Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MINI RISET

“PEMECAHANPROBLEMATIKA INTEGRASI
NASIONAL DAN MASYARAKAT ADAT DI
INDONESIA”

OLEH :

KELOMPOK 2

1. GUSNANDO NAINGGOLAN (NIM : 5163230013)


2. INDAH SARI SIANTURI (NIM : 5163230018)
3. IVANI LUMBANBATU (NIM : 5163230021)

DOSEN PENGAMPU : Drs. JOHAN SINULINGGA, M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2018

TUGAS MINI RISET

“PEMECAHAN PROBLEMATIKA INTEGRASI NASIONAL DAN


MASYARAKAT ADAT DI INDONESIA”

Dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan dan dalam rangka meningkatkan keabsahan karya
ilmiah mahasiswa.

-----------------------------------------------------------------

Program Studi Teknik Elektro

Universitas Negeri Medan

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Mini Riset mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan baik. Banyak
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian mini riset ini, baik secara moril maupun spiritual
maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada penulis kemampuan berfikir sehingga
rekayasa ini dapat selesai tepat pada waktunya.
2. Bapak Drs. Johan Sinulingga, M. Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas mini riset ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan menyempurnakan penulisan
makalah ini serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, April 2018

-Penulis-

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II ISI ....................................................................................................................................... 5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 11

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 11

B. Saran ............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 14

iv
DAFTAR GAMBAR

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan


yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional. Pada kesempatan ini, kami membuat penelitian sederhana mengenai integrasi
nasional.
Sejak awal abad ke-20, struktur masyarakat Indonesia yang masih ke sukuan mulai
tergugat karena munculnya ide nasionalisme dan integrasi dari sekelompok elit Nusantara
(Marzali, 2009). Wacana tentang perwujudan integrasi nasional di Indonesia telah banyak
dibahas dan dicanangkan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan institusi-institusi
yang terkait. Perwujudan integrasi nasional ini menjadi penting karena pada dasarnya,
dalam pembangunan nasional dibutuhkan gerak yang searah dari berbagai pihak dalam
sebuah negara untuk mencapai tujuan-tujuan yang mengarah mada kesejahteraan dan
ketentraman masyarakat.
Masalah-masalah etnik yang masih banyak terjadi di Indonesia ini menjadi tantangan
dan ancaman tersendiri bagi terciptanya integrasi nasional bangsa ini. Berdasarkan
gambaran dari J.S Furnival (dalam Suparlan, 2005), masyarakat majemuk Indonesia
cenderung tidak menjadi satu dan tidak merasa satu, mereka memiliki tradisi kultural
sendiri dan memiliki interaksi yang sangat terbatas dengan kelompok suku lain. Lalu
apakah ini hanya di diamkan saja? Pada dasarnya, perbedaan budaya, cara pandang, dan
adat istiadat harus disinergikan satu sama lain, membangun rasa kebersamaan dalam
suatu wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas adat, agar
tercapai sebuah integrasi nasional yang telah dicita-citakan sejak Indonesia belum
merdeka.
Makalah ini berupaya mengaitkan berbagai jenis masalah yang terdapat dalam
pemicu menjadi satu kesatuan, yaitu seputar ancaman mengenai terwujudnya integrasi
nasional Indonesia, masalah komunitas/masyarakat adat yang terjadi di Indonesia,

1
bagaimana cara menyikapi, mengatasi dan mencegahnya, termasuk juga langkah
konstruktif pemerintah dalam mengatasi berbagai permasahan ini dan mengembangkan
kegiatan budaya (kearifan lokal), yang saya rangkum dalam judul “Problematika Integrasi
Nasional dan Masyarakat Adat di Indonesia”.

