Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH

AMMAR AA’N FAUJI 2110200031

HARDI YANSAH HARAHAP 2010200024

MUHAMMAD YUNAN HASIBUAN 2010200031

DOSEN PENGAMPU

Toguan Rambe, M. PEM. I

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN

2023
KATA PENGANTAR
Yang pertama puji syukur atas rahmat dan ridha Allah SWT. Tanpa
rahmat dan ridha-nya penulis dapat dapat meneyelesaikan makalah yang berjudul
“Filsafat Hukum Islam” dengan baik dan selesai.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dan juga menambh wawasan
kita dalam memahami Filsafat Hukum Islam. Penulis juga mengucapkan teriama
kasih banyak kepada dosen pengampu yaitu bapak Toguan Rambe, M. PEM. I.
selaku dosen Filsafat Hukum Islam.

Makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu penulis sangat
berharap agar mendapat kritik dan saran membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Padangsidimpuan, 24 Oktober 2023

penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Kebutuhan Terhadap Filsafat Hukum Islam ......................................... 3

B. Ruang Lingkup Filsafat Hukum Islam .................................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 8

A. Kesimpulan ........................................................................................... 8

B. Saran...................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pemikiran filosofis dalam hukum Islam merupakan kajian penting dalam

perumusan dan penerapan hukum Islam, terutama dalam kegiatan istinbath

hukum bagi para mujtahid atau bagi siapa saja yang mendalami ilmu fiqh

dengan segala seluk beluknya. Dilihat dari segi kepentingannya dalam

istinbath, filsafat hukum Islam ini memang tidak menempati urutan teratas

sebagaimana ilmu ushul fiqh, karena ia lebih merupakan pelengkap dan

pembantu ilmu ushul fiqh serta suatu ilmu dengan gaya berpikir filosofis

sehingga member keyakinan kepada umat Islam bahwa hukum Islam adalah

hukum yang memastikan maslahat di balik sebuah istinbath istinbath hukum.

Akan tetapi keberadaannya bukannya tidak penting, karena dengan

mengetahui tatacara dan kefilosofisan hukum Islam seorang mujtahid akan

terarah dan terfokus dalam menemukan jawaban permasalahan fiqh yang

muncul dan memotivasi untuk mengamalkannya. Lebih jauh dengan ilmu ini

akan lebih memudahkan bagi seorang mujtahid dalam mencari jawaban yang

nantinya akan Ichih diperkuat dengan aplikasi ushul fiqh

Pentingnya filsafat hukum Islam sebagai ilmu yang harus dimiliki oleh

seorang calon mujtahid telah dikemukakan oleh ulama-ulama sebelumnya.

sehingga tanpa mengetahui dan memiliki ilmu ini, seorang faqih masih

diragukan eksistensi kefaqihannya. Hal ini mungkin karena keterkaitan ilmu ini

dengan ushul fiqh erat sekali bahkan saling tunjang menunjang

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kebutuhan Terhadap Filsafat Hukum Islam ?
2. Apa Saja Ruang Lingkup Filsfat Hukum Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Bagaimana Kebutuhan Terhadap Filsafat Hukum Islam.
2. Mengetahui Apa Saja Ruang Lingkup Filsfat Hukum Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Terhadap Filsafat Hukum Islam
Pengetahuan tentang keadilan terdapat beberapa perumusan dalam
memberikan definisi keadilan, namun tidak mudah untuk pemahaman makna
keadilan yang diberikan oleh para pakar. Keadilan merupakan salah satu tujuan
hukum yang menjadi tuntutan kesamaan hak dalam pemenuhan kewajiban. Hal
tersebut dalam rangka menjaga kelestarian dan kebahagian kehidupan umat
manusia. Dalam Islam perintah berlaku adil ditujukan kepada setiap tanpa
pandang bulu. perkataan yang benar harus disampaikan apa adanya walaupun
perkataan itu akan merugikan kerabat sendiri.
keharusan berlaku adil pun harus ditegakkan dalam keluarga dan
masyarakat muslim itu sendiri, bahkan kepada orang kafir pun umat Islam
diperintahkan berlaku adil. Untuk keadilan sosial harus ditegakkan tanpa
membedakan karena kaya miskin, pejabat atau rakyat jelata, wanita atau pri,
mereka harus diperlakukan sama dan mendapat kesempatan yang sama.
Permasalahannya bagaimana penerapan konsep dalam menemukan nilainilai
keadilan. Dalam hal ini konsep tersebut harus dapat menemukan dan
menyelesaikan fakta-fakta sebenarnya melalui analisis filosofis terhadap
persoalan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan hukum atau aturan perundangan
harusnya adil, tapi nyatanya seringkali tidak.
Keadilan hanya bisa dipahami jika diposisikan sebagai keadaan yang
hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam
hukum tersebut merupakan proses yang dinamis yang memakan banyak waktu.
Upaya ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung
dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya. Keadilan
dalam cita hukum yang merupakan pergulatan kemanusiaan berevolusi
mengikuti ritme zaman dan ruang, dari dahulu sampai sekarang tanpa henti dan
akan terus berlanjut sampai sekarang tanpa henti dan akan terus berlanjut.1
Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas roh dan jasad memiliki daya rasa
1
Muhammad Helmi, “Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Dan Filsafat Hukum
Islam,” Mazahib, 2015, hlm. 135.

