A. Pendahuluan
Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan. Peristiwa komunikasi
dapat berlangsung tidak saja dalam kehidupan manusia, tetapi juga dalam kehidupan
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk hidup lainnya. Namun demikian, objek
pengamatan dalam ilmu komunikasi yang dimaksud dalam pembahasan ini difokuskan
pada peristiwa-peristiwa komunikasi dalam konteks hubungan antarmanusia atau
komunikasi antarmanusia.
Komunikasi dapat juga dikatakan sebagai prasyarat kehidupan. Kehidupan akan
terasa hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi
antarmanusia, baik perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin dapat
terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan
aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi ini dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan
komunikasi.
Pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi sejak ia lahir ke
dunia. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupannya.
Dengan demikian, komunikasi dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia.
Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya
dan/atau perasaan hatinya kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan sesuatu yang tidak
diketahui orang lain. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenali dirinya. Bahkan
dengan komunikasi pula seseorang dapat mengenali Tuhannya.
Peristiwa komunikasi yang diamati dalam ilmu komunikasi, juga sangat luas dan
kompleks karena menyangkut berbagai aspek social, budaya, ekonomi, dan politik dari
kehidupan manusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi merupakan salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang termasuk dalam rumpun ilmu-ilmu sosial. Lebih lanjut, ilmu
komunikasi juga merupakan bidang kajian yang sangat multidisipliner (lintas
1
keilmuan). Artinya, banyak pendekatan-pendekatan yang diguanakan dalam ilmu
komunikasi berasal dari berbagai macam ilmu, seperti linguistic, politik, sosiologi,
psikologi, dan antropologi.
2
a. Ethos (kredibilitas sumber)
b. Pathos (hal yang menyangkut emosi/perasaan)
c. Logos (hal yang menyangkut fakta)
Dengan demikian, upaya persuasi mensyaratkan tigal hal, yakni kredibilitas
pelaku komunikasi, kemampuan merangsang aspek emosi pendengar, dan
kemampuan mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung logika berpikir.
Pikiran-pikiran Aristoteles ini kemudain dikembangkan lagi oleh Cicero dan
Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang mencakup lima hal:
a. Invento (urutan argumentasi)
b. Disposition (pengaturan ide)
c. Eloquito (gaya Bahasa)
d. Memoria (ingatan)
e. Pronunciation (cara penyampaian pesan)
Lima unsur ini merupakan factor-faktor penentu keberhasilan usaha persuasi
yang dilakukan seseorang.
Pada abad pertengahan, kajian retorika secara institusional semakin mapan,
khususnya di negara-negara Eropa seperti, Inggris, Perancis, dan Jerman.
Menjelang akhir abad ke-18, prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh
Aristoteles, Cicero dan Quantilian ini kemudian menjadi dasar bagi kajian speech
communication (komunikasi ujaran) dan retorika. Istilah retorika semakin
berkembang menjadi “kemampuan manusia untuk menggunakan lambing-lambang
untuk berkomunikasi satu sama lainnya”.
3
Secara umum, bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode
ini meliputi hubungan komunikasi dengan institusi, peranan komunikasi dalam
kehidupan social, analisis psikologi social komunikasi, propaganda, dan penelitian
komunikasi komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan bidang kehidupan social mulai
berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa
komunikasi mempunyai peran dan kontribusi nyata terhadap perubahan social.
Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam
mengamati proses dan pengaruh komunikasi.
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi langsung ataupun tidak langsung
dipengaruhi oleh ahli ilmu social Eropa. Ilmuwan seperti Marx Weber, August
Comte, Emile Durkheim, dan Herbert Spencer dianggap memiliki pengaruh
terhadap teori-teori komunikasi.
4
Communication Research di Illinois pada tahun 1947, yang merupakan lembaga
pendidikan tinggi ilmu komunikasi pertama di Amerika.
Adapun Kurt Lewin dan Carl I. Hovland disebut sebagai ‘The Founding
fathers” ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka
dipandang sebagai landasan bagi pengembangan teori-teori komunikasi.
Dalam perkembangan selanjutnya, Komunikasi Massa (Mass Communication)
dan Penelitian Komunikasi (Communication Research) mulai banyak digunakan. Di
Amerika Serikat muncul istilah Communication Science atau juga Communicology
yang merujuk pada pembagian bidang studi komunikasi dalam beberapa wilayah,
yaitu komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan
organisasi, komunikasi antarbudaya serta komunikasi massa.
5
a. Munculnya computer, TV, parabola, satelit komunikasi, telepon, dan
internet
b. Tumbuh pesatnya industri media di berbagai belahan dunia
c. Semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh dunia
d. Semakin meluasnya proses demokrasi/liberalisasi ekonomi dan politik
Oleh karenanya, studi-studi komunikasi yang banyak dilakukan –utamanya
negara-negara maju– cenderung fokus pada proses dan dampak sosial penggunaan
teknologi media komunikasi, kompetisi antarmedia, komunikasi manusia, dampak
internet terhadap perilaku dan budaya, serta aspek-aspek yang menyangkut
manajemen informasi.
Referensi
- S. Djuarsa Sendjaja, dkk. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
- Suryanto. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
- Nina W. Syam. 2013. Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
- Hafied Cangara. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.