Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................................................... 2
Pendahuluan .......................................................................................................................................................... 3
A. Latar belakang........................................................................................................................................ 3
B. Nash dan arti surah Al-maidah ayat 8.................................................................................................. 4
C. Urgensi pembahasan .............................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................... 5
A. HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM .......................................................................................... 5
B. HAK KEMERDEKAAN DALAM BERBANGSA .............................................................................. 5
C. ASBABUN NUZUL ................................................................................................................................ 5
D. TAFSIR AYAT ........................................................................................................................................ 6
a. Tafsir Al-muyassar ............................................................................................................................. 6
b. Tafsir Al-mukhtashar ......................................................................................................................... 7
c. Tafsir Al-lubab .................................................................................................................................... 7
E. APLIKASI KEHIDUPAN...................................................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................................ 8
PENUTUP ........................................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUTSKA .............................................................................................................................................. 8
BAB I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia hingga hari Kiamat.
Diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril dan disampaikan kepada Nabi akhir
zaman, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an senantiasa dijaga kemurnian isinya oleh Allah,
dan tiada keraguan sedikit pun didalamnya. Didalamnya mengandung berbagai ilmu sebagai
tuntunan umat manusia dalam kehidupan dunia sampai akhirat kelak

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai pemimpin, setiap manusia
harus mengerti terlebih dahulu hak-hak dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan,
persamaan, perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan merupakan pembererian
seseorang, organisasi, atau Negara, tapi adalah anugrah Allah yang sudah dibawanya sejak
lahir kealam dunia. Hak-hak itulah yang kemudian disebut dengan Hak Asasi Mannusia.
Tanpa memahami hak-hak tersebut adalah mustahil ia dapat menjalankan tugas serta
kewajibannya sebagai khalifah Tuhan. Namun persoalannya kemudian, apakah setiap manusia
dan setiap muslim sudah menyadari hak-hak tersebut? Jawabannya, mungkin belum setiap
orang, termasuk umat islam menyadarinya.

Berbicara tentang keadilan merupakan suatu konsep yang penting dalam kehidupan
manusia. Masalah keadilan tidak hanya wilayah kajian hukum saja, tetapi juga masalah ini
bisa dikaji dari berbagai disiplin ilmu. Keadilan merupaka tujuan, sedangkan hukum hanya
alat saja untuk mencapai tujuan tersebut. Ternyata konsep atau bahkan nilai keadilan sering
dipengaruhi unsur subjektivitas manusia, sehingga keadilan terkadang hanya bisa dirasakan
oleh pihak-pihak tertentu. Apa yang dirasa adil oleh seseorang belum tentu dirasakan oleh
orang lain atau golongan tertentu
Agama Islam yang di dalamnya sarat dengan tatanan masyarakat dari mulai yang bersifat
individual sampai masalah kemasyarakat dan penalaran logis menawarkan juga nilai-nilai
keadilan yang cukup memadai. Namun nilai-nilai tersebtut belum tergali secara memadai,
karena imige keagamaan yang ada di masyarakat hanya sebatas ritual formal saja. Nilai-nilai
keadilan dalam Islam sangat dijunjung tinggi, bagi penegak keadilan akan mendapatka reward
dari Allah bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat nanti, jadi nilai-nilai Islam khususnya
keadilan sangat teleologis, berjangka panjagng.
Masalah keadilan ini banyak dibicarakan dalam al-Qur’an dalam berbagai konteks. Kata
“adil” disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 28 kali, al-Qisth disebutkan 25 kali, baik dalam
bentuk akata kerja (fi’il) maupun kata benda (isim), kemudian kata al-wazn dalam bentuk
katakerja (fi’il) dan kata benda (isim) diebutkan 20 kali dalam Al-Qur‟an. Kata al-Hukm
dengan berbagai variasinya disebutukan sekitar 150 kali.
Adil secara etimologis adalah tengah atau pertengahan. Dalam makna ini pula” adil itu
sinonim dengan wasth yang darinya terambil kata pelaku (isim fa’il) nya kata wasith yang
dipinjam dalam Bahasa Indonesia menjadi “wasit” yang artinya ialah “penengah” atau “orang
yang berdiri di tengah-tengah”,yang mensyaratkan sikap keadilan. Di samping itual-Wasith
berarti penengah , pengantara, pemimpin pertandingan sepak bola, pemisah dan lain-lain.
Dari pendekatan kebahasaan ini kiranya sudah mulai ada titik terang tentang maksud dari
“adil” dan “keadilan” dalam al-Qur‟an. Namun makna keadilan sebagai konsep dasar lebih luas
dari pada makna kebahasaan. Ada empat makna keadilan yang dikemukakan oleh pakar
keagama:
1. Adil dalam arti sama
2. Adil dalam arti seimbang
3. Adil adalah “perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada
pemiliknya”
4. Adil yang dinisbahkan kepada Allah

