Anda di halaman 1dari 125

TUGAS KAPITA SELEKTA KOMUNIKASI

“SELAYANG PANDANG KOMUNIKASI”

DI SUSUN OLEH:

RUHANIA (C1D120194)

NIRA ASHARI (C1D120214)

NURJANNAH (C1D120183)

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

2023
A. PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

Perkembangan ilmu komunikasi telah mengalami banyak perubahan dan

perkembangan yang signifikan sejak awal penelitiannya pada abad ke-20 hingga saat

ini. Berikut adalah beberapa poin utama tentang perkembangan ilmu komunikasi:

1. Model Komunikasi: Ilmu komunikasi dimulai dengan pengembangan model

komunikasi yang berusaha menjelaskan bagaimana pesan dikirim dan diterima

antara individu atau kelompok. Salah satu model komunikasi paling awal adalah

model linear, yang menggambarkan komunikasi sebagai aliran satu arah dari

pengirim ke penerima. Namun, model-model berikutnya seperti model sirkular,

model transaksional, dan model interaktif telah diperkenalkan untuk

memperhitungkan kompleksitas komunikasi yang melibatkan saling pengaruh dan

interaksi antara pihak-pihak yang terlibat.

2. Teori Komunikasi: Ilmu komunikasi juga melibatkan pengembangan berbagai

teori yang berusaha menjelaskan dan memahami fenomena komunikasi. Beberapa

teori yang signifikan meliputi teori kelompok kecil, teori kultivasi, teori

agendasetting, teori interaksi simbolik, teori komunikasi massa, teori pemrosesan

informasi, dan banyak lagi. Setiap teori ini memberikan kerangka kerja untuk

memahami aspek tertentu dari komunikasi manusia.

3. Media Komunikasi: Perkembangan teknologi telah memiliki dampak besar pada

ilmu komunikasi. Seiring dengan kemajuan teknologi, media komunikasi seperti


surat kabar, radio, televisi, dan internet telah menjadi pusat perhatian. Studi

tentang media massa dan media baru telah berkembang pesat, termasuk penelitian

tentang efek media, pembacaan media, konvergensi media, dan dampak media

sosial.

4. Komunikasi Antarbudaya: Seiring dengan globalisasi, pemahaman tentang

komunikasi antarbudaya menjadi semakin penting. Ilmu komunikasi telah

memperluas ruang lingkupnya untuk mempelajari komunikasi lintas budaya,

interaksi antara kelompok etnis yang berbeda, dan dampak budaya pada proses

komunikasi. Hal ini membantu dalam memahami perbedaan budaya dan

mengembangkan kompetensi komunikasi antarbudaya.

5. Komunikasi Organisasi: Salah satu bidang penting dalam ilmu komunikasi adalah

komunikasi organisasi. Ini melibatkan studi tentang komunikasi di tempat kerja

dan dalam konteks organisasi lainnya. Penelitian dalam komunikasi organisasi

mencakup topik-topik seperti komunikasi kepemimpinan, budaya organisasi,

komunikasi internal, komunikasi publik, dan komunikasi krisis.

6. Komunikasi Politik: Ilmu komunikasi juga mempelajari komunikasi dalam

konteks politik. Ini melibatkan analisis komunikasi politik, retorika politik,

pengaruh media dalam politik, kampanye politik, dan partisipasi politik. Studi

dalam komunikasi politik membantu memahami bagaimana pesan politik dibentuk,

disampaikan, dan diterima oleh masyarakat.


7. Komunikasi Digital: Perkembangan teknologi digital dan media sosial telah

mengubah lanskap komunikasi modern. Ilmu komunikasi telah memperluas

perhatiannya ke studi komunikasi digital, termasuk komunikasi online, interaksi

media sosial, perilaku pengguna internet, dampak media sosial pada kesehatan

mental, dan penyebaran informasi palsu (hoaks).

8. Perkembangan ilmu komunikasi terus berlanjut seiring dengan perkembangan

teknologi dan perubahan sosial. Penelitian dan kajian yang terus menerus

dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang komunikasi manusia dalam

berbagai konteks dan mempersiapkan para profesional komunikasi untuk

tantangan masa depan.

Sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak zaman

Yunani Kuno, beberapa ratus tahun Sebelum Masehi. Sejak itu perkembangan ilmu

komunikasi dapat dibagi dalam empat (4) periode. Pertama, adalah periode tradisi

retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang

Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi, yakni sejak usai perang Dunia II hingga tahun

1960-an. Keempat, adalah periode teknologi komunikasi yang terjadi sejak tahun

1960-an hingga sekarang. Tiap periode memberikan karakteristik tersendiri terhadap

penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati.

Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru mulai pada tahun 1949. Hingga

tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari umumnya dititikberatkan


pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada masa sekarang ini, jumlah perguruan

tinggi yang menyelenggarakan pendidikan ilmu komunikasi semakin banyak.

Bidang kajiannya semakin luas, tidak hanya terbatas pada bidang jurnalistik dan

penerangan. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai sejarah dan perkembangan

ilmu komunikasi untuk setiap periode.

1. Periode Tradisi Retorika

Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak peradaban

Yunani Kuno beberapa ratus tahun Sebelum Masehi. Sebutan komunikasi dalam

konteks arti yang berlaku sekarang ini memang belum dikenal saat itu. Istilah yang

berlaku pada zaman tersebut adalah retorika. Para ahli berpendapat bahwa studi

retorika sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani (Golden, 1978; Fross, 1985;

Forsdale, 1981). Disebutkan bahwa pada zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada

tokoh-tokoh retorika seperti Kagemni dan PtahHotep. Namun demikian, tradisi

retorika sebagai upaya pengkajian yang sistematis dan terorganisasi baru dilakukan di

Zaman Yunani Kuno dengan perintisnya Aristotle (Golden, 1987).

Pengertian “retorika” menurut Aristotle, menunjukkan kepada segala upaya

yang bertujuan untuk persuasi. Lebih lanjut, Aristotle menyatakan bahwa retorika

mencakup tiga unsur, yakni: ethos (kredibilitas sumber), pathos (hal yang

menyangkut emosi atau perasaan) c. logos (hal yang menyangkut fakta). Dengan

demikian upaya persuasi, menurut Aristotle, menuntut tiga faktor, yakni kredibilitas
dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan persuasi, kemampuan untuk

merangsang emosi atau perasaan dari pihak yang menjadi sasaran, serta kemampuan

untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung (logika).

Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero

dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima unsur: Ivento

(urutan argumentasi), Dispositio (pengaturan ide), Eloquito (gaya bahasa), Memoria

(ingatan), serta Pronunciatio (cara penyampaian pesan). Lima unsur ini menurut

Quintilian dan Cicero merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan usaha persuasi

yang dilakukan seseorang. Tokoh-tokoh retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu

adalah Coraz, Socrates, dan Plato.

Dalam abad pertengahan, studi retorika ini secara institusional semakin mapan,

khususnya di negara-negara Inggris, Perancis, dan Jerman. Tokoh- tokoh yang

terkemuka pada masa ini, antara lain Thomas Wilson, Francis Bacon, Rene Descartes,

Jhon Locke, Giambattista Vico, dan David Hume. Dalam akhir abad ke-18, prinsip-

prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristoteles, Cicero dan Quantilian. Ini

kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian speech communication (komunikasi

ujaran) dan rhetoric. Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya

persuasi. Pengertian retorika sekarang ini menunjukkan pada “kemampuan manusia

menggunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi satu sama lainnya.” Tokoh-

tokoh retorika yang terkenal pada saat ini antara lain: LA Richards, Richard M.
Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke, Marshall McLuhan, Michel Foucault,

Jurgen Habermas, Ernesto Grassi, dan Chaim Perelman.

2. Periode Pertumbuhan: 1900 – Perang Dunia II

Pertumbuhan komunikasi sebagi salah satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat

dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya ada tiga perkembangan penting

yang terjadi pada masa ini. Pertama, adalah penemuan teknologi komunikasi seperti

telepon, telegrap, radio, TV. Kedua, proses industrialisasi dan modernisasi yang

terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Ketiga, pecahnya perang dunia I

dan II.

Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah pada bidang kajian ilmu

komunikasi yang terjadi di masa ini. Secara umum, bidang-bidang studi komunikasi

yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi dengan institusi

dan masalah-masalah politis kenegaraan, Peranan komunikasi dalam kehidupan sosial,

analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan pendidikan, propaganda, dan

penelitian komunikasi komersial.

Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan bidang kehidupan sosial mulai

berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa

komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan sosial.

Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam

mengamati proses dan pengaruh komunikasi. Di bidang pengkajian komunikasi dan


pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru

dalam pendidikan formal, keterampilan komunikasi, strategi komunikasi, serta

reading and listening. Sementara di bidang penelitian komunikasi komersial, dampak

iklan terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media

mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran

(broadcasting).

Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa ini, langsung

ataupun tidak langsung dipengaruhi juga oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial

Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-universitas di Eropa,

terutama Jerman dan Perancis merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia.

Pokok-pokok pikiran dari Marx Weber, August Comte, Emile Durkheim, dan Sir

Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap pengembangan teori-teori

komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh ilmuwan Eropa lainnya yang

dianggap punya andil besar adalah Grabriel Tarde dan Georg Simmel.

3. Periode Konsolidasi: Perang Dunia II – 1960 an

Periode setelah Perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai periode

konsolidasi (Delia, dalam Berger dan Chaffee, 1987). Karena pada masa ini

konsolidasi pendekatan ilmu komunikasi sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang

bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu

komunikasi ditandai oleh tiga (3) hal, yaitu: Pertama, adanya adopsi perbendaharaan
istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua, munculnya buku-buku yang

membahas tentang pengertian dan proses komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep

baku tentang dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi

suatu pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu

lainnya karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial yang

kompleks.

Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil besar dalam periode ini. Mereka

adalah Claude E, Shannon, Norbert Wiener, Harold Lasswell (ahli ilmu politik), Paul

F. Lazarsfeld, dan Wilbur Schramm. Harold D. Lasswell (ahli ilmu politik), Paul F.

Lazarsfeld (ahli sosiologi), Kurt Lewin dan Carl I. Hovland (keduanya ahli psikologi

sosial), disebut oleh Wilbur Schramm sebagai the founding fathers (para pendiri dan

perintis) ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka

dipandang sebagai landasan bagi pengembangan teori-teori komunikasi.

Wilbur Schramm sendiri dipandang sebagai institutionalizer, yakni yang

merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian akademis.

Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi suatu disiplin

ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi. Institute of

Communication Research yang didirikan Schramm di Illonis pada tahun 1947,

merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama di Amerika

Serikat. Sementara itu, dua tokoh lainnya, yakni Claude E. Shannon dan Norbert

Wiener disebut sebagai “insinyur-insinyur komunikasi”.


Istilah Mass Communication (Komunikasi Massa) dan Communication

Research (Penelitian Komunikasi) mulai banyak dipergunakan. Cakupan bidang studi

komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam beberapa bidang tataran, yaitu

komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan

organisasi, komunikasi macro-sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut, sejalan

dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara, termasuk negara-

negara berkembang studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi komunikasi

dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi, juga mulai banyak dilakukan.

4. Periode Teknologi Komunikasi: Tahun 1960-an s/d Sekarang

Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu komunikasi semakin kompleks dan

mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi

sebagai suatu disiplin telah mulai memasuki periode take off (tinggal landas) sejak

tahun 1950. Secara institusional, kepesatan perkembangan ilmu komunikasi pada

masa sekarang ini tercermin dalam beberapa indikator, yaitu:

a. Jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi

semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS,

tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika,

b. Asosiasi-asosiasi profesional di bidang ilmu komunikasi juga semakin

banyak tidak saja dalam jumlah, tetapi juga cakupan keanggotaannya yang

regional dan internasional,


c. Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi.

Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin ilmu komunikasi ini juga tercermin

dengan: (1) semakin banyak literatur komunikasi seperti buku-buku/jurnal- jurnal,

hasil-hasil penelitian ilmiah ataupun terapan, monografis, dan bentuk- bentuk

penerbitan lainnya, (2) semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi

komunikasi, (3) semakin banyaknya teori-teori dan model-model komunikasi yang

dihasilkan para ahli. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi, sekitar

50 teori dan 28 model komunikasi (Dance, 1982; Littlejohn, 1989; MCQuail &

Windahi, 1981; Forsdale, 1981).

Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan

informasi yang ditandai oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer, VCR, TV

Cable, Parabola, video home computers, satelit komunikasi, teleprinter,

videotext, laser vision, dan alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya,

2) Tumbuhnya industri media yang tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga

regional dan global,

3) Ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global atau

internasional, khususnya dalam konteks center periphery (pusat dan

sekelilingnya atau pinggirannya),


4) Semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara,

5) Semakin meluasnya proses demokrasi (liberalisasi) ekonomi dan politik.

Sebagai akibatnya, studi-studi komunikasi yang banyak dilakukan (khususnya

di negara-negara maju seperti AS) cenderung difokuskan pada proses dan dampak

sosial penggunaan teknologi media komunikasi, arus penyebaran dan pemusatan

informasi regional dan global (misalnya transborder data flow), aspek-aspek politik

dan ekonomi informasi, kompetisi antarmedia, dampak sosial dari teknologi interaktif

seperti komputer, komunikasi manusia, mesin, dampak telekomunikasi terhadap

hubungan antarbudaya, serta aspek-aspek yang menyangkut manajemen informasi.

Pendekatan disiplin ekonomi mulai diterapkan karena disadari bahwa informasi di

masa sekarang ini merupakan komoditi yang mempunyai nilai tambah.

5. Sekilas Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi Di Indonesia

Dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya di lingkungan fakultas ilmu

sosial dan ilmu politik, jurusan komunikasi sebenarnya merupakan jurusan yang

tergolong “tertua”. Sebutan jurusan ilmu komunikasi baru dikenal pada sekitar tahun

1970-an. Sementara sebelumnya populer dengan sebutan Jurusan Publisistik atau

Jurnalistik.

Menurut laporan “perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia” yang dibuat

oleh Tim ISKI Semarang, ilmu komunikasi telah diajarkan pada Akademi Ilmu

Politik di Yogyakarta pada tahun 1946. Tahun 1950, akademi tersebut kemudian
menjadi bagian sosial politik dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, di mana

penerangan menjadi salah satu jurusan yang ada di dalamnya. Perguruan tinggi

berikutnya yang menyelenggarakan pendidikan komunikasi adalah Perguruan Tinggi

Djurnalistik di Jakarta yang didirikan pada tanggal 5 September 1963. Kini perguruan

tinggi ini namanya telah berubah menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang

memiliki Fakultas Komunikasi.

Di Universitas Indonesia, pendidikan komunikasi telah dimulai sejak tahun

1959 dengan dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Hukum dan Ilmu

Pengetahuan Kemasyarakatan. Dibukanya jurusan Publisistik ini sekaligus

merupakan awal dari munculnya fakultas baru di lingkungan Universitas Indonesia,

yakni Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakat (FIPK). Empat tahun kemudian

sebutan Fakultas IPK diganti menjadi Ilmu- ilmu Sosial (FIS-UI), dan sejak tahun

1983 nama FISUI ini diubah lagi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP). Sejalan dengan perubahan nama fakultas, sebutan jurusan Publisistik pun

ikut berganti menjadi Departemen Komunikasi Massa (1972). Kemudian menjadi

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UI Pada tahun 1983.

Di Bandung, Jawa Barat, Pendidikan komunikasi dimulai pada tahun 1960

dengan didirikan Fakultas Djurnalistik dan Publisistik yang berbeda di bawah

naungan Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran. Fakultas ini kemudian menjadi

Institut Publisistik, dan tanggal 3 November 1965, diubah statusnya menjadi Fakultas

Publisistik Universitas Padjadjaran. Kini namanya telah berubah menjadi Fakultas


Ilmu Komunikasi (FIKOM- UNPAD). Pada tahun-tahun berikutnya perguruan tinggi

baik negeri ataupun swasta yang menyelenggarakan pendidikan komunikasi semakin

banyak jumlahnya.

Pada awalnya kurikulum program pendidikan tinggi komunikasi di Indonesia

hanya dititikberatkan pada bidang studi jurnalistik dan penerangan. Tujuan kurikulum

umumnya diarahkan pada upaya pemberian pengetahuan dan keahlian bagi kalangan

yang berkecimpung atau berminat untuk bekerja dalam bidang pers. Khususnya surat

kabar, majalah dan radio, serta bidang penerangan. Pada masa sekarang ini,

pendidikan tinggi komunikasi pada universitas di Indonesia tidak lagi terbatas pada

bidang kewartawanan (jurnalistik) dan penerangan.

Bidang-bidang spesialisasi studi lainnya seperti komunikasi pembangunan,

kehumasan, periklanan, broadcasting (siaran radio dan TV), perfilman, informatika

dan teknologi komunikasi telah pula diselenggarakan.

Tingginya minat masyarakat memasuki bidang ilmu komunikasi harus

diimbangi dengan kuantitas penyelenggaraan kegiatan di bidang komunikasi. Pada

akhirnya dapat memperkuat keberadaan ilmu komunikasi di Indonesia.

1. Apakah Komunikasi?

Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Inggris

communication. Biasanya kata “komunikasi” diartikan dan dikenal dengan


“komunikasi” begitu saja, dan orang orang sudah mampu mendeskripsikannya,

meskipun tidak semuanya tepat.

Konon kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber

dari kata communis yang berarti “sama”. Maksud dari kata “sama” itu adalah sama

dalam makna. Ada pula yang menyebut komunikasi dari akar kata communico yang

berarti berbagi.

Tegasnya, peristiwa komunikasi antara seseorang dengan orang lain dapat

dipastikan terjadi dengan menggunakan bahasa yang “sama”, dan menyepakati

makna yang “sama” meskipun bisa jadi keduanya dari latar belakang sosial dan

budaya yang berbeda.

Secara terminologi, dalam catatan Frank E.X. Dance, ada lebih dari seratus dua

puluh enam (126) definisi “komunikasi”. Di antara yang paling sering dikutip adalah

pendapat Carl I. Hovland. Dia menyatakan: Communication is the process to modify

the behavior of other individuals.

Definisi ini cenderung tidak berimbang, karena menempatkan satu pihak pada

posisi aktif, sementara pihak lain sebagai objek yang pasif. Di samping itu, pesan

yang disampaikan cenderung membuat pihak kedua harus menafsirkan seperti

kemauan pihak pertama.

Definisi lain yang dikemukakan oleh Stewart L. Tubss dan Silvia Moss adalah

“proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih”.


Definisi ini dipandang lebih berimbang dan kedua pelaku komunikasi adalah

aktif. Pesan yang disampaikan juga boleh ditafsirkan sesuai apa yang diterima oleh

pihak kedua. Oleh sebab itu dalam komunikasi ada proses menciptakan makna oleh

peserta komunikasi sampai ada makna yang telah atau akan disepakati dan pahami

oleh kedua pihak.

Definisi paling mudah barang kali dikemukakan Onong Uchyana Effendi, yaitu:

“Penyampaian pikiran oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”.

2. Kapan Komunikasi terjadi?

Komunikasi biasanya diawali dari penafsiran, penyampaian, pemaknaan dan

penerimaan lambang. Peristiwa itu dapat disebut sebagai aktifitas komunikasi. Ada

beberapa pandangan mengenai suatu peristiwa komunikasi. Beberapa pakar yang

menyebut bahwa komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja

diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Ada pula yang menyebut

bahwa komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima,

apakah disengaja atau tidak. Pakar lain menyebut bahwa komunikasi harus mencakup

pesan-pesan yang disengaja, namun sengaja ini sulit ditentukan (Stephen W.

Littlejohn, 2011).