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penulisan rekayasa ide ini yaitu sebagai baerikut:
1) Membangun nilai-nilai Toleransi dan Damai yang membentuk komitmen integrasi
nasional dalam bingkai BhinnekaTunggal Ika
2) Mengidentifikasi Kebhinnekaan Bangsa Indoonesia
3) Menyaji dan Mengkomunikasikan hasil analisis tentang faktor-faktor pembentuk
integrasi nasional dalam bingkai BhinnekaTunggal Ika

Manfaatnya:

a) Sebagai referensi dalam perkuliahan khususnya dalam mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan
b) Sebagai literatur dan pemahaman oleh penulis dan pembaca mengenai integrasi
nasional.
c) Sebagai bukti mengikuti program perkuliahan KKNI (Kerangka Kurikulum
Nasional Indonesia).

2
BAB II

PERMASALAHAN

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragam. Keberagaman masyarakat


Indonesia ditandai oleh adanya keberagaman budaya. Misalnya perbedaan suku bangsa
menyebabkan adat-istiadat, bentuk rumah, pakaian serta kesenian yang memiliki ciri khas yang
berbeda. Bangsa Indonesia menyadari dan menghormati adanya perbedaan budaya tersebut.
Bangsa Indonesia sejak dahulu telah dipersatukan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang
artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu. Integrasi nasional adalah usaha dan proses
mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada suatu negara, sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional.

Dari penjelasan diatas ditemukan perbedaan antara teori dengan kenyataan dilapangan,
yaitu :

1. Masalah komunitas adat, maksudnya masyarakat majemuk Indonesia cenderung tidak


menjadi satu dan tidak merasa satu, mereka memiliki tradisi kultural sendiri dan memiliki
interaksi yang sangat terbatas dengan kelompok suku lain.

PENJELASAN :

Sebuah bangsa terdiri atas berbagai macam etnis atau suku yang hidup bersama dalam
suatu daerah dan saling berinteraksi satu sama lain. Fakta tersebut disajikan di Negara
Indonesia yang menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat pluralitas atau
heterogenitas etnis yang sangat beraneka ragam. Mereka membentuk sebuah komunitas adat
yang memiliki identitas budaya yang berbeda satu sama lainnya.

Yang harus diketahui dari fakta lapangan yang terjadi di Indonesia, baik dengan cara
melihat secara langsung maupun dengan berbagai pemberitaan di media massa, dapat kita
diketahui dengan nyata bahwasannya pluralitas yang terjadi di Indonesia memiliki sebuah
ancaman atau tantangan, yang berupa “konflik”. Konflik ini sering terjadi dikarenakan

3
terdapat cara pandang tertentu dalam suatu etnis yaitu primordialisme dan juga
etnosentrisme, yang diwujudkan dalam bentuk stereotip terhadap suku bangsa lain, ini
merupakan bentuk sikap egois dan ingin menang sendiri yang dapat mengarahkan
masyarakat yang hidup dalam suatu etnis untuk terus berprasangka buruk terhadap suku
bangsa/etnis lain sehingga mudah terprovokasi dan memunculkan konflik adat.

Dari perspektif antropologi hukum, fenomena konflik dapat muncul karena adanya
konflik nilai, konflik norma, dan juga konflik kepentingan antar komunitas etnis, golongan
ataupun agama dalam masyarakat (Najwan, 2009). Seperti yang sudah disinggung diatas,
tingkat pluralitas atau heterogenitas yang tinggi sering menimbulkan gesekan-gesekan
terjadi dalam masyarakat yang mengarah pada tindakan konflik dan kerusuhan. Konflik
tersebut sering disebut sebagai konflik horizontal yang aktor utamanya adalah suku-suku
yang saling mempertahankan kepentingannya, nilai, norma, maupun adat budaya etnisnya.
Masalah ini memang tidak dapat dihindari, seperti yang diugkapkan Dahendrof (dalam
Suparlan 2005) bahwa konflik merupakan suatu yang endemik dan selalu ada dalam
kehidupan manusia bermasyarakat.