Semua ini saya akan jabarkan menurut QS. Al-Maidah ayat 8. Semoga dengan makalah yang
saya buat ini biasa bermanfaat bagi kita semua

B. Nash dan arti surah Al-maidah ayat 8

‫علَى أ َ ََّل ت َ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ُه َو‬


َ ‫شنَآنُ قَ ْو ٍم‬ ْ ‫ش َهدَا َء بِا ْل ِق‬
َ ‫س ِط ۖ َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا كُونُوا قَ َّو‬
ُ ِ‫امينَ ِ َّّلِل‬
َ‫ير بِ َما ت َ ْع َملُون‬
ٌ ِ‫َّللاَ َخب‬ َّ ‫ب ِللت َّ ْق َوى ۖ َواتَّقُوا‬
َّ َّ‫َّللاَ ۚ إِن‬ ُ ‫أ َ ْق َر‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

C. Urgensi pembahasan

Al-Qur’an surat al-Maidah penting untuk dikaji, sebab dalam ayat tersebut kita dapat
mengetahui bahwa sebagai khalifah dibumi kita wajib untuk berlaku adil, menjalankan tugas
dengan adil. Dan keadilan dapat diwujudkan dengan terpenuhinya hak-hak kita sebagai
manusia salah satunya yakni hak kemerdekaan berbangsa. Melaluia ayat tersebut kita juga
disadarkan bahwa keadilan itu lebih dekat kepada takwa yang sempurna, daripada selain
keadilan.

Penulis
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk kepentingan manusia, lewat
syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk
bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan
kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter,
tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung
jawab itu sendiri. Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,
kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya
keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya1

B. HAK KEMERDEKAAN DALAM BERBANGSA


Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk
yang mulia dan utama, hal ini disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 70:

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.”

Karena manusia makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT dan supaya tetap bisa
mempertahankan kemuliaannya, maka Allah SWT memberikan berbagai hak dan kewajiban
kepada manusia. Diantara begitu banyak hak manusia, salah satunya adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan baik lahiriah maupun batiniah.
Kemerdekaan yang dimaksud harus meliputi jaminan kepada hak-hak jasmaniah dan
rohaniah, seperti kemerdekaan hidup, kemerdekaan agama, kemerdekaan harta,
kemerdekaan tempat tinggal, kemerdekaan mengemukakan pendapat dan sebagainya.2
Dalam UU Republik Indonesia pasal 28D ayat 3 juga dijelaskan bahwa salah satu hak
warga negara adalah memiliki status kewarganegaraan.

C. ASBABUN NUZUL
Sebab turunnya ayat tersebut diatas, berkenaan dengan diri Usman bin Thalhah bin Abu
Thalhah ketika terjadi peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Makkah). Nama asli Abu
Thalhah ayah Usman ini ialah Abdullah bin Abdul Uzza bin Usman Abdid Daar bin Qusyai
bin Kilab al-Quraisy Al-Athabari. Ia merupakan juru kunci (hajib) yang mulia.

1
Ahmad Kosasih, HAM Dalam Perspektif Islam 2003. Jakarta Salemba Diniyah, hlm.36
2
http://dawaihati.com/kemerdekaan-menurut-islam/ (Diakses pada 30 nopember 2019. Pukul : 00.21)
Menurut Ibnu Katsir sebab turun ayat ini adalah ketika Rasullah saw. meminta kunci
Ka'bah darinya (Usman) sewaktu penaklukan Mekkah lalu menyerahkannya kembali
kepadanya. Dan kisah selanjutnya Ali bin Abu Thalib juga memohon kepada Nabi saw. agar
kunci diserakan kepadanya.(Ali bin Abu Thalib) Namun Nabi saw. menyerahkan kepada
Usman bin Thalhah bin Abu Thalhah.
Begitu pula Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari jalan Thoriq Al-Kalabi dari Abu Sholih
dari Ibnu Abbas, ketika terjadi Fathu Mekkah Rasulullah saw. memanggil Usman bin
Thalhah bin abi Thalhah untuk menyerahkan kunci Ka'bah. Ketika Usman bin Thalhah
hendak menyerahkan kunci tersebut, Abbas berdiri kemudian berkata kepada Rasul agar
menyerahkan kunci itu kepada Ali bin Abi Thalib.
Mendengar perkataan Abbas tersebut, Usman bin Thalhah urung menyerahkan kunci
tersebut kepada Rasullah saw. Lantas Rasulullah meninta kembali kepada Usman ketika
Usman hendak menyerahkannya. Abbas kembali berdiri dan berkata seperti perkataan
semula. Usman-pun urung menyerahkan kunci tersebut. Kejadian ini berulang sampai tiga
kali.
Rasulullah saw. bersabda : "Hai Usman, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir,
serahkanlah kunci itu kepadaku" . Mendengar Rasulullah berkata demikian, Usman pun
menyerahkan kunci tersebut. Setelah Rasulullah menerima kunci tersebut, Rasul masuk ke
dalam Ka'bah dan melihat gambar Nabi Ibrahim. Rasulullah meninta air dan membersihkan
gambar tersebut. Setelah itu beliau melakukan thawaf, namun baru sekitar stau atau dua
putaran malaikat Jibril turun dan menyampaikan ayat tersebut. (QS, Al-Maidah : ayat 8).

۟ ُ‫وا كُون‬
‫وا قَ ّٰو ِمينَ ِللَّـ ِه‬ ۟ ُ‫يٰٓأَيُّ َها الَّ ِذينَ َءا َمن‬
Maksudnya adalah jadilah kalian sebagai penegak kebenaran karena Allah Swt. bukan
karena manusia atau mencari popularitas. Dan jadilah kalian "menjadi saksi dengan adil"
maksudnya secara adil dan bukan secara curang.3

D. TAFSIR AYAT

a. Tafsir Al-muyassar

Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya! Tunaikanlah
hak-hak Allah atas diri kalian seraya mengharap rida-Nya. Dan hendaklah kalian menjadi
saksi yang adil bukan saksi palsu. Dan jangan sekali-kali kebencian kalian terhadap orang-
orang tertentu mendorong kalian untuk berlaku tidak adil kepada mereka. Karena keadilan
itu diperlukan dalam menghadapi kawan maupun lawan. Maka berlaku adillah kepada
kawan maupun lawan. Keadilan itu lebih dekat kepada ketakutan kepada Allah. Sedangkan
sikap tidak adil lebih dekat kepada kelancangan kepada Allah. Dan takutlah kalian kepada
Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian perbuat. Tidak ada satu pun amal
3
Imam Jalaludin Al Mahalli, Tafsir Jalalin 2009, Jakarta, Darurlt Kutub Islamiyyah, hlm 329
perbuatan kalian yang luput dari pengetahuan-Nya. Dan Dia akan membalas kalian dengan
balasan yang setimpal dengan amal perbuatan kalian.

b. Tafsir Al-mukhtashar

۟ ُ‫وا كُون‬
‫وا قَ ّٰو ِمينَ ِللَّـ ِه‬ ۟ ُ‫ٰٓيأَيُّهَا ا َّل ِذينَ َءا َمن‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, Tafsir dari potongan ayat ini telah disebutkan dalam
surat an-Nisa:135
َ‫قَ ّٰو ِمين‬
Kata ini menunjukkan bahwa mereka diperintahkan untuk menegakkan kebenaran
dengan sebenar-benarnya.

