Anda di halaman 1dari 14

KONSEP HAM DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

 ANDINI CHYNTIA DEWI R. TAHIR C20122096


 ALVIN SAPUTRA C20122102
 GADIS NUR FIDYA C20122109
 NIRVANA C20122116
 DEDI SUGALA C20122123
 AULIA RIZKY AMALIA C20122131
 PUTRI ZALSABILA IRNI C20122137

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan
Agama Islam, dengan judul; “Konsep HAM Dalam Islam”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan keterb atasan pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat manfaat bagi para pembaca.

Palu, 8 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Dan Konsep HAM Dalam Islam .............................................................................................2
2.2 Rumusan HAM Dalam Islam........................................................................................................................2
2.3 Prinsip-Prinsip HAM Dalam Islam...............................................................................................................5
2.4 Perbedaan Prinsip Konsep Ham Dalam Dalam Pandangan Barat Dan Islam .....................................6
2.5 Upaya Pemecahan Masalah HAM...............................................................................................................8
BAB III KESIMPULAN .................................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam perspektif Islam sebagai mana yang dikonsepsikan Alquran, Hak Asasi
Manusia bersesuaian dengan hak-hak Allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Hak
Asasi Manusia dalam pandangan islam bukanlah hasil evolusi apapun dari pemikiran
manusia, namun merupakan hasil dari wahyu ilahi yang telah diturunkan melalui para Nabi
dan Rasul dari sejak permulaan eksistensi ummat manusia di atas bumi. Dengan kata lain
huquuqullah dan huquuqul „ibad adalah tetap dari Allah swt. Manusia bertanggung jawab
atas kedua kategori hak tersebut di hadapan Allah swt. Dengan demikian, Hak Asasi Manusia
dalam islam merupakan hak-hak yang diberikan oleh Allah swt. Hak-hak yang diberikan oleh
para raja atau lembaga-lembaga lainnya, baik itu dari lembaga yang bertaraf internasional,
lembaga Negara ataupun lembaga swadaya masyarakat dengan mudahnya dapat dicabut
kembali semudah saat memberikannya. Begitu pula, sanksi yang diberikan oleh lembaga-
lembaga tersebut akibat dari pelanggaran Hak Asasi Manusia tidak sebanding dengan sanksi
dari Allah swt.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu HAM dalam islam ?
2. Bagaimana rumusan dan prinsip prinsip HAM dalam islam?
3. Bagaimana upaya pemecahan masalah HAM.

