NIM : 12/335610/SP/25291
Kekaisaran Bizantium berjasa besar dalam proses evolusi diplomasi dikarenakan membentuk
departemen luar negeri yang khusus menangani urusan luar negeri dan diplomasi.6
Memasuki era renaisans, dapat ditemui perubahan yang signifikan dalam perdiplomasian.
Terdapat dua tipe diplomat berdasarkan periode dan lingkup kerjanya 7 : 1. Diplomat permanen
2. Diplomat Ad Hoc. Akan tetapi perbedaan antara dua tipe diplomat tersebut menjadi kabur
dikarenakan keduanya berada menetap di negara asing.8 Meskipun implikasi positif dari hal ini
ialah diplomat dapat menjadi penyedia informasi terkini terkait kondisi di negara-negara
tempatnya bertugas. Sumbangsih era renaisans lain ialah diperkenalkannya korps kedutaan, yang
merupakan wadah berkumpulnya diplomat seantero Italia. 9 Quality control terhadap diplomat
diperkenakan pada masa Richelieu. Memasuki abad ke-19, negara-negara mulai menggunakan
sistem diplomasi multilateral, di mana perundingan melibatkan banyak negara. Negara-negara
yang tadinya terisolir, kini mulai membuka diri terhadap pergaulan global. Berdirinya ILO dan
dibentuknya standar hak asasi buruh yang melibatkan perwakilan dari tiap-tiap negara
merupakan praktik diplomasi multilateral, yang melibatkan mulai dari negara dunia pertama
hingga dunia ketiga. Pada masa perang dunia II, isu-isu yang diperundingkan secara multilateral
meluas.10 Hadirnya UNRRA dan organisasi multinegara yang concern terhadap isu pangan
merupakan bukti bahwa diplomasi kini mulai mengakomodir isu yang sebelumnya belum
terjamah. Dunia perdiplomasian kini juga disemarakkan dengan United Nations dan organisasiorganisasi multinegara.
Pertanyaan penting
1. Secara umun, paparkan perbedaan diplomasi di awal peradaban dengan diplomasi kekinian ?
Identifikasi aktor, tujuan, dan metode diplomasinya !
2. Jelaskan perbedaan diplomasi di India kuno dengan diplomasi di era Richelieu!
Jawaban :
1.
Diplomasi di awal peradaban manusia dijalankan dengan cara yang sederhana, bahkan
prosesi serah terima hadiah maupun surat kenegaraan/kekaisaran/kerajaan telah dianggap sebagai
6 Ibid. Hal 35.
7 Ibid. Hal 38.
8 Diplomat Ad Hoc seharusnya berada di negara tempat ia bertugas dalam waktu
yang singkat. Tugas diplomat Ad Hoc berakhir ketika ia telah menjalankan
fungsinya, mengingat keberadaanya bersifat fungsional.
9 Dalam buku Dynamics of Diplomacy, era renaisans merujuk pada Italia
10 Ibid. Hal 47.
praktik diplomasi. Diplomasi pada awalnya dilakukan secara verbal, tanpa dokumentasi. Roma
memulai tradisi mendokumentasikan hasil diplomasi. Diplomasi biasanya hanya melibatkan dua
pihak, negara pengunjung dan negara tuan rumah. Pada awalnya, diplomasi dianggap sebagai
tindakan bertegur sapa antar negara yang berdekatan ataupun yang berkepentingan sama.
Kemudian muncul asumsi bahwa suatu masalah tidak bisa ditangani oleh satu negara saja.
Bekerja sama dengan negara lain merupakan sebuah keharusan. Akhirnya didirikanlah
perwakilan permanen negara-negara pengunjung di negara tuan rumah.
Di awal peadaban manusia, tugas diplomasi ditangani oleh utusan kerajaan yang cakap
berbicara, perwakilan partai berideologi kuat, tuan tanah , ahli agama, pangeran dan putri
kerajaan. Strategi berdiplomasi pun terbilang sederhana seperti menunjukkan supremasi militer
kepada negara tuan rumah, memberi hadiah, bahkan menikahkan pangeran dan puteri
antarkerajaan. Isu yang memotivasi diplomasi pun juga masih isu-isu primer, seperti batas
wilayah, peperangan, perdagangan, dan
lain-lain.
Lain halnya dengan diplomasi di awal peradaban, diplomasi kekinian merupakan proses
yang kompleks. Proses diplomasi modern bersifat multilateral dan melibatkan banyak aktor.
Korporasi, organisasi non-profit internasional, dan kelompok masyarakat sipil merupakan
karakter-karakter baru yang menghiasi diplomasi. Isu yang mendorong proses diplomasi pun
variatif, seperti isu kepemudaan, kebudayaan, hingga isu pernikahan sesama jenis. Metode yang
dipakai dalam berdiplomasi pun telah diatur secara baku. Jalur legal formal seperti konvensi,
treaty, dan jalur hukum lainnya merupakan cara yang ditempuh dalam diplomasi modern.
Diplomasi modern juga bersifat partisipatif dikarenakan membuka peran pemuda melalui youth
exchange.
2.
Sekilas, metode diplomasi yang dipergunakan India kuno dengan yang dipakai oleh
Richelieu terlihat sama. Persamaan tersebut terletak pada pengklasifikasian terhadap pejabat
diplomatik. Baik India kuno maupun Richelieu sama-sama mengklasifikasikan petugas
diplomasi ke dalam 3 tipe. Tetapi jika ditelisik lebih dalam, terdapat setidaknya ada 2 perbedaan
mencolok antara diplomasi India kuno dengan diplomasi yang digagas Richelieu.
Pertama, pemilahan tipe pada diplomat India kuno berdasarkan pada isu yang ditangani
oleh masing-masing tipe diplomat. Isu-isu krusial yang membutuhkan penanganan cepat
biasanya diamanatkan kepada diplomat senior yang berkemampuan diplomasi mumpuni.
Diplomat ini memiliki kewenangan penuh mewakili negara pengirimnya. 11 Diplomat tipe kedua
ialah yang memiliki kewenangan terbatas dan menangani isu-isu menengah. Diplomat ketiga
hanya bertugas sebatas sebagai kurir surat kenegaraan. Lain halnya dengan India kuno,
Richeliue mengklasifikasikan orang-orang yang tak terlibat langsung dalam diplomasi sebagai
diplomat kategori ketiga. Pelayan dan staff yang mensupport kerja embasi masuk dalam kategori