Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
DAMPAK PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

Guru Mata Pelajaran : Drs. Tajudin

Kelompok 3

Dara Lintang Nurlita (08)


Gilang Akbar Gunawan (13)
Leana Nabila Sarah (18)
Nabila Rizky Ramadhani (24)
Naura Yasmin (26)
Yoslin Merysa Siregar (36)

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Babelan


Jl. Taman Kebalen Indah Babelan-Bekasi
Tahun 2022
A. Dampak dalam Bidang Politik-Pemerintahan dan Ekonomi

1. Bidang Politik dan Struktur Pemerintahan


Dalam bidang politik, para penguasa penjajahan Barat terutama Belanda
melakukan kebijakan yang sangat ketat dan cenderung menindas. Misalnya pura-pura
mengajak perundingan damai tetapi malah ditangkap (penangkapan Pangeran
Diponegoro), pura pura diajak berunding tetapi malah dibunuh (pembunuhan Sultan
Khaerun/ Hairun). Secara politik martabat rakyat Indonesia jatuh dan menjadi tidak
berdaulat Rakyat Indonesia juga menjadi kelompok masyarakat kelas tiga setelah
kelompok orang-orang Barat (penjajah) dan kelompok orang-orang Umur asing.
Tetapi seperti telah disinggung di depan bahwa pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pembaruan bidang politik dan
administrasi pemerintahan. Daendels telah membagi wilayah kekuasaan kolonial
Belanda di Indonesia/Hindia Belanda di Jawa dibagi menjadi sembilan prefektur dan
terbagi dalam 30 regentschap (kabupaten). Setiap prefektur diangkat seorang pejabat
kepala pemerintahan yang disebut dengan prefek. Seorangpejabat prefek ini diangkat
dari orang Eropa. Kemudian setiap regentschap/ kabupaten dikepalal oleh seorang
regent atau bupati yang berasal dari kaum pribumi. Namun, status bupati sampai
dengan camat (yang disebut priayi) sepenuhnya menjadi pegawai negeri (binnenland
bestuur) baru terwujud setelah diterapkannya sistem Tanam Paksa pada pertengahan
1850-an).
Dalam struktur pemerintahan dikenal adanya pemerintahan tertinggi. semacam
pemerintahan pusat. Sebagai penguasa tertinggi adalah gubernur jenderal. Di tingkat
pusat ini juga ada lembaga yang disebut dengan Raad van Indie, tetapi perannya
cenderung sebagai dewan penasihat.
Sementara itu, dalam pelaksanaan pemerintahan dalam negeri, sangat jelas
adanya dualisme pemerintahan. Ada pemerintahan Eropa (Europees bestuur) dan
pemerintahan pribumi Unlands bestuur). Di lingkungan pemerintahan Eropa ini,
terdapat pejabat wilayah yang paling tinggi yakni residen. Ia memimpin wilayah
karesidenan. Di seluruh Jawa Madura terbagi menjadi 20 karesidenan.
Dalam suatu pembukaan rapat Volksraad mash terekam dalam ingatan
bersama kaum terpelajar bumiputera tentang Janji November (November Beloofte).
Dalam pidatonya itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengatakan bahwa “dalam
zaman bar hubungan pemerintah kolonial dan proses demokratisasi dimulai. la juga
mengatakan, bila saatnya kelak Volksraad menjadi dewan rakyat, sebuah lembaga
bagi rakyat Hindia untuk menyampaikan hasrat untuk merdeka”. Namun Volksraad
tidak pernah menjadi badan rakyat Hindia, Volksraad tetap menjadi alat bagi
pemerintah kolonial.
Dalam kongres SI tahun 1914, yang diselenggarakan di Yogyakarta
Cokroaminoto dipilih sebagai pimpinan SI. Gejala konflik internal mulai kelihatan
dan kewibawaan CSI mulai berkurang. Dalam kongres tahunan yang diselenggrakan
SI pada tahun 1916, Cokroaminoto menyampaikan dalam pidatonya perlunya
pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia.
Sebelum kongres tahunan berikutnya (1917) di Jakarta, muncul aliran
revolusioner sosialis ditubuh SI, yang berasal dari SI Semarang yang dipimpin oleh
Semaun. Kongres tetap berjalan dan memutuskan bahwa azas perjuangan SI adalah
pemerintahan berdiri sendiri dan perjuangan melawan penjajahan dari Kolonialisme.
Sejak itu Cokroamitono dan Abdul Muis mewakili SI dalam Dewan Rakyat. Sebagai
organisasi bear SI telah disusupi oleh orang-orang yang menjadi anggota Indische
Social Democratische Vereninging (ISDV), seperti Semaun dan Darsono.

2. Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Daendels, perubahan sistem pemerintahan membawa
pada perubahan sistem perekonomian tradisional. Dalam sistem modern, tanah-tanah
milik raja berupa statusnya menjadi tanah milik pemerintah kolonial.
Grote Postweg atau jalan raya pos yang menghubungkan Anyer sampai
Panarukan, dibuka pada masa Daendels memerintah Hindia Belanda sebagai sarana
pertahanan untuk menghadapi Inggris. Pembangunan itu terkait dengan masalah
politik yang sedang menimpa pemerintah seperti masalah keuangan, ancaman Inggris,
pemberontakan Banten dan Cirebon serta banyak musuh-musuh Daendels.
Pada masa Raffles terjadi perubahan sistem kepemilikan tanah dari tanah raja
dan penguasa lokal ke pemerintah, berarti pemerintah mempunyai kewenangan untuk
menyewakan tanah yang menyebabkan terjadinya perubahan hubungan antara raja dan
kawulanya, Sejak itulah sistem kegiatan ekonomi uang di desa-desa Jawa dan daerah
lain di Hindia Belanda yang telah lama dikenal dengan sistem ekonomi Swadaya
berubah menjadi sistem ekonomi Komersial.
Dampak lain dari pemerintahan kolonial adalah munculnya kota-kota baru
yang ditandai dengan adanya jaringan transportasi berupa jalur-jalur kereta api dari
Jakarta ke Bogor dan kereta api di pulau Jawa, Munculnya pelabuhan-pelabuhan
membawa pengaruh pada perkembangan perdagangan. Perkembangan ekonomi juga
didukung oleh munculnya kemajuan komunikasi dan transportasi seperti kantor pos
pertama didirikan di Batavia pada tahun 1746.
B. Dampak dalam Bidang Sosial-Budaya dan Pendidikan
1. Bidang Sosial-Budaya
Penjajahan bangsa Barat di Indonesia telah menerapkan kehidupan yang
diskriminatif. Orang-orang Barat memandang kulit putih sebagai kelompok kelas I,
kaum Timur Asing kelas II, dan kaum pribumi kelas III. Pandangan ini sengaja untuk
menjatuhkan martabat bangsa Indonesia yang memang sedang terjajah. Semangat
persatuan, hidup dalam kekerabatan, nilai gotong royong dan kesantunan yang
dikembangkan di kraton yang juga ditiru masyarakat mulai bergeser. Kedatangan dan
dominasi bangsa Barat juga membawa pengaruh semakin intensifnya perkembangan
agama Kristen. Perkembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya, juga
mendapatkan perhatian khusus. Melalui buku karya Raffles, William Marsden dan
Crawfurd.
Pada tahun 1899, Van Deventer menulis judul "Hutang Kehormatan". Dalam
tulisan tersebut ia mengantarkan adanya politik balas budi (politik etis) yang berisi
pendidikan, irigasi dan imigrasi/transmigrasi.

2. Bidang Pendidikan
Ada tiga program Politik Etis, yaitu irigasi, edukasi, dan trasmigrasi. Adanya
Politik Etis membawa pengaruh bear terhadap perubahan arah kebijakan politik negeri
Belanda atas negeri jajahan. Pada era itu pula muncul simbol baru yaitu "kemajuan".
Dunia mulai bergerak dan berbagai kehidupan pun mulai mengalami perubahan.
Dalam bidang pertanian pemerintah kolonial memberikan perhatiannya pada
bidang pemenuhan kebutuhan panga dengan membangun irigasi Di samping itu,
Pemerintah juga melakukan emigrasi sebagai tenaga kerja murah di perkebunan-
perkebunan daerah di Sumatera.
Hal yang sangat penting untuk mendukung simbol kemajuan itu maka dalam
era Politik Etis ini dikembangkan program pendidikan. Suasana dan simbol kemajuan
melalui program pendidikan ini juga didukung oleh adanya surat-surat .A. Kartini
kepada sahabatnya Ny. R.M. Abendanon Belanda. Memang harus diakui, meskipun
penduduk pribumi yang dapat bersekolah sangat sedikit, namun keberadaan sekolah
itu telah menumbuhkan kesadaran di kalangan pribumi akan pentingnya pendidikan.
Hal in mempercepat proses modernisasi dan munculnya kaum terpelajar yang akan
membawa pada kesadaran nasionalisme.

Anda mungkin juga menyukai