Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT HUKUM

“HUKUM DAN KEADILAN DALAM FILSAFAT HUKUM”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum

Oleh : Kelompok 7

Anggota Kelompok:

Rizka Aulia Rahmah 2010112016

Rahma Siska Sari 2010113016

Verina Khairunnisa 2010113047

Farras Chantika 2010113081

Alyaa Safirah Ferdy 2010117009

Kelas : Filsafat Hukum 3.10

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “HUKUM DAN
KEADILAN DALAM FILSAFAT HUKUM”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum
serta menambah pengetahuan dan wawasan terkait dengan hukum dan keadilan di dalam
perspektif ilmu filsafat hukum.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih terutama kepada ibu Neneng
Oktarina, S.H., M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Andalas.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saya mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat positif untuk mencapai kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, 25 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. DEFINISI KEADILAN.............................................................................................................3
B. PEMBAGIAN KEADILAN......................................................................................................3
C. KEADILAN DAN HUKUM.....................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................8
B. SARAN.....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keadilan merupakan nilai ideal yang selalu diperjuangkan oleh umat manusia.
Sebagai nilai ideal, cita-cita menggapai keadilan tidak pernah tuntas dicari, dan tidak
pernah selesai dibahas. Keadilan akan menjadi diskursus panjang dalam sejarah
peradaban manusia. Dalam sebuah negara hukum seperti Indonesia, upaya untuk
mencapai keadilan tidak bisa diabaikan.
Negara hukum tidak boleh apatis terhadap perjuangan dan setiap upaya untuk
menegakkan keadilan. Konsepsi tentang keadilan sangat penting agar sebuah negara
hukum menjadi pijakan semua pihak baik warga negara maupun pemimpin negara
sebagai kepastian dalam menyelesaikan berbagai persoalan hukum yang dihadapi.
Sebuah negara hukum dituntut sebuah konsep keadilan yang dapat menyentuh dan
memulihkan berbagai persoalan hukum untuk memuaskan rasa keadilan semua pihak.
Oleh karena itu, untuk menegaskan kepastiannya sebagai sarana untuk mencapai
keadilan, sebuah negara hukum harus mampu merumuskan konsep hukumnya dalam
suatu afirmasi yang bersifat konstitusional.
Definisi hukum berbeda dengan konsep hukum. Menurut W. Friedmann, konsep
hukum terddiri dari paksaan dan penerimaan masyarakat. Dia mengemukakan “all
definition or characterizations of lawyeer between two extreme position. One extreme
emphasizes its coercive character, the other lays stress on the social acceptance” 1.
JH. Harris mengemukakan bahwa hukum adalah merupakan sistem peraturan dan di
sisi lain merupakan prosedur.2
Friedmann mengemukakan bahwa hukum yang mengingkari nilai-nilai dan
martabat manusia tidak dapat dianggap sewbagai hokum. Prof. Fuller berpendapat
bahwa agar hukum berlaku harus memiliki moral terdalam. Di lain pihak, J.H. Harris
mengemukakan bahwa keadilan merupakan ukuran untukadanya suatu hukum3

1
W. Friedmann, Legal Theory, Columbia University Press, New York, 1967, h.14.
2
J.H. Harris, Legal Philosophies, Butterworts, London, 1980, h. 259
3
Ibid h.260.

1
Karya Plato mengenai keadilan termuat dalam Republic dan The Laws.
Keadilan menurut Plato adalah kebijakan dalam arti keselarasan dan keseimbangan
batin. Aristoteles dalam Retorica mengemukakan bahwa keadilan itu adalah cita-cita
semua orang dan harus dipertahankan dalam semua bidang kehidupan.4

Dimanakah letak ketidak adilan itu? Ketidak adilannya dapat dilihat dalam hal
tujuannya (tidak mengacu kepada kebaikan masyarakat, tetapi kepada nafsu dan
kesombongan pembuat undang-undang), atau dalam hal penulisannya (undang-
undang yang dibuat melampaui kewenangan yang ada padanya), atau dalam hal
bentuknya (bilamana sejumlah beban diletakkan secara tidak sama terhadap
masyarakat).

Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut tentang keadilan ini jika dilihat dalam
prespektif filsafat ilmu hukum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan keadilan?
2. Bagaimana pembagian keadilan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keadilan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pembagian keadilan.

