Anda di halaman 1dari 21

Jurnal

MERAJUT KEARIFAN LOKAL DALAM MENEPIS ERA DISRUPSI


Guna memenuhi persyaratan mengikuti Intermediate Traning LK 2
HMI Cabang Soppeng 2020

Disusun oleh:
Riswan

Himpunan Mahasiswa Islam


Cabang Gowa Raya
Komisariat Fakultas Agama Islam
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga tersusunlah Makalah dengan berjudul “Merajut Kearifan
Lokal Dalam Menepis Era Disrupsi” sebagai syarat mengikuti Intermediate
Basic Training (Latihan Kader 2) yang diselenggarakan oleh HMI Cabang
Soppeng.

Sholawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan Nabi besar


Muhammad saw, sang pelopor dari segala peloppor, yang luar biasa dalam hal
kebaikan, kasih sayang, pembebasan dari belenggu kekafiran dan kemunafikan,
serta keberhasilan perjuangannya menghantarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya yang sungguh merupakan rahmat Allah SWT yang tiada kemuliaan serupa.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ketua Umum dan jajarannya dan
Master Of Training yang telah memberikan waktu dan ruang Kepada kader-kader
insan cita Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam mengikuti Intermediate
Traning LK 2 .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membagun
dari semua pihak sehingga penulis dapat menambah grade pengetahuan dan
kemampuan penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Gowa, 3 Maret 2020.

Penulis

Riswan

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................4
KAJIAN TEORI.............................................................................................3
A. Kerangka Teoritis......................................................................................3
B. Disrupsi budaya dalam era teknologi perguruaan.....................................5
C. Adopsi Disrupsi Teknologi Untuk Manajemen Data Riset.......................14
BAB III SOLUSI PERMASALAHAN .........................................................15
A. Teori Pendekatan ......................................................................................15
BAB IV PENUTUP........................................................................................17
Kesimpulan.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin cepat mengharuskan seseorang harus
memiliki beragamketerampilan yang harus di kuasai,agar dapat menghadapi
berbagai tantangan yang akan dihadapi di era disrupsi industri 4.0.Era disrupsi
industri 4.0 merupakan situasi dimana dunia industri atau persaingan kerja
mendorong proses terjadinya sistem digitalisasi(Yahya:2018). 

Disruption Era akan mengajak kita untuk menyelami hal-hal yang berkaitan
dengan disrupsi yang telah merasuki segala sisi kehidupan dunia dan telah
nyata mengubah peradaban serta tatatan masyarakat. Sederhananya, dapat
didefnisikan Disruption adalah sebuah inovasi. Namun suatu inovasi yang
sifatnya very  progressive  karena akan menggantikan secara luar biasa cepat
atas seluruh sistem yang lama dengan cara yang baru. Sehingga motivasi
melakukan change management  tidaklah cukup, tapi menghadirkan sustaining
innovation justru telah menjadi kewajiban utama bagi siapapun (organisasi
apapun) bila ingin survive  di zaman sekarang..

Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Disruption (2014), menjelaskan;


Perubahan yang terjadi diawali dengan hal kecil, sedemikian kecil sehingga
terabaikan oleh mereka yang besar. Perubahan itu bahkan tidak terlihat, dan
tiba-tiba begitu besar. Inilah karakter perubahan pada abad ke-21: Cepat,
Mengejutkan, Memindahkan.

Belajar dari contoh-contoh kasus tersebut, sebenarnya hanya menambahkan


daftar panjang pembuktian mengenai fakta bahwa perubahan selalu akan
terjadi di berbagai aspek kehidupan manusia. Hal yang paling fundamental
terjadi dalam negeri ini adalah perubahan budaya beserta nilai-nilai (kearifan)
baik lokal maupun kearifan nasionalnya.

Masyarakat Indonesia telah dihadapkan pada fakta perubahan melalui


peralihan; dimana saat peralihan terjadi, juga akan kita saksikan eksistensi

1
suatu budaya beserta nilainya yang tak siap untuk menolak perubahan tersebut
akhirnya terpinggirkan dengan sendirinya (Har yatmoko 2018). Sebagai
contoh, salah satu pendapatan negara terbesar kita adalah sektor pariwisata.

Namun faktanya, kearifan lokal berupa souvenir dan karya yang berasal dari
nilai budaya asli Indonesia yang begitu banyak tidak dimanfaatkan secara
maksimal. Padahal, seharusnya nilai-nilai dari budaya nasional dan lokal
diangkat menjadi branding agar eksistensi budaya kita tidak tersingkirkan oleh
Disruption Era. Oleh  karena dampak dari disrupsi menyebabkan kebudayaan
teralienasi karena teknologi informasi yang tak dapat dihindarkan sehingga
lahirlah tulisan ini dengan judul “ Merajut Kearifan Lokal Dalam Menepis
Era Disrupsi” sebagai solusi ketahanan budaya Indonesia.