Pada akhirnya semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup

semua perilaku sengaja yang diterima. Sehingga ada yang mengatakan bahwa

komunikasi menyangkut perilaku manusia, namun tidak semua perilaku manusia


adalah komunikasi. Komunikasi berkait dengan penciptaan dan penafsiran pesan.

Komunikasi dapat terjadi karena entitas lain, baik itu manusia, benda maupun

imajinasi.

Oleh karena itu dikenal tiga (3) konseptualisasi komunikasi, yaitu: Komunikasi

sebagai tindakan satu arah, Komunikasi sebagai interaksi, dan Komunikasi sebagai

transaksi. Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah mengacu kepada

definisi berorientasi sumber (source-oriented definition). Dengan kata lain, sumber

pesan mempunyai kekuatan lebih dalam mengontrol peristiwa komunikasi. (lihat

definisi Hovland).

Konseptualisasi ini menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan

mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan

persuasive. Dengan kata lain, komunikasi dijadikan alat untuk memengaruhi orang

lain.

Konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi mengandaikan bahwa

komunikasi bersifat saling mempengaruhi (mutual influence). Konseptualisasi ini

lebih dinamis dibanding komunikasi sebagai tindakan satu arah. Oleh karena ini

konseptualisasi mencantumkan umpan balik (feed back) sebagai salah satu syarat.

Pada akhirnya parameter komunikasi berdasarkan konseptualisasi ini adalah respon.

Mudahnya, ketika ada stimulus lalu ada respon terjadilah peristiwa komunikasi, atau
lebih tepatnya komunikasi antarpribadi. Akan tetapi bila yang terjadi hanya

menafsirkan, yang terjadi adalah komunikasi intrapribadi.

Konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi merujuk pada hubungan.

Komunikasi ini bersifat spontan, simultan (kesiagaan pelaku komunikasi), dan

terdapat interdependensi (saling tergantung). Komunikasi terjadi meski tanpa

direncanakan, tanpa sengaja dan respon yang diperoleh terkadang tidak teramati.

Konseptualisasi ini juga mencantumkan persyaratan bahwa komunikasi merupakan

penafsiran atas perilaku orang lain.

Oleh karena itu denifinisi komunikasi yang dianut adalah definisi-berorientasi

penerima (receiver-oriented definition). (lihat definisi Stewart dan Moss).

3. Komunikasi Sebagai Studi dan Salah Satu Cabang Ilmu Sosial

Beberapa pakar komunikasi berbeda pendapat mengenai kedudukan

komunikasi, apakah komunikasi itu merupakan sebuah ilmu (sciens) atau hanya studi

(studies).

Ada yang menyebut bahwa komunikasi lebih sebagai studi. Komunikasi selalu

melibatkan ilmu lain dan tidak dapat berdiri sendiri. Ada pula yang berpendapat

bahwa Ilmu Komunikasi hanyalah studi (communication studies), sebab hanya

meminjam teori dan metode ilmu lain (Abrar, 2003).


Misalnya melibatkan ilmu sosiologi untuk mengulik peristiwa komunikasi

(interaksi) dengan orang lain, atau ilmu psikologi bila mengacu kepada persepsi

seseorang atas suatu peristiwa. Untuk itu, jangkauan komunikasi sebagai studi, lebih

luas di banding komunikasi sebagai ilmu.

Ada yang menyebut bahwa beberapa bidang ilmu komunikasi, yaitu publisistik

dan jurnalistik termasuk ilmu sosial dan merupakan ilmu terapan (applied science)

yang multidisipliner atau interdisipliner (Effendi, 2003). Berikutnya ada periklanan

dan bidang lain yang menjadi khas dalam ilmu komunikasi.

Kedua perbedaan itu bermuara pada bahwa komunikasi adalah pengetahuan

teoritis dan praktis yang berurusan dengan produksi dan penerimaan pesan.

Ilmuwan yang menyebut komunikasi sebagai ilmu sosial merujuk pada dalil

bahwa bidang studi komunikasi berbasis teori (The field of study is theory based),

bidang studi komunikasi berbasis riset (The field of study is grounded in quantitave

or empirical analysis) dan bidang studi komunikasi punya tradisi diakui (The field of

study has a recognized tradition).

Kenyataan ini merujuk pada beberapa cabang ilmu komunikasi yang hampir

selalu bersanding dengan bidang ilmu lain. Misalnya Sosiologi Komunikasi,

Psikologi Komunikasi, Komunikasi Politik, Komunikasi Organisasi dan lain

sebagainya.
Bahkan Severin dan Tankard (2009) menyebut komunikasi adalah seni. Baik itu

seni bertutur secara lisan (retorika), tulis (grafis, gambar, kaligrafi) dan bahkan kreasi

digital (meme, stiker, foto). Oleh karena itu, komunikasi dapat disebut studi karena

keberadaannya yang meminjam teori dan metode ilmu lain. Komunikasi juga

merupakan ilmu bila merujuk pada praktik jurnalistik dan beragam produksi media

yang lain. Bahkan komunikasi dapat disebut sebagai seni, seni bertutur atau retorika.

B. KOMUMIKASI MENURUT PARA AHLI

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian, pertukaran, dan

penerimaan pesan atau informasi antara individu, kelompok, atau entitas lainnya

melalui berbagai saluran dan dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami

bersama. Proses komunikasi melibatkan pengiriman pesan yang dimaksudkan,

pengkodean pesan menjadi simbol atau format yang dapat dipahami oleh penerima,

pengiriman pesan melalui saluran komunikasi, dekode pesan oleh penerima, dan

memberikan respons atau umpan balik.

Komunikasi juga melibatkan pemahaman konteks, persepsi, dan interpretasi

yang dapat mempengaruhi bagaimana pesan dikirim, diterima, dan dipahami oleh
individu atau kelompok. Tujuan komunikasi dapat bervariasi, termasuk untuk

menginformasikan, mempengaruhi, membangun hubungan, memperoleh pemahaman,

atau menyampaikan emosi.

Penting untuk dicatat bahwa komunikasi melibatkan lebih dari sekadar kata-

kata. Komunikasi dapat terjadi melalui bahasa verbal, tetapi juga melalui bahasa

tubuh, ekspresi wajah, isyarat, tulisan, gambar, atau media lainnya. Selain itu,

komunikasi tidak hanya terjadi antara individu secara langsung, tetapi juga melalui

media massa dan teknologi komunikasi seperti telepon, internet, dan media sosial.

Secara keseluruhan, komunikasi adalah proses fundamental yang

memungkinkan interaksi, pemahaman, dan pertukaran informasi antara manusia, serta

memainkan peran penting dalam membentuk hubungan sosial, budaya, organisasi,

dan masyarakat.

Berikut adalah beberapa definisi komunikasi menurut beberapa ahli:

1. Harold D. Lasswell: "Komunikasi adalah siapa mengatakan apa kepada siapa

melalui saluran apa dengan efek seperti apa."

2. Wilbur Schramm: "Komunikasi adalah suatu proses dimana satu orang atau lebih

mengubah perilaku individu lain atau individu lain mengubah perilaku mereka

sendiri."
3. James C. McCroskey dan Virginia P. Richmond: "Komunikasi adalah suatu proses

yang melibatkan penyampaian dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih,

dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku, pemikiran, atau emosi orang lain."

4. Denis McQuail: "Komunikasi adalah suatu proses sosial yang melibatkan transfer

informasi, pemahaman, keyakinan, emosi, motivasi, dan kegiatan lainnya antara

individu-individu atau kelompok-kelompok yang berinteraksi."

5. Clifford Geertz: "Komunikasi adalah sistem tanda-tanda yang manusia gunakan

untuk membangun dunia sosial mereka."

6. Marshall McLuhan: "Komunikasi adalah media itu sendiri dalam arti luas, tidak

hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, tetapi juga sebagai bentuk yang

membentuk pikiran, perasaan, persepsi, dan tindakan kita."

Definisi-definisi ini memberikan pemahaman yang berbeda tentang komunikasi,

namun secara umum menggambarkan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan

atau informasi antara individu atau kelompok dengan tujuan mempengaruhi,

memahami, atau membangun hubungan sosial.

C. TUJUAN DAN FUNGSI KOMUNIKASI

1. Tujuan Komunikasi

Setelah mengetahui apa itu pengertian komunikasi, berikutnya Anda perlu tahu

tujuan komunikasi. Secara singkat tujuan komunikasi adalah untuk menciptakan


kesepahaman di antara kedua belah pihak. Namun, masih ada sejumlah tujuan dari

komunikasi yang perlu Anda ketahui.

 Agar hal yang disampaikan bisa dimengerti dengan cukup baik. Dengan adanya

definisi komunikasi diatas maka akan menghindarkan diri dari kesalah pahaman.

 Agar mampu memahami maksud perkataan orang lain.

 Agar ide, gagasan maupun pemikiran pribadi dapat diterima orang lain terutama

dalam gelaran rapat tertentu.

 Penggerak orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya, kegiatan kerja bakti,

sosialisasi dan sebagainya.

Setelah mengetahui apa itu pengertian komunikasi, berikutnya Anda perlu tahu

tujuan komunikasi. Secara singkat tujuan komunikasi adalah untuk menciptakan

kesepahaman di antara kedua belah pihak. Namun, masih ada sejumlah tujuan dari

komunikasi yang perlu Anda ketahui.

Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi yang beragam, tergantung pada

konteks dan kebutuhan komunikasi tersebut. Berikut ini adalah empat tujuan dan

fungsi komunikasi yang umum:

1. Pertukaran Informasi: Tujuan utama komunikasi adalah untuk melakukan

pertukaran informasi antara individu atau kelompok. Melalui komunikasi, orang

dapat menyampaikan ide, gagasan, pengetahuan, dan data kepada orang lain.
Pertukaran informasi yang efektif memungkinkan kolaborasi yang lebih baik,

pengambilan keputusan yang lebih tepat, dan pemecahan masalah yang lebih

efisien. Komunikasi juga memainkan peran penting dalam menyampaikan

instruksi, memberikan umpan balik, dan melaporkan kemajuan atau hasil.

2. Memahami dan Dipahami: Komunikasi bertujuan untuk memahami dan dipahami

oleh pihak yang terlibat. Saat berkomunikasi, seseorang berusaha untuk

menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif agar dapat dimengerti oleh

penerima. Di sisi lain, penerima juga harus berusaha memahami pesan yang

disampaikan oleh pengirim. Komunikasi yang baik memastikan keselarasan

pemahaman antara semua pihak yang terlibat, mencegah kesalahpahaman, dan

membangun hubungan yang saling menguntungkan.

3. Membangun Hubungan dan Interaksi Sosial: Komunikasi juga berfungsi untuk

membangun dan memelihara hubungan antara individu atau kelompok. Melalui

komunikasi, manusia dapat membentuk ikatan sosial, memperkuat hubungan

personal, dan membangun kerjasama dalam berbagai konteks, baik di lingkungan

pribadi maupun profesional. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat

membantu membangun kepercayaan, mengurangi konflik, meningkatkan

kolaborasi, dan memfasilitasi pertumbuhan hubungan yang lebih dalam.

4. Mempengaruhi dan Persuasi: Komunikasi memiliki peran penting dalam

mempengaruhi orang lain dan meyakinkan mereka tentang suatu gagasan,

pandangan, atau tindakan tertentu. Komunikasi persuasif digunakan dalam

berbagai konteks, termasuk iklan, presentasi bisnis, debat, kampanye politik, dan
negosiasi. Melalui penggunaan bahasa yang efektif, logika yang kuat, penggunaan

bukti yang relevan, dan kemampuan membaca audiens, komunikator dapat

mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku orang lain.

Secara keseluruhan, tujuan dan fungsi komunikasi meliputi pertukaran

informasi, pemahaman, pembangunan hubungan sosial, dan pengaruh persuasif.

Dengan memahami dan menguasai komunikasi yang efektif, individu dapat mencapai

hasil yang lebih baik dalam interaksi dan kolaborasi dengan orang lain, baik dalam

kehidupan pribadi maupun profesional.

Para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang tujuan komunikasi. Berikut

ini adalah beberapa pandangan dari para ahli terkemuka:

1. Wilbur Schramm: Menurut Schramm, tujuan komunikasi adalah untuk

menciptakan pemahaman bersama antara pengirim dan penerima pesan. Ia

menekankan pentingnya pengiriman pesan yang jelas, efektif, dan dimengerti oleh

penerima. Tujuan komunikasi adalah untuk meminimalkan kesalahpahaman dan

mencapai pemahaman yang saling berbagi.

2. Shannon dan Weaver: Teori matematika komunikasi yang dikembangkan oleh

Claude Shannon dan Warren Weaver menekankan tujuan komunikasi dalam

mengirimkan pesan dengan akurat dan efisien. Menurut mereka, tujuan utama

adalah untuk mengurangi gangguan (noise) yang mungkin terjadi selama proses

komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan jelas oleh penerima.


3. David Berlo: Berlo mengemukakan model komunikasi yang melibatkan empat

elemen penting, yaitu sumber (source), pesan (message), saluran (channel), dan

penerima (receiver). Tujuan komunikasi menurut Berlo adalah untuk mengubah

sikap, pengetahuan, atau perilaku penerima melalui penyampaian pesan yang

efektif. Tujuan ini mencakup pengaruh persuasif dan perubahan sikap yang

diinginkan oleh pengirim pesan.

4. Roman Jakobson: Menurut Jakobson, tujuan komunikasi adalah untuk memenuhi

fungsi-fungsi komunikatif yang terdiri dari enam elemen, yaitu fungsi referensial

(mengacu pada objek dunia nyata), fungsi ekspresif (mengungkapkan emosi atau

perasaan), fungsi konatif (mengarahkan atau mempengaruhi tindakan penerima),

fungsi metalinguistik (mengklarifikasi arti kata atau istilah), fungsi fatis

(membangun dan memelihara saluran komunikasi), dan fungsi poetik

(menggunakan bahasa dengan keindahan dan kreativitas).

Secara keseluruhan, para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang tujuan

komunikasi, mulai dari menciptakan pemahaman bersama, mengurangi gangguan,

mengubah sikap atau perilaku, hingga memenuhi fungsi-fungsi komunikatif tertentu.

Tujuan komunikasi dapat berbeda tergantung pada konteks, pengirim pesan, dan

kebutuhan komunikasi yang ada.

2. Fungsi Komunikasi
Selain tujuan, fungsi komunikasi juga dapat memberikan manfaat yang baik

bagi Anda. Adapun fungsi komunikasi di antaranya ialah seperti berikut.

 Untuk menyampaikan informasi

 Sebagai penyampai pendapat agar dapat diterima oleh masyarakat luas atau yang

berkaitan.

 Sebagai bentuk interaksi dengan orang lain.

 Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan akan sesuatu hal. Jadi, melalui

komunkasi nantinya akan terjadi transfer ilmu antara pihak satu dengan pihak

lainnya.

 Pengisi waktu luang. Misalnya, dengan berbicara via telepon, chatting, sosial

media, video call dan sebagainya.

 Sebagai cara untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain. Biasanya

komunikasi semacam ini banyak mengandung unsur-unsur persuasif.

 Untuk dapat mengenal diri sendiri.

 Guna mengurangi ketegangan atau mencairkan suasana. Misalnya, ketika ada

pertikaian atau perselisihan pendapat dalam rapat tertentu.

 Sebagai hiburan. Misalnya, ketika Anda sedang jenuh kemudian menghubungi

teman jauh untuk sekadar mengobrol santai.


 Untuk selalu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

 Sebagai benteng diri agar tidak terisolasi dalam lingkungan masyarakat.

 Untuk mempelajari situasi yang terjadi.

 Mengubah sikap maupun perilaku.

 Mengawasi serta melakukan pengendalian atas suatu kegiatan.

 Sebagai motivasi untuk orang lain.

 Guna mengambil suatu keputusan yang tepat.

 Untuk melakukan kegiatan tertentu.

 Sebagai bentuk ekspresi.

 Menghindari adanya kesalahpahaman.

 Untuk tetap menjaga jalinan hubungan yang baik.

Salah satu pandangan tentang fungsi komunikasi yang kompleks dapat

dikemukakan berdasarkan teori komunikasi sosial yang dikembangkan oleh Joshua

Meyrowitz. Meyrowitz mengemukakan bahwa fungsi komunikasi tidak hanya sebatas

pertukaran informasi, tetapi juga melibatkan konstruksi sosial dan pemahaman dunia

secara lebih luas. Fungsi komunikasi yang kompleks ini melibatkan beberapa aspek

berikut:
1. Konstruksi Identitas Sosial: Komunikasi berperan dalam konstruksi identitas sosial

individu dan kelompok. Melalui interaksi komunikasi, individu membentuk dan

menyampaikan aspek identitas mereka, termasuk jenis kelamin, budaya, agama,

dan peran sosial. Komunikasi membantu membentuk persepsi diri dan

memberikan pengakuan sosial terhadap identitas individu.

2. Pemahaman Budaya dan Konteks: Komunikasi membantu individu memahami

budaya, norma, dan konteks sosial tempat mereka berada. Bahasa, simbol, dan

praktik komunikasi digunakan untuk mentransmisikan dan memahami makna yang

terkandung dalam budaya dan lingkungan sosial tertentu. Melalui komunikasi,

individu mempelajari dan menginternalisasi aturan, nilai, dan norma yang ada

dalam masyarakat.

3. Pembentukan Opini dan Sikap: Komunikasi memainkan peran penting dalam

membentuk opini, sikap, dan keyakinan individu. Melalui interaksi komunikasi

dengan orang lain, individu dipaparkan pada berbagai sudut pandang, informasi,

dan argumen yang mempengaruhi cara mereka memandang dunia. Komunikasi

juga memfasilitasi proses persuasi, di mana individu dapat mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh pandangan orang lain.

4. Pemeliharaan Hubungan Sosial: Komunikasi berfungsi dalam memelihara

hubungan sosial dan ikatan interpersonal. Melalui komunikasi verbal dan

nonverbal, individu menjalin hubungan interpersonal yang saling menguntungkan,

mengungkapkan perasaan, membangun kepercayaan, dan memecahkan konflik.


Komunikasi juga memfasilitasi kolaborasi, koordinasi, dan kerjasama dalam

kelompok sosial.

Fungsi komunikasi yang kompleks ini melibatkan proses sosial yang lebih luas,

termasuk konstruksi identitas, pemahaman budaya, pembentukan opini, dan

pemeliharaan hubungan sosial. Komunikasi tidak hanya sebatas pertukaran informasi,

tetapi juga merupakan landasan sosial yang mempengaruhi cara individu memahami

dunia, berinteraksi dengan orang lain, dan membentuk identitas mereka.

Fungsi komunikasi yang paling kompleks melibatkan konstruksi identitas sosial,

pemahaman budaya dan konteks, pembentukan opini dan sikap, serta pemeliharaan

hubungan sosial. Komunikasi berperan dalam membentuk identitas individu dan

kelompok melalui interaksi dan penyampaian aspek identitas melalui komunikasi.

Selain itu, melalui komunikasi, individu memahami budaya, norma, dan konteks

sosial yang membentuk lingkungan mereka. Komunikasi juga memainkan peran

penting dalam membentuk opini, sikap, dan keyakinan individu dengan

mempengaruhi pandangan dunia mereka. Selain itu, komunikasi memelihara

hubungan sosial dan ikatan interpersonal dengan memfasilitasi interaksi, ekspresi

perasaan, dan pemecahan konflik. Fungsi komunikasi yang kompleks ini melibatkan

proses sosial yang meluas dan beragam, yang mempengaruhi cara individu

memandang diri mereka, berinteraksi dengan orang lain, dan membentuk hubungan

sosial mereka.
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang fungsi komunikasi yang

kompleks. Berikut ini adalah beberapa pandangan dari beberapa ahli terkemuka:

1. James W. Carey:

Carey mengemukakan bahwa komunikasi memiliki fungsi budaya yang

kompleks. Menurutnya, komunikasi membentuk dan mempertahankan kehidupan

budaya, serta memainkan peran penting dalam mentransmisikan nilai-nilai, simbol-

simbol, dan pengetahuan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Marshall McLuhan:

McLuhan melihat komunikasi sebagai penghubung sosial yang mempengaruhi

cara kita memahami dunia. Ia berpendapat bahwa medium komunikasi memiliki efek

yang signifikan dalam membentuk persepsi, pikiran, dan interaksi sosial. McLuhan

mengemukakan bahwa medium adalah pesan itu sendiri dan mempengaruhi cara kita

memandang dunia.