4
Ibid h.6.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEADILAN
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil adalah
tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil terutama
mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma
objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak
sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang
menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan
dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya
ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari masyarakat tersebut. 5
Keadilan telah lama menjadi pusat perhatian para filsuf Yunani. Pemikiran ini
dilatarbelakangi adanya kekacauan sosial, konflik intern, seringnya terjadi pergantian
pemerintahan, banyaknya kezaliman dan kesewenang-wenangan. Humerus
mengemukakan bahwa keadilan masih identik dengan perintah dan kewenganan 6.
Disadari adanya pertentangan antara hukum positif dan keadilan yang didasarkan
kepada adanya rasa tidak aman dalam masyarakat, rasa tidak puas terhadap sistem
pemerintahan aristokrasi dan banyaknya penyalahgunaan kewenangan, para filsuf
Yunani berusaha mencari hakekat keadilan. Seperti Plato yang mendasari konsep
keadilan dari ilham (inspiration), dan Aristoteles yang mengembangkannya
berdasarkan kajian ilmiah atas dasar prinsip-prinsip rasional dan berlatar belakang
model-model politik dan undang-undang yang telah ada. Walaupun keduanya
sependapat bahwa keadilan merupakan aspek yang mutlak dari “kebajikan”.

5
M. Agus Santoso, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Ctk. Kedua, Kencana, Jakarta, 2014,
h.85.
6
W. Friedmann, Legal Theory, Columbia University Press, New York, 1967, h.6

3
B. PEMBAGIAN KEADILAN
Keadilan sesungguhnya sudah muncul sejak masa Yunani kuno. Ada tiga filsuf
terkenal yang berbicara tentang keadilan, yaitu Aristoles, Plato dan Thomas hobbes.
Aristoles menyatakan bahwa keadilan berbeda dengan persamarataan. Keadilan bukan
berarti tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama. Aristoles mengemukakan ada
lima jenis keadilan, yaitu:
(1) Keadilan komutatif, yakni perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat
jasa-jasa yang telah diberikannya;
(2) Keadilan distributive, yakni perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasajasa
yang diberikannya;
(3) Keadilan kodrat alam, yakni perbuatan yang memberi sesuatu pada seseorang
sesuai dengan yang diberikan oleh orang lain kepada kita;
(4) keadilan konvesional, yakni perbuatan apabila seorang warga negara telah menaati
peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan.
(5) Keadilan perbaikan, yakni perbuatan apabila seseorang telah memulihkan nama
baik orang lain yang tercemar.

Plato menyebutkan ada dua teori keadilan, yaitu

(1) Keadilan moral, yakni suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral dan
apabila telah mampu memberikan perlakuan yang seimbang (selaras) antara hak
dan kewajiban;
(2) Keadilan prosedural, yakni suatu perbuatan dikatakan adil secara prosedural jika
seseorang telah mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang
telah ditetapkan.

Secara umum macam macam keadilan terdiri dari:

1. Keadilan Komunikatif (Iustitia Communicativa)


Keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa yang
menjadi bagiannya dengan berdasarkan hak seseorang pada suatu objek tertentu.
Contoh keadilan komunikatif adalah Iwan membeli tas Andri yang harganya 100
ribu, maka Iwan membayar 100 ribu juga seperti yang telah disepakati.
2. Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva)
Keadilan yang memberikan kepada masing-masing terhadap apa yang menjadi
hak pada suatu subjek hak yaitu individu. Keadilan distributif adalah keadilan

4
yang menilai dari proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan jasa,
kebutuhan, dan kecakapan. Contoh keadilan distributif adalah karyawan yang
telah bekerja selama 30 tahun, maka ia pantas mendapatkan kenaikan jabatan atau
pangkat.
3. Keadilan Legal (Iustitia Legalis)
Keadilan menurut undang-undang dimana objeknya adalah masyarakat yang
dilindungi UU untuk kebaikan bersama. Contoh keadilan legal adalah semua
pengendara wajib menaati rambu-rambu lalu lintas.
4. Keadilan Vindikatif (Iustitia Vindicativa)
Keadilan yang memberikan hukuman atau denda sesuai dengan pelanggaran atau
kejatahannya. Contoh keadilan vindikatif adalah pengedar narkoba pantas
dihukum dengan seberat-beratnya.
5. Keadilan Kreatif (Iustitia Creativa)
Keadilan yang memberikan masing-masing orang berdasarkan bagiannya yang
berupa kebebasan untuk menciptakan kreativitas yang dimilikinya pada berbagai
bidang kehidupan. Contoh keadilan kreatif adalah penyair diberikan kebebasan
dalam menulis, bersyair tanpa interfensi atau tekanan apapun.
6. Keadilan Protektif (Iustitia Protektiva)
Keadilan dengan memberikan penjagaan atau perlindungan kepada pribadi-pribadi
dari tindak sewenang-wenang oleh pihak lain. Contoh keadilan protektif adalah
Polisi wajib menjaga masyarakat dari para penjahat.
7. Keadilan Sosial
Keadilan yang pelaksanaannya tergantung dari struktur proses ekonomi, politik,
sosial, budaya dan ideologis dalam masyarakat. Maka struktur sosial adalah hal
pokok dalam mewujudkan keadilan sosial. Keadilan sosial tidak hanya
menyangkut upaya penegakan keadilan-keadilan tersebut melainkan masalah
kepatutan dan pemenuhan kebutuhan hidup yang wajar bagi masyarakat.