Terdapat banyak sekali konflik antar suku atau antar komunitas adat yang terjadi di
Indonesia. Disini saya menuliskan dua kasus yang cukup terkenal. Yang pertama adalah
kasus yang terjadi di daerah Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1999, yaitu konflik
antara suku Melayu (Sambas) dengan suku Madura. Konflik ini menyebabkan sekitar 1800
tempat tinggal hancur, banyak nyawa melayang dan kerugian materi atau infrastruktur yang
tidak terhitung, bahkan konflik ini menyebabkan suku Madura terusir dari wilayah tersebut.

Kedua adalah kasus konflik antar etnis yang sering terjadi di Provinsi Lampung. Karena
pada dasarnya, Provinsi Lampung merupakan daerah tujuan transmigrasi sehingga tidak
mengherankan bahwa di wilayah ini sering terjadi konflik antar etnis. Koflik antar suku yang
paling tertanam dan masih teringat hingga sekarang adalah konflik yang terjadi antara suku
Bali Nuraga dengan etnis Lampung asli di daerah Kalianda Kabupaten Lampung Selatan
pada 27 Oktober 2012 sampai dengan 29 Oktober 2012. Dari pemetaan Kepolisian Daerah
(Polda) Lampung, ada 112 titik potensi konflik di Lampung sejak 2012 hingga sekarang, 68
di antaranya terdapat dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dijabarkan bahwa
4
terdapat 18 potensi konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), 22 potensi konflik
sumber daya alam (SDA), dan 4 potensi konflik terkait batas wilayah (Lampungpost.co).

Konflik antar suku yang berlarut-larut merupakan suatu pelanggaran HAM dan
merupakan bencana bagi negara. Hal ini merupakan salah ancaman bagi terciptanya
integrasi nasional di Indonesia. Mengapa hal ini menjadi ancaman?. Pertama-tama kita harus
memahami, apa makna dari integrasi itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
“integrasi” bermakna sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan. Kata “kesatuan”
mengisyaratkan berbagai macam elemen yang berbeda satu sama lain mengalami proses
pembauran. Jika pembaruan telah mencapai suatu perhimpunan, maka gejala perubahan ini
dinamai integrasi.

Dalam sosiologi, integrasi sosial berarti proses penyesuaian unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat
yang memiliki keserasian fungsi. Dengan demikian, ada dua unsur pokok integrasi sosial.
Unsur pertama adalah pembauran atau penyesuaian, sedangkan unsur kedua adalah unsur
fungsional. Jika kemajemukan sosial gagal mencapai pembauran atau penyesuaian satu sama
lain, maka kemajemukan sosial berarti disentegrasi sosial (Hendry, 2003).

Dapat diketahui bahwa konflik ini pada dasarnya menjadi penghalang yang nyata bagi
terciptanya integrasi nasional pada masyarakat Indonesia. Bagaimana bisa terjadi pembauran
apabila keragaman yang ada masih dianggap sebagai perbedaan yang dapat sewaktu-waktu
menimbulkan konflik. Perlu adanya kesadaran sikap dan jiwa yang positif dari berbagai
pihak yang terkait dalam pengembangan proses integrasi ini.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan melalui kajian teori dari berbagai sumber dan
kemudian melakukan analisis dan mengambil kesimpulan.

B. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada 25 April 2018.