‫ِللَّـ ِه‬
Dengan mengharap pahala dari-Nya dan takut dari siksaannya. Dan makna (‫ )القسط‬yakni
keadilan.
‫شنَـَٔانُ قَ ْو ٍم‬
َ ‫َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬
Yakni janganlah kebencian terhadap suatu kaum membawa kalian untuk tidak berbuat
adil kepada mereka dan menyembunyikan persaksian yang menguntungkan mereka. ‫ه َُو‬
((karena itu) Yakni keadilan itu.
ۖ ‫ب ِللتَّ ْق َوى‬ ُ ‫أ َ ْق َر‬
Yakni ketaatan yang diperintahkan kepada kalian berkali-kali. Yakni lebih dekat untuk
kalian taat kepada Allah, atau menjauhi neraka4

c. Tafsir Al-lubab
Ayat 8 memerintahkan kaum beriman agar selalu bersungguh-sungguh menjadi
pelaksana-pelaksana sempurna terhadap tugas-tugas yang mereka emban. Itu dengan
menegakkan kebenaran demi karena Allah SWT serta menjadi saksi dengan adil dan
kebencian terhadap suatu kaum sekali-kali tidak mendorong untuk berlaku tidak adil.
Larangan tersebut dipertegas dengan perintah: “Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih
dekat kepada takwa yang sempurna, daripada selain keadilan
Ayat 8 memerintahkan kaum beriman agar selalu bersungguh-sungguh menjadi
pelaksana-pelaksana sempurna terhadap tugas-tugas yang mereka emban. Itu dengan
menegakkan kebenaran demi karena Allah SWT serta menjadi saksi dengan adil dan
kebencian terhadap suatu kaum sekali-kali tidak mendorong untuk berlaku tidak adil.
Larangan tersebut dipertegas dengan perintah: “Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih
dekat kepada takwa yang sempurna, daripada selain keadilan5

E. APLIKASI KEHIDUPAN
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai pemimpin, setiap manusia
harus mengerti terlebih dahulu hak-hak dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan,
persamaan, perlindungan dan sebagainya. Dengan mengetahui hak-hak kita sebagai manusia
maka keadilan pun dapat diwujudkan. Sebagai orang yang beriman, keadilan dibutuhkan

4
ShalihbinAbdullahbinHumaid, Tafsir Al-mukhtassar, 2012, Riyadh Markaz Tafsir Riyadh, hlm 108
5
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur;an, 2002, Tangerang,
Lentera Hati, Cet.I, hlm.256
dalam segala hal, untuk mencapai dan memperoleh ketenteraman, kemakmuran dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu berlaku adil adalah jalan yang terdekat untuk
mencapai tujuan bertakwa kepada Allah.

 Aspek Tarbawi
 Berbuat adil merupakan kewajiban bagi setiap mukmin
 Keadilan itu lebih dekat kepada takwa yang sempurna, daripada selain keadilan
 Hak-hak asasi manusia bukan merupakan pemberian seseorang, organisasi, atau Negara,
tapi adalah anugrah Allah yang sudah dibawa sejak lahir kedunia
 Sebagai manusia, penting bagi kita untuk mengetahui dan menyadari akan hak-hak asasi
kita sebagai manusia
 Kebebasan bernegara merupakan salah satu hak yang kita miliki

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam surat Al-Maidah ayat 8 dinyatakan bahwa adil lebih dekat kepada taqwa. Perlu
dicatat bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk subtansi ajaran islam. jika ada
agama yang menjadikan kasih sebagai tuntutan tertinggi, islam tidak demikian. Ini, karena
kasih dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk. Hak asasi
manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk kepentingan manusia, lewat syari’ah Islam
yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan.

DAFTAR PUTSKA
Kosasih Ahmad, HAM Dalam Perspektif Islam 2003. Jakarta Salemba Diniyah, hlm.36
http://dawaihati.com/kemerdekaan-menurut-islam/ (Diakses pada 30 nopember 2019. Pukul :
00.21)
Imam Jalaludin Al Mahalli, Tafsir Jalalin 2009, Jakarta, Darurlt Kutub Islamiyyah, hlm 329
ShalihbinAbdullahbinHumaid, Tafsir Al-mukhtassar, 2012, Riyadh Markaz Tafsir Riyadh, hlm
108
M.Quraish Shihab, AL-LUBAB Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur;an,
2002, Tangerang, Lentera Hati, Cet.I, hlm.256

Anda mungkin juga menyukai