3
dan daya pikir yang dua-duanya merupakan daya rohani, dimana rasa dapat
berfungsi untuk mengendalikan keputusan-keputusan akal agar berjalan di atas
nilai-nilai moral seperti kebaikan dan keburukan, karena yang dapat
menentukan baik dan buruk adalah rasa.
Problem mendasar dalam penegakan supremasi hukum tidak bisa dijawab
oleh ilmu hukum, sebab ia bersifat filosofis. Pertama masalah ontologi hukum,
yaitu tentang hakikat terdalam dari aturan yang dibuat pemerintah (ulil amri)
sehingga memiliki daya ikat. Kedua masalah epistemologi, tentang bagaimana
aturan-aturan ulil amri bisa berlaku dengan cara-cara yang bersih dari
kesewenangan. Ketiga masalah aksiologi, di mana tujuan negara dan tujuan
hukum kerap dianggap berseberangan. Ketiga masalah ini menjadi tugas
filsafat hukum yang tersimpul
Keseimbangan keadilan antara individu dengan masyarakat tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Menilai suatu keadilan dalam suatu masyarakat
tidak pernah mungkin apabila tanpa ikatan antara individu satu dengan individu
yang lainnya. Antara keduanya terdapat relasi timbal balik. Dasar seorang
hakim dalam mengambil putusan adalah “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhahan Yang Maha Esa”. Dengan demikian, dalam menetapkan
putusannya, pertama-tama seorang hakim bermunajat kepada Allah SWT. Atas
nama-NYA suatu putusan diucapkan. Ia bersumpah atas nama Tuhan Yang
Maha Esa. Pada saat itulah hatinya bergetar. 2
Ini merupakan peringatan bagi siapa saja. Pesan Rasululloh Muhammad
SAW kepada seorang sahabatnya sebagai berikut : “Wahai Abu Hurairah,
keadilan satu jam lebih utama dari ibadahmu puluhan tahun, shalat, zakat dan
puasa. Wahai Abu Hurairah, penyelewengan hukum satu jam lebih pedih dan
lebih besar dalam pandangan Allah daripada melakukan maksiat enam puluh
tahun”. Sebuah pesan yang indah, yang wajib dipahami, dihayati, dan
diamalkan oleh para hakim.
Dengan ditemukan nilai ideal keadilan dapat mengatur keseimbangan
kepentingan umat manusia baik kepastian hukum, kesejahteraan, kebahagian,

2
Izomiddin, Pemikiran dan Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Kencana, 2018, hlm. 47).

4
pendidikan dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk menegaskan sarana untuk
mencapai keadilan, sebuah Negara harus mampu merumuskan konsep keadilan
yang ingin dicapai baik keadilan individual maupun kolektif.
Melihat fungsi filsafat hukum lebih jauh, sebagai cara pandang untuk
berfikir secara kreatif dengan menetapkan nilai, menetapkan tujuan,
menentukan arah, dan menuntun pada jalan baru. Adanya karakteristik khusus
dari pemikiran filsafat hukum di atas sekaligus juga menunjukkan letak
urgensinya. Dengan mengetahui dan memahami filsafat hukum dengan
berbagai sifat dan karakternya tersebut, maka sebenarnya filsafat hukum dapat
dijadikan salah satu alternatif untuk ikut membantu memberikan jalan keluar
terhadap orientasi keadilan sosial selama ini.
Tentu saja kontribusi yang dapat diberikan dari agenda refleksi filsafat
hukum dalam bentuk konsepsi dan persepsi terhadap pendekatan yang hendak
dipakai dalam penyelesaian masalah-masalah social yang terjadi. Pendekatan
mana didasarkan pada sifatsifat dan karakter yang melekat pada filsafat hukum
itu sendiri.3 Dalam pembentukan hukum yang dibuat oleh negara, sudah pasti
hukum memiliki sebuah target atau pencapaian yang ingin dicapai dalam artian
tidak ada satupun suatu peraturanperundang undangan yang dibentuk dengan
tidak adanya tujuan yang ingin digapai oleh hukum.
Pembentukan suatu sistem hukum wajib berdasarkan dari nilai nilai
Pancasila yang dimana kita tau sejatinya Pancasila merupakan dasar dari
pemikiran bangsa Indonesia. Pengetian dari Pembentukan hukum itu adalah
merunutkan peraturan peraturan dasar yang berlaku bagi masyarakat. Dalam
Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan, telah diatur jenis hierarki pembentukan hukun di
Indonesia. Dalam pembentukan hukum dimana salah satu di antaranya
membahas tentang teori filsafat hukum.
Filsafat mengkaji segala nilai filosofis dari hukum. Kemudian hukum
adalah segala norma atau kaidah maupun peraturan tertulis maupun yang tidak
yang terdiri dari perintah atau larangan serta sanksi bagi yang melanggarnya.

3
Bakir Bakir, “Peran Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,” AT-
TURAS: Jurnal Studi Keislaman 4, no. 1 (2017), hlm. 58–68.

5
Dengan kata lain Hukum dapat menjadi alat ataupun pedoman dalam hidup
bermasyarakat. Hukum diciptakan untuk menciptakan beberapa nilai nilai
penting dalam masyarakat seperti halnya keadilan, kebahagiaan dan
kesejahteraan. Filsafat disebut sebagai ilmu karena filsafat memiliki objek
kajian. Objek kajian dari ilmu hukum itu sendiri ialah norma. Mengerti hukum
sebagai kaidah maka juga harus mengakui hukum itu sebagai ilmu. Jika hukum
diakui sebagai norma, maka hukum harus dipatuhi. Teori hukum mengajarkan
bahwasanya hukum merupakan seperangkat prinsip ataupun aturan yang
membuat masyarakat untuk mempertahankan ketertiban dan kebebasannya.4
B. Ruang Lingkup Filsfat Hukum Islam
Dalam kenyataan yang ditemui bahwa filsafat Islam itu memiliki corak
tersendiri serta merangkumi berbagai macam problem yang khas sehingga ia
akan memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi pemikiran kemanusiaan.
Adapun ruang lingkup filsafat Islam tidak jauh bedanya dari segi pembahasan
yang tidak terlepas dari suatu objek yaitu objek formal dan objek material.
Dapat dikatakan memang, bahwa objek filsafat yang dimaksud objek
materialnya sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi,
filsafat tetap filsafat dan bukanlah merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu.
Yang menentukan perbedaan ilmu satu dengan yang lainnya ialah objek
formal.
Pendapat lain yang terutama menjadi sudut pandangan filsafat. Ilmu
mengatakan sendiri bahwa ia membatasi diri, ia berhenti pada dan berdasarkan
atas pengalaman sedangkan filsafat tidak membatasi diri, ia hendak mencari
keterangan sedalam-dalamnya. Di situlah terletaknya sudut pandangan yang
khusus dari filsafat. Maka dengan istilah di atas harus kami katakan, objek
formal filsafat adalah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya.
Keterangan di atas menjelaskan bahwa letak perbedaan ilmu dan filsafat
adalah pada objek formal. Objek formal adalah kelan-jutan dari objek material,
keterangan yang ingin dicari ialah keterangan yang sedalam-dalamnya dan

4
Valencia Adelina Br Ginting, Khairunnisa Khairunnisa, Dan Syarifah Lisa Andriati,
“Implementasi Nilai-Nilai Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,” Crepido 4,
No. 1 (30 Juli 2022), hlm. 23–29,

6
secara terperinci terhadap sesuatu hal meskipun sudah tidak dapat diraba
dengan pancaindra.
Dengan demikian, dapatlah diketahui bahwa filsafat bertemu dengan ilmu
dalam objek material, tetapi memisahkan diri dengan ilmu dalam objek formal.
Atau dengan kata lain, ilmu dan filsafat itu ditugaskan untuk mencari
keterangan tetapi keterangan yang diperoleh oleh ilmu adalah terbatas, lain
halnya dengan filsafat yang akan menyambung kembali tugas ilmu yang
terhenti.Begitu juga dengan filsafat Islam di mana ruang lingkup atau
pembahasan yang terdapat di dalamnya meliputi segala hakikat sesuatu. Al-
Farabi membagi lapangan filsafat itu kepada dua bagian.
Dilihat dari cakupan filsafat, sebagaimana di atas, maka dalam kajian
filsafat hukum Islam juga harus beranjak dari pembahasan tentang ontologi
hukum Islam, yaitu pengetahuan tentang hukum itu sendiri, yang mencakup
materi hukum Islam itu sendiri, bagai- mana proses lahirnya hukum Islam dan
tujuan apa yang hendak dicapai dengan hukum itu. Begitu juga dengan
epistemologi yang lebih mengarah kepada metode penemuan sesuatu, atau alat
yang digunakan untuk menetapkan hukum Islam. Lebih lanjut filsafat hukum
Islam juga harus memenuhi sisi aksiologi, yaitu mengkaji tentang norma-
norma yang harus dipatuhi bagi seseorang yang berkecimpung dalam hukum
Islam.
Dengan demikian, ruang lingkup pembahasan filsafat Islam itu sebenarnya
dapat dirangkum dalam tiga kategori, yaitu ontologi, yaitu pembahasan tentang
hakikat wujud (universal), termasuk di dalamnya kajian terhadap asal manusia,
proses kejadian, dan tu- juan akhir dari kehidupannya; epistemologi, yaitu
kajian terhadap sumber pengetahuan serta alat yang digunakan untuk memper-
oleh pengetahuan itu; dan aksiologi, yaitu pembahasan tentang norma-norma
yang dipakai untuk mengukur benar dan salahnya pikiran dan tingkah laku
seseorang. Tiga kategori ini pada akhirnya memasuki hampir keseluruhan
keilmuan Islam seperti yang telah disebutkan di atas, termasuk filsafat hukum
Islam.5

5
Busyro, Pengantar Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Prenada Media, 2020), hal. 20.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Filsafat Hukum adalah cabang dari filsafat yang mempelajari hukum yang

benar, atau dapat juga kita katakan Filsafat Hukum adalah merupakan

pembahasan secara filosofis tentang hukum, yang sering juga diistilahkan lain

dengan Jurisprudence,adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis,

yang objeknya dikaji secara mendalam sampai pada inti atau dasarnya, yang

disebut hakikat.

Filsafat hukum mengajak berfikir kritis dan radikal dalam menyikapi

masalah, atau dalam artian memahami hukum tidak dalam arti hukum positif

semata, karena jika kita hanya mempelajari arti hukum dalam arti positif

semata, tidak akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara

baik, jika demikian adanya ketika ia menjadi seorang pengadil (hakim)

misalnya, ia hanya menjadi “corong undang-undang” belaka.

Filsafat hukum adalah induk dari semua disiplin yuridis, karena filsafat

hukum membahas masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul

dalam hukum, contoh kasus jika ada masalah-masalah yang melampaui

kemampuan berpikir manusia, maka filsafat hukum akan merupakan kegiatan

yang tidak pernah abadi.

B. Saran

Banyak kekurangan yang penulis cantumkan kami mohon kritik dan saran agar
lebih baik untuk kedepannya. Semoga ilmu pada materi ini bisa kita ambil
dantentunya dapat bermanfaat bagi para pembaca serta memperluas
pengetahuan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bakir, Bakir. “Peran Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia.”

At-Turas: Jurnal Studi Keislaman 4, No. 1 (2017): 58–68.

Busyro. Pengantar Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media, 2020.

Ginting, Valencia Adelina Br, Khairunnisa Khairunnisa, Dan Syarifah Lisa

Andriati. “Implementasi Nilai-Nilai Filsafat Hukum Dalam Pembentukan

Hukum Di Indonesia.” Crepido 4, No. 1 (30 Juli 2022): 23–29.

Helmi, Muhammad. “Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Dan Filsafat

Hukum Islam.” Mazahib, 2015.

Izomiddin. Pemikiran Dan Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Kencana, 2018.

Anda mungkin juga menyukai