C. Hasil Penelitian

1. Menanggapi, Mencegah, Dan Menyelesaikan Masalah Komunitas


Adat Dan Integrasi Nasional : Langkah Konstruktif Berbagai Pihak
Terkait
Sebelum membahas mengenai masalah integrasi nasional, maka harus mengupas
terlebih dahulu hal yang mendasari mengapa integrasi nasional di Indonesia itu sulit
untuk tercapai. Banyaknya konflik antar etnis menyebabkan berbagai dampak yang
menghalangi tercapainya integrasi nasional di Indonesia. Dimulai dari bagaimana
setiap etnis yang ada di Indonesia dapat menyikapi segala problema yang terjadi di
lingkungan mereka. Dengan segala perbedaan yang ada sudah semestinya setiap
individu yang tinggal di negara multietnis mampu berfikir dan bertindak secara bijak
dalam menyikapi segala isu yang ada, menjunjung tinggi toleransi dan musyawarah,
ditambah dengan memanfaatkan kearifan lokal budaya mereka untuk menyelesaikan
segala permasalahan.
6
Kemudian, kita juga harus memahami bahwa arah integrasi nasional yang
diharapkan bukanlah penyatuan berbagai budaya dan identitas ke dalam satu kultur
dan budaya baru, yang menghilangkan budaya aslinya. Tetapi pada dasarnya
integrasi yang diharapkan adalah upaya membangun rasa kebersamaan dalam suatu
wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas adat. Maka
dari itu, sudah semestinya integrasi yang dibangun harus berdasarkan pada
kelompok-kelompok etnis atau adat yang terlibat, bukan desain kelompok ataupun
penguasa. Masyarakat harus bersama-sama membangun kekuatan dan perekat
diantara mereka. Nilai-nilai yang menjadi kekuatan dari jntegrasi ini harus mulai
disosialisasikan sejak kecil, internalisasi nilai-nilai dasar ini sudah harus terbentuk
dalam keluarga sejak dini. Penguatan integrasi sosial kemudian harus diperkuat
dalam konteks yang lebih menyentuh pada kekuasaan, yang kemudian lebih popular
dengan integrasi politik. Adanya hubungan yang baik dengan masyarakat dengan elit
politik, yang kemudian bisa terintegrasi dengan berbagai kebijakan yang menguatkan
harmonisasi sosial.

Dalam membangun integrasi sosial yang kuat di tengah masyarakat maka paling
tidak harus didekati dua pendekatan yang mendasar, yakni: faktor struktural dan
kultural (Utami, 2000). Faktor struktural mencakup peran pemerintah dalam
membangun kondisi kehidupan masyarakat yang lebih baik, lebih harmonis dan lebih
memberikan keadilan kepada semua pihak. Tidak lupa memberikan akses ekonomi,
politik dan sosial budaya tanpa kecuali kepada seluruh masyarakat. Sedangkan faktor
kultural mencakup kesadaran masyarakat untuk saling menghormati dan menghargai
satu sama lainnya. Membangun sikap adaptasi masyarakat pada kultur yang berbeda,
agar bisa mengurangi ketegangan-ketagangan yang timbul dalam kehidupan
bersama.

Pada dasarnya Indonesia sudah memiliki serangkaian perangkat yang dapat


mendukung terciptanya integrasi nasional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945,
Pancasila, Kebijakan Pemerintah, ditambah dengan kearifan lokal yang dimiliki
setiap etnis yang ada di Indonesia. Hal tersebut harus dikombinasikan dan

7
disinergikan dengan sikap serta pandangan masyarakat agar konflik tidak terjadi
berlarut-larut dan integrasi dapa segera tercapai.

2. Kearifan Lokal Masyarakat Etnis di Indonesia : Langkah Konstruktif


Mengembangkan Kegiatan Budaya

Indonesia memiliki banyak kearifan lokal yang memperkaya khazanah


kebudayaan Indonesia. Kearifan lokal merupakan modal pembentukan karakter luhur
(Wangiran, 2012). Langkah konstruktif guna mengembangkan budaya sudah
semestinya dibangun secara mendasar dan dikembangkan secara masif lewat
program-program pendidikan. Diperlukan suatu upaya pengembangan pendidikan
kearifan lokal dengan peran serta aktif dari masyarakat untuk menjadi prakarsa dan
menjadi penyelenggara program tersebut. Maka dari itu, pemerintah harus bergerak,
merangkul setiap elemen masyarakat, membentuk komunitas-komunitas dengan
program yang nyata, membangun kemitraan, menjadikan kearifan lokal ini menjadi
suatu hal yang dapat digali demi kepentingan bersama. Pengembangan kegiatan
penelitian juga dibutuhkan untuk dapat mengenali kearifan lokal yang dimiliki secara
mendalam dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan suatu program.
Pemerintah juga harus mampu menciptakan kebijakan yang sesuai dengan setiap
etnis yang memiliki kearifan lokal tersebut, jangan sampai justru menimbulkan hal
yang dapat membahayakan stabilitas etnis dan negara.