3. Jurgen Habermas:

Habermas mengajukan konsep "komunikasi yang rasional" sebagai fungsi

komunikasi yang kompleks. Menurutnya, komunikasi yang rasional melibatkan

partisipasi aktif dari semua pihak, berdasarkan argumen rasional, dan tujuan

mencapai pemahaman bersama yang adil. Habermas menekankan pentingnya dialog


dan debat yang terbuka untuk mencapai kesepakatan dan tindakan yang bertanggung

jawab secara sosial.

4. Niklas Luhmann:

Luhmann mengembangkan teori sistem sosial yang melibatkan fungsi

komunikasi yang kompleks. Ia berpendapat bahwa komunikasi adalah medium yang

mengatur dan memelihara sistem sosial. Komunikasi memungkinkan pertukaran

informasi, koordinasi tindakan, pembentukan norma, dan pengembangan struktur

sosial dalam sistem-sistem yang lebih besar.

Pandangan-pandangan ini menggambarkan bahwa fungsi komunikasi yang

kompleks mencakup aspek-aspek budaya, pengaruh medium, dialog rasional, dan

pengaturan sistem sosial. Komunikasi tidak hanya sebatas alat pertukaran informasi,

tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas, mempengaruhi

persepsi, dan memelihara hubungan sosial dalam konteks budaya dan sosial yang

lebih luas.

Fungsi komunikasi dan tujuan komunikasi saling terkait dan saling mendukung

satu sama lain. Fungsi komunikasi mengacu pada peran atau kontribusi komunikasi

dalam konteks yang lebih luas, sedangkan tujuan komunikasi mengarah pada hasil

yang ingin dicapai melalui proses komunikasi. Berikut ini adalah hubungan antara

fungsi dan tujuan komunikasi:


1. Pertukaran Informasi (Fungsi) - Tujuan komunikasi dalam pertukaran informasi

adalah untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif agar dapat dimengerti

oleh penerima. Komunikasi yang efektif memastikan transfer informasi yang

akurat dan lengkap antara pengirim dan penerima.

2. Memahami dan Dipahami (Fungsi) - Tujuan komunikasi dalam memahami dan

dipahami adalah untuk mencapai keselarasan pemahaman antara semua pihak

yang terlibat. Komunikasi yang baik memastikan bahwa pesan yang disampaikan

dapat dimengerti dengan benar oleh penerima dan menghindari kesalahpahaman.

3. Membangun Hubungan dan Interaksi Sosial (Fungsi) - Tujuan komunikasi dalam

membangun hubungan dan interaksi sosial adalah untuk membentuk ikatan sosial,

memperkuat hubungan personal, dan memfasilitasi kolaborasi. Komunikasi yang

efektif membantu dalam membangun kepercayaan, mengurangi konflik, dan

meningkatkan kerjasama antara individu atau kelompok.

4. Mempengaruhi dan Persuasi (Fungsi) - Tujuan komunikasi dalam mempengaruhi

dan persuasi adalah untuk mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku orang

lain. Komunikasi persuasif digunakan dalam berbagai konteks, seperti iklan,

presentasi bisnis, debat, atau kampanye politik. Tujuan komunikasi adalah untuk

memengaruhi pandangan atau tindakan penerima melalui pesan yang persuasif dan

meyakinkan.

Dengan memahami fungsi komunikasi, individu atau organisasi dapat

menentukan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Misalnya, jika tujuan
komunikasi adalah membangun hubungan yang kuat, maka fokus dapat diberikan

pada fungsi membangun hubungan dan interaksi sosial. Hubungan yang erat antara

fungsi dan tujuan komunikasi memastikan bahwa komunikasi dapat mencapai hasil

yang diinginkan dalam berbagai konteks dan kebutuhan yang berbeda.

Berikut akan dijelaskan fungsi komunikasi secara lebih luas.

1. Fungsi Sosial Komunikasi

Manfaat dari fungsi sosial ini mengisyaratkan bahwa penting bagi kita untuk

membentuk konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan diri, menyenangkan dan

menghormati orang lain, memperoleh kebahagiaan, menghindari tekanan dan

ketegangan.

a. Membentuk konsep diri

Komunikasi penting untuk membangun konsep diri. Konsep diri adalah pandangan

kita tentang diri kita (Mulyana, 2014). Konsep diri juga dikenal dengan citra diri.

Proses mengenal diri tidak ada dapat terjadi tanpa orang lain. Kita mengetahui

jenis kelamin kita, apakah kita laki-laki atau perempuan, karena orang lain. Orang

yang paling berperan dalam diri kita adalah orang terdekat kita (significant others).

Dengan mengetahui jenis kelamin kita sendiri, kita dapat memerankan diri kita

dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. Bahwa laki-laki adalah

orang yang bertanggungjawab dalam kehidupan rumah tangga, dan lain

sebagainya.
Untuk memudahkan memahami pembentukan konsep diri, berikut gambaran

sederhana pembentukan konsep diri.

b. Aktualisasi diri

Aktualisasi diri adalah bahasa lain dari eksistensi diri. Orang akan selalu

memperbaharui story di media sosial intagram atau whatsapp salah satunya

mungkin untuk tujuan ini. Bahkan demi tujuan itu, mereka rela menghabiskan

banyak uang untuk mencari view yang bagus agar mendapat sekedap emoji suka

dari orang lain. Itulah dahsyatnya salah satu fungsi komunikasi dengan media

sosial.

Dulu orang akan diakui orang lain salah satunya melalui karyanya. Rene

Descartes (1596-1650) seorang filosof pernah berucap: cogito ergo sum (saya

berpikir, maka saya ada). Ucapan itu lalu berkembang menjadi: saya menulis,

maka saya ada. Di masa selanjutnya muncul ungkapan: saya berbicara, maka saya

ada, dan terus berkembang menjadi: saya foto, maka saya ada, saya membuat story

maka saya ada, dan saya…saya….yang lain…

c. Kelangsungan diri, menyenangkan dan menghormati orang lain, memperoleh

kebahagiaan. Seorang bayi yang baru lahir dipastikan sudah membawa serta naluri

alamiahnya untuk melangsungkan

hidupnya. Ketika dia kehausan dan kelaparan, dia akan merengek dan menangis

meminta air susu ibu yang menjadi makanan pokoknya.


Ilustrasi itu menggambarkan bahwa komunikasi sudah dilakukan semenjak

seseorang masih seorang bayi demi mempertahankan hidupnya. Lalu bagaimana

fungsi memupuk hubungan?

Seorang mahasiswa yang memasuki lingkungan kampus, biasanya dia akan

memberikan sapaan berupa salam kepada seorang dosen yang ditemuinya. Itulah

yang disebut dengan komunikasi fatik (phatic communication). Tujuannya adalah

menyenangan orang lain dan menghormati dosen atau dalam bahasa yang lain

untuk hubungan yang baik dan pada akhirnya memperoleh kebahagian. Penelitian

Yusuf (2019) menyebutkan bahwa komunikasi fatik dapat memengaruhi suasana

kelas yang pada gilirannya meningkatkan pembelajaran di IAIN Salatiga.

2. Fungsi Ekspresif Komunikasi

Komunikasi disebut menjadi salah satu cara untuk meluapkan perasaan atau

emosi kita, baik di kala sendiri atau bersama banyak orang. Melalui pesan verbal,

visual gambar (mural, vandalisme dll), juga emoji di media sosial. Sejak lama orang

akan bernyanyi, menulis lagu puisi dan novel untuk menunjukkan suasana emosinya

dan bahkan ada lagu khusus dalam suatu suatu suasana hati.

Orang hebat akan menyatakan emosinya melalui karya hebat. Konon, salah

seorang ulama besar Indonesia yang menginternasional, Syaikh Muhammad Mahfudz

bin Abdullah dari Tremas Pacitan Jawa Timur menulis banyak kitab (buku agama)

berjilid jilid ketika beliau bercerai dari istri beliau dan kembali ke Kota suci Mekah

hingga beliau wafat. Hal yang sama juga dilakukan oleh ulama besar lain dari Kediri
yang kitabnya juga digunakan literatur di beberapa universitas di luar negeri, yaitu

Syaikh Ihsan bin Dahlan.

3. Fungsi Ritual Komunikasi

Komunikasi juga dipandang mempunyai fungsi ritual yang biasanya dilakukan

secara kolektif. Bagi seorang muslim, shalat jama’ah adalah sunnah muakkad (amat

dianjurkan), atau bahkan fardhu kifayah (wajib bersifat representatif). Belum lagi

ibadah hasil asimilisasi budaya, seperti Yasinan, Tahlilan, Manaqiban, Sima’an al

Qur’an, Mujahadah dan lain sebagainya juga menjadi fungsi komunikasi manusia.

Contoh lain adalah satu kiblat, yaitu Ka’bah di Makkah al Mukarramah, sebagai

satu satu nya arah yang digunakan kaum muslim untuk menghadap Allah SWT,

meski dari arah yang berbeda pada setiap negara. Kesatuan kiblat itu melambangkan

persatuan umat Islam dalam beribadah meski berbeda budaya, suku dan bangsa.

Para antropolog menyebut ritual of passage untuk rutinitas budaya-agama yang

biasanya terjadi di Jawa misalnya untuk mapati, mitoni, siraman, sungkeman dan

ritus budaya lainnya. Semua itu melambangkan suatu nilai yang terkadang tidak kita

ketahui namun tidak untuk kita salahkan. Adalah suatu yang mustahil sebuah ritual

dilakukan bertahun-tahun bahkan berabad-abad oleh berbagai lapisan masyarakat,

tanpa ada 62 Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi orang yang melarang dan

memberantasnya jika memang hal itu salah dan tidak baik.

4. Fungsi Instrumental
Komunikasi Fungsi ini yang biasanya dikenalkan oleh para pakar komunikasi

dalam menjelaskan fungsi komunikasi. Mulai dari menginformasikan (to inform),

mendidik (to educate), menghibur (to entertaint), memengaruhi (to influence) dan

sederet fungsi lainnya. Seluruh contoh fungsi itu bermuara kepada satu fungsi, yaitu

membujuk (persuasive). Artinya bahwa komunikasi adalah alat (instrument) bagi

kepentingan tertentu.

Pada akhirnya, semua fungsi itu terkadang tumpangtindih. Dalam suatu

peristiwa komunikasi, bisa jadi seluruh fungsi itu ada padanya, dan terkadang hanya

satu fungsi yang ada.

D. PROSES DAN UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi diperlukan karena memiliki peran penting dalam

menghubungkan manusia satu sama lain dan memfasilitasi pertukaran informasi,

pemahaman, dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa alasan mengapa proses

komunikasi sangat penting:

1. Pertukaran Informasi: Proses komunikasi memungkinkan pertukaran informasi

antara individu atau kelompok. Melalui komunikasi, orang dapat menyampaikan

ide, pengetahuan, dan data kepada orang lain. Pertukaran informasi yang efektif

memungkinkan kolaborasi yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih

tepat, dan pemecahan masalah yang lebih efisien.


2. Pemahaman dan Keselarasan: Komunikasi memungkinkan individu memahami

dan dipahami oleh orang lain. Dalam proses komunikasi, orang berusaha untuk

menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif agar dapat dimengerti oleh

penerima. Penerima juga harus berusaha memahami pesan yang disampaikan oleh

pengirim. Komunikasi yang baik memastikan keselarasan pemahaman antara

semua pihak yang terlibat, mencegah kesalahpahaman, dan membangun hubungan

yang saling menguntungkan.

3. Pembangunan Hubungan dan Interaksi Sosial: Proses komunikasi memungkinkan

pembentukan dan pemeliharaan hubungan antara individu atau kelompok. Melalui

komunikasi, manusia dapat membentuk ikatan sosial, memperkuat hubungan

personal, dan membangun kerjasama dalam berbagai konteks. Komunikasi

interpersonal yang efektif membantu membangun kepercayaan, mengurangi

konflik, meningkatkan kolaborasi, dan memfasilitasi pertumbuhan hubungan yang

lebih dalam.

4. Pengaruh dan Persuasi: Komunikasi memiliki peran penting dalam mempengaruhi

orang lain dan meyakinkan mereka tentang suatu gagasan, pandangan, atau

tindakan tertentu. Komunikasi persuasif digunakan dalam berbagai konteks,

termasuk iklan, presentasi bisnis, debat, kampanye politik, dan negosiasi. Melalui

penggunaan bahasa yang efektif, logika yang kuat, penggunaan bukti yang relevan,

dan kemampuan membaca audiens, komunikator dapat mempengaruhi keyakinan,

sikap, dan perilaku orang lain.


Secara keseluruhan, proses komunikasi penting karena memungkinkan

pertukaran informasi, pemahaman, pembangunan hubungan sosial, dan pengaruh

persuasif. Tanpa proses komunikasi yang efektif, sulit bagi manusia untuk

berinteraksi, bekerja sama, dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka dalam

kehidupan sehari-hari.

Proses komunikasi adalah aliran atau perpindahan informasi dari seorang

pengirim kepada penerima melalui saluran atau media tertentu. Proses komunikasi

yang lengkap melibatkan beberapa unsur yang saling terkait. Berikut adalah unsur-

unsur komunikasi yang lengkap:

1. Pengirim (Sender): Pengirim adalah orang atau entitas yang menginisiasi atau

memulai proses komunikasi. Pengirim bertanggung jawab untuk mengirimkan

pesan kepada penerima. Pengirim harus memiliki niat untuk berkomunikasi dan

memiliki pemahaman tentang apa yang ingin disampaikan.

2. Pesan (Message): Pesan adalah informasi yang ingin disampaikan oleh pengirim

kepada penerima. Pesan bisa berupa kata-kata, simbol, gambar, suara, atau

kombinasi dari semuanya. Pesan harus jelas, relevan, dan dapat dimengerti oleh

penerima.

3. Saluran (Channel): Saluran merupakan media atau sarana yang digunakan untuk

mentransmisikan pesan dari pengirim kepada penerima. Saluran dapat berupa lisan

(percakapan langsung), tulisan (surat, email), visual (gambar, presentasi), atau


media elektronik (telepon, video konferensi). Pilihan saluran harus sesuai dengan

konteks dan kebutuhan komunikasi.

4. Penerima (Receiver): Penerima adalah individu atau kelompok yang menerima

pesan yang dikirimkan oleh pengirim. Penerima bertugas untuk memperhatikan,

memahami, dan menguraikan pesan yang diterima. Penerima harus aktif dalam

proses komunikasi dengan membuka pikiran dan telinga mereka serta

menunjukkan minat dalam pesan yang diterima.

5. Umpan Balik (Feedback): Umpan balik adalah respons atau tanggapan yang

diberikan oleh penerima kepada pengirim setelah menerima pesan. Umpan balik

membantu pengirim memahami apakah pesan telah diterima dengan benar,

dipahami, dan apakah tujuan komunikasi telah tercapai. Umpan balik dapat berupa

ucapan, ekspresi wajah, reaksi fisik, atau komentar tertulis.

6. Konteks: Konteks merujuk pada lingkungan fisik, sosial, psikologis, dan budaya di

mana komunikasi terjadi. Konteks mencakup faktor-faktor seperti tempat, waktu,

hubungan antara pengirim dan penerima, norma sosial, dan latar belakang budaya.

Konteks mempengaruhi interpretasi pesan dan pemahaman antara pengirim dan

penerima.

7. Gangguan (Noise): Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu atau

menghalangi proses komunikasi dan dapat menyebabkan penyimpangan atau

kehilangan informasi. Gangguan bisa berupa gangguan fisik (suara bising,


gangguan teknis), gangguan psikologis (emosi, sikap defensif), atau gangguan

semantik (bahasa yang ambigu, kosakata yang tidak dikenal).

Proses komunikasi yang lengkap melibatkan pengirim yang menghasilkan

pesan yang ditujukan kepada penerima melalui saluran tertentu. Penerima menerima

pesan dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Semua unsur ini beroperasi

dalam konteks tertentu dengan gangguan yang mungkin terjadi. Memahami dan

mengelola unsur-unsur ini penting untuk mencapai komunikasi yang efektif.

Proses komunikasi adalah rangkaian langkah yang terjadi saat pesan dikirim

dari pengirim ke penerima. Proses ini melibatkan beberapa tahapan yang saling

terkait dan saling mempengaruhi. Tahap pertama adalah pengodean, di mana

pengirim mengubah pesan ke dalam bentuk yang dapat dipahami oleh penerima.

Pengodean melibatkan pemilihan kata, simbol, atau tanda-tanda yang sesuai untuk

mengungkapkan maksud komunikasi. Setelah pengodean, tahap berikutnya adalah

pengiriman pesan. Pengirim menggunakan saluran komunikasi yang tepat, seperti

lisan, tulisan, atau media elektronik, untuk mengirimkan pesan kepada penerima.

Kemudian, penerima menerima pesan dan melakukan proses decoding. Penerima

menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan konteks untuk memahami makna pesan

yang dikirimkan oleh pengirim. Proses decoding melibatkan interpretasi pesan dan

pemahaman tujuan komunikasi. Terakhir, umpan balik menjadi tahapan penting

dalam proses komunikasi. Penerima memberikan tanggapan, baik secara verbal

maupun nonverbal, kepada pengirim, sehingga pengirim dapat memperoleh informasi


tentang pemahaman dan respons penerima terhadap pesan yang telah disampaikan.

Umpan balik memungkinkan pengirim untuk memeriksa dan memperbaiki pesan

yang disampaikan jika diperlukan. Selain itu, unsur-unsur tambahan seperti konteks,

seperti lingkungan sosial, budaya, dan waktu, juga memengaruhi proses komunikasi

dengan mempengaruhi interpretasi dan pemahaman pesan oleh penerima. Dalam

keseluruhan proses komunikasi, pengirim dan penerima saling berinteraksi untuk

mencapai pemahaman yang efektif dan bertukar informasi yang relevan.

Menurut Onong Uchjana Effendy, (2004: 11-16), proses komunikasi terbagi

menjadi dua tahap yaitu: “proses komunikasi secara primer” dan “proses komunikasi

secara sekunder”. Sebagai berikut:

1. Proses komunikasi secara premier

Komunikasi secara premier adalah proses penyampaian pikiran dan atau

perassan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)

sebagai media. Lambang sebagai media premier dalam proses komunikasi adalah

pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain

sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan

komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memkai lambang sebagai media pertama. Seorang Komunikator

menggunkan media kedua dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan

sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,

telepon, teleks, Surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua

yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu

menggunakan media yang dapat diklarisifikasikan sebagai media Massa (Surat kabar,

televisi, radio, dsb.)

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk dapat terjadinya proses komunikasi, minimal terdiri dari tiga unsur

utama. Yakni pengirim pesan, pesan dan target penerima pesan. Namun komunikasi

bukan semata terdiri atas tiga unsur tersebut. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur

dasar, tetapi proses komunikasi dapat mengandung lebih dari tiga unsur tersebut.

a. Pengirim pesan atau komunikator

Pengirim pesan adalah manusia yang memulai proses komunikasi, disebut

“komunikator”. Tujuan komunikator mengirimkan pesan disebut “motif komunikasi”,

ada yang menyebut pengiriman pesan atau komunikator dengan istilah “pengirim”

atau “sumber”. Atau ada pula yang menyebut sebagai encoder. Istilah “encoder”

identik dengan istilah yang diartikan sebagai alat penyandi. “Encoding” adalah proses

penyandian, sedangkan yang disandikan adalah pesan.


Komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang atau lebih dari satu

orang. Apabila orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut saling kenal sehingga

disebut kjelompok kecil. Namun apabila mereka tidak mengenal satu sama lain dapat

disebut sebagai public atau kelompok besar. Sementara, kumpulan banyak orang

yang tidak hanya mengenal satu sama lain, namun juga memiliki tujuan serta visi

misi yang sama dapat dikatakan sebagai organisasi.

Jadi, selain komunikator dapat berupa satu orang, dapat juga komunikator lebih

dari satu orang bahkan banyak orang. Hal tersebut yang akhirnya menyebabkan jenis

tatanan komunikasi mulai dari komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,

komunikasi massa, komunikasi publik hingga komunikasi

organisasi (Fajar, 2009: 58-59).

b. Penerima pesan atau komunikan

Penerima pesan atau komunikan adalah manusia berakal budi kepada siapa

pesan komunikator ditujukan. Ada pula yang menyebutkan bahwa penerima pesan

sebagai “decoder”. Dalam komunikasi, utamanya dalam tataran antarpribadi peran

komunikator dan komunikan bersifat dinamis. Dapat saling berganti.

Sebagaimana komunikator, komunikan juga dapat terdiri dari satu orang,

banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar termasuk dalam wujud organisasi)

dan massa. Dilihat dari jumlah komunikator dan komunikannya, proses komunikasi

dapat terjadi dalam Sembilan kemungkinan. Antara lain:


1. Antara satu orang dan satu orang, misalnya penulis dengan kekasih penulis.

2. Antara satu orang dan banyak orang, misalnya penulis dengan mahasiswa penulis.

3. Antara satu orang dan massa, misalnya penulis sebagai penulis opini di koran,

penulis sebagai komunikator massa yang menyampaikan pesan.

4. Antara banyak orang dan satu orang, misalnya sekelompok warga desa yang

melakukan demonstrasi terhadap lurahnya atau menyampaikan tuntutan kepada

kepala desanya.

5. Antara banyak orang dan banyak orang, misalnya sekelompok mahasiswa dengan

kelompok lain.

6. Antara banyak orang dan massa, misalnya sekelompok polisi mencanangkan pesan

anti-terorisme, menyampaikan melalui TV sebagai media massa elektronik.

7. Antara massa dan satu orang, misalnya khalayak pembaca media massa

mempertanyakan pernyataan seseorang tokoh di media massa.

8. Antara massa dan banyak orang, misalnya khalayak pembaca media massa

mempertanyakan sikap sekelompok polisi yang anti-terorisme.

9. Antara massa dan massa, misalnya sebagian khalayak massa pembaca Tempo

yang setuju atas suatu pemberitaan, semrntara sebagian khalayak lainnya tidak

setuju atas pemutaran berita di majalah itu.

c. Pesan

Pesan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan komunikator

kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Pesan sebenarnya


adalah sesuatu hal yang sifatnya abstrak. Akan tetapi, ketika ia disampaikan dari

komunikator kepada komunikan menjadi konkret karena disampaikan dalam bentuk

symbol atau lambang berupa bahasa, suara, gambar, mimik, gerak-geri dan lain

sebagainya.

Oleh karena itu lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud

konkret dari pesan yang berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret.

Suara, mimik, gerak-gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal. Sedangkan

bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan ke dalam pesan verbal.

d. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Agar apa yang disampaikan komunikator sampai pada komunikan, dibutuhkan

saluran dan media komunikasi. Saluran komunikasi lebih identik dengan proses

berjalannya pesan, seadangkan media komunikasi lebih identik dengan alat (benda)

untuk menyampaikan. Komunikasi dapat terjadi tanpa media.

Komunikasi juga berjalan dengan bantuan sarana berupa media, yang disebut

media komunikasi. Media komunikasi berfungsi sebagai alat perantara yang sengaja

dipilih komunikator untuk mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.

Dalam komunikasi tatap muka sebenarnya bukan berarti tidak ada perantara.

jika diselidiki secara ilmu fisika, pesan yang tersampaikan antara komunikator dan

komunikan terdapat zat perantaranya yaitu gelombang cahaya atau gelombang suara.
munculnya media komunikasi berarti juga pilihan untuk membuat teknologi yang

memudahkan zat perantara dapat dimungkinkan secara teknis pada saat jarak antara

komunikan dan komunikator tidak berdekatan. Jadi media adalah suatu hal yang

dipilih, sedangkan perantara bukanlah suatu hal yang dipilih karena sudah ada dengan

sendirinya saat terjadi komunikasi.

e. Efek Komunikasi.

Efek komunikasi adalah situasi yang diakibatkan oleh pesan komunikator

dalam diri komunikannya. Efek komunikasi ini berupa efek psikologis yang terdiri

dari tiga hal:

1. Pengaruh kognitif. Bahwa dengan komunikasi, seseorang menjadi tahu tentang

sesuatu. berarti komunikasi berfungsi untuk memberikan informasi.

3. Pengaruh afektif. Bahwa dengan pesan yang disampaikan terjadi perubahan

perasaan dan sikap. misalnya, karena suatu pidato yang bersifat persuasif, tercipta

sikap untuk melakukan sesuatu atau sikap setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu.

4. Pengaruh konatif yaitu pengaruh yang berupa tingkah laku dan tindakan. karena

menerima pesan dari komunikator atau penyampai pesan, komunikasi bisa

bertindak untuk melakukan sesuatu. Misalnya, karena baru mendengar khotbah di

masjid yang mengobarkan kebencian terhadap agama lain, umat islam di masjid

tersebut beramai-ramai menuju gereja dan membakarnya. disadari atau tidak,


tujuan komunikasi memang untuk menyampaikan pesan agar terjadi perubahan

perasaan dan tingkah laku pada komunikan.

a. Pengirim Pesan atau Komunikator

Pengirim pesan atau komunikator adalah sumber yang bertugas mengirim pesan

dalam proses komunikasi atau disebut the sender.

Pengirim pesan juga disebut dengan narasumber harus bisa mengirim pesan

dengan bahasa yang mudah dipahami.

Selain itu, narasumber atau komunikator harus memiliki kecakapan komunikasi,

sikap yang baik, pengetahuan tentang pesan, dan memperhatikan keadaan si penerima

pesan.

b. Pesan atau Informasi

Pesan atau informasi yang ingin dikomunikasikan atau disampaikan bisa

bervariasi. Ada pesan atau informasi yang bersifat menghibur, informatif, nasihat,

dan propaganda.

c. Media

Media adalah unsur komunikasi yang digunakan untuk memindahkan pesan atau

informasi dari komunikator kepada penerima pesan.

Pesan atau informasi tersebut bisa disampaikan melalui beberapa media, seperti

surat, telepon, atau bertatap muka secara langsung.


Selain itu, media komunikasi juga dapat berbentuk media cetak, elektronik, dan

media daring.

d. Penerima Pesan atau Komunikan

Penerima pesan disebut juga komunikan. Proses komunikasi bisa dilakukan

apabila ada dua orang atau lebih, meliputi komunikator atau komunikan. Komunikan

bertugas menerima dan menerjemahkan pesan agar pesan tersebut dapat dipahami.

e. Pengaruh atau Akibat

Proses komunikasi menimbulkan pengaruh atau akibat. Pengaruh atau akibat

dari komunikasi, yaitu perubahan atau penguatan dari sisi pengetahuan, tindakan, dan

sikap seseorang akibat pesan yang disampaikan.

f. Umpan Balik

Unsur umpan balik dalam komunikasi adalah dampak pengaruh pesan yang

ditimbulkan. Umpan balik ini merupakan bentuk tanggapan atau jawaban atas pesan

yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

g. Lingkungan

Komunikasi juga membutuhkan unsur lingkungan untuk memengaruhi jalannya

penyampaian pesan.
Unsur lingkungan bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti lingkungan

fisik, lingkungan waktu, lingkungan psikologis, dan lingkungan sosial budaya.

E. TEKNIK KOMUNIKASI

Menurut Arifin (1994), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam

strategi komunikasi, yaitu:

Redundancy (Repetition). Teknik redundancy atau repetition adalah cara

mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak.

Dengan teknik ini sekalian banyak manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu

antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru

kontras dengan pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak

mengikat perhatian.

Redundansi dalam konteks komunikasi mengacu pada penggunaan berlebihan

atau pengulangan informasi dalam proses komunikasi. Teknik komunikasi redundansi

digunakan untuk memastikan pesan yang disampaikan oleh pengirim diterima dengan

jelas dan akurat oleh penerima.

Tujuan utama dari penggunaan teknik komunikasi redundansi adalah untuk

mengurangi kemungkinan kesalahan pemahaman atau kehilangan informasi dalam

proses komunikasi. Dengan mengulang pesan atau menggunakan beberapa saluran

komunikasi yang berbeda, peluang terjadinya kesalahan interpretasi atau kehilangan

pesan dapat dikurangi.


Beberapa contoh teknik komunikasi redundansi termasuk:

1. Pengulangan verbal: Pengirim dapat mengulang pesan penting atau informasi

kunci secara verbal untuk memastikan pemahaman yang lebih baik oleh penerima.

Dengan mengulang pesan dengan kata-kata yang sama atau serupa, pesan menjadi

lebih jelas dan sulit untuk diabaikan.

2. Penggunaan media visual: Menggunakan gambar, diagram, grafik, atau infografis

dapat menjadi bentuk redundansi yang efektif dalam komunikasi. Informasi yang

disampaikan melalui media visual dapat memperkuat pesan yang disampaikan

secara verbal dan memudahkan pemahaman penerima.

3. Konfirmasi pemahaman: Pengirim dapat meminta penerima untuk mengulangi

atau merangkum kembali pesan yang diterima untuk memastikan bahwa pesan

telah dipahami dengan benar. Ini memberikan kesempatan kepada penerima untuk

mengklarifikasi dan memastikan bahwa tidak ada informasi yang hilang atau salah

dipahami.

4. Penggunaan multiple saluran komunikasi: Menggunakan lebih dari satu saluran

komunikasi, seperti email dan percakapan langsung, dapat membantu memastikan

bahwa pesan sampai ke penerima dengan baik. Dengan menggunakan saluran

yang berbeda, peluang hilangnya informasi dapat diminimalkan.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun redundansi dalam komunikasi dapat

membantu memastikan pemahaman yang lebih baik, terlalu banyak redundansi juga

dapat menyebabkan kelebihan informasi atau menjadi repetitif. Oleh karena itu,
penting untuk menggunakan teknik komunikasi redundansi secara tepat dan seimbang

sesuai dengan situasi dan kebutuhan komunikasi yang ada.

Canalizing. Teknik canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh

kelompok terhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka

harus dimulai dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan

secara berangsur-angsur mengubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal

ini kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan

dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi

hubungan yang ketat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan

akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan

mudah diterima oleh komunikan.

Teknik "canalizing" dalam komunikasi mengacu pada upaya yang dilakukan

oleh pengirim pesan untuk mengarahkan atau memandu arus komunikasi dalam suatu

kelompok atau interaksi. Tujuan dari teknik canalizing adalah mengarahkan perhatian,

energi, atau diskusi ke topik atau tujuan tertentu yang diinginkan oleh pengirim pesan.

Beberapa contoh teknik canalizing yang umum digunakan dalam komunikasi

antara individu atau dalam kelompok adalah sebagai berikut:

1. Menentukan agenda: Seorang pemimpin atau fasilitator komunikasi dapat

menetapkan agenda atau daftar topik yang akan dibahas dalam pertemuan atau
diskusi. Dengan menentukan agenda, mereka mengarahkan fokus dan arus

komunikasi ke topik-topik yang relevan dan penting.

2. Mengajukan pertanyaan terarah: Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang

spesifik dan terarah dapat membantu mengarahkan diskusi ke topik atau aspek

tertentu yang ingin dijelajahi atau dipertimbangkan. Pertanyaan terarah membantu

mengarahkan pemikiran dan arus komunikasi ke jalur yang diinginkan.

3. Memberikan panduan atau instruksi: Seorang pemimpin atau fasilitator dapat

memberikan panduan atau instruksi kepada peserta tentang bagaimana mereka

sebaiknya berkontribusi dalam diskusi. Misalnya, mereka dapat meminta setiap

peserta untuk memberikan pandangan singkat mereka atau mengikuti urutan

tertentu dalam berbicara.

4. Menggunakan bahan bacaan atau sumber referensi: Menyediakan bahan bacaan

atau sumber referensi kepada peserta komunikasi dapat membantu mengarahkan

perhatian dan diskusi ke topik atau isu tertentu. Bahan bacaan ini dapat digunakan

sebagai titik awal atau dasar untuk diskusi yang lebih mendalam.

5. Menjaga fokus: Seorang pemimpin atau fasilitator komunikasi dapat mengambil

peran aktif dalam menjaga fokus diskusi agar tetap relevan dengan tujuan atau

topik yang sedang dibahas. Mereka dapat mengalihkan perhatian kembali ke topik

yang sedang dibahas jika ada deviasi atau pergeseran yang signifikan.

Teknik canalizing membantu menghindari dispersi atau kehilangan arah dalam

komunikasi, sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai dengan lebih efektif. Namun,
perlu diingat bahwa penggunaan teknik ini harus seimbang dan menghormati

partisipasi dan kontribusi semua anggota dalam komunikasi.

Informatif. Teknik informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan

mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti

menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data-

data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Teknik informatif ini, lebih

ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk

pernyataan berupa keterangan, penerangan, berita dan sebagainya. Berikut adalah

beberapa teknik informatif yang umum digunakan:

1. Kepastian Tujuan Komunikasi: Penting untuk memiliki tujuan yang jelas dalam

komunikasi. Sebelum menyampaikan informasi, identifikasi tujuan Anda dan

pastikan pesan yang ingin disampaikan sesuai dengan tujuan tersebut. Hal ini akan

membantu Anda memfokuskan pesan dan menyampaikannya secara lebih efektif.

2. Kekuatan dan Kepentingan Informasi: Teknik ini melibatkan menyoroti kekuatan

dan kepentingan informasi yang akan disampaikan. Jelaskan mengapa informasi

tersebut relevan, bagaimana akan mempengaruhi penerima, atau mengapa penting

untuk dipahami. Hal ini membantu meningkatkan minat penerima dan

memperkuat pemahaman mereka terhadap informasi tersebut.

3. Pengaturan Pesan secara Terstruktur: Susun pesan atau informasi Anda dalam

urutan yang logis dan terstruktur. Mulailah dengan pengenalan yang jelas, lalu

jelaskan informasi dengan rinci dan akhirnya berikan ringkasan atau kesimpulan.
Pengaturan yang terstruktur membantu penerima dalam mengikuti alur pikiran dan

memahami informasi dengan lebih baik.

4. Menggunakan Ilustrasi atau Contoh: Penggunaan ilustrasi atau contoh konkret

dapat membantu menjelaskan informasi secara lebih baik. Gunakan cerita pendek,

studi kasus, atau analogi yang relevan untuk membantu penerima memahami dan

mengaitkan informasi dengan konteks yang lebih mudah dipahami.

5. Penggunaan Visual atau Media Pendukung: Mendukung pesan verbal dengan

visual atau media lainnya dapat meningkatkan pemahaman dan retensi informasi.

Gunakan grafik, diagram, gambar, atau presentasi visual untuk memperkuat pesan

yang disampaikan dan membantu penerima memvisualisasikan informasi dengan

lebih baik.

6. Menghindari Jargon atau Istilah Teknis yang Rumit: Gunakan bahasa yang mudah

dipahami dan hindari penggunaan jargon atau istilah teknis yang rumit jika tidak

diperlukan. Pastikan bahwa penerima memiliki pemahaman dasar tentang konteks

atau istilah yang digunakan dalam pesan Anda.

7. Menyediakan Kesempatan Bertanya atau Klarifikasi: Akhiri komunikasi dengan

memberikan kesempatan bagi penerima untuk bertanya atau mengklarifikasi. Hal

ini memastikan bahwa pesan telah dipahami dengan benar dan membuka ruang

bagi penerima untuk memperoleh informasi tambahan jika diperlukan.

Penerapan teknik informatif dalam komunikasi membantu meningkatkan

kejelasan dan pemahaman informasi yang disampaikan kepada penerima. Dengan


menggunakan teknik ini, pesan dapat disampaikan dengan lebih efektif dan

meminimalkan risiko kesalahpahaman atau kehilangan informasi.

Persuasif. Teknik persuasif adalah mempengaruhi dengan jalan membujuk.

Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya.

Perlu diketahui, bahwa situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh kecakapan

untuk mengsugestikan atau menyarankan sesuatu kepada komunikan (suggestivitas),

dan mereka itu sendiri diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh

(suggestibilitas).

Berikut ini beberapa teknik persuasif yang umum digunakan:

1. Pendekatan Rasional: Teknik ini melibatkan penggunaan logika, fakta, dan

argumen rasional untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mencakup menyajikan

data yang kredibel, menyajikan argumen yang terstruktur dengan baik, dan

menunjukkan keuntungan atau manfaat yang logis dari pandangan atau tindakan

yang diusulkan.

2. Pendekatan Emosional: Menggunakan emosi untuk mempengaruhi orang lain

adalah teknik persuasif yang kuat. Hal ini melibatkan penggunaan cerita, anekdot,

atau bahasa yang menghidupkan perasaan seperti kegembiraan, takut, haru, atau

empati. Pendekatan emosional dapat membuat pesan lebih menarik dan relevan

secara personal.
3. Bukti Sosial: Manusia cenderung mempengaruhi oleh apa yang dilakukan orang

lain. Dalam teknik persuasif ini, Anda menyajikan bukti atau testimonial dari

individu atau kelompok lain yang mendukung pandangan atau tindakan yang

diusulkan. Bukti sosial dapat mencakup kesaksian, testimonial, ulasan, atau

statistik yang menunjukkan bahwa orang lain telah memperoleh manfaat atau

sukses dengan pendekatan yang sama.

4. Otoritas dan Keahlian: Membangun kredibilitas dan mengutip otoritas atau ahli di

bidang terkait adalah teknik yang efektif untuk mempengaruhi orang lain.

Menggunakan kutipan dari pakar atau menunjukkan bahwa pendapat Anda

didukung oleh sumber yang dapat dipercaya meningkatkan kepercayaan dan

meyakinkan penerima untuk menerima pandangan atau tindakan yang diusulkan.

5. Pembingkaian Pesan: Pembingkaian atau framing pesan adalah teknik persuasif

yang melibatkan penyajian informasi dengan cara yang mengarahkan persepsi atau

penafsiran penerima. Ini melibatkan penggunaan kata-kata, frasa, atau sudut

pandang yang dapat mempengaruhi bagaimana pesan diterima. Pembingkaian

yang positif atau penggambaran manfaat dari pandangan atau tindakan yang

diusulkan dapat meningkatkan daya persuasi.

6. Penggunaan Keakraban atau Kekinian: Membangun hubungan yang akrab dengan

audiens atau menggunakan referensi kejadian atau tren terkini adalah teknik

persuasif yang dapat membuat pesan lebih relevan dan menarik. Menggunakan

humor, referensi populer, atau bahasa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari

dapat meningkatkan daya tarik dan penerimaan pesan.


7. Kekuatan Pendekatan Personal: Menggunakan pendekatan personal yang

melibatkan komunikasi yang langsung, penuh perhatian, dan responsif adalah

teknik

Edukatif. Teknik edukatif merupakan salah satu usaha mempengaruhi khalayak

dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan

yang akan berisi pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-pengalaman.