1.3 TUJUAN
Tujuan dan manfaat mempelajari HAM yakni kita bisa saling menghargai sesama kita
dan tidak berlaku seenaknya bahkan terhadap orang yang tidak memikiki kedudukan.
karena pada hakikatnya semua orang memiliki HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAN KONSEP HAM DALAM ISLAM
Hak Asasi Manusia terdiri dari tiga kata, yaitu “hak” yang berarti benar, milik,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu. “Asasi” berarti bersifat dasar dan pokok tindakan. Dengan
demikian hak asasi berarti hak yang dasar atau pokok bagi setiap individu seperti hak hidup
dan hak mendapat perlindungan serta hak-hak lainnya yang sesuai. “Manusia” berarti orang
atau makhluk yang berbudi. Selanjutnya secara istilah, Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah
swt merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang
melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Allah swt yang harus dihormati,
dilindungi dan tidak layak untuk dirampas oleh siapapun.
Hak Asasi Manusia (HAM) atau sering disebut Human Right juga merupakan suatu
istilah statemen empat dasar hak dan kewajiban yang fundamental bagi seluruh manusia yang
ada di permukaan bumi ini, baik laki-laki Maupun wanita, tanpa membedakan ras, keturunan,
bahasa, maupun agama.
Dalam bahasa Arab, HAM adalah Al-huqūq al-insaniyyah. Akar kata Haqq (jamaknya
Huqūq) Haqq memiliki beberapa arti, antara lain milik, ketetapan, dan kepastian. Juga
mengandung makna “menetapkan sesuatu dan membenarkannya” seperti yang terdapat
Dalam Q.S. Yasin (36): 7, “menetapkan dan menjelaskan” seperti dalam Q.S. alAnfāl (8): 8,
“bagian yang terbatas“ Seperti dalam Q.S. al-Baqarah (2): 241, dan “adil sebagai lawan dari
batil“ seperti dalam Q.S. Yūnus (10): 35. Jadi unsur yang terpenting dalam kata Haqq Adalah
kesahihan, ketetapan, dan kebenaran. Fuqahā„ memberikan pengertian Hak sebagai suatu
kekhususan yang padanya ditetapkan hukum syar‟iy atau Suatu kekhususan yang terlindungi.
Dalam definisi ini sudah terkandung hak-hak Allah dan hak-hak hamba.
Adapun kata al-insāniyah atau “kemanusiaan“ berarti “orang yang berakal dan
terdidik“. Terdapat perbedaan Dalam penelusuran akar katanya: (1) dari kata nasiya-yansā
artinya “lupa“. Arti ini merujuk kepada perkataan Ibnu Abbās„ (sesungguhnya manusia
disebut insān karena lupa terhadap janjinya kepada Tuhannya). Dari kata ins yang berarti “ras
manusia“, atau dari uns yang berarti “kemampuan bersosialisasi“. dari kata nāsa-yanūsu yang
berarti “kekacauan dan kebimbangan“. Ketiga makna dasar dari Insān di atas menunjukkan
tabiat dasar manusia yaitu lupa, bersosialisasi dan gerakan. Penambahan yā alnisbah
menunjukkan sifat kebaikan yang paling mendasar dari manusia.

2.2 RUMUSAN HAM DALAM ISLAM


Al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup telah
memberikan penghargaan yang tinggi terhadap Hak Asasi Manusia. Al-Quran dan as-Sunnah
telah meletakkan dasar-dasar HAM jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut
pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-
Quran antara lain; terdapat 80 ayat berbicara tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana kehidupan; 150 ayat berbicara tentang ciptaan dan makhluk-makhluk serta
tentang persamaan dalam penciptaan; 320 ayat berbicara tentang sikap menentang kezaliman
dan orang-orang yang berbuat zalim; 50 ayat memerintahkan berbuat adil diungkapkan
dengan kata: adl dan Qisth; 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa untuk
menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi; dan lain sebagainya.
Hukum Islam telah merumuskan pengaturan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia seperti yang tertuang dalam dalam al-Quran dan asSunnah, antara lain:
1. Hak hidup
Hukum islam memberikan perlindungan dan jaminan atas hak hidup manusia. Hal ini
dapat dilihat dari ketentuan syariat yang melindungi dan menjunjung tinggi darah dan
nyawa manusia melalui larangan untuk membunuh dan menetapkan hukuman
Qishash bagi pelaku pembunuhan, seperti yang termaktub dalam QS. Al-Māidah/5: 32
menyebutkan:

               ‫  ى‬                                 
                          
                                   
“Oleh karena itu, kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barang siapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka Bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi.”
2. Hak kebebasan
Beragama kebebasan dan kemerdekaan manusia merupakan bagian yang penting
dalam islam, tidak terkecuali kebebasan dalam beragama sesuai dengan keyakinan
masing-masing individu. Karenanya, islam sangat melarang adanya tindakan
pemaksaan keyakinan agama kepada orang telah menganut agama tertentu. Hak
kebebasan beragama ini dengan jelas disebutkan dalam QS. Al-Baqarah/2: 256:

                                
                          
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui.”
3. Hak bekerja dan mendapatkan upah
Bekerja dalam islam tidak hanya dipandang sebagai hak tetapi juga merupakan
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi Muhammad saw
bersabda: “Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada
makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri.” (HR. Bukhari). Dan islam
juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam Hadist: “Berilah pekerja itu
upahnya sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah).
4. Hak persamaan dan keadilan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya
satu kriteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang
lain, yakni ketakwaannya QS. Al-Hujurāt/49: 13:

