REFERENSI :
1. Barston, R.P, 1988, Modern Diplomacy, Longman Inc. New York.
2. Baylis, John and Steve Smith, 2001, The Globalization of World Politics,
Oxford University Press. New York.
3. Dinh, Tran Van, 1987, Communication and Diplomacy in A Changing World
Ablex Publishing Corporation, Washington DC.
4. Frensley, Nathalie, 2006, Public Diplomacy and Motivated Reasoning,
Foreign Policy Analysis,
5. Hamilton, Keith and Richard , 1995. The Practice of Diplomacy, Routledge,
New York.
6. Hansen, Allen C, 1984, Public Diplomacy in the Computer Age, Praeger
Publishers, New York.
7. Hun Yun, Seong 2006, Toward Public Relations Theory-Based Study of Public
Diplomacy: Testing the Applicability of the Excellence Study, Journal of
Public Relations Research, University of Maryland.
8. Jonsson, Christer and Martin Hall, 2003, Communication: An Essential Aspect
of Diplomacy, International Studies Perspectives, Lund University.
9. Kean Geoffrey, 1969, The Public Relations Man Abroad, Frederick A. Praeger,
New York.
10. Kuper, Adam & Jessica Kuper , 2000, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, PT
RajaGrapindo Persada, Jakarta
11. Manheim, Jarol,B 1994, Strategic Public Diplomacy, Oxford New York.
12. Marshall, Peter, 1999, Positive Diplomacy, Palgrave New York.
13. Nicolson, Harold, 1988, Diplomacy, Georgetown University.
14 Roy, S.L. 1991. Diplomacy, Rajawali, Jakarta.
15. Snow, Nancy, and Phillip M. Taylor, 2009, Routledge Handbook of Public
Diplomacy, New York.
16. Sukawarsini Djelantik, 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktek, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
17. Theaker, Alison, 2001, The Public Relations Handbook, Routledge, New York.
18. Widodo, 2009, Hukum Diplomatik dan Konsuler, LaksBang Justitia, Surabaya.
19. Wilcox, Dennis L. et.al. 2003, Public Relations: Strategies and Tactics, USA.
URUTAN MATERI PERKULIAHAN DIPLOMASI.
Representation
This consists of formal representation, including
presentation of credentials, protocol, and
participation in the diplomatic circuit of the national
capital or institution.
Listening Post
Function of acting as a listening post (a strategic spot
for gathering information).
Laying the groundwork. (preliminary or basic work)
Preparing the basis for a policy or a new initiatives.
Reducing friction.
In the event of actual or potential bilateral or wider conflict,
diplomacy is concerned with reducing friction.
Contributing to order and orderly change.
The central task of diplomacy is not just the management of
order, but the management of change, and the maintenance
by continued persuasion of order in the midst of change.
The creation , drafting, and amendment of a wide body
of international rules of a normative and regulatory kind
that provide structure in the international system. (Barston,
1988: 2-3)
Credentials
1. a letter or other document which proves your good character or your right to
have a particular position.
2. the things that show people that you have the ability to do something, are
suitable for something etc. ( Longman Dictionary).
Protocol
a term associated with diplomacy which carries a number of meanings. It can
refer to original draft of a diplomatic document or treaty or it can refer record
of agreement between states which is less formal than a treaty or convention.
In modern usage the word is universally employed as a generic term for
diplomatic etiquette and rules of procedure. (Penguin Dictionary of
International Relations)
Circuit
a path that forms a circle around an area, or a journey a long this path.
(Longman Dictionary).
Tujuan utama diplomasi menurut Kautilya, diplomat
senior India, dalam bukunya Arthasastra, adalah :
pertama : acquisition ( perolehan)
kedua : preservation (pemeliharaan).
ketiga : augmentation (penambahan).
keempat: proper distribution (pembagian yang adil)
Di samping itu tujuan diplomasi juga meliputi
pencapaian kebahagiaan. Selama tujuan tersebut
hanya dapat diperoleh melalui pemilikan kekuatan,
seorang raja harus selalu berupaya untuk menambah
kekuatannya sendiri dan mengangkat kebahagiaannya
(Roy 1991: 5-6)
Tujuan diplomasi yang baik menurut Kautilya adalah
untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri.
Kepentingan terdepan adalah pemeliharaan keamanan.
Tujuan vital lain antara lain memajukan ekonomi,
perdagangan dan kepentingan komersial, perlindungan
warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan
budaya dan ideologi, peningkatan prestise nasional,
persahabatan dengan negara lain.
Sebagaian besar para pengamat kebijakan berpendapat
bahwa tujuan paling utama setiap kebijakan luar negeri
adalah untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan
kemerdekaan negara, serta menjaga sistem politik,
sosial dan ekonomi yg berlaku ( Roy 1991 : 27).
PERKEMBANGAN TEORI DIPLOMASI
Opini personal : penafsiran individu mengenai suatu hal yang terhadap hal
tersebut tidak terdapat pandangan yg sama.
Opini privat : merupakan aspek penting bagi tumbuhnya opini personal.
Opini privat adalah opini personal yang tidak dinyatakan secara terbuka.
Opini mayoritas : opini yg dimiliki golongan terbesar dari suatu kelompok.
Opini mayoritas berdasar jumlah orang. Bukan terwujud karena interaksi
melainkan penjumlahan kespakatan opini orang-orang golongan mayoritas.
Opini koalisi: gabungan dari minoritas opini agar dapat mewujudkan
mayoritas opini.