Mendidik berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas

fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi

kebenaran, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah

laku manusia ke arah yang diinginkan.

Teknik edukatif dalam komunikasi merujuk pada strategi yang digunakan untuk

menyampaikan informasi, pengetahuan, atau keterampilan kepada orang lain dengan

tujuan mendidik atau meningkatkan pemahaman mereka. Teknik ini berfokus pada

transfer pengetahuan dan pembelajaran yang efektif. Berikut ini beberapa teknik

edukatif yang umum digunakan:

1. Penjelasan yang Jelas: Mengkomunikasikan informasi dengan cara yang jelas,

terstruktur, dan mudah dipahami adalah teknik edukatif yang penting. Pastikan

pesan disampaikan secara sistematis dan teratur, menggunakan bahasa yang sesuai

dan menghindari penggunaan jargon atau istilah teknis yang rumit jika tidak

diperlukan.
2. Demonstrasi: Teknik ini melibatkan menunjukkan bagaimana sesuatu dilakukan

melalui contoh nyata atau demonstrasi visual. Dengan memperlihatkan langkah-

langkah atau proses secara langsung, pesan yang disampaikan dapat lebih mudah

dipahami dan diikuti oleh penerima.

3. Studi Kasus: Menggunakan studi kasus atau contoh konkret dapat membantu

mengilustrasikan konsep atau prinsip yang diajarkan. Dengan memberikan contoh

situasi yang nyata, penerima dapat melihat bagaimana pengetahuan atau prinsip

tersebut diterapkan dalam konteks yang relevan.

4. Diskusi Kelompok: Mendorong diskusi kelompok atau interaksi antara peserta

adalah teknik edukatif yang efektif. Diskusi memungkinkan penerima untuk

berbagi pendapat, pengalaman, dan pengetahuan mereka sendiri, sehingga

memperkaya proses belajar dan memperluas pemahaman.

5. Penggunaan Media Pendukung: Mendukung komunikasi dengan media visual,

seperti slide presentasi, diagram, atau video, dapat memperkuat pesan edukatif.

Media pendukung dapat membantu visualisasi konsep, mempermudah pemahaman,

dan meningkatkan daya tarik pembelajaran.

6. Aktivitas Interaktif: Menerapkan aktivitas yang melibatkan partisipasi aktif

penerima, seperti latihan

Koersif. Teknik koersif adalah mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa.

Teknik koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan,


perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaannya yang lebih lancar

biasanya di belakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh.

F. PRINSIP KOMUNIKASI

Prinsip komunikasi merupakan panduan atau pedoman yang mengarahkan dan

memfasilitasi komunikasi yang efektif dan bermakna antara individu atau kelompok.

Prinsip-prinsip tersebut penting untuk menjaga kualitas komunikasi, menghindari

kesalahpahaman, dan membangun hubungan yang baik. Berikut adalah beberapa

alasan mengapa prinsip komunikasi diperlukan:

1. Klaritas dan Keterbacaan: Prinsip komunikasi membantu dalam mencapai klaritas

dan keterbacaan pesan yang disampaikan. Prinsip-prinsip seperti kejelasan,

kekonkretan, dan kekompakan membantu menghindari ambiguitas dan

memastikan pesan dapat dimengerti dengan jelas oleh penerima.

2. Kesesuaian dengan Konteks: Prinsip komunikasi mengarahkan kita untuk

memperhatikan konteks komunikasi. Konteks meliputi faktor seperti budaya, latar

belakang, nilai-nilai, dan norma yang mempengaruhi pemahaman dan penafsiran

pesan. Dengan memperhatikan konteks, kita dapat menghindari kesalahpahaman

dan mengkomunikasikan pesan dengan lebih tepat dan relevan.

3. Empati dan Penerimaan: Prinsip komunikasi menekankan pentingnya

mempertimbangkan perasaan, pandangan, dan kebutuhan penerima. Dengan

adanya prinsip empati dan penerimaan, kita dapat meningkatkan pemahaman,


membangun hubungan yang lebih baik, dan menciptakan lingkungan komunikasi

yang inklusif dan saling mendukung.

4. Keterbukaan dan Kejujuran: Prinsip komunikasi mengedepankan keterbukaan dan

kejujuran dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip seperti kejujuran, integritas, dan

transparansi memastikan bahwa komunikasi kita didasarkan pada kebenaran,

menghindari manipulasi, dan membangun kepercayaan yang kuat antara

komunikator dan penerima.

5. Responsif dan Fleksibel: Prinsip komunikasi menekankan pentingnya responsif

dan fleksibel dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip seperti mendengarkan aktif,

merespons dengan baik, dan adaptabilitas membantu kita berinteraksi dengan baik,

memahami kebutuhan penerima, dan merespons secara efektif terhadap perubahan

atau situasi yang muncul.

Prinsip-prinsip komunikasi merupakan pedoman yang sangat penting dalam

memastikan komunikasi yang efektif dan bermakna antara individu atau kelompok.

Prinsip-prinsip ini meliputi klaritas, keterbacaan, empati, keterbukaan dan kejujuran,

responsivitas, kesederhanaan, konteks, dan umpan balik. Prinsip klaritas dan

keterbacaan menekankan pentingnya menyampaikan pesan dengan jelas, sederhana,

dan sesuai dengan pemahaman penerima. Prinsip empati membutuhkan kepekaan

terhadap perasaan, pandangan, dan kebutuhan penerima untuk menciptakan

komunikasi yang inklusif dan saling mendukung. Keterbukaan dan kejujuran menjadi

prinsip yang penting dalam membangun kepercayaan dan integritas dalam


komunikasi. Responsivitas mengajarkan pentingnya merespons dengan baik terhadap

pesan yang diterima dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Prinsip

kesederhanaan mendorong penyampaian pesan dengan cara yang sederhana dan

mudah dimengerti. Prinsip konteks mengingatkan pentingnya memperhatikan faktor-

faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi pemahaman pesan. Prinsip umpan balik

menggarisbawahi pentingnya mendapatkan respons dari penerima dan memperbaiki

komunikasi jika diperlukan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini,

individu atau kelompok dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka,

menghindari kesalahpahaman, dan membangun hubungan yang kuat dan bermakna

dalam berbagai konteks komunikasi.

Dengan adanya prinsip komunikasi, individu atau kelompok dapat

mengkomunikasikan pesan dengan lebih efektif, meminimalkan kesalahpahaman, dan

membangun hubungan yang lebih kuat. Prinsip-prinsip ini juga membantu

menciptakan lingkungan komunikasi yang positif, saling mendukung, dan bermakna

bagi semua pihak yang terlibat.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip komunikasi yang di jabarkan oleh “Dedi

Mulyana” berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi serta rujukan lain yang

relavan. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran

lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi.

PRINSIP 1 : KOMUNIKASI ADALAH SUATU PROSES SIMBOLIK


Salah satu kelebihan manusia dari makhluk lain (hewan) adalah ia diberi

kemampuan untuk berfikir, Seorang filosuf mengistilahkan sebagai al hayawanu

nathiq manusia adalah hewan yang berfikir. Dengan fikiran itulah manusia

mempunyai kemampuan untuk menggunakan lambang. Ernst Cassier menyebutkan

bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuannya

dalam menggunakan simbol (animal symbolicum).

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu

lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata

(pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.

Kata kunci dari lambang atau simbol ini adalah adanya kesepakatan sekelompok

orang, tanpa adanya kesepakatan tersebut maka simbol tersebut tidak akan dapat

dijadikan sebagai komunikasi.

Lambang adalah salah satu kategori tanda, hubungan antara tanda dengan objek

dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks, akan tetapi ikon[1] dan indeks[2] tidak

memerlukan kesepakatan. Salah satu ciri ikon adalah kemiripan sebagaimana ketika

anda membuat Kartu Anggota Perpustakaan maka foto yang tertempel pada kartu

tersebut adalah ikon anda. Akhir-akhir ini lambang itu sering dipertukarkan dalam

penggunaannya, sebagai contoh Romeo dan Juliet / Rama dan Shinta merupakan

lambang “cinta yang abadi”. Sedangkan indeks muncul berdasarkan hubungan antara

sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi, sebagai contoh ketika matahari

terbenam maka merupakan indeks bahwa waktu shalat maghrib telah masuk, akan
tetapi bagi sebagian masyarakat yang masih percaya pada hal-hal yang mistik maka

ketika matahari terbenam merupakan sinyal waktu keluarnya jin dan setan lainnya

sehingga para orang tua melarang anak-anak kecil untuk keluar rumah maka waktu

terbenamnya matahari merupakan lambang karena sudah disepakati oleh masyarakat

tersebut.

Lambang mempunyai karateristik sebagai berikut :

1. Lambang bersifat sembarang, manasuka, atau sewenang-wenang.

Sebagaimana dalam muqaddimah bahwa hal yang paling utama dalam lambang

adalah adanya kesepakatan, maka apapun bentuknya dapat dijadikan sebagai lambang,

baik berupa kata-kata, isyarat anggota tubuh, hewan, tumbuhan dan sebagainya.

Sebagai contoh bahwa kenapa buah yang berduri itu disebut durian, atau hewan yang

berkokok itu disebut ayam, penyebutan tersebut tentunya karena orang bersepakat

2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna.

Yang memberikan makna pada sebuah lambang itu adalah pikiran kita, bahkan

kata-kata itupun merupakan pemaknaan dari pikiran kita. Tentu akan menjadi hal

yang sulit apabila suatu perkataan tidak dimaknai dengan makna yang sama, maka hal

ini akan menjadikan miss communication.

3. Lambang itu bervariasi


Yang dimaksud dengan bervariasi adalah bahwa lambang itu akan berubah dari

konteks waktu ke konteks waktu yang lain, dari suatu tempat ke tempat lain dan dari

satu budaya ke budaya lain.

Lambang kekayan pada masyarakat jawa tahun tujuh puluhan adalah dengan

rumah gedhong (tembok) karena pada waktu itu rumah biasa dibuat dari bambu atau

papan, lambang tersebut tentunya tidak berlaku lagi pada zaman sekarang karena

kebanyakan masyarakat sudah mampu untuk hanya membuat rumah gedhong.

PRINSIP 2: SETIAP PELAKU MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud

mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut

sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah

( komunikasi non verbal ) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu

stimulus.

Kita tidak dapat berkomunikasi (We Cannot not communicate). Tidak berarti

bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila

seseorang member makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.

PRINSIP 3: KOMUNIKASI PUNYA DIMENSI ISI DAN DIMENSI HUBUNGAN


Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi sedangkan dimensi

hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya dan mengisyaratkan,

bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan bagaimana seharusnya pesan itu

ditafsirkan. Dimensi isi disandi secara verbal sedangkan dimensi hubungan disandi

secara non verbal. Sebagai contoh kalimat “Makan..tuh” dengan nada lembut

bermakna perintah untuk makan sedangkan apabila menggunakan intonasi tinggi

maka bermakna larangan memakannya. Ketika seseorang tahu bahwa temannya

sedang makan iapun tetap menyapa dengan kalimat “makan…?” hal itu bermakna

menyapa agar tidak dikatakan sebagai orang yang judes atau cuek.

PRINSIP 4: Komunikasi Itu Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan.

Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja

dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika

berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-

cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi

kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul

sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang

lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan

berita yang sangat menarik bagi kita.

Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-

asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai
contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering

menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut

kurang siap, walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan

bahwa niat atau kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari

contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama Yogya-

Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan Solo

klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap sebagai anak yang

tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.

PRINSIP 5: Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu

Pesan komunikasi yang dikirim oleh pihak komunikan baik secara verbal

maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu

berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirim dan kapan komunikasi itu berlangsung.

Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu,

sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial,

dan psikologis. Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan dengan ruang adalah

akan dianggap “kurang sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan memakai

kaos oblong. Adapun waktu dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat

digambarkan sebagai berikut seoarang yang berlangganan koran Republika dan koran

itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya

pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi tertentu.


PRINSIP 6: KOMUNIKASI MELIBATKAN PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI

Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku

komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau

tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana

orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan

sering belangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain

berdasarkan peransosialnya. Misanya anda mengetahui bagaimana tatakrama dalam

berbahasa ketika anda berhaapan dengan orang tua anda atau orang yang lebih tua.

Misalnya tidak dapat menyapa orang tua anda dengan “kamu” atau “elu”.

PRINSIP 7: KOMUNIKASI ITU BERSIFAT SISTEMIK

Setiap Individu adalah suatu system yang hidup ( A Living System ). Organ-

organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan mata dapat membuat kepala

kita pusing. Bahkan unsure diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan

unsure kita yang bersifat rohani.

Komunikasi juga menyangkut suatu system dari unsur-unsurnya.setidaknya dua

system dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu system internal dan eksternal.

System internal adalah seluruh system nilai yang dibawah oleh seseorang individu

ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selalu sosialisasinya dalam

berbagai lingkungan sosialnya ( Keluarga, Masyarakat setempat, kelompok suku,

kelompok agama, lembaga pendidikan, dan lain-lain). System internal ini


mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik. Kita hanya dapat

menduganya lewat kata-kata yang ia ucapkan dan perilaku yang ia tunjukkan. Jumlah

system internal ini adalah sebanyak individu yang ada.

System Eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu,

termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik, kegaduhan

disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperature ruangan. Lingkungan dan

objek mempengaruhi komunikasi kita namun persepsi kita atas lingkungan kita juga

mempengaruhi kita berperilaku.

PRINSIP 8: SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKAN SOSIAL BUDAYA SEMAKIN

EFEKTIFLAH KOMUNIKASI

Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan

yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang

sama untuk berkomunikasi. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang

hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang

berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis

sama, meskipun mereka kembar. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan

mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan

tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.

PRINSIP 9: komunikasi bersifat nonsekuensial


Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah.

Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu

diterima dan dimengerti.

PRINSIP 10: KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN

TRANSAKSIONAL

Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah

komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima

informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

PRINSIP 11: KOMUNIKASI BERSIFAT IRREVERSIBLE

Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol

sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.

Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti

orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain

tersebut.

PRINSIP 12: KOMUNIKASI BUKAN PANESAUNTUK MENYELESAIKAN

BERBAGAI MASALAH

Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banya persoalan dan konflik antar manusia

disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat


mujrab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau

persoalan tersebut mungkin berkaitan dengan masalah structural.

(sumber:http://setiadarmawan.blogspot.com/2013/07/12-prinsip-prinsip-komunikas

menurut.html )

G. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI

Karakteristik komunikasi mencakup beberapa aspek yang mempengaruhi

bagaimana pesan disampaikan, diterima, dan dipahami.

Karakteristik komunikasi melibatkan beberapa aspek penting yang

mempengaruhi efektivitas dan kualitas interaksi komunikatif. Pertama, komunikasi

adalah proses yang melibatkan penuhnya interaksi antara pengirim pesan dan

penerima. Ini berarti bahwa komunikasi bukan hanya tentang menyampaikan pesan,

tetapi juga tentang mendengarkan dengan cermat dan merespons dengan tepat. Selain

itu, komunikasi melibatkan pertukaran informasi dan ide-ide yang dapat mengalir

dalam berbagai arah, baik secara verbal maupun non-verbal. Ini berarti bahwa pesan

dapat disampaikan melalui kata-kata, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan bahkan

melalui media komunikasi elektronik. Selanjutnya, komunikasi adalah proses yang

kontekstual, artinya situasi dan lingkungan di mana komunikasi terjadi

mempengaruhi bagaimana pesan diinterpretasikan. Konteks sosial, budaya, dan

psikologis memiliki peran penting dalam memahami makna pesan dan mengatur

perilaku komunikatif. Terakhir, komunikasi melibatkan umpan balik yang saling


mempengaruhi. Penerima memberikan respons atau umpan balik terhadap pesan yang

diterimanya, dan ini dapat mempengaruhi cara pengirim menyampaikan pesan

selanjutnya. Kesesuaian antara pesan yang disampaikan dan umpan balik yang

diterima penting dalam mencapai pemahaman yang saling mendukung dan hubungan

yang efektif. Dengan memahami dan memperhatikan karakteristik ini, individu dapat

meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dan menjalin

hubungan interpersonal yang baik.

Melihat pada pengertian komunikasi di atas kalian bisa memahami adanya

beberapa karakteristik yang ada dalam komunikasi. Sasa Djuarsa Sendjaja, seorang

Guru Besar Ilmu Komunikasi dari Indonesia menuliskan terdapat beberapa

karakteristik dalam komunikasi, di antaranya adalah:

1. Komunikasi merupakan sebuah proses.

Proses berarti komunikasi merupakan serangkaian kegiatan, tindakan atau

peristiwa yang terjadi secara berurutan. Artinya bahwa komunikasi merupakan

serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau

sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai

suatu proses, komunikasi tidak “statis”, tetapi” dinamis” dalam arti akan selalu

mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus.

Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor-faktor atau

unsurunsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan
(meliputi bentuk, isi dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan

untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta

situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi

Misalnya, Si A ingin menjelaskan tentang Keluarga Berencana (KB) kepada si

B. Upaya si A dalam merealisasikan keinginannya tersebut akan menjadi suatu proses

yang melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain: Topik apa yang

dibicarakan? (Topik KB secara umum, kaitan KB dengan soal kependudukan,

masalah kontrasepsi, kaitan KB dengan pandangan agama). Bagaimana

menyampaikannya? (Mengobrol secara tatap muka, melalui telepon, melalui surat,

dan lain-lain). Kapan waktunya dan berapa lama? (pagi hari dari jam 7 sampai

dengan jam 9, sore hari menjelang magrib, dalam kesempatan bertemu, ketika

istirahat di kantor). Dimana tempatnya? (Di rumah si A, di kantor, di jalan, dan lain-

lain). Bagaimana situasi dan kondisinya? (hanya berduaan, ada orang lain, dalam

keadaan santai, serius, saling berbeda pendapat, dan lain-lain). Apa hasil atau akibat

yang terjadi? (si A dan si B mempunyai persamaan pendapat tentang soal KB yang

dibicarakan, Si A dan/atau si B merasa memperoleh pengetahuan baru tentang soal

KB, si A dan/atau si B merasa telah mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan

yang bermanfaat, dan lain-lain).

2. Komunikasi merupakan upaya yang disengaja dan memiliki tujuan.


Komunikasi dilakukan secara sadar dan pelaku yang terlibat di dalamnya pasti

memiliki kepentingan tertentu tergantung keinginannya melakukan perbuatan tersebut.

Suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan

tujuan dan keinginan dan pelaku. Pengertian “sadar” di sini menunjukkan bahwa

kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi

mental-psikologis yang terkendalikan atau terkontrol, bukan dalam keadaan “mimpi”.

Disengaja maksudnya bahwa komunikasi dilakukan memang sesuai dengan kemauan

dari pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

Tujuan komunikasi mencakup banyak hal tergantung dan keinginan atau

harapan dan masing-masing pelakunya. Misalnya dalam contoh percakapan antara si

A dan si B tentang KB, tujuan Si A mungkin saja berbeda dengan si B. Si A melalui

percakapan tersebut ingin memberitahukan si B tentang KB yang menurutnya penting.

Sementara bagi si B, ia mau berbincang-bincang dengan si A mengenai KB bukan

karena ia tidak atau kurang mengetahul soal KB tersebut, tetapi mungkin karena Ia

ingin memelihara hubungan baik dengan si A (misalnya karena sudah lama tidak

mengobrol dengan si A).

3. Komunikasi menuntut adanya keterlibatan atau partisipasi dan kerja sama dari

orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang

berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama
mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

Sebagai gambaran, kita kembali ke contoh si A dan si B. Keinginan si A untuk

berbincang-bincang dengan si B soal KB tentunya akan terlaksana apabila si B

berminat dan bersedia untuk mengobrol tentang KB. Proses percakapan, antara si A

dan si B akan Iebih hidup apa bila keduaduanya sama-sama aktif berbagi

pengetahuan, pengalaman, pendapat dan sikapnya masing-masing. Lebih lanjut,

selama proses percakapan berlangsung juga dituntut kerja sama. Misalnya, pada saat

si A berbicara, si B mendengarkan, demikian pula sebaliknya. Situasi komunikasi si

A dan si B akan berbeda bila mereka sama-sama bicara pada saat yang sama (tidak

bergantian), atau kedua-duanya diam saja tidak mau bicara.

4. Komunikasi bersifat simbolis.

Bersifat simbolis artinya komunikasi dilakukan dengan menggunakan simbol

atau lambang tertentu. Lambang yang paling umum digunakan dalam proses

komunikasi adalah bahasa verbal baik secara lisan maupun tulisan. Selain verbal,

lambang nonverbal juga digunakan dalam proses ini melalui gestur atau gerakan

tubuh juga mimik atau ekspresi wajah.

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan

menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam

komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-

kalimat, baik secara lisan ataupun tulisan. Bahasa verbal yang digunakan untuk
keperluan membujuk atau meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa

verbal yang digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tidak

hanya menyangkut kata-kata yang digunakan, tetapi juga nada atau intonasinya.

Selain bahasa verbal, juga ada lambang-lambang nonverbal yang digunakan dalam

komunikasi seperti “gestura” (gerakan tangan, kaki, raut muka, anggukan kepala, atau

gerakan bagian tubuh lainnya), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak dan berbagai

bentuk lambang lainnya. Penggunaan lambang-lambang nonverbal ini lazimnya

dimaksudkan untuk memperkuat arti dari pesan yang disampaikan. Sebagai contoh,

apabila kita berusaha membujuk seseorang tentang suatu hal, tentunya gaya dan sikap

kita berbeda dengan apabila kita sedang memerintah atau memarahi orang tersebut.

Contoh lainnya: Apabila kita berbicara dengan pimpinan atau orang yang kita hormati,

tentunya sikap duduk atau berdiri dan/atau jarak antara kita dengan orang tersebut

akan berbeda dengan apabila kita berbicara dengan sesama kolega atau teman.

5. Komunikasi bersifat transaksional.

Transaksional berarti dalam proses komunikasi, keberhasilan penyampaian

pesan dapat terwujud apabila kedua pihak yang saling terlibat memiliki kesepakatan

mengenai hal-hal yang dikomunikasikan.

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua

tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh

masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Apa yang kita terima, nilai
besar kecilnya tergantung pada apa yang kita berikan. Misalnya, dalam membeli

suatu barang, Iazimnya kualitas dan kuantitas suatu barang yang akan kita peroleh

tergantung pada jumlah uang yang ada pada kita. Prinsip ini juga berlaku bagi

komunikasi. Artinya seberapa besar tujuan yang kita harapkan dan tindakan

komunikasi yang dilakukan, tergantung pada seberapa besar pula upaya yang kita

lakukan untuk tindakan komunikasi tersebut. Pengertian “transaksional” juga

menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan

oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.

ini berarti bahwa komunikasi akan berhasil apabila kedua belah pihak yang terlibat

mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dikomunikasikan.

6. Komunikasi menembus ruang dan waktu.

Komunikasi memungkinkan setiap manusia di dunia untuk dapat melakukan

aktivitas penyampaian pesan tanpa harus melalui tatap muka dan waktu yang

bersamaan.

Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang, maksudnya adalah bahwa para

peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu dan

tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti

telepon, faksimili, video text, internet. Kedua faktor tersebut (waktu dan tempat)

bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.


Banyak contoh yang dapat dikemukakan. Misalnya, melalui telepon si A yang

berada di Jakarta, Indonesia dapat berbincang-bincang dengan si B yang berada di

New York, Amerika Serikat. Melalul faksimile, si A juga dapat berinteraksi dengan si

B pada waktu yang berbeda. Melalui video teleconferencing (konferensi jarak jauh

melalui video) si A yang berada di Jakarta, dapat berdiskusi secarä serentak dengan si

B yang berada di New York, si C yang berada di Tokyo, si D yang berada di Paris,

dan si E yang berada di Singapura. Jalannya kornunikasi kelima orang tersebut akan

nampak dalam situasi berhadapan muka karena masing-masing dapat melihat muka,

gerak-gerik dan gaya berbicara dan setiap peserta komunikasi yang terlibat melalui

layar kaca (TV). Sementara itu, melalui internet seseorang dapat berinteraksi dengan

banyak orang di berbagai penjuru dunia, baik secara serentak ataupun dalam waktu

yang berbeda.

H. TUJUAN KOMUNIKASI

Gordon (1971:37) mengatakan tujuan yang hendak dicapai dalam

komunikasi adalah kualitas seluruh komunikasi itu, seperti “motivasi”,

termasuk dalam seluruh tingkah laku sepanjang komunikasi dan / tingkah laku

itu melibatkan manusia.

Tujuan utama dari proses komunikasi adalah untuk mempengaruhi,

menimbulkan empati, menyampaikan informasi, menarik perhatian dan

sebagainya. Namun secara universal tujuan dari komunikasi dapat di

kelompokkan menjadi :
1. Mengubah Sikap (Attitude Change)

2. Mengubah Opini (Opinion Change)

3. Mengubah Perilaku (Behavior Change)

Selain tujuan di atas komunikasi juga dapat digunakan dalam

mempermudahinteraksi antar pelaku komunikasi seperti:

1. Untuk mempermudah menyampaikan ide, pikiran gagasan agar dimengerti

oleh parapelaku komunikasi.

2. Memahami orang lain

3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu

Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu bertujuan:

mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap

komunikasi tentunya mempunyai tujuan bagi para pelaku komunikasi sesuai

dengan karakteristik masing-masing pelaku komunikasi.

Menurut Keliat (2005), secara umum tujuan dari komunikasi antara lain:

1. Mampu memahami perilaku orang lain

2. Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju 14

3. Memahami perlunya memberikan pujian.

4. Menciptakan hubungan personal yang baik

5. Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu


6. Untuk menentukan suatu kesanggupan

7. Untuk meneliti pola kesehatan

8. Mendorong untuk bertindak

9. Memberi nasehat

Wijaya (2010), mengatakan bahwa tujuan komunikasi yang ingin

dicapai dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Sumber terdiri atas:

 Memberikan informasi

 Mendidik

 Menyenangkan atau menghibur

 Mengajukan suatu tindakan atau persuasi

2. Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Penerima terdiri atas:

 Memahami informasi

 Mempelajari

 Menikmati

 Menerima atau menolak anjuran Proses mencapai kesepakatan (sharing

of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap.


Menurut Candra (2006), tujuan utama komunikasi adalah untuk

membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami

atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi

terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan

menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. karena, salah satu prinsip

dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai

tujuan.

Faktor-Faktor Tujuan dan Kesulitan Dalam Proses Komunikasi Tujuan

Kesulitan Mendengar orang sulit memusatkan perhatian baik pada kata yang tertulis

maupun terucap untuk waktu yang lama orang kurang memiliki perhatian pada apa

yang bagi mereka tampak kurang penting Memahami orang memiliki asumsi

berdasarkan pengalaman masa lalunya orang sering tidak memahami jenis bahasa

yang dipakai pembicara orang lebih mudah salah mengerti saat mereka mendengar

tanpa melihat orang sering sudah menarik kesimpulan padahal kita belum selesai

bicara.

Menyetujui orang sering merasa curiga terhadap orang lain yang sedang sedang

membujuk mereka orang tidak suka jika dibuktikan bersalah Bertindak tidak mudah

bagi banyak orang untuk mengubah kebiasaan mereka orang merasa takut akan

akibat dari pengambilan tindakan yang keliru banyak orang tidak suka mengambil

keputusan Umpan balik beberapa orang sering dengan sengaja menyembunyikan


reaksi dan apa yang sesungguhnya mereka pikirkan penampilan dapat bersifat

memperdaya -anggukan kepala, mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti,

karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan. Sumber:

Wijaya (2010).

I. TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI

Tahapan komunikasi umumnya terdiri dari beberapa langkah yang membantu

dalam membangun dan menyampaikan pesan dengan efektif. Berikut adalah tahapan-

tahapan komunikasi yang umumnya dikenal:

1. Pengirim (Sender): Tahap pertama adalah pengirim pesan atau informasi.

Pengirim adalah orang atau entitas yang ingin menyampaikan pesan kepada

penerima.

2. Pesan (Message): Pesan adalah informasi atau gagasan yang ingin disampaikan

oleh pengirim. Pesan ini dapat berupa kata-kata, gambar, atau bentuk komunikasi

lainnya.

3. Encoding: Encoding adalah proses mengubah pesan ke dalam bentuk yang dapat

ditransmisikan atau dimengerti oleh penerima. Pengirim menggunakan kode,

bahasa, atau simbol yang dapat dipahami oleh penerima.

4. Saluran Komunikasi (Channel): Saluran komunikasi adalah media yang

digunakan untuk mengirimkan pesan dari pengirim ke penerima. Ini bisa berupa

lisan, tulisan, elektronik, atau media lainnya.


5. Penerima (Receiver): Penerima adalah orang atau entitas yang menerima pesan

yang dikirim oleh pengirim melalui saluran komunikasi. Tugas penerima adalah

untuk memperhatikan, memahami, dan menafsirkan pesan yang diterima.

6. Decoding: Tahap decoding adalah proses dimana penerima menerjemahkan

pesan yang diterima menjadi makna yang dimengerti. Penerima menggunakan

pengetahuan, konteks, dan pengalaman pribadi untuk memahami pesan tersebut.

7. Umpan Balik (Feedback): Umpan balik adalah respons atau tanggapan yang

diberikan oleh penerima kepada pengirim. Ini memungkinkan pengirim untuk

mengetahui apakah pesan mereka telah dipahami dengan baik atau perlu

penjelasan tambahan.

8. Gangguan (Noise): Gangguan merujuk pada faktor-faktor yang mengganggu

transmisi atau penerimaan pesan dengan jelas. Gangguan bisa berupa kebisingan

fisik, gangguan teknis, atau distorsi yang mempengaruhi komunikasi.

9. Konteks: Konteks adalah lingkungan atau situasi di mana komunikasi terjadi.

Konteks dapat meliputi faktor-faktor seperti budaya, norma sosial, dan latar

belakang komunikator yang mempengaruhi pemahaman pesan.

Tujuan Tahap terakhir adalah tujuan komunikasi. Setiap komunikasi memiliki

tujuan tertentu, seperti memberikan informasi, mempengaruhi perilaku, atau

membangun hubungan.

Tahapan-tahapan ini memberikan kerangka dasar untuk memahami bagaimana

pesan dikirim, diterima, dan dipahami dalam suatu proses komunikasi. Namun,
penting untuk diingat bahwa komunikasi adalah proses yang kompleks dan dapat

bervariasi tergantung pada konteks dan situasi yang berbeda.

Komunikasi sebagai sebuah proses berjalan melalui beberapa tahap.

Menurut John V. Thill dan Courtland L. Bovee (2013), proses komunikasi dapat kita

kaji melalui beberapa tahapan yang tergambar dalam model-model komunikasi yaitu

model komunikasi dasar dan model komunikasi sosial. Baik model komunikasi dasar

maupun model komunikasi sosial memandang komunikasi sebagai sebuah proses

yang berjalan melalui 8 (delapan) tahap, yaitu :

1. Pengirim pesan memiliki sebuah ide atau gagasan. Dalam bidang komunikasi

organisasi atau komunikasi bisnis, jika kita sebagai pengirim pesan memiliki

sebuah ide atau gagasan yang berkaitan dengan organisasi atau bisnis yang kita

lakukan dan ingin disampaikan kepada khalayak, maka proses komunikasi pun

dimulai. Begitu pun dengan bidang komunikasi atau konteks komunikasi lainnya.

2. Pengirim pesan yang melakukan encode terhadap ide atau gagasan dalam

sebuah pesan. Hal ini terjadi ketika kita sebagai pengirim pesan menempatkan ide

atau gagasan ke dalam sebuah pesan. Sebagai pengirim pesan, kita

melakukan encode terhadap ide atau gagasan tersebut atau mengekspresikannya

dalam kata-kata atau gambar. Kita harus mengembangkan keterampilan dalam

melakukan encode ide atau gagasan agar pesan-pesan yang dikemas menjadi lebih

efektif.
3. Pengirim pesan memproduksi pesan dalam sebuah media. Pesan yang telah

dikemas oleh pengirm pesan kemudian disajikan kepada khalayak melalui saluran

atau media komunikasi. Media yang digunakan dalam pengiriman pesan umumnya

dapat berbentuk oral, tertulis, visual, maupun elektronik. (Baca juga : Pengertian

Media Menurut Para Ahli – Media Komunikasi Modern – Media Massa Menurut

Para Ahli – Pengertian Media Sosial Menurut Para Ahli)

4. Pengirim pesan mengirimkan pesan melalui sebuah saluran

komunikasi. Saluran komunikasi atau media komunikasi yang akan digunakan

untuk mengirimkan pesan tentu berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Berbagai teknologi yang ada kini dapat digunakan oleh pengirim pesan untuk

menyampaikan pesannya kepada khalayak. Saluran komunikasi umumnya terkait

dengan sistem yang digunakan untuk mengirim pesan. Saluran komunikasi dapat

berupa percakapan secara tatap muka, internet sebagai media komunikasi, dan

lain-lain. (Baca juga : Saluran Komunikasi dalam Organisasi)

5. Khalayak menerima pesan. Jika saluran komunikasi berfungsi dengan baik,

maka pesan-pesan akan dapat menjangkau khalayak sasaran. Perlu dipahami pula

bahwa sampainya pesan kepada khalayak tidaklah menjamin khalayak akan

memberikan perhatian ataupun memahami isi pesan secara tepat. Hal ini

disebabkan adanya penafsiran yang berbeda yang dilakukan oleh khalayak serta

adanya hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi selama proses komunikasi.

(Baca juga : Hambatan Komunikasi Bisnis – Hambatan Komunikasi Organisasi)


6. Khalayak melakukan decode terhadap pesan. Setelah pesan diterima oleh

khalayak, tahap yang dilakukan selanjutnya oleh khalayak adalah

melakukan decode terhadap pesan.

7. Khalayak memberikan tanggapan atau respon terhadap pesan. Pengirim

pesan dapat menciptakan ruang atau kesempatan bagi penerima pesan untuk

memberikan respon atau tanggapan dengan cara-cara yang positif. Pemberian

respon atau tanggapan oleh khalayak tergantung pada kemampuan khalayak untuk

mengingat pesan dan bertindak, kemampuan khalayak untuk bertindak, serta

motivasi khalayak untuk memberikan respon.

8. Khalayak memberikan umpan balik kepada pengirim pesan. Dalam rangka

memberikan respon atau tidak memberikan respon terhadap pesan, khalayak dapat

memberikan umpan balik yang dapat membantu pengirim pesan melakukan

evaluasi usaha komunikasi yang efektif. Umpan balik dapat diberikan dapat

berupa komunikasi verbal (menggunakan kata-kata tertulis atau

ujaran), komunikasi nonverbal (menggunakan gestur, ekspresi wajah atau

perlambang lainnya) ataupun keduanya. Sebagaimana pesan, umpan balik yang

disampaikan oleh khalayak juga memerlukan proses decode karena adanya

pemaknaan yang beragam.

Kedelapan tahap tersebut menggambarkan bagaimana sebuah ide atau gagasan

mengalir dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dalam proses komunikasi,
pesan-pesan yang mengalir dari pengirim pesan dimungkinkan mengalami distorsi

atau salah penafsiran yang dilakukan oleh penerima pesan. Kita dapat melakukan

berbagai tindakan pada setiap tahap dalam proses komunikasi untuk meningkatkan

kemungkinan terjadinya keberhasilan dalam komunikasi.

Sementara itu, menurut Raj Kumar (2014) dalam bukunya Business

Communication and Etiquettes menyatakan bahwa terdapat 6 (enam) tahap atau fase

dalam seluruh proses komunikasi, yaitu :

1. Fase pertama – pengirim pesan memiliki sebuah ide atau informasi.

2. Fase kedua – pengirim pesan melakukan encode terhadap ide untuk dikirimkan

kepada penerima pesan.

3. Fase ketiga – ide yang di-encode oleh pengirim pesan dikirimkan oleh pengirim

pesan melalui pemilihan saluran atau media.

4. Fase keempat – penerima pesan menerima pesan.

5. Fase kelima – penerima pesan melakukan decode terhadap pesan.

6. Fase keenam – umpan balik dikirimkan oleh penerima pesan kepada pengirim

pesan.

Selanjutnya, menurut Mary Ellen Guffey dalam Kumar (2014) menyatakan

bahwa kita tidak dapat begitu saja mengirimkan makna kepada orang lain secara
langsung melalui pikiran karena kita terikat dalam sebuah proses komunikasi yang

berjalan melalui 6 (enam) tahap, yaitu :

1. Pengirim pesan memiliki sebuah ide atau gagasan.

2. Pengirim pesan melakukan encode terhadap ide atau gagasan dalam pesan.

3. Pesan berjalan melalui sebuah media atau saluran komunikasi.

4. Penerima pesan melakukan decode terhadap pesan.

5. Umpan balik berjalan kepada pengirim pesan.

6. Kemungkinan adanya umpan balik yang diberikan oleh pengirim pesan kepada

penerima pesan.

J. BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi

kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya

dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali.

Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita

harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi.

Menurut Lukas Dwiantara (2015 : 27 – 30) bentuk dari komunikasi terdiri

dari :

1. Komunikasi Interpersonal (Interpesonal Commucation)


Komunikasi interpesonal pada dasarnya merupakan proses komunikasi yang

dilakukan dua orang atua lebih secara langsung (tata muka) dan dialogis.

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

Komunikasi kelompok pada dasarnya merupakan proses komunikasi yang

dilakukan oleh sejumlah orang dengan norma dan peran yang ditentukan oleh

kelompok itu.

3. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan media

(saluran) dalam menghubungkan komunikator dan komonikan secara massal,

berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh (terpencar), sangat heterogen dan

menimbulkan efek tertentu.

Pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara

verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya

dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang

pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal.

Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan

kata-kata. Sedang komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Dalam

komunikasi sehari-hari 35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi
nonverbal.8 Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,

entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan

antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi,

pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi

serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan

bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam

bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh

lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara

otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal

bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal

yang mau diungkapkan karena spontan.

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal meliputi Symbol atau pesan yang menggunakan satu kata

atau lebih, dari semua interaksi yang disadari termasuk dalam kategori disengaja yang

dilakukan dengan sadar ke orang lain baik itu menggunakan lisan. Bahasa juga

digunakan dalam kode verbal dan dapat didifinisikan sebagai perangkat simbol,

dengan aturan dan yang mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan

dalam memahami suatu komunitas-komunitas. (Mulyana, 2005).


Larry barker dalam Mulyana (2005:243), Bahasa memiliki tiga fungsi

penamaan (naming dan labeling), interaksi, tranmisi dan informasi.

a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi

objek,tindakan, atau orasng dengan menyebut namanya sehinggah dapat dirujuk

dalam komunikasi.

b. Fungsi komunikasi menekankan pada gagasan dan emosi yang bisa

mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan serta kebingungan.

c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan pada orang lain, inilah yang

dinamakan dengan tranmisi, dari keistimewaan bahasa yang bisa menjadi

tranmisi informasiyang melintasi waktu dengan menghubungkan masa lalu,

sekarang dan akan datang.

2. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah semua komunikasi yang tidak menggunakan

kata-kata. Komunikasi ini mencangkup semua rangsangan kecuali ransangan verbal

dalam suatu sistem komunikasi, yang bagi pengirim atau penerima, dan kita

mengirim pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna

bagi orang lain. (Mulyana, 2005:343).

Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk yang mencakup cara-cara

yang berbeda dalam menyampaikan pesan dan berinteraksi dengan orang lain.

Berikut adalah beberapa bentuk umum komunikasi:


a. Komunikasi Lisan: Bentuk komunikasi ini melibatkan penggunaan kata-kata

dan suara secara langsung. Ini bisa termasuk percakapan tatap muka, diskusi

kelompok, presentasi lisan, atau panggilan telepon. Komunikasi lisan

memungkinkan pertukaran cepat dan langsung antara pengirim dan penerima,

serta memungkinkan penggunaan ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh

untuk menyampaikan pesan.

b. Komunikasi Tulisan: Komunikasi tulisan melibatkan penggunaan tulisan atau

teks untuk menyampaikan pesan. Ini termasuk surat, memo, email, laporan,

atau pesan teks. Keuntungan dari komunikasi tulisan adalah kemampuannya

untuk merekam pesan secara permanen, memungkinkan revisi dan referensi

ulang, serta memungkinkan pengirim dan penerima berkomunikasi di waktu

yang berbeda.

c. Komunikasi Non-Verbal: Komunikasi non-verbal melibatkan penggunaan

isyarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh untuk menyampaikan

pesan. Ini bisa termasuk kontak mata, senyuman, sikap tubuh, atau gerakan

tangan. Komunikasi non-verbal dapat memberikan informasi tambahan tentang

emosi, sikap, atau intensi pengirim yang mungkin tidak terungkap melalui kata-

kata.

d. Komunikasi Visual: Komunikasi visual menggunakan gambar, grafik, diagram,

atau ilustrasi untuk menyampaikan pesan. Ini melibatkan penggunaan elemen

visual seperti warna, bentuk, dan tata letak untuk menyampaikan informasi
dengan jelas dan menarik. Bentuk komunikasi visual termasuk presentasi slide,

poster, infografis, atau peta.

e. Komunikasi Elektronik: Komunikasi elektronik melibatkan penggunaan

teknologi dan perangkat elektronik untuk menyampaikan pesan. Ini termasuk

email, pesan instan, obrolan video, atau media sosial. Komunikasi elektronik

memungkinkan pertukaran cepat dan efisien dari jarak jauh, serta kemungkinan

menggunakan berbagai media seperti teks, gambar, dan suara.

f. Komunikasi Kelompok: Komunikasi kelompok melibatkan interaksi dan

pertukaran pesan antara anggota kelompok. Ini bisa terjadi dalam diskusi

kelompok, rapat, atau proyek kolaboratif. Komunikasi kelompok

memungkinkan berbagi informasi, pengambilan keputusan bersama, serta

pembangunan hubungan dan pemahaman antar anggota kelompok.

g. Komunikasi Massa: Komunikasi massa melibatkan penyampaian pesan kepada

audiens yang besar melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar, atau

internet. Ini termasuk siaran berita, iklan, program talk show, atau artikel.

Komunikasi massa mempengaruhi op

Menurut Siswanto Sutojo, bentuk-bentuk komunikasi tulisan ini antara lain

terdiri dari memo, surat, dan laporan:

1) Memo merupakan “kuda beban” komunikasi bisnis, yang digunakan secara

rutin untuk pertukaran informasi sehari-hari di dalam suatu organisasi bisnis.

Memorandum mempunyai beberapa kelebihan yaitu:


 Dapat dipergunakan sebagai dokumen;

 Dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang komplek;

 Dapat dikirim kebeberapa orang atau bagian sekaligus.

Memorandum ditulis dengan berbagai macam tujuan, diantaranya yang paling

umum yaitu:

 meminta data, informasi, atau bahan masukan;

 Memberikan informasi, petunjuk atau instruksi;

 Sebagai pengantar penyampaian surat atau dokumen; dan

 Menyampaikan pengumuman.

2) Surat digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak luar yang terkadang

menjadi bagian penting dalam membina hubungan bisnis dengan pihak luar

yang dapat dilampiri baik dengan proposal maupun laporan. Komunikasi

tertulis dalam bentuk surat ini lebih jauh dapat dikembangkan dalam

bentuk “direct mail”, baik yang berisikan pesan penjualan maupun untuk

memberikan informasi tentang produk baru, kebijakan perusahaan dan kegiatan

perusahaan. Selain itu juga surat digunakan untuk penyampaian goodwill

message, seperti ucapan selamat dan lowongan kerja.

3) Laporan, sebagai bahan masukan untuk menyusun strategi, rencana kerja atau

pengambilan keputusan. Laporan bisnis disusun untuk memenuhi kebutuhan

pembacanya. Kebutuhan tersebut dapat berupa:


 Bahan masukan data dan informasi tentang sesuatu hal, masalah atau proyek;

 Hasil analisis data; atau

 Data, hasil analisis, kesimpulan dan saran yang bersangkutan dengan hasil

analisis tersebut.

Sesuai dengan penggunaanya laporan bisnis dikelompokan menjadi dua

golongan yaitu laporan untuk keperluan intern perusahaan dan laporan untuk

diserahkan kepada pihak ketiga. Laporan bisnis untuk pihak ketiga memuat cirri-ciri

umum sebagai berikut:

 Tingkat formalitas laporan kepada instansi-instansi penting (misalnya bank

kreditur, pelanggan, kantor pemerintah);

 Tergantung dari topik yang dilaporkan, panjang laporan bisnis dapat

mencapai puluhan bahkan ratusan halaman;

 Laporan dapat disampaikan secara periodic atau satu kali saja;

 Untuk menyusun laporan seringkali dilakukan riset atau pengumpulan data

yang bersangkutan dengan tujuan laporan.

Siswanto Sutojo menambahkan bahwa komunikasi tertulis dapat pula dilakukan

dalam bentuk:

 Naskah, hands-out, kertas kerja.

 Sarana promosi – brosur, prospectus, iklan, spanduk, poster, baliho.


 Telefax letters, e-mails, telex, terutama untuk korespondensi dengan pihak

ketiga dan antar bagian perusahaan yang terpisah oleh jarak jauh

K. MODEL - MODEL KOMUNIKASI

Model adalah suatu gambaran yang sistematik dan abstrak, di mana

menggambarkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan dengan berbagai aspek dari

sebuah proses (Book, dalam Cangara, 2011).

Dalam bahasa yang lain dinyatakan bahwa model adalah representasi suatu

fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting

fenomena tersebut (Mulyana, 2014). Jelasnya, model adalah gambaran dari suatu

fenomena dan hanya menyebutkan hal terpenting darinya. Misalnya, maket bangunan

adalah model dari bangunan yang sebenarnya, dan hanya menggambarkan bentuk

bangunan saja, tidak dengan siapa saja isi bangunan itu, untuk keperluan apa saja

bangunan itu dan kapan akan digunakan.

Demikian halnya model komunikasi. Model itu tidak menjelaskan siapa yang

berbicara, kepada siapa pembicaraan itu diajukan, apa isi pesan yang disampaikan

dan sederet pertanyaan rinci lainnya.

Ada beberapa alasan bahwa model harus dipelajari sebagai pengantar dalam

mempelajari ilmu komunikasi. Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa komunikasi

adalah proses, maka model berguna untuk melukiskan proses komunikasi. Kedua,

model dapat memberi tahu kita apa itu komunikasi (seperti pada model Lasswell).
Ketiga, model dapat menspesisifikkan konteks komunikasi, seperti model Aristoteles

yang lebih tepat untuk konteks komunikasi publik. Keempat, model dapat

menjelaskan fungsi komunikasi, seperti pada model laswell. Kelima, terbukanya

problem abstraksi (Bross, dalam Mulyana, 2014). Maksudnya, dengan model

keabstrakan suatu peristiwa komunikasi dapat dibaca menggunakan model

komunikasi. Keenam, model dapat memberikan gambaran prediksi alur kerja,

perkiraan praktis dalam strategi komunikasi, membuat hipotesis riset (Cangara, 2011).

Model Laswell misalnya, dapat digunakan mempredikasi terjadinya efek atas terpaan

media massa yang berguna sebagai hipotesis (jawaban sementara) dalam riset.

Model komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang

memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal

mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.

John Fiske (1990) menyebut ada dua mazhab utama yang tercermin dalam

model komunikasi.

1. Transmisi Pesa

Mazhab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Mazhab ini

tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode)

dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan

saluran dan media komunikasi.


Mazhab ini cenderung membahas kegagalan komunikasi dan melihat ke tahap-

tahap dalam proses tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut terjadi.

2. Produksi dan pertukaran makna

Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.

Hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam

menghasilkan makna.

Fungsi Model Komunikasi

Menurut Gardon Wiseman & Barker, ada tiga fungsi model komunikasi:

1. Melukiskan proses komunikasi.

2. Menunjukkan hubungan visual.

3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

Deutsch (1966) menyebutkan empat fungsi model:

1. Organizing functon: mengorganisasikan suatu hal dengan mengurutkan serta

mengkaitkan satu bagian/sistem dengan bagian lain sehingga mendapat gambaran

menyeluruh.

2. Explaining: membantu menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian sederhana.

3. To predict: sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome, akibat,

yang akan dicapai dari suatu peristiwa.


4. Heuristic: melalui model akan mengetahu hal secara keseluruhan dari gambaran

komponen pokok dari sebuah proses atau sistem

1. Model Stimulus - Respons

Model ini merupakan model yang paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model

ini menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan

bahwa kata-kata verbal, tanda-tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan

merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Kita dapat

juga mengatakan bahwa proses ini merupakan perpindahan informasi ataupun

gagasan. Proses ini dapat berupa timbal balik dan mempunyai efek yang banyak.

Setiap efek dapat merubah perilaku dari komunikasi berikutnya.

Model ini mengabaikan komunikasi sebagai sebuah proses. Dengan kata lain,

komunikasi dianggap sebagai hal yang statis. Manusia dianggap berprilaku karena

kekuatan dari luar ( stimulus ), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau

kemauan bebasnya.

2. Model Aristoteles

Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa

juga disebut sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model

komunikasi verbal yang petama.Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan

pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Aristoteles

menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap

komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama: Pembicara (speaker), Pesan
(message), dan Pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato.

Terutama pidatountuk mempengaruhi orang lain.

Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya

oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik. Tapi model ini juga

memiliki banyak kelemahan. Kelemahan yang pertama adalah, komunikasi

dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini

tidak memperhitungkan komunikasi non verbaldalam mempengaruhi orang lain.

Meskipun model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya

akan menjadi inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model

komunikasi modern.

3. Model Lasswell

Model ini menggambarkan komunikasi dalam ungkapan who, says what, in

which channel, to whom, with what effect atau dalam bahasa Indonesia adalah, siapa,

mengatakan apa, dengan medium apa, kepada siapa,pengaruh apa? Model ini

menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap masyarakat.

Lasswell berpendapat bahwa di dalam komunikasi terdapat tiga fungsi.

Yang pertama adalah pengawasan lingkungan, yang mengingatkan anggota –

anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan. Kedua adalah

korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan.

Ketiga adalah transmisiwarisan sosial dari suatu generasi kegenerasi lainnya.


Model ini sering digunakan pada komunikasi massa. Who menjadi pihak

yang mengeluarkan dan menyeleksi berita, says what adalah bahan untuk

menganalisa pesan itu. In which channel adalah media. To whom adalah khalayak.

Dan with what effect adalah pengaruh yang diciptakan pesan dari media massa

kepada pembaca, pendengar, dan pemirsa. Sama seperti model komunikasi

lainnya, model ini juga mendapat kritik. Hal itu dikarenakan model ini terkesan

seperti menganggap bahwa komunikator dan pesan itu selalu mempunyai tujuan.

Model ini juga dianggap terlalu sederhana. Tapi, sama seperti model komunikasi

yang baik lainnya, model ini hanya fokus pada aspek-aspek penting dalam

komunikasi.

4. Model Shannon dan Weaver

Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim pesan berdasarkan

tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya informasi

(source information) yang menciptakan sebuah pesan (message)dan mengirimnya

dengan suatu saluran (channel) kepadapenerima (receiver) yang kemudian membuat

ulang (recreate) pesan tersebut. Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa

sumber daya informasi menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang

tersedia.Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan

saluran yang dipakai. Sasaran (destination) adalah orang yang menjadi tujuan pesan

itu.Saluran adalah media yang mengirim tanda dari pemancar kepada penerima.

Di dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, pemancar adalah suara


yang menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme

pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda itu. Tujuannya

adalah otak si penerima. Dankonsep penting dalam model ini adalah gangguan.

Model ini menganggap bahwa komunikasi adalah fenomena statis dan satu arah.

Danjuga, model ini terkesan terlalu rumit.

Meskipun model ini sangat terkenal dalam penelitian komunikasi selama

bertahun-tahun, tulisan-tulisan Shannon dan Weaver sulit dipahami. Misalnya,

formula Shannon untuk informasi (1948) adalah sebagai berikut :

H = - [P1 log p1 + p2 log p2 + … = pn logpn],

Atau

H = - Σpi log pi

5. Model Schramm

Wilbur Scheram membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model

komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang

memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga

ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.

Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver Model yang kedua

Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman

sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal

itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model yang ketiga
Schramm menanggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang

menyandi(encode), menafsirkan (interpret) , menyandi ulang (decode),

mentransmisikan (transmit , dan menerima sinyal(signal). Schramm berpikir

bahwa komunikasi selalu membutuhkan setidaknya tiga unsur : sumber

(source),pesan (message), dan tujuan (destination).

Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk

berbagi informasi.Sumber dapat menyandi pesan, dan tujuan dapat menyandi balik

pesan, tergantung dari pengalaman mereka masing-masing. Jika kedua lingkaran

itu mempunyai daerah yang sama, maka komunikasi menjadi mudah. Makin

besar daerahnya akan berpengaruh pada daerah pengalaman (field of experience)

yang dimiliki oleh keduanya. Menurut Schramm, setiap orang di dalam proses

komunikasi sangat jelas menjadi encoder dan decoder. Kita secara konstant

menyandi ulang tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda itu, dan menyandi

sesuatu sebagai hasilnya Proses kembali di dalam model inidisebut feedback,

yang memainkan peran penting dalam komunikasi. Karena hal ini membuat kita

tahu bagaimana pesan kita ditafsirkan.

4. Model Newcomb

Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi dari pandangan sosial

psokologi. Model ini juga dikenal dengan nama model ABX. Model ini

menggambarkan bahwa seseorang (A) mengirim informasi kepada orang lain (B)

tentang sesuatu (X). Model ini mengasumsikan bahwa orientasi A ke B atau ke X


tergantung dari mereka masing- masing. Dan ketiganya memiliki sistem yang berisi

empat orientasi.

1. Orientasi A ke X

2. Orientasi A ke B

3. Orientasi B ke X

4. Orientasi B ke A

Dalam model ini, komunikasi adalah suatu hal yang lumrah dan efektif yang

membuat orang-orang dapat mengorientasikan diri mereka kepada lingkungannya. Ini

adalah model tindakan komunikasi yang disengaja olehdua orang.

5. Model Westley dan Maclean

Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interperonal dan

massa.Dan perbedaan yang paling penting diantara komunikasi interpersonal dan

massa adalah pada umpan balik (feedback). Di interpersonal, umpan balik

berlangsung cepat dan langsung, sedang di komunikasi massa, umpan baliknya

bersifat tidak langsung dan lambat. Dalam komunikasi interpersonal model ini,

terdapat lima bagian : orientasi objek (object orientation), pesan (messages),

sumber (source), penerima (receiver), dan umpan balik (feedback). Sumber (A)

melihat objek atau aktivitas lainnya di lingkungannya (X). Yang lalu membuat

pesan tentang hal itu (X') dan kemudian dikirimkan kepada penerima (B). Pada

kesempatan itu, penerima akan memberikan umpan balik kepada sumber. Sedang

komunikasi massa pada model ini mempunyai bagian tambahan, yaitu penjaga
gerbang (gate keeper) atau opinion leader (C) yang akan menerima pesan (X') dari

sumber (A)atau dengan melihat kejadian disekitarnya (X1, X2.

Lalu opinion leader membuat pesannya sendiri (X") yang akan dikirim

kepada penerima (B). Sehingga proses penyaringan telah terbentuk. Ada beberapa

konsep yang penting dari model ini: umpan balik, perbedaan dan persamaan antara

komunikasi interpersonal dan massa dan opinion leader yang menjadi hal penting di

komunikasi massa.Model ini juga membedakan antara pesan yang bertujuan dan

tidak bertujuan.

6. Model Gerbner

Model ini merupakan perluasan dari model komunikasi milik Lasswell,

terdiri dari model verbal dan model diagramatik.

Model Verbal :Seseorang (sumber) mempersepsi kejadian dan bereaksi dalam

situasi melalui suatu alat (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas administrative, dan

kelembagaanuntuk distribusidan control) untuk menyediakan materi dalam suatu

bentuk dan konteks yang mengandung isi dengan konsekuensi yangada.

Model Diagramatik : Seseorang mempersepsi kejadian dan mengirim beberapa

pesan untuk pemancar yang akan mengirim sinyal kepada penerima. Pada transmisi

ini, sinyal akan menghadapi gangguan dan menjadi SSSE untuk si tujuan.

7. Model Berlo

Model ini hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri
dari empat komponen yaitu sumber (Source), pesan (Message), saluran (Channel), dan

penerima (Receiver). Sumber adalah pembuat pesan.Pesan adalah gagasan yang

diterjemahkan atau kode yang berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yang

membawa pesan. Dan penerima adalah target dari komunikasi itu sendiri. Menurut

model ini, sumber dan penerima dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : kemampuan

berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya.

Pesan merupakan perluasan yang berdasarkan elemen, struktur, isi,

pemeliharaan, dan kode. Dan saluran adalah panca indera manusia. Hal yang positif

dari model ini adalah, model ini dapat mencakup perlakuan dari komunikasi massa,

publik, interpersonal, dan komunikasi tertulis. Model ini juga bersifat heuristic. Tapi,

model ini juga memiliki kelemahan. Model ini menganggap komunikasi sebagai

fenomena yang statis. Tidak ada umpan balik. Dan komunikasi nonverbal dianggap

sebagai hal yang tidak penting.Model komunikasi Berlo menekankan komunikasi

sebagai suatu proses.

Disamping itu, juga menekankan ide bahwa meaning are in the people atau arti

pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata–kata itu

sendiri. Melainkan dari arti atau makna kata pesan yang ditafsirkan si pengirim bukan

pada apa yang ada dalam komponen pesan itu sendiri. Berlo juga mengubah

pandangan orang menjadi menginterpretasikan komunikasi.


8. Model Defleur

Model ini merupakan model komunikasi massa. Dengan menyisipkan

perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback

device). Model ini menggambarkan sumber (source), pemancar(transmitter),penerima

(receiver), dan tujuan (destination) sebagai fase yang terpisah dalam proses

komunikasi massa, serupa dengan fase–fase yang digambarkan Schramm. Fungsi dari

penerima dalam model Defleur adalah menerima informasi dan menyandikannya.

Menurut Defleur, komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi

terjadi dengan seperangkat komponen operasi di dalam sistem teoritis, dengan

konsekuensinya adalah isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat

simbol kepada sumber dan penerima.

9. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver

pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Mereka

mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologiradio

dan telepon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan

bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel).

Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi linear (linear communication

model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan

(message) dan penerima (receiver). Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah
pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit

terhadap partisipan- partisipan dalam proses komunikasi.

10. Model Interaksional

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang

menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan

kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim dan kepada penerima dan

dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi

selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah

orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial,

tepatnya melalui pengambilan peran orang lain(role-taking). Patut dicatat bahwa

model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang

sederajat.Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik

(feedback), atau tanggapan terhadap suatupesan.