Berkaitan dengan hal itu, perlu adanya transformasi nilai-nilai kearifan lokal
untuk pembangunan karakter bangsa, agar bangsa Indonesia mampu
mempertahankan budaya bangsa, serta mampu melaksanakan musyawarah mufakat,
kerja sama atau gotong royong berbagai kearifan lokal lainnya sebagai upaya
mempertahankan warisan budaya tersebut. Karena, pembangunan karakter bangsa
melalui kearifan lokal itu sangatlah dibutuhkan

8
3. Musyawarah Mufakat

Negara Indonesia adalah Negara yang menganut paham demokrasi, demokrasi di


artikan dalam kehidupan berkelompok atau bermasyarakat adalah bermusyawarah.
Musyawarah bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dirundingkan guna
mencari jalan keluar dan tetap mengedepankan kedamaian serta keharmonisan dalam
bermasyarakat (Sugandi, 2011)

Musyawarah mufakat berkaitan erat dengan keberadaan sila ke empat dari


Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”. Sila ini mengajarkan kepada kita untuk menentukan
sebuah pilihan melalui cara musyawarah. Segala keputusan-keputusan yang diambil
dalam musyawarah harus dilandasi oleh pancasila dan konflik-konflik yang terjadi
dalam musyawarah harus di hadapi dengan asas kekeluargaan.

Lalu, apakah musyawarah mufakat bisa disamakan dengan demokrasi? Menurut


pandangan saya, musyawarah mufakat dan demokrasi merupakan dua nilai yang
dijabarkan dari sila ke 4 Pancasila ini. Di mana demokrasi itu sendiri secara politik
sebenarnya diartikan sebagai suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat (Lincoln). Maka dalam hal ini rakyat lah yang terlibat dalam proses
pemerintahan, dan sistem pemerintahan mengabdi kepada kepentingan rakyat dengan
tanpa memandang partisipasi mereka dalam kehidupan politik. Dalam konteks
Indonesia, mengingat jumlah penduduk yang sangat banyak, maka dapat disimpulkan
bahwa demokrasi yang diterapkan adalah berupa demokrasi tidak langsung, di mana
suara atau aspirasi rakyat diwakilkan kepada badan legislatif dan sejenisnya. Tapi
dalam hal ini, saya lebih memahami demokrasi sebagai pola kehidupan berkelompok
atau bermasyarakat yang mengedepankan demokrasi dalam kehidupannya.

Musyawarah mufakat dan demokrasi bukanlah hal yang dapat disamakan.


Menurut saya kedua hal ini lebih kepada bagaimana keduanya dapat saling mengisi
dan bersinergi. Dalam demokrasi, khususnya ketika dalam proses perumusan

9
kebijakan, maka harus memperhatikan bahwa setiap aspirasi itu dapat
dipertimbangkan dan dimusyawarahkan sehingga dapat menciptakan suatu kebijakan
yang berdampak. Jadi dapat disimpulkan bahwa musyawarah mufakat dan demokrasi
harus di sinergikan agar dapat mencapai titik temu, dan menciptakan kondisi yang
dicita-citakan di berbagai bidang.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penerapan musyawarah mufakat


harus diterapkan dari hal-hal kecil dan dimulai sejak dini. Penanaman nilai-nilai ini
sangatlah penting adanya, dan akan sangat bermanfaat bagi perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara, khususnya dalam konteks Indonesia. Karena dalam negara
Indonesia, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwasannya negara ini sering sekali
terjadi gesekan-gesekan etnis yang mengarah pada konflik. Penerapan musyawarah
mufakat inidapat diterapkan sebagai media dalam mencegah dan mengatasi konflik.
Dan apabila konflik itu telah terjadi, musyawarah mufakat dan demokrasi harus
berjalan searah, mempertemukan berbagai kepentingan dan aspirasi yang dapat
memunculkan titik temu. Tujuannya agar berbagai kepentingan dapat dipertemukan
dan menghindari masalah yang berlarut-larut, menghindari munculnya berbagai
kerugian dan menjamin kedamaian dan kesejahteraan masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa musyawarah mufakat dan demokrasi dapat di