B Rumusan Masalah
1. Bagaimana Budaya Era Disrupsi ?
2. Bagaimana Era Disrupsi Budaya Dalam Teknologi Perguruaan ?
3. Cara Penepisan Era Disrupsi ?
C Tujuan Penelitian
berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian penelitian ini
sebagai berikut :
1. Membuat dan menjajakan Souvenir khas budaya Indonesia pada tiap-tiap
destinasi wisata secara konsiten dan teratur secara management. Karena
pada  kenyataannya ini belum dilakukan secara konsisten dan belum
merata pada seluruh wilaya Indonesia sebagai bentuk keseriusan dalam
membangun dan mempertahankan kearifan budaya Indonesia.
2. Menampilkan tulisan-tulisan petuah bernilai kearifan budaya pada karya-
karya bertema budaya Indonesia dengan bahasa retorika yang baik
sehingga memungkinkan masyarakat dapat mengimplementasikan dalam
bentuk karya dan tingkah laku secara konsisten dan terarah.
3. Seluruh elemen masyarakat harus menjadi agen pertahanan kearifan budaya
yang dapat menjadi pengarah pada pola tingkah laku masyarakat.

2
4 .Membentuk persatuan dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dengan
pembauran kebudayaan sehingga kearifan budaya lebih hidup dan
konsisten.
5. Mengangkat seluruh ikon-ikon budaya pada agenda tahunan oleh Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang dapat menjaga
keberlangsungan kearifan budaya Indonesia dari kepunahan yang
disebabkan oleh era disrupsi
6. Melaksanakan pameran kebudayaan pada tempat-tempat khalayak dalam agenda
bulanan secara konsisten.

3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
Kesadaran yang baru timbul disesi akhir pada akhir evolusi langsung
mengalami rekayasa oleh berbagai pendekatan ilmu dan teknologi. Akhirnya,
menurut 3 skema perkembangan diperoleh 3 paradigma kesadaran yaitu
Ekstra- Humanis, Trans-Humanis,  dan Post-Humanis(De Mul, Antropologi
Spekulatif). Misteri kesadaran : (lewat metode fenomenologi Husserl)
menunjukkan karakteristik sebagai berikut;
1.Penampilan dalam perspektif first person (lewat MRI-Scan di neocortex).
Hewan tanpa masa lalu dan masa depan tak sadar akan kematiannya.
2.Keterarahan ke dunia luar ( Intensionalitas Brentano).
3.Transparansi, media, kehadiran langsung  Struktur kognitif, sadar bahwa sadar
tidak bersifat statis, sebagai dinamika tream of consciousness aliran kesadaran
Pada teori paradigma kesadaran di atas dapat dikaitkan pada kebudayaan
beserta kearifan-kearifannya yang telah terkikis oleh peradaban atau dalam
kata lain adalah terkikisnya kearifan budaya oleh era disrupsi.
Jika kita meninjau pada karakteristik bagian pertama, yakni hewan tanpa masa
lalu dan masa depan tak sadar akan kematianya, itu dapat dikaitkan pada
fenomena di era disrupsi dimana kearifan lokal pada tiap-tiap budaya asli
Indonesia seakan tak dikenang meski sebagai masa lalu. Begitu pula dengan
masa depan budaya luhur Indonesia, seakan budaya dan kearifannya kita tidak
memikirkan tentang keberlangsungannya dari kepunahan. Poin kedua adalah
tentang keterarahan ke dunia luar (Internasionalitas Brentano). Jika kembali
dikaitkan pada budaya Indonesia yang sejatinya jauh lebih dahulu dan
seharusnya lebih sakti dari budaya luar yang telah jauh dikikis oleh era disrupsi
secara perlahan, hal inilah yang mengakibatkan terabaikannya budaya dan
kearifannya menjadi pedoman hidup masyarakat lebih bernilai dari segi
tingkah laku dan spiritual. Oleh karena itu, manusia mempunyai tanggung
jawab kesadaran kontrol terhadap fenomena-fenomena di sekitarnya. Termasuk
di dalamnya kesadaran dalam mempertahankan kearifan budaya yang telah