C. KEADILAN DAN HUKUM


Untuk mengkaji keadilan dalam hukum positif di Indonesia, terlebih dahulu
harus disepakati apa yang dimaksud dengan hukum. Dalam arti yang luas, hukum
adalah segala peraturan yang karena isinya mengikat dan berlaku seecara umum bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tegasnya, adalah apa yang terdapat dalam TAP MPR(S)

5
No. XX/MPR(S)/1966 jo TAP MPR No. V/ MPR/1973 tentang Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia, yaitu :
 UUD 1945 TAP MPR
 Undang Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Instruksi Presiden
 Dan Seterusnya

Sementara itu, melalui UU No. 11 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan


PerundangUndangan ditetapkan yang merupakan hukum dalam pengertian materil
adalah :

 UUD Tahun 1945


 TAP MPR
 Undang Undang
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perpu)
 Peraturan Presiden (Perpres)
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Instruksi Presiden

Di luar ini masih terdapat hukum positif, yaitu hukum Islam dan hukum adat.
A.S.S. Tambunan, berpendapat bahwa akibat dari TAP MPR(S) No. XX ini terjadilah
kekacauan dalam hukum Indonesia hingga sekarang,sehingga perlu dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. Dengan TAP MPR(S) No. XX tersebut, Indonesia dapat
dikatakan menganut paham legisme, yang hanya mengakui hukum tertulis, padahal
dalam kenyataannya tidak demikian. Hukum adat tetap diakui, khususnya terhadap
pengakuan atas hak ulayat, walaupun masih bersifat setengah-setengah.

Memaknai keadilan memang selalu berawal dari keadilan sebagaimana juga


tujuan hukum yang lain yaitu kepastian hukum dan kemanfaatan. Keadilan memang
tidak secara tersurat tertulis dalam teks tersebut tetapi pembuat undang-undang telah
memandang dalam pembuatan produk perundang-undangannya didasarkan pada
keadilan yang merupakan bagian dari tujuan hukum itu sendiri, seperti ada dalam

6
teori etis bahwa tujuan hukum semata-mata untuk mewujudkan keadilan (justice),
yang dimuat dalam teori tujuan hukum klasik sedangkan dalam teori prioritas modern
baku yang ada dalam teori modern yaitu tujuan hukum mencakupi keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum.
Berkenaan dengan adanya tujuan hukum tersebut, di samping keadilan menjadi
salah satu dari dibuatnya teks hukum maka tujuan hukum pun menjadi dasar yang
menjadi acuan bagi seorang hakim dalam menetapkan putusannya. Hakim secara
formal meletakkan dasar pertimbangan hukumnya berdasarkan teks undang-undang
(legal formal) dan keadilan menjadi harapan dari putusan tersebut. Akan tetapi
kemudian yang terjadi adalah makna keadilan ini menjadi sempit manakala salah satu
pihak menganggap bahwa putusan hakim itu menjadi tidak adil baginya dan hal ini
yang kemudian membawa pada pemikiran bahwa selalu terjadi disparitas antara
keadilan dan ketidakadilan. Bahwa memang makna keadilan itu bisa jadi menjadi
tidak sama atau dengan kata lain mempunyai perspektif yang berbeda.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak
sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang
menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan
dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui.
Disadari adanya pertentangan antara hukum positif dan keadilan yang
didasarkan kepada adanya rasa tidak aman dalam masyarakat, rasa tidak puas
terhadap sistem pemerintahan aristokrasi dan banyaknya penyalahgunaan
kewenangan, para filsuf Yunani berusaha mencari hakekat keadilan.
Seperti Plato yang mendasari konsep keadilan dari ilham (inspiration), dan
Aristoteles yang mengembangkannya berdasarkan kajian ilmiah atas dasar prinsip-
prinsip rasional dan berlatar belakang model-model politik dan undang-undang yang
telah ada.

B. SARAN
Diharapkan hukum dan keadilan dapat ditegakkan seadil-adilnya di Indonesia,
begitu juga dengan alat penegak hukum serta badan peradilan yang ada di Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

dwisvimiar, i. (t.thn.). keadilan dalam perspektif filsafat ilmu hukum.

Friedmann, W. (1967). Legal Theory. New York: Columbia University Press,.

Harris, J. (1980). Legal Philosophies. London: Butterworts.

Panjaitan, E. L. (2018). hukum dan keadilan dalam prespektif filsafat hukum.

Santoso, M. A. (2014). Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum. jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai