Anda di halaman 1dari 2

ILMU KOMUNIKASI

Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan yang tergolong muda. Sekalipun pada sisi yang lain, sejarah perkembangan ilmu komunikasi sudah tua sejak masa Yunani dan baru dirumuskan dalam era modern sebagai ilmu baru sejak dekade PD II. Linimasa munculnya ilmu komunikasi Ilmu Komunikasi berawal dari dekade 40-an ketika Amerika menghadapi propaganda dalam rangka menghadapi peperangan. Beberapa prakondisi ketika itu adalah adanya ancaman Nazi dalam memperluas kekuasaannya, kebutuhan untuk mendapat dukungan rakyat dalam rangka menghadapi perang dunia kedua, dan kebutuhan mempelajari propaganda lawan seperti Jerman. Maka dalam konteks inilah kajian komunikasi dirintis. Kemudian setelah masa perang, tradisi ini kemudian dilanjutkan bagi kepentingan dunia komersial. Sejumlah ilmuwan yang dikumpulkan pemerintahdalam hal ini departemen pertahananberkumpul dalam rangka kepentingan menghadapi peperangan. Beberapa figur tersebut, yang kemudian dilembagakan Scramm menjadi ilmu komunikasi, seperti Paul F. Lasarfeld, Hovland, Lasswell, Berelson, Shannon, Scramm, dan sebagainya. Setelah PD II, kajian komunikasi yang muncul dalam konteks perhatian yang besar terhadap propaganda dilanjutkan bagi kepentingan dunia industri. Generasi yang melahirkan Ilmu Komunikasi ini yang kelak dikenal sebagai kelompok administrative riset cenderung mengembangkan komunikasi sebagai fenomena transmisi, yakni pengiriman informasi. Tidak heran pula, kajian komunikasi dominan sebagai kajian komunikasi massa. Dalam konteks inilah kita mengenal sejumlah model komunikasi seperti Shannon, Lasswell, Scramm, SMCR dan sebagainya. Demikian pula penelitian komunikasi identik dengan kajian tentang media. Seperti Content Analysis, Uses & Gratification, Agenda Setting, Cultivation Analysis, survey dampak media, dan sebagainya. Model penelitian ini sudah familiar dalam kajian komunikasi. Namun sekali lagi menunjukkan dominannya kajian komunikasi massa. Dewasa ini kita memerlukan untuk memahami tentang pentingnya memperhatikan kajian komunikasi yang lebih komprehensif. Bahwa komunikasi massa hanyalah salah satu bidang kajian dalam Ilmu Komunikasi. Padahal disebutkan bahwa awal abad 20 kajian lebih banyak tentang fenomena retorika. Sementara tahun 70-an mulai muncul kajian tentang komunikasi antar personal. Bidang-bidang seperti ini kelihatan belum begitu berkembang di Indonesia. Satu hal penting pula yang perlu dipaparkan bahwa terjadi pergeseran penting dalam pandangan mengenai komunikasi di Amerika. Yakni pada awalnya, pemahaman tentang komunikasi berangkat dari pandangan yang humanistik sebagaimana dikembangkan kelompok Chicago. Tapi dengan munculnya kelompok administrative riset di masa propaganda tahun 40-an, terjadi perubahan cara pandang terhadap makna komunikasi. Dalam konteks ini dapat dimengerti kemudian pandangan filosofis tentang komunikasi mengalami pergeseran. Walaupun kemudian, menurut Everret M. Rogers, dewasa ini model

komunikasi sebagai pemaknaan (meaning) juga mulai mendapat tempat kembali. Pendekatan yang lebih interpretatif yang kembali merujuk pada Max Weber, dan semacamnya. Perkembangan Kajian Komunikasi Julia Wood mengamati perkembangan kajian komunikasi dalam perkembangan trend berikut ini. Bahwa terdapat relasi antara perkembangan dalam kehidupan sosial dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada dekade 40-an, perhatian ilmuwan banyak mengenai upaya memahami obedience, conformity, dan prejudice. Tema-tema ini yang berkembang setelah PD II. Pada masa itu belum ada masalah seperti HIV sebagaimana sekarang. Demikian pula, pada decade 90-an terdapat perhatian terhadap soal komunikasi berkaitan dengan soal seksualitas (Bowen & Michal Johnson, 1995, 1996). Dulu perhatian juga lebih banyak mengenai hubungan antar pribadi seputar hubungan romantis dikalangan remaja sekolah, kalangan menengah Eropa Amerika, able bodied heterosexuals bagi yang tinggal berdekatan. Belakangan ini berkembang kesadaran mengenai pluralisme budaya yang memotivasi ilmuwan meneliti dan mengembangkan teori mengenai kalangan gay dan lesbian ((Huston &Schwartz, 1996), relasi antar individu dikalangan orang dewasa (Dickson, 1995), relasi dikalangan anggota budaya minoritas(Gaines, 1995), pernikahan permanen diantara individu dewasa, relasionsip dilakukan melewati sistim komunikasi elektronik (Lea & Spears, 1995), dan relasionsip jarak jauh (Rohlfing, 1995) Bagaimana dengan perkembangan kajian komunikasi di Indonesia ? Mengamati beberapa penelitian penting : Rusdi Muhtar tentang dampak menonton televisi di Sulawesi Selatan, Wilbur Schramm, Gon Cu, Alfian tentang dampak satelit palapa di Indonesia, Marwah Daud Ibrahim tentang satelit palapa, Harsono Suwardi tentang peran suratkabar dalam komunikasi politik, Ibnu Hamad tentang wacana politik, Ishadi tentang televisi, Prof achmad tentang pers Indonesia, Bahtiar Aly tentang pers Indonesia, M. Alwi Dahlan tentang komunikasi politik, Efendi Ghazali meneliti tentang komunikasi politik di Indonesia periode pasca orde baru dan sebagainya. Disini juga menjadi penting untuk diperhatikan, bagaimana akar tradisi Eropa sudah lama di Indonesia dalam kaitannya dengan kajian komunikasi. Selain itu terdapat pula sejumlah kajian yang tidak dihasilkan ahli komunikasi, tapi sangat penting bagi kajian komunikasi. Smith tentang sejarah pembreidelan pers di Indonesia, Ahmad Adam dari Malaysia tentang pers pergerakan di Indonesia, Tickell tentang pers di Indonesia, David T. Hill tentang Mohtar Lubis dan Pers Indonesia. Philip Kitley tentang fenomena dunia televisi swasta yang muncul di Indonesia diakhir 1990-an. Krisna Sen tentang film Indonesia.

Arry Eka S. Surya Wibowo Dimas Rizky C.

Anda mungkin juga menyukai