4
perlahan tertelan oleh era disrupsi yang semakin cepat perkembangannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan kita terutama keraifan-kearifan
lokal maupun kearifan nasional sebagian telah hilang karena era disrupsi.
B. Disrupsi budaya dalam era teknologi perguruaan
Disrupsi Teknologi dalam Perguruan Tinggi Dampak disrupsi teknologi
tidak hanya pada entitas, tetapi dalam perguruan tinggi mencermatiperubahan
ini. Munculnya generasi Z ataupun generasi-generasi berikutnya, akan
mempengaruhipengelolaan perguruan tinggi. Flavin (2016) mengemukakan
disrupsi teknologi dalam kontekspendidikan tinggi dapat menciptakan peluang
baru. Kesempatan perguruan tinggi meraih peluang baruuntuk maju dengan
mengadopsi teknologi informasi terbuka luas. Keberadaan unit perpustakaan
tidakbisa dipisahkan dari salah satu entitas perguruan tinggi selain lembaga
penelitian, yaitu perpustakaansebagai pengelolaan pengetahuan, terutama
pengetahuan yang dihasilkan sivitas akademika. Salah satucontoh penyerapan
disrupsi teknologi dapat dilihat pada proses pembelajaran jarak jauh, sumber-
sumberpengetahuan harus disediakan secara digital dan diakses oleh sivitas
akademika dari berbagai tempat.Aplikasi-aplikasi dan infrastuktur teknologi
informasi dalam meningkatkan pembelajaran, akan selalumengikuti
perkembangan teknologi informasi terkini, setidaknya mengikuti tren di
kelompok generasi mahasiswa. Penekanan penting dalam penelitian Flavin
tentang disrupsi teknologi informasi, adalahadalah seperti apa pengetahuan
diakses, artinya proses penyediaan pengetahuan dan model pengaksesanyang
disiapkan, agar pengetahuan bisa digunakan oleh pengguna
perpustakaan.248Ulasan di atas dijelaskan bahwa disrupsi teknologi berkaitan
dengan hadirnya big data.Kemunculan era big data sudah dimulai dengan
meningkatnya penggunaan media sosial. Konten bigdata dalam konteks
perguruan tinggi salah satunya adalah data-data riset yang dihasilkan
sivitasakademika. Perpustakaan seharusnya mengambil peran untuk mengelola
data-data riset, dengan harapandapat meningkatkan keterpakaian data-data riset
secara sinergi baik internal maupun dengan pihak luarperguruan tinggi
tersebut.

5
Manajemen Data RisetInovasi melalui adopsi pada perkembangan
teknologi informasi dapat memberi kesempatan bagiperpustakaan untuk
meningkatkan kontribusi dalam alur pengelolaan hasil riset perguruan tinggi.
Dalamera big data saat ini, keragaman data digital yang berkembang dengan
cepat dapat menimbulkankebingungan untuk memilah dan milih data digital
yang valid dan dipercaya.
Demikian halnya dengandata-data riset berbasis digital yang semakin
kompleks, apalagi jika data-data riset merupakan kolaborasiantar peneliti antar
negara. Penting sekali diperlukan suatu manajemen untuk mengelola data-data
risettersebut.Inti utama data riset menurut Herbet (2013) adalah dataset, artinya
data-data yang diperoleh darihasil riset. Adapun karakteristik data yang
dikategorikan dalam dataset, yaitu data experimen, dataobservasi, data
simulasi, serta canonical data. Sedangkan format dataset, seperti: audio,
video,spectogram, instrument test data, table, software processing data, CIF of
structural data, MATLAB, csv,xml, readme’ structured & unstructured, sav,
free text, txt (Xiujuan & Ming, 2017; Aydinoglu, Dogan &Taskin,
2017).Pendekatan secara konsep manajemen data riset bagi Charbonneau
(2013), dipandang secaramenyeluruh terhadap proses berbagi data riset secara
efektif, mengelola, proses kurasi, preservasi sertapenggunaan kembali sejumlah
data-data untuk masa yang akan datang, melihat sisi lain data-data risetyang
diperoleh bertambah cepat.Kegiatan research data services merupakan
kebutuhan penting bagi peneliti dan dapatdikembangkan menjadi layanan
perpustakaan. Menurut Chiware & Mathe (2015), ditinjau dari aspekkolaborasi
layanan research data management menjadi kebutuhan, karena dalam
lingkungan globalisasidunia saat, peneliti bisa saja berkolaborasi dengan
peneliti lain antar institusi maupun antar negera.Komponen Manajemen Data
RisetManajemen data riset dibangun bukan hanya dari sekumpulan data-data
riset saja, tetapi banyakaspek yang harus diperhatikan dalam menyiapkan
layanan data riset. Menurut Priyanto (2017), kompo-249nen manajemen data
riset meliputi: perencanaan manajemen data, etika, legalitas,
capturing,penyimpanan data, preservasi data, akses dan penggunaan data