Opini konsensus: merupakan bentuk opini yg mempunyai kekuatan saling
menenggang rasa, segala sesuatu diselesaikan secara mufakat.
Opini Umum : adalah opini yang berakar pada tradisi serta adat istiadat ,
berkembang dari dahulu diterima apa adanya tanpa kesadaran kritis dari
generasi ke generasi. (Roekomy : 1967).
PRINSIP-PRINSIP OPINI PUBLIK
DIPLOMASI BILATERAL.
Bilateralisme mengacu pada hubungan politik dan budaya
yg melibatkan dua negara. Sampai saat ini kebanyakan
diplomasi dilakukan secara bilateral. Contoh:
penandatanganan perjanjian (traktat), tukar menukar Duta
Besar, kunjungan kenegaraan.
DIPLOMASI MULTILATERAL.
Peran Dubes pada abad 20 telah banyak berubah, antara lain
disebabkan mulai maraknya penyelenggaraan diplomasi
melalui konferensi yg diikuti paling sedikit tiga atau lebih
negara, sehingga muncul istilah “ diplomasi multilateral”
(Djelantik, 2008 : 133).
pada konferensi-konferensi lebih banyak terjadi
komunikasi lisan/tatap muka daripada diplomasi
tulisan seperti dalam diplomasi bilateral. Masalah yg
dibahas mempunyai cakupan, jangkauan, ukuran,
tingkat kehadiran, dan masa berlangsungnya, serta
birokrasi yg lebih luas daripada dalam diplomasi
bilateral. Konferensi berlangsung secara adhoc atau
permanen seperti diikuti banyak negara atau
organisasi anranegara (IGO) seperti dalam PBB.
UNILATERAL’
Jika suatu negara bertindak sendiri (Djelantik, 2008:
85).
JALUR KEGIATAN DIPLOMASI
Di Era abad informasi warga negara AS dan negara-negara industri lainnya ,mereka
hidup dalam abad informasi atau masyarakat informasi. Menurut Herbert I. Schiller :
The Information Society is in fact the production, processing, and transmission of a large
amount of data about all sons of matters- individual and national, social and
commercial, economic, and military. Most of the data are produced to meet very
specific needs of super corporations, national governmental bureaucracies and the
military establishments of the advanced industrial state. (Van Dinh: 1987).
Mark S. Fowler (FCC): The Information age could result in
mankind making great technological, social, and economic
strides. The integration of each nation’s telecommunications
network into a world wide system will link nation to nation
and allow individuals to communicate with each other with
unparalleled ease.
There is a general recognition among scholars that
technologies of communication, radio, TV, computers, and
satellites are the spin-off from military research and
technologies. At the same time, as the result of the Cold War
and De-Colonization, most of the world, from industrialized
countries to developing countries of the Third World, is now
militarized. Naturally the system of international diplomacy
has not escaped this general trend. (Van Dinh : 1987).
Perubahan mendasar dunia di abad 21 menurut Barston
khususnya terkait dengan teknologi informasi telah
memaksa negara-negara untuk menilai kembali
pelaksanaan diplomasi. Teknologi memungkinkan peran
diplomat yg ditugaskan di luar negeri dan juga peran Duta
Besar berkurang secara signifikan. Mengingat semua
kegiatan komunikasi telah dapat dilakukan dari titik
manapun di seluruh dunia berkat kemajuan teknologi
informasi.
Harold Nicolson juga menyatakan bahwa dengan
perkembangan komunikasi, peran dan fungsi seorang
diplomat telah semakin berkurang sehingga diplomat
sekarang telah menurun statusnya menjadi juru tulis yg
bertugas mencatat pesan-pesan telepon. (dalam Djelantik),
Menurut Carlsnaes, kecepatan dan kemudahan
transfortasi dan komunikasi telah mengurangi
peran diplomat. Perkembangan media elektronik
dan teknologi informasi telah mengurangi
pentingnya diplomat dalam mengumpulkan
informasi dan dalam kecepatan pengambilan
keputusan berreaksi secara segera terhadap
peristiwa internasional melalui saluran diplomasi
tradisional. Pada waktu bersamaan para diplomat
menggunakan media diplomasi dengan
mengeksploitasi media untuk tujuan mereka.
(Carlsnaes, et al ).
Mantan Menlu AS George Schulz mengatakan bahwa
bahan mentah diplomasi adalah informasi, bagaimana
memperolehnya, menilainya, dan menempatkannya
ke dalam sistem untuk kepentingan dan untuk
membingungkan pihak lain.
Barry Fulton mengatakan bahwa negara-negara
sebelumnya terhubung oleh Kementerian Luar Negeri
dan aktivitas perdagangan. Sekarang terhubung
melalui berjuta-juta individu dengan memakai saluran
serat optik, satelit, telpon tanpa kabel dan dengan
kabel di dalam sebuah jaringan yg kompleks tanpa
pengawasan terpusat. (dalam Djelantik)
Barry Fulton menyatakan bahwa waktu dan tempat
tidak lagi menjadi isu yang relevan sehingga
menyebabkan kegiatan diplomasi tradisional harus
berjuang keras untu mempertahankan relevansinya.
Selain adanya revolusi teknologi informasi yg
menuntut perubahan dalam praktek diplomasi,
perubahan-perubahan lain yg terjadi adalah
meningkatnya peran media massa, globalisasi bisnis
dan keuangan, meningkatnya partisipasi masyarakat
di dalam kegiatan hubungan internasional, dan
masalah-masalah kompleks yg menghapus batasan
nasional suatu negara. (dalam Djelantik).
TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM INFORMASI