Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan sejarahnya, diplomasi sudah dilakukan

sejak zaman peradaban kuno, yaitu pada masa peradaban


Mesopotamia yang diwujudkan melalui perjanjian antar suku
serta penggunaan bahasa kedua suku yang menjadi bahasa diplomatik pertama di
Timur Tengah. selain terciptanya perjanjian antar suku serta penggunaan bahasa
diplomatik pertama, peradaban Mesopotamia juga telah
melahirkan kegiatan diplomasi untuk pertama kalinya yakni
antara New Kingdom dan Near East. Selain itu, secara tertulis dijelaskan pula bahwa
kegiatan diplomatik telah berlangsung sejak lama di India dan telah lambat laun berkembang.
Bahkan pada periode Vedic menggunakan utusan duta yang dikenal sebagai Prahita, palgala,dan
suta tugasnya merupakan seorang utusan yang dikirim oleh rajanya untuk mengumpulkan
informasi dan penyampai pesan. Telah dikembangkan pada periode ‘’’Yajurweda’’’. Dalam
periode ini muncul banyak contoh pertunjukan wakil-wakil diplomatik oleh para penguasa untuk
mewakili mereka di istana satu sama lain baik dalam waktu damai maupun perang.
Sejalan dengan berjalannya waktu metode dan praktik diplomatik berkembang lebih jauh. Pada
abad ke-4 S.M

Setelah perkembangan di jaman Mesopotamia dan india yang sudah lebih awal, era
Yunani kuno juga turut
memberikan kontribusi dalam sejarah perkembangan
diplomasi. Sistem negara-kota yang dianut pada masa
Yunani kuno menuntut perwakilan antar masing-masing
negara-kota agar selalu terhubung dengan menyampaikan
pesan hingga melakukan proses negosiasi. Hal inilah yang membuat pada era Yunani
kuno, pertama kali tercetus utusan
diplomatik sebagai perwakilan dari masing-masing negara
kota.
Tidak berhenti sampai disitu, bangsa Yunani
kemudian menyebarluaskan praktik-praktik diplomasinya
kepada bangsa Romawi. Pada mulanya, bangsa Romawi
membuat sebuah perjanjian atas dasar azas timbal balik dan
koalisi antara partner yang sejajar. Namun setelah Romawi
menjadi bangsa yang kuat, mereka mulai melakukan proses
diplomasi satu arah dan menghilangkan prinsip timbal balik
antar negara
Berdasarkan sejarah, peradaban pertama yang
melahirkan konsep pengiriman duta besar adalah kekaisaran
Romawi. Konsep pengiriman duta besar ini merupakan
perkembangan dari utusan diplomatik pada era Yunani
Kuno. Bangsa Romawi menyebut utusannya sebagai
“Legati”, Selain itu, bangsa Romawi juga memperkenalkan istilah “Nuntius”, yaitu
pembawa pesan yang dikirim ke luar
daerah yang kemudian kembali setelah misi terselesaikan.
Memasuki abad ke-17, pengiriman dan penempatan
diplomat secara permanen merupakan praktek yang umum
diantara negara-negara didunia. Terlebih setelah
ditandatanganinya perjanjian damai Westphalia tahun 1648
yang menjadi titik kristalisasi dan peresmian sistem negara.
Pada abad ini juga terdapat beberapa faktor yang kemudian
mendorong pelaksanaan praktek-praktek diplomasi modern.
Abad ke-18 dapat dikatakan sebagai periode
Keemasan pada praktek diplomasi. Dalam abad ini terdapat tiga
kecenderungan dalam evolusi diplomasi. Pertama, adanya
pengakuan umum yang diberikan kepada sebuah sistem yang
umumnya menerima hukum internasional. Kemudian pengaruh kelas politik militer
yang berusaha untuk melanggengkan sistem feodal dan yang Ketiga, muncul
seiring dengan perkembangan teknologi. Tipe diplomasi
seperti ini sangat erat kaitannya dengan konsepsi borjuis,
salah satunya seperti yang dipraktekkan oleh Inggris.

Memasuki abad ke-19, praktek diplomasi


menggunakan metode-metode baru guna menghadapi
persoalan-persoalan baru. Horland Nicholson dalam bukunya
berjudul “Diplomacy” mengatakan bahwa terdapat tiga
perkembangan yang mempengaruhi praktek diplomasi pada
abad ke-19 yakni perkembangan bangsa-bangsa,
bertambahnya apresiasi tentang pentingnya public opinion
serta perkembangan cepat dalam bidang komunikasi.
Sementara memasuki abad ke-20, terdapat dua hal yang
cukup signifikan dalam perkembangan praktek diplomasi
yakni lebih terbuka kepada publik dan munculnya organisasi
internasional sebagai salah satu aktor serta wadah dalam
melakukan diplomasi.

Sejarah diplomasi sejak zaman dahulu memang tidak terlepas dari simbolistik penyampaian informasi
dan pesan juga tentang utusan-utusan. Hingga sekarangpun diplomasi tetap berperan sebagai
perantara penyambung hubungan bagi negara-negara dalam menjalankan kerjasama yang lebih baik
kedepannya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun zaman telah berubah, makna sebenarnya dari
diplomasi tetap sama dan tidak berubah. Diplomasi merupakan mesinnya hubungan
internasional. Diplomasi muncul setiap saat dan tempat entitas politik dengan identitas
berbeda melihat dan menyaksikan kebutuhan reguler untuk mengembangkan
hubungan. Sebagaimana, peradaban manusia Mesopotamia, india, Yunani, Roma dan
peradaban pada abad pertengahan hingga kini. Diplomasi tidak hanya berkontribusi
terhadap lahirnya perkembangan masyarakat internasional, diplomasi juga dipengaruhi
oleh masyarakat peradaban  . Selain itu, Kegiatan diplomasi juga tidak hanya
didedikasikan untuk menjalin hubungan baik internal aliansi. Jadi diplomasi bukan
perangkat untuk meredakan ketegangan dan kecurigaan melainkan instrumen untuk
memperkuat ikatan aliansi. Di masa ini, perlahan diplmoasi menjadi ajang

Anda mungkin juga menyukai