6
kembali data tersebut. Pendapat laindikemukakan Yu (2017), cakupan
manajemen data riset lebih luas lagi, yaitu perlunya keterlibatan dandukungan
aktif siklus hidup data riset, seperti perencanaan manajemen data,
pengumpulan data, analisisdata, penyimpanan data, dokumentasi riset,
metadata, pengarsipan, pencarian kembali serta berbagi datariset.Manajemen
data riset selain ditinjau dari aspek siklus hidup, dapat dikaji dari aspek alur
kerja menurut Amorim, Castro, da Silva, Ribeiro (2017), yaitu pada platform
repositori institusi dan digitallibrary. Penekanan pada aspek alur kerja bersifat
teknis, yaitu infrastrukur teknologi manajemen datariset. Arsitektur kedua
platform tersebut mempertimbangkan terpenuhinya metadata sebagai media
untukisian data riset; antar muka pemrograman, mekanisme sistem pencarian,
serta persetujuan dari komunitasplatform sebagai pemangku kepentingan
(peneliti, lembaga peneliti, kurator, pengembang danharvesters) termasuk di
dalamnya adanya pembagian tanggung jawab setiap pemangku
kepentingan.Secara ringkas ditekankan Amorim et al. (2017), prasyarat
platform yang dibutuhkan yaitu:mengidentifikasi kembali repositori yang
sudah ada; adanya metadata, pedoman preservasi, arsitekturinformasi, biaya
investasi, interoperabilitas data, kapasitas diseminasi konten, dan implementasi
fiturpencarian.Keberadaan manajemen data riset tidak bisa dihindari, dengan
berkembangnya kolaborasi risetyang dapat dibangun para peneliti antar
lembaga maupun antar negara. Patel (2016) mengemukakan,terdapat hal
krusial yang perlu diperhatikan dalam penyediaan layanan manajemen data
riset, yaitu,pertama: hak cipta, artinya hak cipta yang melekat pada proses riset
yang meliputi penentuankepemilikan hak cipta diantara pihak-pihak terkait
diantara peneliti, kolektor data, analis data, institusidan penyandang dana.
Kedua, lisensi, artinya ketentuan dalam penggunaan secara terbatas,
penyebaarandata dan penyetujuan kondisi dari karya-karya bersifat derivatif.
Ketiga, meminimalisasi kesalahaninterpretasi data. Keempat, keamanan data,
artinya menghindari data riset dari ancaman tindakanpenghapusan data, atau
perubahan data yang tidak semestinya. Kelima, privacy data (perlindungan
data),khususnya untuk data-data yang bersifat konfindensial, sensitif atau

7
bersifat individual. Keenam, yaitucara berpikir, artinya kesediaan peneliti
menerima ide baru yang muncul setelah penggunaan datanyaoleh peneliti
lain.250Adopsi Disrupsi Teknologi Untuk Manajemen Data RisetPada paparan
disrupsi teknologi ini, sudah diulas bahwa disrupsi teknologi dapat
memunculkanproduk baru, layanan baru ataupun model bisnis berbeda
sebelumnya. Karakteristik disrupsi teknologiyang dapat disarikan, yaitu:
(1) Kesempatan untuk melakukan inovasi baik produk, proses ataupun
modelbisnis yang belum pernah dilakukan sebelumnya;
(2) Berbagi data (sharing data);
(3) Kolaborasi antarorganisasi terkait dengan potensi berbagi data, baik dalam
satu lingkungan terbatas, ataupun berbedanegara;
(4) Adanya kolaborasi dan berbagi data diperlukan strategi untuk perlindungan
dan keamanandata, terutama penggunaan data secara bersama, khususnya
untuk data-data bersifat sensitif, rahasia.
Keempat karakteristik disrupsi teknologi memiliki kesamaan dengan
komponen yang ada dalammanajemen data riset, diantaranya:
(1) Manajemen data riset merupakan inovasi layanan-layananperpustakaan baik
produk, proses dan model bisnis yang harus dikembangkan pustakawan;
(2) Berbagidata merupakan keharusan dari manajemen data riset. Berbagi data
dari sisi peneliti untuk membagikandatanya kepada perpustakaan ataupun
peneliti lain;
(3) Kolaborasi antara lembaga-lembaga peneliti yangdibangun melalui
perpustakaan dengan layanan manajemen data riset;
(4) Pentingnya perangkat legaluntuk memfasilitasi berbagi data ataupun
penggunaan data oleh peneliti-peneliti lainnya baik dalamminat penelitian
sama, ataupun keikhlasan ketika data digunakan oleh peneliti tidak sebidang
penelitian.Di bawah ini, penulis memaparkan rekomendasi pengembangan
manajemen riset melaluiperpustakaan dengan mengadopsi karakteristik
disrupsi teknologi.
Pengembangan Manajemen Data Riset Melalui Perpustakaan Perpustakaan
dapat memberikan layanan manajemen data riset kepada peneliti, diungkapkan

8
olehTenopir, Birch & Allard (2012). Adapun layanan manajemen data riset,
berkaitan dengan pengelolaandata, layanan informasi (termasuk layanan
konsultasi dengan fakultas, staf, dan mahasiswa), manajemendata (konsultasi
tentang standar metadata), rujukan untuk penelusuran, kumpulan data sitasi,
penyediaandukungan untuk pencarian data. Dikaitkan dengan siklus
manajemen data riset yang tidak bisa dilepaskansistem komunikasi ilmiah,
maka Tenopir, Sandusky, Birch & Allard (2014) menjelaskan siklus
atautahapan layanan manajemen data riset, sebagai siklus keseluruhan data,
dimulai : plan, collect, assure,describe, preserve, discover, integrate, dan tahap
akhir pada proses analyze, kemudian kembali ke tahapawal dan akhir secara
terus menerus.Pengembangan manajemen data riset perlu diperhatikan dalam
menyusun kerangka kerja maupunpenyusunan proposal kepada pimpinan
perguruan tinggi.251Salah satu model kerangka kerja (Patel, 2016) yang dapat
dijadikan pertimbangan perpustakaan dalammengembangkan layanan
manajemen data riset. Model ini dibagi tiga skope besar yaitu:
1. Manajemen data riset
(a) Kebijakan berbagi data riset, yaitu menciptakan budaya berbagi data diantara
peneliti;
(b)Cara atau pola berpikir, artinya peneliti perlu memperluas cara berpikir tentang
berbagi datasecara terbuka, terutama berbagi data secara luas untuk
masyarakat, ataupun terbata padakelompok peneliti ;
(c) Pengumpulan data-data dari peneliti, artinya pengumpulan data bisadilakukan
secara terpisah atau sekaligus bersamaan dengan publikasi;
(d) Hak cipta dan lisensidata, artinya memastikan adanya ketentuan kepemilikan
data dan ijin penggunaan data olehpeneliti lain;
(e) Menghindari kesalahan interpretasi data;
(f) Klasifikasi data, artinya data-datayang dikumpulkan perlu dikelompokkan,
seperti pemilahan data riset untuk dibagikan atau tidak;serta data yang dapat
ditelusur dengan cepat dan mudah.
Pengelompokkan data lebih didasarkan pada sensitivas data yang
dibagikan seperti :

9
(1) data bersifat terbatas dibagikan atau restricted,data yang bersifat ’private’
untuk dibagikan, serta data bersifat publik, artinya data riset tersebutmemiliki
risiko kecil jika dibagikan, dan bisa dilindungi dari tindakan penghapus data;
(2) Deskripsi dan identifikasi data, artinya penggunaan metadata penting untuk
memudahkan temubalik data riset.2. Penyimpanan data dan hosting, artinya
penyediaan infrastruktur penyimpanan data, termasuk didalamnya hosting,
aplikasi, back-up data.3. Mekanisme penggunaan data, meliputi prosedur
akses, hak cipta dan lisensi data.Terkait dengan desimasi data-data riset, hak
cipta menjadi hal penting. Pustakawan harusmemiliki pengetahuan tentang hak
cipta dan lingkungan yang mempengaruhi hak cipta.
Manfaat manajemen data riset diperguruan tinggi ditinjau dari aspek
keamanan data (Herbert, 2013), adalah proses preservasi data risetdalam kurun
waktu lama serta dan penggunaan kembali terhadap luaran data riset tersebut,
artinya datariset tersebut bersifat aman. Menurut pandangan Vaughan et.al.
(2013) perpustakaan dapatmengembangkan layanan perpustakaan untuk
mendukung manajemen data riset, antara lain pada aspekpengembangan ide
penelitian, pendanaan (grant), proposal, manajemen sitasi dan
diseminasi.Berdasarkan paparan-paparan diatas, dapat dikristalkan bahwa
manajemen riset perpustakaanmemberi nilai yang kuat bagi perpustakaan untuk
mendukung dan memperkuat sumber pengetahuanyang dihasilkan perguruan
tinggi melalui data-data riset.
Manajemen Data RisetInovasi melalui adopsi pada perkembangan
teknologi informasi dapat memberi kesempatan bagiperpustakaan untuk
meningkatkan kontribusi dalam alur pengelolaan hasil riset perguruan tinggi.
Dalamera big data saat ini, keragaman data digital yang berkembang dengan
cepat dapat menimbulkankebingungan untuk memilah dan milih data digital
yang valid dan dipercaya. Demikian halnya dengandata-data riset berbasis
digital yang semakin kompleks, apalagi jika data-data riset merupakan
kolaborasiantar peneliti antar negara. Penting sekali diperlukan suatu
manajemen untuk mengelola data-data risettersebut.Inti utama data riset
menurut Herbet (2013) adalah dataset, artinya data-data yang diperoleh

10
darihasil riset. Adapun karakteristik data yang dikategorikan dalam dataset,
yaitu data experimen, dataobservasi, data simulasi, serta canonical data.
Sedangkan format dataset, seperti: audio, video,spectogram, instrument test
data, table, software processing data, CIF of structural data, MATLAB,
csv,xml, readme’ structured & unstructured, sav, free text, txt (Xiujuan &
Ming, 2017; Aydinoglu, Dogan &Taskin, 2017).Pendekatan secara konsep
manajemen data riset bagi Charbonneau (2013), dipandang secaramenyeluruh
terhadap proses berbagi data riset secara efektif, mengelola, proses kurasi,
preservasi sertapenggunaan kembali sejumlah data-data untuk masa yang akan
datang, melihat sisi lain data-data risetyang diperoleh bertambah
cepat.Kegiatan research data services merupakan kebutuhan penting bagi
peneliti dan dapatdikembangkan menjadi layanan perpustakaan.
Menurut Chiware & Mathe (2015), ditinjau dari aspekkolaborasi layanan
research data management menjadi kebutuhan, karena dalam lingkungan
globalisasidunia saat, peneliti bisa saja berkolaborasi dengan peneliti lain antar
institusi maupun antar negera.
Komponen Manajemen Data RisetManajemen data riset dibangun bukan
hanya dari sekumpulan data-data riset saja, tetapi banyakaspek yang harus
diperhatikan dalam menyiapkan layanan data riset. Menurut Priyanto (2017),
kompo-249nen manajemen data riset meliputi: perencanaan manajemen data,
etika, legalitas, capturing,penyimpanan data, preservasi data, akses dan
penggunaan data kembali data tersebut.
Pendapat laindikemukakan Yu (2017), cakupan manajemen data riset lebih
luas lagi, yaitu perlunya keterlibatan dandukungan aktif siklus hidup data riset,
seperti perencanaan manajemen data, pengumpulan data, analisisdata,
penyimpanan data, dokumentasi riset, metadata, pengarsipan, pencarian
kembali serta berbagi datariset.Manajemen data riset selain ditinjau dari aspek
siklus hidup, dapat dikaji dari aspek alur kerjamenurut Amorim, Castro, da
Silva, Ribeiro (2017), yaitu pada platform repositori institusi dan digitallibrary.
Penekanan pada aspek alur kerja bersifat teknis, yaitu infrastrukur teknologi
manajemen datariset.

11
Arsitektur kedua platform tersebut mempertimbangkan terpenuhinya
metadata sebagai media untukisian data riset; antar muka pemrograman,
mekanisme sistem pencarian, serta persetujuan dari komunitasplatform sebagai
pemangku kepentingan (peneliti, lembaga peneliti, kurator, pengembang
danharvesters) termasuk di dalamnya adanya pembagian tanggung jawab setiap
pemangku kepentingan.Secara ringkas ditekankan Amorim et al. (2017),
prasyarat platform yang dibutuhkan yaitu:mengidentifikasi kembali repositori
yang sudah ada; adanya metadata, pedoman preservasi, arsitekturinformasi,
biaya investasi, interoperabilitas data, kapasitas diseminasi konten, dan
implementasi fiturpencarian.Keberadaan manajemen data riset tidak bisa
dihindari, dengan berkembangnya kolaborasi risetyang dapat dibangun para
peneliti antar lembaga maupun antar negara. Patel (2016)
mengemukakan,terdapat hal krusial yang perlu diperhatikan dalam penyediaan
layanan manajemen data riset, yaitu,pertama: hak cipta, artinya hak cipta yang
melekat pada proses riset yang meliputi penentuankepemilikan hak cipta
diantara pihak-pihak terkait diantara peneliti, kolektor data, analis data,
institusidan penyandang dana. Kedua, lisensi, artinya ketentuan dalam
penggunaan secara terbatas, penyebaarandata dan penyetujuan kondisi dari
karya-karya bersifat derivatif. Ketiga, meminimalisasi kesalahaninterpretasi
data. Keempat, keamanan data, artinya menghindari data riset dari ancaman
tindakanpenghapusan data, atau perubahan data yang tidak semestinya.
Kelima, privacy data (perlindungan data),khususnya untuk data-data yang
bersifat konfindensial, sensitif atau bersifat individual.
Keenam, yaitu cara berpikir, artinya kesediaan peneliti menerima ide baru
yang muncul setelah penggunaan datanyaoleh peneliti lain.250Adopsi Disrupsi
Teknologi Untuk Manajemen Data RisetPada paparan disrupsi teknologi ini,
sudah diulas bahwa disrupsi teknologi dapat memunculkanproduk baru,
layanan baru ataupun model bisnis berbeda sebelumnya. Karakteristik disrupsi
teknologiyang dapat disarikan, yaitu:
(1) Kesempatan untuk melakukan inovasi baik produk, proses ataupun
modelbisnis yang belum pernah dilakukan sebelumnya;

12
(2) Berbagi data (sharing data);
(3) Kolaborasi antarorganisasi terkait dengan potensi berbagi data, baik dalam
satu lingkungan terbatas, ataupun berbedanegara;
(4) Adanya kolaborasi dan berbagi data diperlukan strategi untuk perlindungan
dan keamanandata, terutama penggunaan data secara bersama, khususnya
untuk data-data bersifat sensitif, rahasia.Keempat karakteristik disrupsi
teknologi memiliki kesamaan dengan komponen yang ada dalammanajemen
data riset, diantaranya:
(1) Manajemen data riset merupakan inovasi layanan-layananperpustakaan baik
produk, proses dan model bisnis yang harus dikembangkan pustakawan;
(2) Berbagidata merupakan keharusan dari manajemen data riset. Berbagi data
dari sisi peneliti untuk membagikandatanya kepada perpustakaan ataupun
peneliti lain;
(3) Kolaborasi antara lembaga-lembaga peneliti yangdibangun melalui
perpustakaan dengan layanan manajemen data riset;
(4) Pentingnya perangkat legaluntuk memfasilitasi berbagi data ataupun
penggunaan data oleh peneliti-peneliti lainnya baik dalamminat penelitian
sama, ataupun keikhlasan ketika data digunakan oleh peneliti tidak sebidang
penelitian.Di bawah ini, penulis memaparkan rekomendasi pengembangan
manajemen riset melaluiperpustakaan dengan mengadopsi karakteristik
disrupsi teknologi.
Pengembangan Manajemen Data Riset Melalui PerpustakaanPerpustakaan
dapat memberikan layanan manajemen data riset kepada peneliti, diungkapkan
olehTenopir, Birch & Allard (2012). Adapun layanan manajemen data riset,
berkaitan dengan pengelolaandata, layanan informasi (termasuk layanan
konsultasi dengan fakultas, staf, dan mahasiswa), manajemendata (konsultasi
tentang standar metadata), rujukan untuk penelusuran, kumpulan data sitasi,
penyediaandukungan untuk pencarian data. Dikaitkan dengan siklus
manajemen data riset yang tidak bisa dilepaskansistem komunikasi ilmiah,
maka Tenopir, Sandusky, Birch & Allard (2014) menjelaskan siklus
atautahapan layanan manajemen data riset, sebagai siklus keseluruhan data,

13
dimulai : plan, collect, assure,describe, preserve, discover, integrate, dan tahap
akhir pada proses analyze, kemudian kembali ke tahapawal dan akhir secara
terus menerus.Pengembangan manajemen data riset perlu diperhatikan dalam
menyusun kerangka kerja maupunpenyusunan proposal kepada pimpinan
perguruan tinggi.
C. Adopsi Disrupsi Teknologi Untuk Manajemen Data Riset
Pada paparan disrupsi teknologi ini, sudah diulas bahwa disrupsi teknologi
dapat memunculkan produk baru, layanan baru ataupun model bisnis berbeda
sebelumnya. Karakteristik disrupsi teknologi yang dapat disarikan, yaitu:
(1) Kesempatan untuk melakukan inovasi baik produk, proses ataupun model
bisnis yang belum pernah dilakukan sebelumnya;
(2) Berbagi data (sharing data);
(3) Kolaborasi antar organisasi terkait dengan potensi berbagi data, baik dalam
satu lingkungan terbatas, ataupun berbeda negara;
(4) Adanya kolaborasi dan berbagi data diperlukan strategi untuk perlindungan
dan keamanan data, terutama penggunaan data secara bersama, khususnya
untuk data-data bersifat sensitif, rahasia.
Keempat karakteristik disrupsi teknologi memiliki kesamaan
dengan komponen yang ada dalam manajemen data riset, diantaranya:
(1) Manajemen data riset merupakan inovasi layanan-layanan perpustakaan baik
produk, proses dan model bisnis yang harus dikembangkan pustakawan;
(2) Berbagi data merupakan keharusan dari manajemen data riset. Berbagi data
dari sisi peneliti untuk membagikan datanya kepada perpustakaan ataupun
peneliti lain;
(3) Kolaborasi antara lembaga-lembaga peneliti yang dibangun melalui
perpustakaan dengan layanan manajemen data riset;
(4) Pentingnya perangkat legal untuk memfasilitasi berbagi data ataupun
penggunaan data oleh peneliti-peneliti lainnya baik dalam minat penelitian
sama.
BAB III
SOLUSI PERMASALAHAN