11. Model Transaksional

Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun

1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang

berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi

bersifat transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama- sama

bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model

transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima


pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal.Dengan kata lain,

peserta komunikasi(komunikator) melalukan proses negosiasimakna.

Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk

berbagi informasi.Sumber dapat menyandi pesan, dan tujuan dapat menyandi balik

pesan, tergantung dari pengalaman mereka masing-masing. Jika kedua lingkaran itu

mempunyai daerah yang sama, maka komunikasi menjadi mudah. Makin besar

daerahnya akan berpengaruh pada daerah pengalaman (field of experience) yang

dimiliki oleh keduanya. Menurut Schramm, setiap orang di dalam proses

komunikasi sangat jelas menjadi encoder dan decoder. Kita secara konstant

menyandi ulang tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda itu, dan menyandi

sesuatu sebagai hasilnya Proses kembali di dalam model inidisebut feedback, yang

memainkan peran penting dalam komunikasi. Karena hal ini membuat kita tahu

bagaimana pesan kita ditafsirkan.

L. GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, gangguan adalah suatu hal, getaran atau

gelombang yang mendistorsi pengiriman pesan dalam proses komunikasi. Gangguan

menyebabkan perbedaan antara pesan yang diterima oleh penerima (receiver )

dengan pesan yang dikirimkan oleh sumber (source). Rintangan komunikasi

dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat

berlangsung sebagaiamna harapan komunikator dan penerima.Meski gangguan

komunikasi dapat dibedakan, tetapi sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga


terjadi disebabkan karena adanya gangguan. Menurut Hafield Cangara, Gangguan

atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam, yakni:

 Gangguan Teknis

 Gangguan semantik

 Gangguan psikologis

 Rintangan fisik atau organik

 Rintangan status

 Rintangan kerangka berpikir

 Rintangan budaya

Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam

berkomunikasi mengalamigangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui

saluran mengalamai kerusakan(channel nois). Misalnya gangguan pada stasiun radio

atau TV, gangguan jaringan telepon,rusaknya pesawat radio sehingga terjadi suara

bising dan semacamnya.Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang

disebabkan karena kesalahan padabahasa yang digunakan (Blake, 1979). Gangguan

semantik sering terjadi karena :

1. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing

sehingga sulitdimengerti oleh khalayak tertentu.

2. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan

penerima.
3. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga

membingunkanpenerima.

4. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadapa simbol-

simbolbahasa yang digunakan.Selain rintangan semantik, juga terdapat rintangan

psikologis.

Rintangan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh

persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada

sumber, situasi berduka atau karenagangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan

dan pemberian informasi tidak sempurna.Rintangan fisik ialah rintangan yang

disebabkan Karena gangguan geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit

dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan

semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia, rintangan fisik juga diartikan karena

adanya gangguan organic, yakni tidak berfungsinya salah satu pancaindrapada

penerima. Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial

diantarapeserta komunikasi misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau

atasan dan bawahan.

Perbedaan seperti ini biasanya menuntun prilaku komunikasi yang selalu

memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat,

yakni bawahan cendrung hormat pada atasannya, atau rakyat pada raja yang

memimpinnya. Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya


perbedaanpersepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan

dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan

pendidikan yang berbeda. .Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi

disebabkan karena adanyaperbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut

oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

M. ETIKA KOMUNIKASI

Komunikasi tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari sebagai makhluk

sosial, semua gerak gerik serta tingkah laku kita adalah komunikasi. Di dalam

berkomunikasi di kehidupan sehari-hari terdapat etika yang harus kita pahami untuk

terjalinnya komunikasi yang harmonis. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa

etika adalah nilai atau norma yang merupakan hasil dari kesepakatan manusia yang

dijadikan pandangan dan pedoman dalam bertingkah laku, maka dari itu etika komunikasi

adalah hal yang penting untuk dipahami dan diketahui didalam menjalani kehidupan

kita sebagai makhluk bersosial.

Etika juga sering disamakan dengan moralitas. Namun yang membedakan etika dan

moralitas adalah nilai-nilai perilaku orang atau masyarakat yang dapat ditemukan dalam

kehidupan nyata manusia sehari-hari. Sedangkan etika mencakup persoalan-persoalan

tentang hakikat kewajiban moral, prinsip- prinsip moral dasar apa yang harus manusia

ikuti dan apa yang baik bagi manusia.


Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan

orang lain. Tetapi kadang kala ketika kita sedang berkomunikasi tidak memperhatikan

etika komunikasi dengan baik. Pentingnya penanaman etika komunikasi kepada

mahasiswa adalah agar mereka lebih baik menghargai orang yang diajak berkomunikasi

terutama di dalam dunia perkuliahaan. Dengan adanya komunikasi, maka terjalinlah

hubungan dan interaksi timbal balik. Komunikasi mahasiswa dengan mahasiswa atau

mahasiswa dengan dosen. Etika komunikasi adalah hal yang sangat penting baik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Namun, di dalam berkomunikasi tersebut ada hal

yang menjadi sorotan yaitu kurangnya etika komunikasi seperti tata krama sehingga

terkadang menimbulkan permasalahan. Maka dari itu etika komunikasi yang baik sangat

penting dipahami dan diterapkan untuk membina hubungan yang harmonis di dalam

kehidupan.

Etika komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik dan

harmonis antar manusia. Sebaliknya tanpa adanya pengetahuan etika komunikasi maka

akan terjadinya kesalahpahaman yang menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang

dapat memecahbelahkan kehidupan manusia. Etika komunikasi sangat berpengaruh

didalam kehidupan manusia yang merupakan panduan bagi manusia dalam

berkomunikasi atau bertingkah laku di kehidupan sehari-hari. Di dalam komunikasi

terdapat komunikator dan komunikan yang harus saling menghargai satu sama lain,

agar terjalinnya komunikasi yang efektif. Kefektifan sebuah komunikasi sangatlah

ditentukan oleh sejauh mana komunikator maupun pihak komunikan memahami dan
memahami bahasa yang disampaikan pada saat perbincangan. Sebaliknya ketika

pembicara dan pendengar tidak memahami bahasa yang disampaikan maka akan terjadi

kegagalan dalam berkomunikasi.

Komunikasi yang positif akan melahirkan kebahagiaan dan keharmonisan. Kita sebaiknya

dapat memahami bahwa orang didekat kita atau orang yang berinteraksi dengan kita

merasa nyaman dan jangan sampai kita melakukan sesuatu yang merugi dengan tanpa

disengaja. Misalnya, ketika salah berucap atau bersikap kepada lawan bicara

memberikan dampak negatif kepada kita seperti penilaian negatif dari lawan bicara.

Maka dari itu kita harus mampu memilih kata dan situasi yang tepat untuk membangun

suasana yang positif dalam berkomunikasi. Misalnya, dengan memilih tema yang sesuai

dengan lawan bicara agar terbangunnya pembicaraan yang hangat karena satu sama

lain saling memahami topik yang menjadi pembahasan.

Komunikasi yang positif adalah hal yang tidak mudah ketika menghadapi atau

menangani sebuah masalah, sebab masalah adalah sesuatu yang negatif ketika masuk

dalam tema perbincangan masalah, hindarilah pembicaraan yang langsung masuk

pada ke tema yang dituju. Namun kita perlu berhati-hati pada saat mencari tema

dalam proses masuk menuju tema permasalahan. karena jika kita tidak berhati-hati

maka akan menambah permasalahan atau bahkan pesan yang disampaikan tidak

tersampaikan dan lebih parahnya akan membuat lawan bicara tersinggung dan marah.
Agama Islam juga telah mengajari tentang etika. Etika didalam agama Islam

bersumber dari Alquran dan hadist. Etika islam itu juga ada yang menyamakannya dengan

akhlak. Etika berkomunikasi dalam Islam sangat dijunjung tinggi. Komunikasi Islam

adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-

prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam

menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara

(how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-

pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam,

meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Mengenai cara (kaifiyah),

dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan

dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau

etika berkomunikasi dalam perspektif Islam (Taufik, 2012).

Komunikator dan komunikan dituntut harus berbicara lemah lembut, jujur,

sesuai fakta, berbekas di hati, tepat dan mengedepankan akhlak. Ketika konsep ini

digunakan oleh ke dua pihak, maka penghargaan dan menghargai dari ke dua pihak

akan tampak dan efeknya akan melahirkan komunikasi yang efektif dan sesuai

dengan ajaran agama Islam. Baik itu komunikator maupun komunikan harus

mempraktikan etika tersebut dalam berkomunikasi. Kaidah, prinsip, atau etika

komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan

komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari

hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Beberapa etika berkomunikasi antar manusia yang dapat kita terapkan dalam

kehidupan sehari-hari :

1. Menjaga Ucapan

Seorang manusia itu yang dipegang adalah kata-katanya, tidak boleh berbicara

bohong serta melontarkan ucapan-ucapan kotor. Ajaran Islam amat sangat serius

memperhatikan soal menjaga lisan. Berhati-hati dalam berbicara yaitu memikirkan

terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kata-kata. Karena setiap perkataan itu akan

dimintai pertanggungjawabannya kelak diakhirat. Seperti halnya dengan berdiskusi di

dalam kelas atau berbincang santai hendaknya mengatur nada bicara dan tetap tenang

Ketika terdapat perbedaan pendapat dan menghindari ucapan yang dapat menyinggung

perasaan orang lain.

Menggunakan bahasa yang baik, ramah dan sopan untuk menjaga persaan orang

lain agar tidak tersinggung atau dirugikan oleh sikap dan tingkah laku seseorang. Di

dalam masyarakat Indonesia sendiri ada etika, adab, dan sopan santun dalam

berbicara yang telah mereka sepakati dari dulunya, itulah menjadi norma yang

berlaku. Dalam Islam bisa dikatakan bahwa etika bicara itu merupakan menjaga lisan

dalam mengkomunikasikan sesuatu, karena setiap kata-kata yang diucapkan kita bisa

mendapat pahala apabila perkataan itu baik. Islam melarang memangil orang dengan

sebutan yang tidak baik. Hal tersebut telah jelas diatur oleh Allah dalam Alquran,

bahwasanya jika kebiasaan buruk tersebut tetap dilakukan maka sungguh orang tersebut
telah mengarah kepada kezaliman. Jangan memanggil orang yang lebih tua atau

seperti guru, dosen dan lainnya dengan hanya sebutan namanya saja, namun hendaklah

memanggilnya dengan sapaan yang baik. Selain larangan memanggil dengan sebutan

buruk berdasarkan hukum Islam, memanggil dengan sebutan buruk secara langsung

rawan pula menyebabkan perpecahan ukhuwah diantara manusia. Karena mudharatnya

lebih besar daripada manfaatnya, sehingga alangkah lebih baik jika seseorang berkata-kata

dengan bahasa yang baik serta dengan adab yang baik sesuai.

2. Sopan Santun

Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara. Ada beberapa hal

sopan santun yang diperhatikan dalam berkomunikasi. Misal, Menyapa lawan bicara

dengan sopan dan tidak berlebihan dan dibuat-buat. Menggunakan panggilan/sebutan

orang yang baik serta memperhatikan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan

bicara. Bicara dengan suara yang stabil, tidak terlalu pelan dan tidak terlalu cepat

sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh lawan bicara.

Bertingkah laku yang baik muncul karena kesadaran diri. Dengan tingkah laku

yang baik, komunikasi menjadi kondusif. prilaku yang baik mengandung kebaikan

kehidupan dunia dan akhirat bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Ketika

berkomunikasi diharapkan dapat bersikap serta berperilaku. Berpikir tentang apa yang

akan dilakukan dan diucapkan. Selalu sopan dalam berbicara dan bertindak, mengetahui

bagaimana caranya membawa diri saat berbicara kepada orang lain dan waktu dimana
harus bersikap serius dan waktu untuk bermain-main, Sikap seperti ini sangat penting

karena banyak orang yang saat serius malah bermain-main atau sebaliknya. Berpakaianlah

yang rapi dan bersih dan tidak berbau, gunakanlah pakaian yang pantas dan sesuai

keadaan dan harus yang menutup aurat agar lawan bicara merasa nyaman. Karena

apabila kita menggunakan pakaian yang tak pantas atau berbau akan membuat lawan

bicara tidak merasa nyaman dan merasa terganggu sehingga tidak tertarik dengan

pembicaraan kita

3. Efektif dan Efisien

Komunikasi dilakukan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi

merupakan perwujudan dari ekspresi manusia tentang apa yang dipikirkan dan

dirasakannya baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. Komunikator dan

komunikan harus berbicara dengan sopan santun yang tidak melukai perasaan satu

sama lainnya yaitu secara lemah lembut, jujur, sesuai fakta dan di waktu dan ruang yang

tepat. Ketika konsep ini digunakan oleh kedua pihak, maka penghargaan dan

menghargai dari kedua pihak akan tampak dan efeknya akan melahirkan komunikasi

yang efisien dan efektif. Menggunakan bahasa yang sopan dan dapat dipahami oleh

lawan bicara serta dapat Menyesuaikan gaya bahasa dan lingkungan. Contoh, ketika

berbicara kepada dosen kita akan menggunakan kata-kata yang lebih formal dan sopan

dalam penyampaian, namun berbeda ketika kita berkomunikasi kepada teman sejawat

dapat menggunakan bahasa yang lebih santai. Dengan demikian kita mampu

menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan
bicara semestinya. Menggunakan komunikasi non-verbal yang baik sesuai budaya yang

berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, cium pipi kanan-cium pipi kiri.

Memberikan ekspresi wajah, gerakan tubuh yang ramah, sopan wajar dan tidak dibuat-

buat/ wajar.

4. Saling Menghargai

Menatap mata lawan bicara dengan lembut. Melihat lawan bicara adalah hal yang

sangat penting yang harus dilakukan saat memulai pembicaraan. Hal ini menunjukkan

kesan pertama yang baik kepada lawan bicara, yaitu adanya ketertarikan kita kepada

lawan bicara. Jangan melihat ke arah lain atau fokus pada kegiatan lainnya yang dapat

mengganggu lawan bicara karena merasa tidak diperhatikan atau seolah-olah tidak

dihargai dalam pembicaraan tersebut. Yang paling baik adalah menatap mata lawan

bicara. Jika kesulitan menatap langsung mata lawan bicara, kita bisa melihat ke arah garis

tengah antara kedua matanya (sejajar dengan hidung).

Mendengarkan juga salah satu bagian dari komunikasi. Mendengarkan dan tidak

memotong pembicaraan lawan bicara pada saat komunikasi berlangsung. Tunjukkan

antusias dan ketertarikan pada lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan. Ketika kita

yang menjadi pembicara berikan kesempatan lawan bicara untuk mengajukan

pertanyaan. Namun ketika pembicaraan dipotong oleh lawan bicara maka jangan

mudah terpancing emosi oleh lawan bicara. mendengarkan adalah hal yang sangat penting

dalam komunikasi. Dengan menjadi pendengar yang baik, maka komunikasi akan berjalan
efektif tidak akan. Karena apabila kita tidak mendengarkan dan memperhatikan dengan

baik apa yang dibicarakan orang lain akan membuat komunikasi jadi terhambat.

Saling menghargai dengan berlapang dada menerima kritikan dan saran dari lawan

bicara. Tidak egois, bersifat lapang dada ketika di nilai oleh orang lain untuk kemajuan

diri dan untuk kebesaran jiwa, kritik yang sangat bermanfaat baginya. Dengan demikian,

hubungan yang terjalin dengan lawan bicara pun akan terus terjalin dengan baik. Tidak

gampang tersulut emosi apabila dalam berkomunikasi terdapat kesalahpahaman yang

terjadi karena berbagai hal, misalkan adanya gangguan dari luar, salah memahami makna,

atau tidak fokus dalam menyimak pesan yang disampaikan. Ketika bertemu dengan orang,

coba untuk menyapa seperti, tersenyum dan membuka pembicaraan untuk mecairkan

suasana. Sehingga menciptakan rasa kedekatan dan kebersamaan. Dalam berinteraksi

dengan orang lain. Kita harus mampu memahami dan mengetahui keadaan mereka.

Misal apakah lawan bicara kita dalam keadaan sibuk dengan aktifitas pekerjaannya,

tidak ingin berkomunikasi karena ada sesuatu hal, seperti contoh seseorang dalam

keadaan tidak ingin diganggu karena lagi dalam masalah. Atau ketika mengobrol dan

menjenguk kerabat sedang sakit yang membutuhkan istirahat yang banyak.

Komponen Hambatan komunikasi Menurut Fajar (2009), terdapat beberapa

hambatan dalam komunikasi , yaitu

a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum

jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong

seseorang untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.

b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang

dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang

digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang

dipergunakan terlalu sulit.

c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media

komunikasi, misalnya gangguan suara radio sehingga tidak dapat

mendengarkan pesan dengan jelas.

d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh

si penerima.

e. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat

menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan

tidak mencari informasi lebih lanjut.

Faktor Penghambat Komunikasi Wursanto (2005) meringkas hambatan

komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu:

1. Hambatan yang bersifat teknis Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan

yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti :

a. Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi

b. Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai


c. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang

dibagi menjadi kondisi fisik manusia, kondisi fisik yang berhubungan

dengan waktu atau situasi/ keadaan, dan kondisi peralatan

2. Hambatan semantik Hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan,

kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat,

kode-kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi.

3. Hambatan perilaku Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan.

Hambatan yang disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari

komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai

bentuk, seperti :

a. Pandangan yang sifatnya apriori

b. Prasangka yang didasarkan pada emosi

c. Suasana otoriter

d. Ketidakmauan untuk berubah

e. Sifat yang egosentris

Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara

pengirim dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirim pe

san, isi pesan, sertaorang yang menerima pesan. Antara si pengirim pesan maupun si

penerima pesan salingmempengaruhi. Orang yang menerima pesan akan menjawab at

au memberi reaksi terhadap pengiriman pesan, sehingga terjadi interaksi


antara pengirim pesan dan penerima pesan.Gangguan komunikasi meliputi berbagai

lingkup masalah, yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar.

Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi,gangguan

mengeluarkan suara, afasia ( kesulitan manggunakan kata-kata, biasanya karenaada

memar atau luka di otak ! dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa.

"masing-masing gangguan ini mempengaruhi fungsi akademik,

atau pekerjaan, atau kemampuanuntuk berkomunikasi secara sosial. Penanganan pad

a gangguan komunikasi umumnya dilakukanmelalui terapi bicara dan koseling

psikologis untuk kecemasan social dan masalah masalah emosional lainnya.

Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebabtermasuk d

i dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar 2010, Rosda;

Jakarta

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Universitas Terbuka 2.

Hal ( 7–10)
Sri Moerdijati. Buku Ajar Pengantar Komunikasi. Revka Petra Media 2012

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal,

(Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 22

Sari, A. F. (2020). Etika komunikasi. TANJAK: Journal of Education and

Teaching, 1(2), 127-135.

https://www.kompasiana.com/tag/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli

https://bakai.uma.ac.id/2022/05/19/apa-itu-komunikasi-tujuan-dan-fungsinya/

https://chat.openai.com/

https://stekom.ac.id/artikel/teknik-dalam-komunikasi

https://pakarkomunikasi.com/tahap-tahap-komunikasi

https://deepublishstore.com/blog/materi/pengertiankomunikasi/#Karakteristik_Komu

nikasi

https://mahasiswa.ung.ac.id/291414010/home/2014/9/6/12-prinsip-komunikasi-

menurut-dedi-mulyana.html

https://adjar.grid.id/read/543314012/7-unsur-komunikasi-dan-penjelasannya?page=all

https://komunikasita.wordpress.com/2018/04/29/karakteristik-komunikasi-beserta-

contohnya/

https://senikomunikasi.com/model-komunikasi-pengertian-fungsi-dan-jenis-jenisnya/

Anda mungkin juga menyukai