                             
                       
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
maha mengetahui lagi maha mengenal.”
5. Hak kebebasan berpendapat
Islam memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran mereka
terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar sesuai dengan batas-batas
yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Perintah ini secara khusus
ditunjukkan kepada manusia yang beriman agar berani menyatakan kebenaran dengan
cara yang benar pula. Ajaran islam sangat menghargai akal pikiran. Oleh karena itu,
setiap manusia sesuai dengan martabat dan fitrahnya sebagai makhluk yang berpikir
mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya dengan bebas, asal tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip islam dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
QS. Ali Imrān/3: 104 disebutkan:

                             
     
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam sebuah hadis disebutkan: “Katakanlah yang benar sekalipun itu pahit (berat).”
HR. Ibnu Hibban.
6. Hak atas jaminan sosial
Dalam al-Quran banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas hidup
minimum bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara lain “kehidupan fakir
miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya” (QS.
azZāriyāt/51: 19):

           
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan Orang
miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta).”
7. Hak atas harta benda
Dalam ajaran islam hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi. Sesuai dengan harkat
dan martabat, jaminan dan perlindungan terhadap milik seseorang merupakan
kewajiban penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga bahkan penguasa sekalipun, tidak
diperbolehkan merampas hak milik orang lain, kecuali untuk kepentingan umum,
menurut tata cara yang telah ditentukan lebih dahulu.

2.3 PRINSIP PRINSIP HAM DALAM ISLAM


Pada dasarnya HAM dalam islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum
dalam al-dharuriyat alkhamsah. Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga
oleh setiap Individu yaitu hifdzu al-din, hifdzu alnafs, hifdzu al-aql, hifdzu al-nasl, dan
Hifdzu al-mal. Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat islam supaya
menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi berdasarkan atas penghormatan
individu atas individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat,
masyarakat dengan negara dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya. Terdapat
lima prinsip utama HAM dalam islam seperti yang termuat dalam hukum islam sebagai
berikut:
1. Prinsip perlindungan terhadap agama
Beragama merupakan kebutuhan asasi manusia yang harus dipenuhi. Agama islam
memberikan jaminan perlindungan kepada semua pemeluk agama untuk menjalankan
agama sesuai dengan keyakinannya dan tidak memaksakan pemeluk agama lain untuk
meninggalkan agamanya untuk memeluk agama islam. Hal ini jelas tergambar dalam
QS. Qaf/50: 45:

                                
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali kali
bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al-
Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku”
2. Prinsip perlindungan terhadap jiwa
Menurut hukum islam, jiwa itu harus dilindungi. Untuk itu hukum islam wajib
memelihara dan memberikan perlindungan terhadap jiwa manusia. Islam melarang
keras pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi
berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk Mempertahankan
kemaslahatan dan kelangsungan hidupnya.
3. Prinsip perlindungan terhadap akal
Menurut hukum islam, manusia wajib memelihara akalnya karena akal mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Untuk itu akal wajib dilindungi
dari berbagai hal yang dapat merusak fungsinya. Hukum islam secara tegas melarang
manusia melakukan berbagai upaya yang dapat merusak akal diantaranya meminum
minuman yang memabukkan karena dapat berakibat merusak fungsi akal manusia.
Karenanya, islam memberikan sanksi hukum bagi orang yang meminum minuman
yang memabukkan seperti yang tertulis dalam QS.al-Maidah/5: 90:

                                   
     
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan”.
4. Prinsip perlindungan terhadap keturunan
Dalam hukum islam, memelihara keturunan merupakan hal yang sangat penting.
Karenanya, islam memberikan jaminan pemeliharaan keturunan bagi manusia dengan
ketentuan yang sah menurut ajaran islam melalui perkawinan sebagai sarana untuk
mendapatkan keturunan dan melarang melakukan perbuatan zina sebagaimana
Disebutkan dalam QS. Al-Isra‟/17: 32:

                 
“Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
5. Prinsip perlindungan terhadap harta
Harta merupakan pemberian dari Allah swt kepada manusia untuk melangsungkan
hidup dan kehidupannya. Karena itu, manusia dilindungi haknya untuk memperoleh
harta asalkan dengan cara-cara yang halal dan sah menurut hukum serta benar
menurut ukuran moral. Islam memberikan jaminan hak pemilikan yang sah terhadap
harta manusia dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta
orang lain yang bukan haknya sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah/2:
188:

                                        
        
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

2.4 PERBEDAAN PRINSIP KONSEP HAM DALAM DALAM PANDANGAN BARAT


DAN ISLAM
Ada perbedaan prinsip antara HAM dilihat dari sudut pandangan barat dan islam.
HAM menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya, segala sesuatu
berpusat kepada manusia. Dengan demikian, manusia sangat dipentingkan karena ukuran
kebenarannya adalah menurut manusia sehingga sifatnya akan subjektif. Sebaliknya, hak-hak
asasi manusia ditilik dari sudut pandangan islam bersifat teosentris, artinya, segala sesuatu
berpusat kepada Tuhan. Karenanya, ukuran kebenarannya adalah menurut Tuhan dengan
demikian Tuhan sangat dipentingkan dalam hubungan ini, A.K. Brohi menyatakan: “Berbeda
dengan pendekatan barat, strategi islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak
asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran
keagamaan yang terpatri di dalam hati, pikiran dan jiwa penganut-penganutnya. perspektif
islam sungguh-sungguh bersifat teosentris.
Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam islam melalui firman-Nya, Allah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-
Nya. Di sinilah letak perbedaan yang fundamental antara hak-hak asasi manusia menurut pola
pemikiran barat dengan hak-hak asasi menurut pola ajaran islam. Makna teosentris bagi
orang islam adalah manusia pertama-tama harus meyakini ajaran pokok islam yang
dirumuskan dalam dua kalimat syahadat yakni pengakuan tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya. Barulah setelah itu manusia melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik, menurut isi keyakinannya itu.
Dari uraian tersebut, sepintas tampak bahwa seakan-akan dalam islam manusia tidak
mempunyai hak-hak asasi. Dalam konsep ini seseorang hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban atau tugas-tugas kepada Allah karena ia harus mematuhi hukumnya. Namun, di
dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya menurut ajaran islam.
Manusia mengakui hak-hak dari manusia lain, karena hal ini merupakan sebuah kewajiban
yang dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah. Oleh karena itu, hak asasi
manusia dalam islam tidak semata-mata menekankan kepada hak asasi manusia saja, akan
tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah sebagai
penciptanya.
Petunjuk ilahi yang berisikan hak dan kewajiban tersebut telah disampaikan kepada
umat manusia semenjak manusia itu ada. Diutusnya manusia pertama (Adam) ke dunia
diindikasikan bahwa Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia. Kemudian ketika
umat manusia menjadi lupa akan petunjuk tersebut Allah mengutus Nabi dan Rasulnya untuk
mengingatkan mereka akan keberadaannya. Nabi Muhammad saw diutus bagi umat manusia
sebagai Nabi terakhir untuk menyampaikan dan memberikan teladan kehidupan yang
sempurna kepada umat manusia seluruh zaman sesuai dengan jalan Allah. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa menurut pandangan islam, konsep HAM bukanlah hasil evolusi dari
pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari wahyu ilahi yang telah diturunkan melalui
para Nabi dan Rasul dari sejak permulaan eksistensi umat manusia di atas bumi.
Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah, Dalam QS. Az-
Zāriyāt/51: 56 disebutkan:

              
“Dan aku tidak menciptakan jin dan Manusia melainkan supaya mereka Mengabdi kepada-
Ku.”
Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh Allah. Kewajiban yang diperintahkan kepada Umat manusia dapat dibagi ke
dalam dua Kategori, yaitu huqūqullah dan huqūqul ibād. Huqūqullāh (hak-hak Allah) adalah
kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah swt yang diwujudkan dalam berbagai ritual
ibadah, sedangkan Huqūqul ibād (hak-hak manusia) Merupakan kewajiban-kewajiban
manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk Allah yang Lainnya. Hak-hak
Allah tidak berarti Bahwa hak-hak yang diminta oleh Allah Karena bermanfaat bagi Allah,
karena hak-hak Allah bersesuaian dengan hak-hak makhluknya.
2.5 UPAYA PEMECAHAN MASALAH HAM
Persoalan HAM saat ini muncul kepermukaan dengan menyita perhatian umat
manusia. Kaum buruk menuntut hak-haknya, para tenaga kerja wanita menuntut hak-haknya
pula dan rakyat pun menuntut hak-hak demokrasinya. Jika dipahami kata 'hak' tidak bisa
dibicarakan terpisah dari kewajiban, karena tidak akan ada hak tanpa kewajiban. Keduanya
berjalan seimbang, dan keseimbangan inilah yang mewujudkan keadilan.
Salah satu prinsip Islam, menyebutkan bahwa semua kita adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggungi awaban atas kepemirnpinan-nya. Pemimpin bertanggung jawab
berlaku adil yaitu menjamin bahwa apa dan siapapun yang dipimpinnya akan mendapat
semua haknya tanpa terkecuali. Dan karena semua orang adalah pemimpin, maka kewajiban
menjamin hak-hak siapa saja. Dan ini adalah ajaran dasar tentang hak asasi manusia dan
makhluk lainnya.
Pemikiran filsafat telah banyak memberi petunjuk kepada manusia ten-tang
bagaimana hubungan sese-orang dengan orang lain, antara seorang warga negara dengan pe-
merintah dan sebalik-nya. Akan tetapi dalam praktek kehidupan sehari hari sering terjadi
perbedaan dan bahkan pertentangan dengan ajaran-ajaran filsafatnya sendiri.
Dalam situasi ini, diperlukan jaminan hukum. Hak-hak seorang warga negara
terhadap negaranya harus dijamin secara timbal balik. Dan diberikan persamaan hak untuk
membicarakan masalah-masalah bersama. Tidak ada hak monopoli bagi suatu golongan
dalam menangani masalah-masalah bersama. Bahkan hal ini hams juga meliputi hak-hak
untuk berpartisipasi. Karena dengan member-lakukan hak berpartisipasi itu akan lebih
mendekatkan orang kepada tanggung jawabnya terhadap kehidupan bersama.
Jika dilihat dari hasil deklarasi HAM Islam sedunia, dimana deklarasi ini berdasarkan
kitab Al-Qur'an dan Hadits. Sangatlah tepat jika hal ini dijadikan upaya pemecahan masalah,
yang sampai saat ini masih dirasakan umat manusia.
Dalam deklarasi HAM tersebut, terdapat komitmen bersama untuk menegakkan
HAM, yaitu meliputi:
1. Hak hidup.
2. Hak kemerdekaan.
3. Hak persamaan dan larangan terhadap adanya diskriminasi yang tidak terizinkan.
4. Hak mendapatkan keadilan.
5. Hak mendapatkan proses hukum yang adil.
6. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan kekuasaan.
7. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyiksaan.
8. Hak untuk mendapatkan perlindungan atau kehormatan dan nama baik.
9. Hak untuk memperoleh suaka.
10. Hak-hak yang minoritas.
11. Hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan urusan-urusan politik.
12. Hak kebebasan percaya, berfikir dan berbicara.
13. Hak kebebasan beragama.
14. Hak berserikat bebas.
15. Susunan ekonomi dan hak berkembang darinya.
16. Hak memperoleh perlindungan atas harta benda.
17. Status dan martabat pekerja dan buruh.
18. Hak membentuk suatu keluarga dan masalah-masalahnya.
19. Hak-hak wanita yang sudah menikah.
20. Hak mendapatkan pendidikan.
21. Hak menikmati keleluasaan pribadi
22. Hak mendapatkan kebebasan berpindah dan bertempat tinggal.
Berdasarkan deklarasi HAM diatas, dipahami bahwa HAM dalam Islam bertujuan
mengarahkan. Martabat dan kehormatan bagi umat manusia, serta dicanangkan untuk
menghapus segala penindasan dan ketidakadilan. Olehnya itu upaya pemahaman
(interpretasi) yang baik terhadap nilai-nilai persamaan dan keadilan dalam Al-Qur'an maupun
hadits, perlu ditingkatkan dan diaplikasikan dalam situasi sekarang.
 Dalam hal ini terdapat beberapa usaha perlindungan dalam Islam terhadap
pelaksanaan HAM yaitu adanya konsep kedaulatan Allah, dimana umat Islam ataupun
seluruh umat manusia dianggap sebagai warga negara dari sang penguasa yang
sebenarnya. Tak ada seorang pun yang mempunyai superioritas diatas lainnya.
Manusia dilarang melakukan tindakan pelanggaran HAM.
 Manusia diangggap sebagai Khali-fah, dimana dengan amanah ke-khalifahan manusia
harus melakukan aktifitasnya sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT.
 Adanya konsep kesucian hak-hak manusia karena Al-Qur'an menyatakan bahwa
barang siapa membunuh seorang anak manusia, maka seakan-akan is telah membunuh
seluruh manusia.
 Pendidikan masyarakat yakni dengan mengadakan pendidikan masyarakat yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajibannya. Dan pendidikan merupakan jaminan
yang nyata terhadap HAM.
Dengan melihat uraian di atas, bahwa dengan melaksanakan ajaran Islam tentnag
HAM, maka segala upaya yang merugikan akan lenyap bahkan melanggar HAM tidak akan
pernah terjadi.
BAB III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa HAM dalam Alquran diistilahkan dengan Huquq
Insaniyah. HAM dalam Alquran melahirkan gagasan bahwa hidup tidak dapat dipisahkan
dengan agama atau kepercayaan. Hak Asasi Manusia dalam pelaksanannya telah ada sejak
adanya islam, karena prinsi-prinsip HAM sudah tertuang kedalam Al-Qur‟an dan Hadits
Muhammad Saw. Dengan prinsip-prinsip HAM dalam Alquran, maka muncul beberapa hak
bagi manusia untuk dijunjung tinggi dan bila tidak maka termasuk pelanggaran HAM. Hak-
hak itu adalah antara lain hak hidup, hak menggunakan dan memelihara air dan udara, hak
kebebasan memilih bagi manusia atas perbuatannya, dan hak menjunjung tinggi pluralitas.
Inilah pesan universal dari prinsip HAM, dan akan tetap relevan dengan kehidupan. Lebih
dari itu, prinsip-prinsip tersebut dapat membentuk masyarakat yang bermartabat dan saling
menghargai..
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansur Efendi, Tempat Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional/Internasional
(Bandung Alumni 1980), h.20
2. Darmaji Darmodiharjo, Pendidikan Pancasila diperguruan Tinggi, (Malang
Laboratorium Pancasila IKIP, 1989), h.25
3. 3. Sidney Hook et.al, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, penyunting Harun Nasution
dan
Bahtiar Effendy, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1995), h. 19
4. Jhon. L. Eposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern (Jilid II cet I;
Bandung: Mizan, Zoon). H. 136
5. Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Diterjemahkan oleh
Abdul Rochim C. H. (Cet. 1; Jakarta Gema Insani Press, 1996), h.55
6. ar Harjono, Indonesia Kita Pemikiran Berwawasan Iman - Islam, (Cet. 1;
jakarta Gema Insani Press, 1995),h. 11.

Anda mungkin juga menyukai