14
A. Teori Pendekatan
Untuk melindungi kebudayaan beserta kearifannya memerlukan pemikiran
yang tepat dan cepat sebelum terkikis lebih jauh oleh era disrupsi yang tak
terhindarkan. Beberapa teori yang telah dikaitkan sebagai pendekatan terhadap
ketahanan kearifan budaya Indonesia di era disrupsi. Beberapa tinjauan pribadi
dan masukan dari beberapa orang yang telah berpengalaman dalam pengamatan budaya
dan implementasinya, ternayata masih kurang konsisten dalam menjaga dan
mempertahankan kearifan budaya yang ada. Sebagai contoh, seperti acara
ASIAN GAMES 2018 kurang dimanfaatkan oleh masyarakat kita untuk
menghidupkan budaya Indonesia lebih praktis dan dapat dirasakan oleh
bangsa-bangsa lain, misalnya pembuatan souvenir khas budaya Indonesia atau
mengaktifkan serta mengarahkan pendatang asing untuk mengunjungi tempat-
tempat wisata dengan menampilkan berbagai merek kebudayaan yang khas dan
bernilai arif terhadap masyarakat sehingga bangsa lain ikut merasakan dan
mengakuinya. Dengan begitu, budaya Indonesia akan semakin kuat di mata
masyarakat dunia.
Solusi utama dalam pemikiran yang tertuang pada tulisan ini antara lain;
1. Membuat dan menjajakan Souvenir khas budaya Indonesia pada tiap-tiap
destinasi wisata secara konsiten dan teratur secara management. Karena
pada  kenyataannya ini belum dilakukan secara konsisten dan belum
merata pada seluruh wilaya Indonesia sebagai bentuk keseriusan dalam
membangun dan mempertahankan kearifan budaya Indonesia.
2. Menampilkan tulisan-tulisan petuah bernilai kearifan budaya pada karya-
karya bertema budaya Indonesia dengan bahasa retorika yang baik
sehingga memungkinkan masyarakat dapat mengimplementasikan dalam
bentuk karya dan tingkah laku secara konsisten dan terarah.

3. Seluruh elemen masyarakat harus menjadi agen pertahanan kearifan budaya


yang dapat menjadi pengarah pada pola tingkah laku masyarakat.

15
4 .Membentuk persatuan dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dengan
pembauran kebudayaan sehingga kearifan budaya lebih hidup dan
konsisten.

5. Mengangkat seluruh ikon-ikon budaya pada agenda tahunan oleh Aliansi


Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang dapat menjaga
keberlangsungan kearifan budaya Indonesia dari kepunahan yang
disebabkan oleh era disrupsi

6. Melaksanakan pameran kebudayaan pada tempat-tempat khalayak dalam agenda


bulanan secara konsisten.

16
BAB IV
KESIMPULAN
Teori Paradigm Kesadaran dan Teori Hukum Asimov Robotika
merupakan pendekatan yang relevan dengan permasalahan kebudayaan di era
disrupsi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketahanan kearifan budaya
Indonesia terhadap era disrupsi dapat teratasi dengan mengimplementasikan
secara penuh, konsisten, dan merata ikon-ikon kearifan budaya ke dalam
sebuah agenda ketahanan budaya secara nasional dan konsisten serta terkontrol
secara detail.

17
DAFTAR PUSTAKA

M. Sastraspratedja : “Perkembangan Teknologi Informasi dan  Dampaknya pada


Manusia (Spektrum Budaya; festschrif t 84 Tahun Toeti Heraty, 201 8)

Toeti Heraty , Tentang Manusia Indonesia, dsb , 2015

Har yatmoko , :Materi diskusi KK AIPI “Menghadapi Dilema Moral di Era Post-
Truth, 201 8)

HAR Tilaar, (Spektrum Budaya: Festschrif t 84 tahun Toeti Heraty, 201 8)

Karlina Supelli, “Religiositas Teo-antropo-kosmis”, (Spektrum Budaya: 84 tahun

18

Anda mungkin juga menyukai