sinergikan, yaitu dalam proses demokrasi khususnya dalam proses penyusunan
kebijakan, digunakan musyawarah mufakat untuk mencapai tujuan yang tidak
memihak pihak manapun dan menjamin keadilan dan keberhasilan suatu kebijakan
yang dibuat pemerintah. Karena pada dasarnya, demokrasi ini di identikkan dengan
suatu sistem pemerintahan yang menjamin kesejahteraan rakyat luas. Sinergi antara
musyawarah mufakat dengan demokrasi sangat bermanfaat guna menyelesaikan
konflik dan juga menciptakan suatu kebijakan yang berdampak luas bagi kedamaian,
ketentraman dan kesejahteraan rakyat.

10
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang penuh dengan keragaman, baik itu dari segi etnis, budaya,
adat istiadat, dengan segala pola kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Masyarakat
adat di Indonesia juga memiliki berbagai kearifan lokal yang sangat khas dan menunjukkan
eksistensinya dalam lingkup suku bangsa di Indonesia. Beriringan dengan hal itu, Indonesia
juga memiliki berbagai masalah terkait dengan isu etnis tersebut, contoh nyatanya adalah
konflik antar etnis yang sering terjadi di berbagai daerah dan berdampak bagi stabilitas
nasional Indonesia. Hal ini pula yang menjadikan Integrasi Nasional begitu sulit diwujudkan
di negara ini, ditandai dengan belum terciptanya rasa kebersamaan dalam suatu wilayah,
dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas adat.

Dibutuhkan langkah nyata dari berbagai pihak untuk mengatasi hal ini, diantaranya
dengan berupaya dengan serius untuk mengatasi konflik antar etnis yang terjadi di daerah,
membendung segala hal yang dapat menjadi pemicu konflik, mengedepankan toleransi dan
penanaman nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan pemerintah juga
harus mampu menciptakan kebijakan yang adil dari segi politik, ekonomi, sosial dan
budaya, karena pada dasarnya isu etnis ini merupakan hal yang sangat sensitif terutama di
negara multikultural seperti Indonesia ini. Selain itu, kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap
etnis juga harus mampu berkembang dan di transformasikan menjadi nilai-nilai yang
bermanfaat bagi pembangunan karakter bangsa. Karena dengan karakter bangsa yang kuat,
akan membentuk suatu negara yang dapat menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, sesuai
dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.

11
B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Ahmad. 2014. Polda Lampung Petakan 112 Potensi Konflik di


Lampung. (Lampungpost.co, diakses pada 29 Mei 2015, pukul 10.11 WIB)

Marzali, Amri. 2009. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta : PT Fajar Interpratama
Offset.

Sedyawati, Edi. 2001. Permasalahan Integrasi dan Disintegrasi Bangsa. Depok : Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia.

Sugandi, Fahmi. 2011. Pancasila Sila Ke-4 Sebagai Landasan Dalam Bermusyawarah. Skripsi
Sarjana Tidak Diterbitkan. Yogyakarta : STMIK Amikom.

Suharno, Konflik, Etnisitas Dan Integrasi Nasional,


(https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Karya%20B1%20%20Konflik,%20Etnisitas%20dan%2
0Integrasi%20Nasional.pdf, diakses pada 29 Mei 2015, Pukul 09.12 WIB)

Suparlan, Parsudi. 2005. Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta : Yayasan
Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian

Yunus, Rasid. 2014. Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter
Bangsa. Gorontalo : DeePublish UG

13
14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai