A. Sejarah Komunikasi
Sejarah komunikasi di mulai dengan perkembangan aktifitas retorika yang terjadi di zaman
Yunani kuno. Komunikasi baru mulai berkembang ketika ditemukan mesin cetak oleh
Guttenberg (1457). Ada perbedaan rentang waktu pencatatan sejarah antara hasil pemikiran ahli
sejarah komunikasi pada abad 19 dengan pencatatan sejarah zaman Yunani kuno. Sejarah
perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kirakira 1400 tahun. Dimulai saat aktifitas
retorika awal sampai pada abad pertengahan (saat penyebaran agama). Artinya perkembangan
ilmu komunikasi tidak mengalami rantai yang terputus. Zaman pertengahan menjadi
penyambung ilmu komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern dan
kontemporer
Pada saat zaman Romawi perkembangan komunikasi tidak berlangsung mulus, karena
Romawi pada saat itu mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang
terjadi di Eropa ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban 2 Islam, dimana pada
masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan.
Aktifitas komunikasi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman Isa Almasih. Isa
yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa
dianggap bahaya oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing
kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini
berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur
dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa dan
menghukum Isa Al Masih. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak
mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan
yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya
bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas
perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam
suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya (berdakwah) (kitab
Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 3 15:29). Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau
adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini
terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah
satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan
Budha yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih)
pernah datang mengajarkan ajarannya di India.