yang terjadi di masa lalu. Lantas bagaimana
dengan keadaan ekonomi kita sekarang ini? Sudahkah masyarakat kita
hidup dalam kemakmuran dan keadilan? .

Hidup dalam kemakmuran dan keadilan nampaknya adalah satu mision


imposible, tapi rasa-rasanya bisa saja mungkin. Argumen kami tentang
keadilan dan kemakmuran adalah satu misi yang tidak mungkin karena
kami melihat realitas dunia terlebih yang ada di Indonesia masih banyak
terjadi kepincangan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat,
teristimewa dalam segi ekonomi. Dalam sejarah perekonomian kita telah
terjadi banyak penyimpangan dan penyesatan yang menyebabkan banyak
masyarakat mengalami kemelaratan dan bahkan kemiskinan. Kemelaratan
ini disebabkan oleh ketidakadilan. Konsumerisme telah mengakibatkan
banyak kaum lemah merasa dirugikan. Seperti halnya dengan adanya
perlakuan yang tidak adil terhadap kaum buruh, upah yang rendah. Ini
merupakan satu contoh konkret dari bentuk ketidakadilan yang terjadi.
Upah yang terlalu rendah berarti buruh tidak mendapatkan atau
memperoleh bagian yang wajar dari nilai yang diciptakannya dalam
pekerjaannya. Jadi buruh hanya memperoleh sebagian dari pekerjaannya,
sisanya diambil oleh majikan, inilah ketidakadilasn. Namun, majikan
dengan rasionalisasi berargumen bahwa hubungan antara buruh dan
majikan berdasarkan suatu kontrak yang bebas dan karena itu dianggap
adil, padahal buruh tidak mempunyai pilihan lain karena harus hidup.
Karena buruh terjepit tenaganya bisa dihisap atau dikerut. Contoh
perlakuan terhadap kaum buruh ini hanya merupakan salah satu contoh
ketidakadilan yang terjadi di bidang ekonomi, contoh-contoh lain seperti

10
komersialisme para TKW dan gadis-gadis yang dijadikan wanita
penghibur, kenaikan harga barang yang tidak sesuai dengan pendapatan
masyarakat, khususnya masyarakat kecil dan marginal.

Sadar atau tidak sadar, de facto telah terjadi banyak ketidakadilan yang
menyengsarakan rakyat.

Pertanyaannya sekarang: Apakah keadaan terpuruk seperti ini dapat


diatasi? Realitas di atas telah menunjukkan secara jelas bahwa pertanyaan
ini telah digumuli sejak dahulu kala. Namun hasilnya masih tetap sama
saja. Akar permasalahannya kirannya jelas bahwa terjadi suatu praktek
ketidakadilan dalam bidang ekonomi. Lantas, apa yang hendak diperbuat
untuk mengatasi realitas ketidakadilan tersebut? Pertanyaan ini mengacu
pada suatu pertanyaan lanjutan: Bagaimana dapat mewujudkan keadilan
itu? Pokok ini akan dibahas secara khusus dalam bagian berikut.

2.      Mewujudkan Keadilan dalam bidang Ekonomi

Keadilan dalam bidang ekonomi merupakan bagian dari keadilan sosial.


Keadilan sosial seperti yang telah dipaparkan dalam pertama, yakni
keadilan yang pelaksanaanya tergantung dari struktur-struktur kekuasan
dalam masyarakat. Maka membangun keadilan sosial berarti menciptakan
struktur-struktur yang memungkinkan pelaksanaan keadilan. Struktur-
stuktur itu menyangkut bidang politik, ekonomi, hukum, budaya,
pertahanan dan keamanan. Untuk mewujudkan keadilan sosial itu berarti
bahwa keadilan dalam bidang ekonomi pun harus terwujud.

Dalam batang tubuh UUD’45 pasal 33 dengan bagus diungkapkan dua


ketentuan yang amat penting: suatu pembatasan hak milik pribadi mutlak
terhadap alat-alat produksi, dan suatu penetapan  tujuan dan tanggung
jawab usaha ekonomi yang harus dijamin oleh negara, ialah sebesar-
besarnya oleh kemakmuran rakyat. Pernyataan dalam UUD’45 ini secara
jelas dan dengan resmi menetapkan bahwa pembangunan ekonomi harus
demi untuk kesejahteraan rakyat. Ini berarti bahwa pembangunan yang

11
terjadi hanya demi kepentingan pribadi atau golongan secara ekstrim dapat
dikatakan tidak adil atau tidak sesuai dengan komitmen kebangsaan.

Keadilan dalam bidang ekonomi hanya akan terwujud apabila orang


menyadari akan pentingnya keadilan itu sendiri bagi kehidupan, bukan
hanya sekedar menyadarinya namun mengamalkannya. Hal pertama yang
perlu dicermati dan dipahami adalah landasan hukumnya. Dalam pasal 33
UUD’45 termaktub 5 ciri sistem perekonomian Pancasila, yakni:

 Pertama, dalam sistem ekonomi pancasila koperasi adalah sokoguru


perekonomian.
 Kedua, perekonomian Pancasila digerakkan oleh ransangan-ransangan
ekonomi, sosial dan yang palin penting adalah moral.
 Ketiga, perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga dalam perekonomian Pancasila terdapat solidaritas
sosial;
 Keempat, perekonomian Pancasila berkaitan erat dengan Persatuan
Indonesia, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
 Kelima, sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya
keseimbangan antara perencanaan sentral dengan tekanan dan
desentralisasi di dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Jelaslah bahwa perekonomian diatur dalam perudang-undangan dan untuk
itu perlulah untuk ditaati dan diamalkan dalam setiap segi kehidupan.

12
BAB III

Penutup

A.Simpulan

Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-


kagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasymachus, karena ia
menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat.
Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan
bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau
keprihatinan), dan keadilan.

Keadilan dalam bidang ekonomi, khususnya di negara kita ibarat


mengunyah sebuah permen karet; tak pernah habis terlarut dalam mulut. Oleh
karena itu, hal yang hanya dapat dilakukan adalah ketika kita sudah jenuh
untuk mengunyah maka segera akan membuangnya. Demikian halnya dengan
masalah keadilan dalam bidang ekonomi. Masalah ini telah lama dibicarakan
oleh banyak pihak, namun hingga kini masalah ketidakadilan itu tetap ada.
Kirannya jelas bahwa yang menjadi persoalan bukanlah sukar untuk mencari
solusi melainkan kejenuan dan keterlibatan dirilah yang menyebabkan
masalah ketidakadilan ini sering terabaikan.  Kita telah melihat bahwa hanya
penegakan hukum dan perubahan dalam semua lapisanlah yang dapat
memungkinkan terjadi suatu perubahan. Oleh karena itu, marilah kita
berjuang bersama untuk hal itu.

13
Daftar Pustaka

Banawiratma, Aspek-Aspek Teologi Sosial, Jogjakarta: Kanisius 1988

Boendiono, Ekonomi Internasional, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM 1981

Djoko Widagdho, Drs. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila, Jakarta: Yayasan Cipta


Loka Caraka 1973

Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jilid I), Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka 1990

Ismael Saleh, Hukum dan Ekonomi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1990

Komisi Kateketik KWI, Persekutuan Murid-Murid Yesus, Yogyakarta: Kanisius


2004

Magnis Suseno, Kuasa dan Moral, Jakarta: Gramedia 1986

Malingkas Melky, Traktat Kuliah Filsafat Sosial, STF-SP 2005

Sabine.G.H. Teori-teori Politik. Jakarta: Binacipta.1963

Winardi, Politik Ekonomi,  Bandung: Tarsito 1976

www.schoolofuniverse.com/2009/02/keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat-
indonesia/id.wikipedia.org/wiki/Keadilan_sosial

14

Anda mungkin juga menyukai