Anda di halaman 1dari 1

ANALISIS KASUS ANGLO NORWEGIAN FISHERIES CASE.

Ini adalah hasil analisa saya terhadap anglo norwegian fisheries case yg dilaporkan kerajaan
inggris kepada mahkamah internasional pada tanggal 24 septmber tahun 1949 dan berakhir
pada tahun 1951, yang melibatkan negara inggris dan norwegia.

Latar belakang dari kasus ini yaitu dimana kerajaan inggris menganggap bahwa penetapan
garis pangkal tidak sesuai dengan hukum internasional karena norwegia menetapkan garis
pangkalnya dari skjaergaad yang mana merupakan wilayah laut yg memisahkan pulau-pulau
kecil, gugusan fjord dan karang. Kerajaan inggris menganggap hal ini tidak sesuai dengan
hukum internasioanl sebab garis pangkal semestinya ditarik dari daratan yang kering
sementara skjaergaad merupakan wilayah laut bukan daratan.

Karena merasa dirugikan, kerajaan inggris lalu meminta pengadilan untuk memutuskan
apakah Norwegia telah menggunakan metode yang dapat diterima secara hukum dalam
menggambar garis pangkal dari mana ia mengukur laut teritorialnya. Inggris Raya merasa
dirugikan sebab garis pangkal yg dieksploitasi norwegia sejauh 4 miles yang memang kaya
akan sumber daya perikanan. . Sedangkan norwegia berpendapat bahwa metode
penetapannya konsisten dengan prinsip-prinsip umum hukum internasional.

Berikut ini adalah salah satu temuan pengadilan yg saya dapatkan dari artikel luar
mengenai kasus ini, yaitu :
Pengadilan berpendapat bahwa fakta bahwa praktik yang konsisten dan cukup lama
ini terjadi tanpa ada keberatan terhadap praktik dari Negara lain (sampai saat
sengketa) menunjukkan bahwa Negara-negara ini tidak menganggap sistem
Norwegia “bertentangan dengan hukum internasional. Sehingga sebelum sengketa
ini diangkat ke mahkamah, penetapan garis pangkal yg dilakukan norwegia dianggap
sah oleh negara lain.

Selama dua tahun proses pengadilan, kedua negara ini sama-sama berpegang teguh pada
prinsip masing-masing.

Selama proses pengadilan, beberapa isi argumentasi dari norwegia membuktikan bahwa ada
faktor sejarah dari zona perikanan tersebut yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
sejak berabad-abad yang lalu.

Tepat pada tanggal 18 desember 1951, mahkamah internasional memutuskan metode dan
hasil dari penetapan baseline oleh Norwegia berdasarkan dekritnya itu sesuai dengan hukum
internasional. Dengan menghasilkan empat pertimbangan yg salah satunya yaitu melihat
kondisi geografis dari Norwegia sendiri yang memang relief negaranya merupakan gugusan
pegunungan dan pantai-pantainya yang berkarang sehingga skaejgaard juga dianggap
sebagai daratan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut yang diambil oleh mahkamah
internasional untuk memutus bahwa kasus ini dimenangkan oleh Norwegia. 

Anda mungkin juga menyukai