Anda di halaman 1dari 103

DIPLOMASI

REFERENSI :
1. Barston, R.P, 1988, Modern Diplomacy, Longman Inc. New York.
2. Baylis, John and Steve Smith, 2001, The Globalization of World Politics,
Oxford University Press. New York.
3. Dinh, Tran Van, 1987, Communication and Diplomacy in A Changing World
Ablex Publishing Corporation, Washington DC.
4. Frensley, Nathalie, 2006, Public Diplomacy and Motivated Reasoning,
Foreign Policy Analysis,
5. Hamilton, Keith and Richard , 1995. The Practice of Diplomacy, Routledge,
New York.
6. Hansen, Allen C, 1984, Public Diplomacy in the Computer Age, Praeger
Publishers, New York.
7. Hun Yun, Seong 2006, Toward Public Relations Theory-Based Study of Public
Diplomacy: Testing the Applicability of the Excellence Study, Journal of
Public Relations Research, University of Maryland.
8. Jonsson, Christer and Martin Hall, 2003, Communication: An Essential Aspect
of Diplomacy, International Studies Perspectives, Lund University.
9. Kean Geoffrey, 1969, The Public Relations Man Abroad, Frederick A. Praeger,
New York.
10. Kuper, Adam & Jessica Kuper , 2000, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, PT
RajaGrapindo Persada, Jakarta
11. Manheim, Jarol,B 1994, Strategic Public Diplomacy, Oxford New York.
12. Marshall, Peter, 1999, Positive Diplomacy, Palgrave New York.
13. Nicolson, Harold, 1988, Diplomacy, Georgetown University.
14 Roy, S.L. 1991. Diplomacy, Rajawali, Jakarta.
15. Snow, Nancy, and Phillip M. Taylor, 2009, Routledge Handbook of Public
Diplomacy, New York.
16. Sukawarsini Djelantik, 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktek, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
17. Theaker, Alison, 2001, The Public Relations Handbook, Routledge, New York.
18. Widodo, 2009, Hukum Diplomatik dan Konsuler, LaksBang Justitia, Surabaya.
19. Wilcox, Dennis L. et.al. 2003, Public Relations: Strategies and Tactics, USA.
URUTAN MATERI PERKULIAHAN DIPLOMASI.

 PENGERTIAN DAN DEFINISI DIPLOMASI.


 PERKEMBANGAN TEORI DIPLOMASI.
 DIPLOMASI DAN KOMUNIKASI.
 DIPLOMASI PUBLIK
 PR DAN DIPLOMASI PUBLIK
PENGERTIAN :
Asal kata “diplomasi”.
Secara etimologis, (Widodo, 2009: 13) kata “diplomasi” berakar dari satu
kata bahasa Yunani, yaitu: ziplwma, atau duplicata, yang berarti
digandakan atau dilipat dua. Kemudian dalam masyarakat Yunani dikenal
istilah diploma yang berarti naskah atau dokumen tertentu. Sedangkan
kata “diplomasi” digunakan untuk menyebut petugas penyimpan diploma.
Menurut Roy ( 1991: 1) kata “diplomasi” berasal dari kata Yunani “diploun”
yang berarti “melipat”. Roy mengutip penjelasan Nicholson, tentang asal
mula digunakannya diploun, bahwa pada masa kekaisaran Romawi semua
paspor yang meliwati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada
piringan logam dobel,dilipat dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas.
Surat logam ini disebut “diplomas”. Kata ini kemudian berkembang
mencakup dokumen-dokumen resmi sekalipun bukan logam. Dokumen
yang memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjian
dengan suku bangsa asing di luar bangsa Romawi.
 The word diplomacy is monstrously imprecise. It has at least six meanings,
or groups of meanings, interrelated but distinct.
 At it most comprehensive, it can mean the content of foreign affairs as a
whole, arising from the etymology of the word “diploma”, a folded paper or
letter of recommendation, or a document, and hence the content of the
document.
 Secondly, diplomacy can mean the conduct of foreign policy, again a
comprehensive matter, involving all aspects of the impact which one
country may make on another, including resort to force.
 Thirdly, it can mean the management of international relations by
negotiation. This definition, it is important to note, narrows the meaning of
diplomacy to negotiation, as distinct from the use of force, at the same
time at is widens it by introducing the concept of management , and hence
of the business of dealing with the dimension of international
interdependence. As well as with the ramification of the international
aspect of national affairs as a whole.
 Fourthly, diplomacy can mean the apparatus for managing international
relations, especially professional Diplomatic Service; a more limited, and
also a more technical concept.
 Fifthly, it can mean the manner in which international relations are
managed. The definition adopted by one noted British authority, Sir Ernest
Satow, is the application of intelligence and tact to the conduct of official
relations between governments of independent states. This definition has
its normative use as a standard of which those engaged in the conduct of
foreign policy should aspire. But it can scarcely be regarded as an accurate
description of the sum total of the impact which one country makes on
others, all of which is relevant to the management of its international
relations.
 Finally, diplomacy can mean the art of the skill of the diplomat, with
popular overtones not only of great ingenuity but also of evasiveness,
dissimulation or deceit. A diplomat is someone who can be disarming when
his or her country is not. (Marshall : 1999).
DEFINISI DIPLOMASI

 Oxford Dictionary (Nicolson, 1988: 3-5): Diplomacy is the


management of international relations by negotiation; the
method by which these relations are adjusted and managed by
ambassadors and envoys; the business or art of the
diplomatist.
 Satow (Nicolson 1988: 24): The application of intelligence and
tact to the conduct of official relations between the government
of independent states.
 K.M. Panikkar (Roy: 1991 2-3): Diplomasi dalam hubungannya
dengan politik internasional adalah seni mengedepankan
kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan
negara lain.
 Menurut The Chamber’s Twentieth Century Dictionary,
diplomasi adalah “the art of negotiation, especially of
treaties between states; political skill. Pertama
menekankan kegiatannya, sedangkan yang kedua
meletakkan penekanan pada seni berundingnya.
 Menurut Harold Nicholson diplomasi menunjukkan lima
hal yang berbeda : 1) politik luar negeri; 2) negosiasi; 3)
mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut; 4) suatu
cabang dinas luar negeri; 5) keahlian dalam pelaksanaan
negosiasi internasional, dan dalam arti yang buruk
mencakup tindakan taktik yang lebih licik. ( Roy 1991 : 2-
3).
 Syarlien: Diplomasi sebagai seni dan ilmu perwakilan
negara dan perundingan.
 Ivo D. Duchacek: Diplomasi biasanya didefinisikan
sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu
negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.
 Diplomasi yang sangat erat dihubungkan dengan
hubungan antarnegara adalah seni mengedepankan
kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan
cara-cara damai apabila mungkin, dalam hubungan
dengan negara lain. (Sterling dlm Roy 1991: 5).
 Para pakar kemudian meletakkan tekanan pada
keterkaitan antara negosiasi dan diplomasi. (Roy.1991:
4)
 Menurut Barston :Diplomacy is concerned with the management of
relations between states and other actors. From a state perspective
diplomacy is concerned with advising, shaping, and implementing foreign
policy. As such it is the means by which states through their formal and
other representatives, as well as other actors, articulate, coordinate and
secure particular or wider interests, using correspondence, private talks,
exchange of view, lobbying, visits, threats and other related activities.
(1988 : 1).
 Apabila cara-cara damai gagal untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
diplomasi mengijinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata
sebagai cara untuk mencapai tujuannya. (Roy .1991: 5).
 Diplomasi mewakili tekanan politik, ekonomi dan militer kepada
negara-negara yang terlibat dalam aktivitas diplomasi, yang
diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan konsesi antara para
pelaku negosiasi (Clark dalam Djelantik. 2008 : 4).
 Diplomasi dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi
antarpelaku-pelaku politik internasional dan instrumen
untuk mencapai tujuan kebijakan politik luar negeri suatu
negara. Diplomasi adalah alat atau cara melaksanakan
dan mencapai tujuan kebijakan luar negeri suatu negara.
(Sriyono, editor: 2004: xxii).
 Meskipun diplomasi berhubungan dengan aktivitas-
aktivitas yang damai, dapat juga terjadi di dalam kondisi
perang atau konflik bersenjata, karena tugas utama
diplomasi tidak hanya manajemen konflik, tetapi juga
manajemen perubahan dan pemeliharaannya dengan cara
melakukan persuasi yg terus menerus di tengah-tengah
perubahan yg tengah berlangsung ( Watson dalam
Djelantik. 2008:4).
 Dalam mengkaji definisi-definisi di atas beberapa hal
tampak jelas: 1) unsur pokok diplomasi adalah negosiasi;
2) negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan
negara; 3) tindakan-tindakan diplomatik diambil untuk
menjaga dan memajukan kepentingan nasional sejauh
mungkin dapat dilaksanakan dengan sarana damai.
4) sebagai teknik-teknik diplomasi yang sering dipakai
untuk menyiapkan perang, dan bukan untuk menghasilkan
perdamaian. 5) diplomasi dihubungkan erat dengan tujuan
politik luar negeri suatu negara. 6) diplomasi modern
dihubungkan erat dengan sistem negara. 7) diplomasi juga
tak dapat dipisahkan dari perwakilan negara. ( Roy, 1991: 3-
4)
 NEGOTIATION is the process whereby >macropolitical > actors
interact in order to effect a number of goals that can only, or most
effectively, be realized by joint agreement.
 The essential tactic in negotiation is for a party to convince all others
that is current offer is the best available and that there is no point in
bargaining around the terms in order to improve them. The actual
behavior whereby terms are modified and outcomes evolved is the
essence of the bargaining process.
 An essential variable in the process of negotiation will be the way the
issues are defined by the parties. (Graham Evans, and Jeffrey
Newnham : 1998)
 Menurut Abbe Duguet (Djelantik. 2008: 39). .. Negotiation is a
contact and communication between policy makers with a view
toward coming to terms. The search is for harmony and unanimity,
not victory.
 Encyclopedia Britannica : It is the method, not the object of
the negotiation that is the subject of diplomacy. It is also
true, however, that sometimes it is interspersed with the
threat of coercion. Yang menjadi subjek diplomasi adalah
metoda dan bukan objek perundingan. Tetapi juga benar
bahwa dalam diplomasi kadang-kadang diselipkan
ancaman untuk melakukan tekanan dan paksaan.
 Child : American Foreign Service : The art of diplomacy
consists of making policy of one government understood
and if possible, accepted by other governments. The
successful conduct of foreign affairs depends so heavily
upon the understanding of human personalities. One of the
most essential qualification of a good diplomat is the
possession of insight and good judgement (Sejarah
Diplomasi Indonesia dari masa ke masa, Deplu 2004)
 Seni diplomasi mengandung arti agar politik
pemerintahnya dapat dimengerti, dan bila mungkin
juga dapat diterima oleh pemerintah-pemerintah
lain. Keberhasilan dalam pelaksanaan hubungan
luar negeri sangat tergantung kepada pengertian
dan pengetahuan mendalam mengenai pribadi-
pribadi manusia. Bagi seorang diplomat yang
handal yang harus diutamakan adalah memiliki
pengetahuan mendalam dan dapat
mempertimbangkan secara cepat. (Sejarah
Diplomasi Indonesia dari masa ke masa, Deplu
2004).
METODE DIPLOMASI yg kini lazim digunakan.
 Open Diplomacy : diplomasi terbuka yg dilakukan dalam
perundingan terbuka dan hasilnya segera diumumkan.
 Covert Diplomacy : diplomasi yg dilakukan oleh satu pihak atau
beberapa pihak untuk menciptakan situasi kondisi yg
menguntungkan mereka sebelum mengadakan perundingan.
 Secret Diplomacy : pembicaraan atau perundingan rahasia di
suatu tempat yg dirahasiakan dan hasilnya pun dirahasiakan/
 Machiavellian Diplomacy : diplomasi berdasarkan pengertian “
dihalalkan semua cara untuk mencapai suatu tujuan.
 Preventive Diplomacy : diplomasi pencegahan
 : merupakan bagian dari pengendalian hubungan antara
pemerintah dan antara pemerintah dan organisasi-organisasi
antarpemerintah yg terjadi dalam konferensi-konferensi
internasiona. (Sejarah Diplomasi Indonesia dari masa ke masa, Deplu 2004).
 Gunboat Diplomacy: Diplomasi dengan ancaman dan mengirim kapal
perang.
 Pingpong Diplomacy : Cara pendekatan, misalnya sebelum meningkat
pada pembukaan hubungan diplomatik, seperti menyelenggarakan
perlombaan pingpong antara A.S dan RRC. Pada masa pemerintahan
Nixon.
 Humanitarian Diplomacy : Kerja sama antarbangsa dalam rangka PBB
atauu tidak untuk memberi bantuan kemanusiaan kepada bangsa yg
ditimpa musibah bencana alam, korban perang, para pengungsi dll.
 Pertemuan diplomatik (diplomatic encounter ) yg terdapat dalam
seminar maksudnya untuk melihat perundingan-perundingan yg telah
diselenggarakan itu dalam konteks sejarah yg luas.
 Diplomasi Kebudayaan : kegiatan untuk lebih memperkenalkan Tanah
Air melalui kebudayaan bangsa seperti yg telah dilakukan pemerintah
Indonesia dengan menyelenggarakan Pameran Kebudayaan Indonesia
di A.S. (Sejarah Diplomasi Indonesia dari masa ke masa, Deplu 2004).
TASK OF DIPLOMACY

 Representation
This consists of formal representation, including
presentation of credentials, protocol, and
participation in the diplomatic circuit of the national
capital or institution.
 Listening Post
Function of acting as a listening post (a strategic spot
for gathering information).
 Laying the groundwork. (preliminary or basic work)
Preparing the basis for a policy or a new initiatives.
 Reducing friction.
In the event of actual or potential bilateral or wider conflict,
diplomacy is concerned with reducing friction.
 Contributing to order and orderly change.
The central task of diplomacy is not just the management of
order, but the management of change, and the maintenance
by continued persuasion of order in the midst of change.
 The creation , drafting, and amendment of a wide body
of international rules of a normative and regulatory kind
that provide structure in the international system. (Barston,
1988: 2-3)
Credentials
1. a letter or other document which proves your good character or your right to
have a particular position.
2. the things that show people that you have the ability to do something, are
suitable for something etc. ( Longman Dictionary).

Protocol
a term associated with diplomacy which carries a number of meanings. It can
refer to original draft of a diplomatic document or treaty or it can refer record
of agreement between states which is less formal than a treaty or convention.
In modern usage the word is universally employed as a generic term for
diplomatic etiquette and rules of procedure. (Penguin Dictionary of
International Relations)
 Circuit
a path that forms a circle around an area, or a journey a long this path.
(Longman Dictionary).
 Tujuan utama diplomasi menurut Kautilya, diplomat
senior India, dalam bukunya Arthasastra, adalah :
pertama : acquisition ( perolehan)
kedua : preservation (pemeliharaan).
ketiga : augmentation (penambahan).
keempat: proper distribution (pembagian yang adil)
Di samping itu tujuan diplomasi juga meliputi
pencapaian kebahagiaan. Selama tujuan tersebut
hanya dapat diperoleh melalui pemilikan kekuatan,
seorang raja harus selalu berupaya untuk menambah
kekuatannya sendiri dan mengangkat kebahagiaannya
(Roy 1991: 5-6)
 Tujuan diplomasi yang baik menurut Kautilya adalah
untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri.
Kepentingan terdepan adalah pemeliharaan keamanan.
Tujuan vital lain antara lain memajukan ekonomi,
perdagangan dan kepentingan komersial, perlindungan
warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan
budaya dan ideologi, peningkatan prestise nasional,
persahabatan dengan negara lain.
 Sebagaian besar para pengamat kebijakan berpendapat
bahwa tujuan paling utama setiap kebijakan luar negeri
adalah untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan
kemerdekaan negara, serta menjaga sistem politik,
sosial dan ekonomi yg berlaku ( Roy 1991 : 27).
PERKEMBANGAN TEORI DIPLOMASI

Prof. Mowat (Nicolson 1988: 15) telah membedakan tiga


periode perkembangan teori diplomasi di Eropa.
 Periode pertama 476-1475 M. meliputi periode kegelapan
ketika diplomasi belum diorganisasikan secara baik.
 Periode kedua 1473-1914 M, merepresentasikan satu tahap
dalam sejarah ketika teori diplomasi mengikuti sistem
kebijakan yang dikenal dengan sistem negara Eropa.
 Periode ketiga, diplomasi mengacu pada pernyataan
Presiden AS, Wilson (1919) dalam sebuah pidato yang
dikenal dengan “Diplomasi Demokratis”.
 Jika dianalisis berdasarkan periode dan ciri diplomasi dalam
hubungan antarnegara maka diplomasi memiliki
perkembangan yang cukup unik dan berpengaruh terhadap
karakter diplomasi.
 Sebagai misal analisis, diplomasi ini dapat dimulai dari
tinjauan berdasarkan periode keberlakuan praktek
diplomasi. Periode diplomasi demokratis menandai transisi
dari diplomasi lama pada periode pertama dan kedua,
dengan diplomasi baru.
 Diplomasi lama disebut juga diplomasi rahasia, yang tidak
mempunyai reputasi baik dalam pandangan moral. Era
diplomasi lama (Roy, 1991 : 73-75) mengacu pada periode
berkisar sejak munculnya sistem negara bangsa sampai
Perang Dunia I.
 Menurut Nicolson (1988:36-37) perkembangan teori
diplomasi dalam negara-negara demokratis bersumber dari
konsepsi hak-hak nasional secara eksklusif ke arah
kepentingan internasional bersama. “I have already stated
that the development of diplomatic theory in democratic
states has been from the conception of exclusive national
rights towards a conception of common international interest”.
Faktor besar kedua dalam perkembangan teori diplomasi
selama abad sembilan belas adalah kebangkitan pentingnya
opini publik.
Faktor ketiga adalah perkembangan sistem komunikasi,
sehingga dengan penemuan mesin uap, telegraf, pesawat
terbang, telepon telah banyak mengubah praktek-praktek
diplomasi lama.
PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN DIPLOMASI

 Perkembangan sejarah penyelenggaraan diplomasi


menurut Brian White, dapat dibedakan dari tingkatan
“diplomasi tradisional” kepada “diplomasi baru”; dari
“diplomasi perang dingin” kepada “diplomasi setelah
perang dingin”. Perbedaan-perbedaannya dapat
ditinjau dari struktur, proses, dan agendanya.
 Diplomasi tradisional memiliki struktur yg
menempatkan negara sebagai pusat kegiatan. Pejabat
diplomatik bertindak atas nama negara yg kemudian
menjadi suatu institusi bahkan menjadi profesi.
Prosesnya, diplomasi diorganisasikan secara luas dalam
hubungan bilateral dan dilaksanakan secara rahasia.
 Diplomasi baru, timbul karena kegagalan diplomasi tradisional
untuk mencegah Perang Dunia I. Sehingga meluaskan keyakinan
bahwa bentuk baru diplomasi dibutuhkan. Diplomasi baru timbul
dari dua gagasan penting yaitu: diplomasi seyogyanya lebih
membuka pengawasan dan penelitian publik; dan pentingnya
membangun organisasi internasional yang bermula dari Liga
Bangsa-Bangsa.
 Struktur diplomasi baru hampir sama dengan diplomasi
tradisional yg menempatkan negara dan pemerintahan sebagai
aktor utama dalam sistem. Namun terdapat dua perubahan
penting, yaitu, negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor yg
terlibat; dan lingkup kegiatan diperluas tidak hanya
keamaanan fisik, tapi mencakup kesejahteraan sosial dan
ekonomi. Kemudian, pertumbuhan sejumlah aktor non-negara yg
terlibat dalam diplomasi sebagai sebuah proses dalam negosiasi.
 Diplomasi baru mengusahakan agar Perang Dunia I
sebagai akhir dari seluruh perang. Namun dengan
pecahnya Perang Dunia II, maka keterbatasan
diplomasi baru menjadi terungkap. (Baylis and
Smith, 2001 : 317-322).
 “Diplomasi Perang Dingin” merujuk pada beberapa
aspek yg spesifik dari diplomasi yg tumbuh setelah
PD II. Sejak akhir 1940 sampai dengan 1980 politik
dunia didominasi oleh konfrontasi ideologi antara
Amerika Serikat dengan Uni Sovyet.
 Aktivitas diplomatik diasosiasikan dengan
konfrontasi Timur-Barat yg memunculkan istilah
“Diplomasi Perang Dingin”, atau “Diplomasi
Nuklir”. Yaitu interaksi antara negara-negara yg
mempunyai persenjataan nuklir agar tidak
menggunakan senjata nuklir atau menghentikan
kegiatan yg telah dimulai.
 “Diplomasi Setelah Perang Dingin” ditandai
dengan berakhirnya konflik ideologi Timur-Barat
dan bubarnya Uni Sovyet yg membangkitkan
harapan umum ttg kekuatan yg diperoleh melalui
diplomasi dan negosiasi.
 Penghentian invasi Irak ke Kuwait tahun 1991,
memunculkan sebuah diplomasi ke depan. Optimisme
ini kemudian berubah bahwa berakhirnya Perang
Dingin ternyata menyimpan masalah yg tersembunyi.
 Contoh: Masalah dimulai ketika tahun 1991 Kroasia
dan Slovania menyatakan kemerdekaannya, serta
Serbia menggunakan kekuatan militer untuk menjaga
keutuhan Yugoslavia. Masalah yg sama menyebar ke
anggota federasi lainnya yaitu ke Bosnia dan
Hercegovina, dan tahun 1998-1999 ke Kosovo. Konflik
ditangani dalam bentuk militer dan dirumitkan
tindakan kekerasan antaretnik yg berbeda kelompok
seperti orang Serbian, Kroasia, dan orang Muslim.
 Hamilton dan Langhorne (1995: 183,187): Berakhirnya Perang Dunia
II mengukuhkan pelajaran bagi bangsa Eropa bahwa tidak jelas
perbedaan antara politik internasional dan ekonomi internasional.
Bertambahnya permasalahan di bidang industri, sosial dan
teknologi dipersepsikan memiliki dimensi internasional, oleh karena
itu juga memiliki dimensi diplomasi, sehingga diplomasi menjadi
total dalam sasarannya dan masalah pokoknya.
Chester B. Bowles: we are coming to the realize that foreign
operations in today’s world call for a total diplomacy.
 F.D. Roosevelt juga mendorong orang-orang dari dunia industri dan
perdagangan untuk melakukan misi diplomatik. White (Baylis and
Smith, 2001:317). : diplomasi :.. As a key process of communication
and negotiation in world politics and as an important foreign
policy instrument used by global actors.
 Hamilton dan Langhorne (1995: 183) selanjutnya mengemukakan
bahwa dalam PD II negara yg berperang dalam memobilisasi
kekuatan tidak hanya mengandalkan tenaga manusia, tetapi juga
sumber finansial dan ekonomi. Diplomasi, seperti dalam perang di
abad 20 , menjadi total dalam sasaran dan masalah pokoknya. “And
like warfare in the twentieth century, diplomacy became total in its
objectives and subject matter”.
 Diplomasi total menurut Hasan Wirayuda, mantan Menlu RI ( dalam
Wasesa, 2005: 192). adalah diplomasi yg melibatkan semua
komponen bangsa dalam suatu sinergi dan memandang substansi
permasalahan secara integratif. Mengemukakan pendapat Bung
Hatta yg menekankan pelaksanaan diplomasi merupakan
perpaduan antara kemampuan diplomasi pemerintah dan dukungan
rakyat. Pendapat ini sangat relevan dg perkembangan sekarang ini,
terutama proses globalisasi yg cenderung memunculkan aktor non-
pemerintah dalam politik luar negeri.
DIPLOMASI LAMA DAN DIPLOMASI BARU
 Periode yang berkisar antara munculnya sistem negara
bangsa sampai pada Perang Dunia I umumnya
digambarkan sebagai era “Diplomasi Lama”. Selama
masa ini diplomasi didominasi oleh sarana-sarana
sebagai praktek yang aneh.
 Pasca Renaissance (abad 14 sampai 17) terdapat tiga
kecenderungan: 1) pengakuan umum diberikan kepada
sebuah sistem yang secara umum menerima hukum
internasional. 2) pengaruh kelas politik militer untuk
melanggengkan sistem feodal memainkan peranan
besar dlm perkembangan diplomasi. 3) muncul
bersamaan dengan perkembangan perdagangan.
 Renaissance. Originally a French word whose literal meaning is rebirth.
 As a proper noun, Renaissance is usually applied to the civilization of Europe,
particularly that of Italy, in the period from the 14th through the 16th century.
This usage implies not only that European civilization during these centuries
enjoyed a particularly brilliant culture outburst but also that this age marks a
decisive turn in historical evolution, the end of the Middle Ages and the
beginning of modern times.
 In the 14th and 15th centuries in Italy the appeared a vivid consciousness of
novelty in contemporary achievement in arts and letters. The idea began to be
held in humanistic circles that the centuries between the fall of Rome and their
own time constituted a dark age, and that they had witnessed the recovery of
classical civilization. So was born the periodization of history into ancient,
medieval, and modern that has remained dominant in the thought of the
Western world. (Encyclopedia Americana).
 Pada abad keenambelas, bersinarnya budaya Italia dinamai “Renaissance”
yang bermakna kelahiran kembali peradaban Yunani-Romawi, dan
pelopornya disebut ‘humanis’, yg berarti pelajar dan pemuja peradaban
Yunani Romawi pra-Kristen, bertolak belakang dengan pelajar dan penekun
 Diplomasi baru atau diplomasi terbuka mengandung tiga
gagasan. Pertama: harus tidak ada perjanjian rahasia. Kedua:
negosiasi harus dilakukan secara terbuka. Ketiga: apabila
suatu perjanjian telah dicapai, tidak boleh ada usaha di
belakang layar untuk mengubah ketetapannya secara rahasia.
 Ada beberapa faktor yang membantu kemunculan diplomasi
baru:
Pertama: kebangkitan Rusia Sosialis. Rezim Bolshevik
mempublikasikan dokumen-dokumen yg mengungkapkan
bgmn negara-negara besar telah membuat banyak perjanjian
rahasia yg bertanggung jawab atas pecahnya Perang Dunia I.
Kedua : munculnya Amerika Serikat di politik dunia, dan
keikutsertaan negara-negara Amerika Latin dlm kehidupan
internasional.
Ketiga: kebangkitan Asia yg bertahap dan masuknya negara-
negara Asia dalam pergaulan internasional. Keempat:
kebangkitan pendapat umum telah mempunyai pengaruh
besar pada hubungan internasional. Palmerston seorang
negarawan Inggris menyatakan : Pendapat umum lebih kuat
daripada tentara. Pendapat umum apabila didasarkan pada
kebenaran dan keadilan, pada akhirnya akan berhasil melawan
bayonet infantri, tembakan artileri, dan serbuan kavaleri.
Kelima : Perkembangan sistem komunikasi. Setelah penemuan
telegraf, telepon, wireless, pesawat terbang, dsb. Seorang
duta besar dapat mempertahankan kontak yg konstan dengan
pemerintahannya. ( Roy, 1991 dan Nicolson, 1988).
PENGARUH OPINI PUBLIK

 PROSES TERBENTUKNYA OPINI PUBLIK.


• Clyde L. King : opini publik adalah penilaian sosial mengenai sesuatu persoalan
penting dan berarti berdasarkan proses pertukaran pikiran yang sadar dan
rasional oleh publiknya.
• Emory S. Bogardus: opini publik adalah hasil pengintegrasian opini-opini
masyarakat demokratis dicapai dengan proses diskusi.
• William Albig : opini publik adalah hasil interaksi antarindividu dalam kelompok.
 MENGIDENTIFIKASI OPINI PUBLIK.
• William Albig : Opini publik baru menjadi opini apabila hal itu telah
diekspresikan . Opini itu pernyataan mengenai masalah yang kontroversial.
• F.H. Allport: Respon seseorang terhadap perangsang yang bersifat kontroversial
itu dapat dilakukan secara verbal maupun non-verbal.
• Carl I. Hovland: Dalam merespon perangsang, dapat dinyatakan secara terbuka
atau secara implisit. {Roekomy : 1967)
 INTENSITAS OPINI PUBLIK
• Emory S. Bogardus : Publik adalah sejumlah besar orang antara yang
satu dengan yang lain tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya
mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah.
• Richard T. LaPiere dan Paul F. Farnsworth: Publik dapat merupakan
pengelompokan, tetapi pengelompokan yang tidak memiliki per aturan,
ikatan, dan norma tertentu. Ini merupakan kelemahan opini publik.
Kelemahan lain adalah karena kontak peserta dengan pihak yang
diminatinya jauh, sehingga sukar mengetahui jumlah peserta dari satu
publik tertentu.
• Walter Lippmann : pengaruh publik itu seperti hantu. Sekonyong-
konyong muncul tak terduga, tapi kemudian hilang tidak ada bekasnya.
• A. Lawrence Lowell: Opini publik bisa merupakan opini mayoritas
pendapat, tapi bukan mayoritas pendapat yang menghitung secara
numerik melainkan suatu mayoritas efectif ( effective majority).
( Roekomy: 1967).
 Opini publik haruslah dipandang sebagai opini integratif
yang dikristalisasi oleh proses interaksi. Berdasar hal ini
maka opini publik bukanlah kata sepakat (unanimous) dari
orang-orang dalam publik. Kata sepakat biasanya tumbuh
bukan karena adanya proses diskusi atau interaksi,
melainkan lebih banyak didorong oleh kepentingan
bersama, sehingga karenanya kata sepakat lebih bersifat
supportif, yaitu untuk mendukung atau membela
kepentingan bersama itu. Sebaliknya opini publik bersifat
kreatif yang tumbuh karena tergodok dari pertentangan
pendapat. Sekalipun tidak pernah ada kata sepakat, opini
publik karena sifatnya yang kreatif lambat laun selalu
bergerak ke arah suatu penyelesaian. ( Blumer: 1953).
 SUBJEK OPINI PUBLIK.
• J.a. Corry : Subjek opini publik adalah segala hal, meliputi
antara lain keadaan, kebijaksanaan, menyangkut tokoh, dan
lain-lain yang bersifat kontroversial.
• William Albig: Opini publik dinyatakan kepada hal-hal yang
kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang
berlainan terhadap hal tersebut.
• Leonard W. Doob: kita tidak bisa mengemukakan opini
terhadap hal-hal yang sudah kita kenal dan biasa kita
lakukan. Terhadap hal-hal yang sudah kita kenal tidak
mempunyai opini lagi melainkan sikap . ( Roekomy : 1967).
MACAM-MACAM OPINI

 Opini personal : penafsiran individu mengenai suatu hal yang terhadap hal
tersebut tidak terdapat pandangan yg sama.
 Opini privat : merupakan aspek penting bagi tumbuhnya opini personal.
Opini privat adalah opini personal yang tidak dinyatakan secara terbuka.
 Opini mayoritas : opini yg dimiliki golongan terbesar dari suatu kelompok.
Opini mayoritas berdasar jumlah orang. Bukan terwujud karena interaksi
melainkan penjumlahan kespakatan opini orang-orang golongan mayoritas.
 Opini koalisi: gabungan dari minoritas opini agar dapat mewujudkan
mayoritas opini.
 Opini konsensus: merupakan bentuk opini yg mempunyai kekuatan saling
menenggang rasa, segala sesuatu diselesaikan secara mufakat.
 Opini Umum : adalah opini yang berakar pada tradisi serta adat istiadat ,
berkembang dari dahulu diterima apa adanya tanpa kesadaran kritis dari
generasi ke generasi. (Roekomy : 1967).
PRINSIP-PRINSIP OPINI PUBLIK

 Leonard W. Doob: Opini publik itu sifatnya tetap latent,


dan baru memperlihatkan sifat yang aktif apabila suatu isu
timbul dalam suatu kelompok atau lingkungan. Isu yang di
dalamnya terdapat konflik, kegelisahan, atau frustrasi.
 Di dalam kelompok terdapat organisasi, nilai dan norma,
ada perasaan memiliki (sense of belongingness) dan
ingroup feeling. Apabila opini publik sudah didukung oleh
opini kelompok, maka opini publik akan lebih mudah
digerakkan untuk mencari penyelesaiannya. Hal ini
mungkin apabila opini publik telah mencapai
perkembangan yang kuat. (Roekomy : 1967)sssss
 Opini publik menurut Ferdinand Tonnies mencatat tiga tahap
dalam perkembangannya.
1. Opini publik laksana uap, yang masih terombang ambing
mencari bentuknya yang nyata.
2. Opini publik laksana air, yang sudah mempunyai bentuk yang
nyata tapi masih dapat dialirkan menurut saluran-saluran yang
dikehendaki.
3. Opini publik yang solid /kuat.
 Pencetusan opini publik dari sifat latent menjadi suatu
ekspresi sikap eksternal, tergantung besar kecil daya dorong
(drive strength) dari dalam yang dirangsang faktor dari luar
berupa isu sebagai akibat konflik, kegelisahan, frustrasi, dan
ketidakpastian. (Roekomy : 1967)ss
Hadley Cantril mengemukakan prnsip-prinsip opini publik :
 Opini publik sangat peka terhadap peristiwa penting.
 Peristiwa luar biasa dapat menggeser opini publik seketika
dari ekstrimitas yang satu ke ekstrimitas yang lain.
 Opini pada umumnya lebih ditentukan oleh peristiwa
daripada oleh kata-kata, kecuali kalau kata-kata itu sebuah
peristiwa.
 Pernyataan lisan dan garis-garis tindakan merupakan hal
yang amat penting di waktu opini belum terbentuk dan di
waktu orang-orang masih berada dalam keadaan mudah
tersugesti serta mencari keterangan dari sumber yang
dipercaya. (Roekomy: 1967)s
 Pada umumnya opini publik tidak mendahului
keadaan-keadaan darurat, ia hanya mereaksi
keadaan itu.
 Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan
oleh kepentingan pribadi. Peristiwa, kata-kata, dan
lain-lain perangsang memengaruhi opini hanya
apabila ada hubungan yang jelas dengan
kepentingan pribadi itu.
 Opini tidak menetap lama, kecuali jika orang-orang
merasa kepentingan pribadinya tersangkut, atau jika
opini yang dibangkitkan diperkuat oleh peristiwa-
peristiwa. (Roekomy : 1967).ss
 Sekali kepentingan pribadi tersangkut, maka opini tidak
mudah untuk diubah.
 Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, maka opini
publik di dalam negara demokrasi cenderung mendahului
kebijaksanaan pihak yang berwenang.
 Jika opini didukung oleh mayoritas yang tidak terlalu kuat, dan
opini tidak mempunyai bentuk yang kuat pula, maka fakta-
fakta yang nyata cenderung mengalahkan opini dari arah
penerimaan.
 Pada saat-saat kritis rakyat menjadi lebih peka terhadap
kemampuan pimpinannya dan apabila mereka mempunyai
kepentingan terhadapnya, mereka akan rela untuk lebih
banyak memberikan tanggung jawab daripada biasanya. Akan
tetapi kalau kepercayaan kurang, mereka kurang mempunyi
toleransi seperti biasanya. (Roekomy : sss1967)
 Rakyat akan kurang melakukan penentangan terhadap
keputusan-keputusan yg telah diambil dalam keadaan
darurat (krisis) oleh pimpinannya, apabila dengan cara-cara
tertentu mereka merasa diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan tersebut.
 Rakyat memiliki lebih banyak opini dan berkemampuan
membentuk opini dengan lebih mudah dalam hubungannya
dengan suatu tujuan daripada terhadap cara-cara yg
diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
 Cita-cita mewarnai opini publik sebagaimana halnya juga
dengan opini pribadi. Apabila suatu opini semata-mata
berdasarkan suatu cita-cita maka hal itu cenderung
memperlihatkan arah perhatian yg besar terhadap peristiwa-
peristiwa. (Roekomy : 1967)
 Pada umumnya apabila rakyat dalam suatu
masyarakat demokratis diberi kesempatan luas
untuk memperoleh pendidikan dan ada kesempatan
untuk memperoleh informasi, maka opini publik
akan merupakan suatu pendirian yang lebih tahan
uji. Semakin cerdas pengetahuan rakyat atas
tindakan suatu peristiwa, dan suatu gagasan bagi
kepentingannya sendiri, semakin cenderung pula
mereka menyetujui opini-opini yang lebih objektif.
 Dimensi psikologis dalam suatu opini mempunyai
peranan penting dalam hal pengarahan, intensitas,
keluasan, dan kedalamannya. (Roekomy : 1967).
KOMPETENSI OPINI PUBLIK

 Menurut Emory S. Bogardus, opini publik mempunyai


kompetensi berupa pengaruh yang tidak sedikit
dalam kehidupan sosial. Opini publik mempunyai
kompetensi dalam empat hal, yaitu: Pertama : opini
publik memperkuat undang-undang, karena tanpa
dukungannya undang-undang tersebut merupakan
huruf mati. Kedua: Opini publik memberi kekuatan
hidup kepada lembaga-lembaga sosial. Ketiga: opini
publik adalah kekuatan pokok yang menghidupi
dasar-dasar sosial. Keempat: Opini publik pendukung
utama dalam masyarakat. (Roekomy : 1967).
 Menurut Richard T. LaPiere, tidak semua yang
dikatakan opini publik itu opini publik. Terdapat gejala-
gejala Rationalization, Projection, Identification, dan
Bandwagon effect.
 Rationalization adalah pengajuan alasan-alasan semu
yang sesungguhnya membenarkan diri dalam
menjelaskan perbuatan-perbuatan setelah dilakukan.
 Projection dalam pembentukan opini publik
berlangsung di waktu seorang pemimpin menyuarakan
suatu opini seolah-olah opini itu suara pengikutnya,
bahkan suara sebagian besar rakyat. Proses projection
berlangsung ketika suara seseorang yang mempunyai
opini personal sebagai opini publik. (Roekomy : 1967).
 Proses identification adalah kebalikan dari proses projection.
Proses identification berlangsung berdasarkan pikiran bahwa
orang lain berfikir seperti kita sendiri. Maka proses identification
berjalan atas dasar pikiran bahwa kita seperti orang lain. Orang
sudah biasa menjatuhkan opininya dengan opini yang dianggap
paling cocok sesuai dengan pikirannya.
 Bandwagon effect dalam proses pembentukan opini publik
berlangsung di waktu sekelompok kekuatan sosial secara militan
dan dinamis menyuarakan opini pada waktu bersamaan secara
bersama-sama pula. Biasanya kelompok sosial yang bersangkutan
membagi-bagi kekuatan di tempat-tempat yg diperlukan untuk
kemudian dengan cara yg mencolok menyuarakan opini secara
simultan untuk menimbulkan kesan seolah-olah itu adalah opini
publik yg didukung oleh rakyat di mana-mana. Ciri khas
Bandwagon effect : demonstrasi, petisi, pawai, pengiriman surat
secara berramai-ramai, dll. (Roekomy : 1967 ).
 Opini publik yg terbentuk karena gejala-gejala
rationalization, projection, identification, bandwagon effect
adalah opini publik juga. Gejala-gejala itu hanya cara-cara
saja dalam usaha pembentukan opini publik. Hal ini
menunjukkan bahwa opini publik dapat dibentuk secara
berencana, dan dimanipulasikan dalam kegiatan-kegiatan
seperti propaganda, publicity, public relations, advertising, dll.
 Karena opini publik dapat dibentuk secara direncanakan,
dan dimanipulasikan, maka opini publik sudah dihinggapi
unsur-unsur subjektif, sehingga tidak dapat dipersoalkan lagi
kebenaran, kewajaran, dan kemurniannya, sebab hal itu
tergantung dari mana orang meninjaunya. (Roekomy :1967)
BENTUK KEGIATAN DIPLOMASI

 DIPLOMASI BILATERAL.
Bilateralisme mengacu pada hubungan politik dan budaya
yg melibatkan dua negara. Sampai saat ini kebanyakan
diplomasi dilakukan secara bilateral. Contoh:
penandatanganan perjanjian (traktat), tukar menukar Duta
Besar, kunjungan kenegaraan.
 DIPLOMASI MULTILATERAL.
Peran Dubes pada abad 20 telah banyak berubah, antara lain
disebabkan mulai maraknya penyelenggaraan diplomasi
melalui konferensi yg diikuti paling sedikit tiga atau lebih
negara, sehingga muncul istilah “ diplomasi multilateral”
(Djelantik, 2008 : 133).
pada konferensi-konferensi lebih banyak terjadi
komunikasi lisan/tatap muka daripada diplomasi
tulisan seperti dalam diplomasi bilateral. Masalah yg
dibahas mempunyai cakupan, jangkauan, ukuran,
tingkat kehadiran, dan masa berlangsungnya, serta
birokrasi yg lebih luas daripada dalam diplomasi
bilateral. Konferensi berlangsung secara adhoc atau
permanen seperti diikuti banyak negara atau
organisasi anranegara (IGO) seperti dalam PBB.
 UNILATERAL’
Jika suatu negara bertindak sendiri (Djelantik, 2008:
85).
JALUR KEGIATAN DIPLOMASI

Louise Diamond dan Ambassador John McDonald :


 Jalur kegiatan diplomasi yang disebut MULTITRACK DIPLOMACY
atau Multijalur,, is a conceptual way to view the process of
international peacemaking…as a living system. It looks at
that web of interconnected parts (activities, individuals,
institutions, communities) that operate together… for a
common goal; a world at peace.
 “The term Multi-Track Diplomacy refers to a conceptual
framework we designed to reflect the variety of activities that
contribute to international peacemaking and peace building.
The concept is an expansion of the “Track One, Track Two”
paradigm that has defined the field during the last decade.
 Secara historis, gagasan dua jalur timbul dari kenyataan
bahwa diplomats, social scientists, conflict resolution
professionals, and others that formal, official, government
to government interactions between instructed
representatives of sovereign nations were not necessarily
the most effective methods for securing international
cooperation or resolving differences or conflicts. The
phrase “Track Two” … to describe methods of diplomacy
that were outside the formal government system. It refers
to nongovernmental, informal, and unofficial contact and
activities between private citizens or groups of individuals,
sometimes called citizen diplomats or non state actors.
(Diamond : 1996).ssss
 These activities have three broad objectives :
• To reduce or resolve conflict between groups or
nations by improving communication, understanding,
and relationships;
• To decrease tension, anger, fear, or misunderstanding by
humanizing “the face of the enemy” and giving people
direct personal experience of one another; and
• To affect the thinking and action of Track One by
addressing root causes, feelings, and needs and by
exploring diplomatic options without prejudice, thereby
laying the groundwork for more formal negotiations or
reframing policies.(Diamond : 1996)
NINE TRACKS IN A CONCEPTUAL AND PRACTICAL FRAMEWORK FOR
UNDERSTANDING THIS COMPLEX SYSTEM OF PEACE MAKING ACTIVITIES
(louise Diamond dan John McDonald)

 Government or Peacemaking through diplomacy


 Nongovernment/Professional, or Peacemaking
through Conflict Resolution.
 Business, or Peacemaking through Commerce.
 Private Citizen. or Peacemaking through Personal
Involvement.
 Research, Training, and Education, or Peacemaking
through Learning.
 Activism, or Peacemaking through Advocacy
 Religion, or Peacemaking through Faith in Action
 Funding, or Peacemaking through Providing Resources
 Communications and the Media, or Peacemaking
through Information.
The purpose of the Multi-Track Diplomacy system is to
help the world become a more peaceful place, but this is
not necessarily the primary task of each of the
components. (Diamond : 1996)
Track Nine : Communications and the Media. Peacemaking
through Information.
The primary task of the communication field is to use print, visual, and
electronic media to inform and engage the public on issues relating to peace,
conflict resolution, and international relations. The basic assumptions of this
work are that informed people make good choices and that the media offer an
appropriate and necessary forum for public debate and involvement on key
issues of global importance.
The media shape public opinion by the information they make available and
in turn are vehicle by which public opinion gets aired. Decision makers,
especially in the government, are finely tuned to public opinion as expressed
through the media, and their decision are affected by what they see, hear, and
read through the communications channels of this subsystem.
Likewise, modern communications technology enables wide spread access
to information and opinion sharing, which has tremendous potential for
changing how decisions are made and how large groups of people act.
( Diamond, 1996).
Shape of the Field.
We considered three basic categories in the communications field: news
reporting, educational media, and electronic communications media.
The first category consist of newspaper, magazine, radio, and television
news coverage. By news coverage we mean news reporting and analysis,
feature stories and editorial comment, and cable news network (CNN). This
category also includes some organizations that analyze and monitor news
coverage and its relevance to public policy and opinion.
Culture.
The mainstream media are owned and operated by upper class white
males. In the print and television sectors, the system is highly exclusive,
fiercely competitive, and driven by economic concerns. Since it relies on both
its advertisers, for money, and government, for access, its tend to be
conservative and unwilling to take up issues that are controversial or highly
innovative. The progressive media community is more relaxed, less
competitive, more adventuresome.
 Activities
 The activities of news media involve a vast network of reporters, technicians,
and production specialists who are covering world events and trying to make
sense of them for the public, Regular news shows account for only a small part
of the significant activity in the realm. News commentary in the form of talk
shows, roundtables, and analysis show allows experts from other tracks
especially the government, think tanks, and academia to comment on and
put in perspective the events of the day. These events have the effect of
amplifying the voices and the viewpoints of those track. Stations do not
generally give equal time to activists, the religious community, or citizen
diplomats. The same can be said about the opinion and editorial sections of
major newspapers. ( Diamond : 1996).
 Issues in the Field.
 The traditional press has been severely affected by rapid global changes. It
operates on the mainstream conceptual framework of international relations,
so when the cold war ended and a new world polity began to emerge, the
press was challenged to find and convey the proper cognitive system that
would explain world events. (Diamond :1996).
DIPLOMASI DAN KOMUNIKASI
Tran Van Dinh
 Peran Komunikasi dalam diplomasi oleh Tran Van Dinh (1987) telah
digambarkan sejak ekspansi kolonial Eropa pada abad 15 sampai PD
II. Kemudian di Era Perang Dingin, dan di Era Informasi.
 Media massa pada era ekspansi kolonial Eropa, sangat berpengaruh
terhadap diplomasi. Telah terbit surat kabar Oxford Gazette di Inggris
Tahun 1665, kemudian London Gazette. Lembaga Kantor Berita
pertama untuk informasi bisnis, dimulai tahun 1851, Media
komunikasi lainnya untuk mentransfer dan menerima pesan telah
mengubah karakteristik diplomasi dan memberi lebih besar masukan
kepada publik, muncul pada abad ke 19 dan awal abad 20. Telegraf
1840, telepon 1876, fotografi 1880, radio siaran 1920, televisi siaran
1930, TV warna 1954. Satelit komersial tahun 1962. dan lain-lain. (Van
Dinh: 1987)
 Di Era perang dingin dan dekolonisasi, yang sangat penting
dan dalam kelanjutan perang dingin adalah perang secara
psikologis, atau perang propaganda.
 Menurut L.John Martin: Propaganda is a systematic attempt
through mass communications to influence the thinking and
thereby the behavior of people in the interest of some in group.
 John B. Whitton mengidentifikasi dan menambahkan bentuk
“subversif Propaganda”. Ia mendefinisikan : communications
directed from one country to another with the hope of causing
in the target state a movement to overthrow the existing
political order. This kind of propaganda is the most frequent,
the most deeply feared and resented, and the greatest cause of
friction and retaliation from diplomatic protest to actual
warfare. (Van Dinh : 1987).
 A newspaper is therefore, a medium for propaganda. In all
communist countries and parties, one of the most important
departments in their organizational structure is the department of
agitation-propaganda or propaganda training. In both socialist and
Confucian countries, propaganda is therefore closely linked in action.
 In the United States, the agency which is in charge of propaganda is
the United States Information Agency (USIA). The USIA is known a
broad as USIS (United States Information Service). In 1953 USIA has
gone through some reorganization. Requires the formation of a
United States Advisory Commission on International
Communication, Culture, and Educational Affairs. On April 1, 1978…
created the United States International Communications Agency
(USICA) the new name for USIA. In Oct. 1979 change the name of
the Commission to United States Advisory Commission on Public
Diplomacy. Communication and Diplomacy were now openly linked
to each other. (Van Dinh : 1987)
 Dalam buku Sejarah Pers Indonesia yang diterbitkan oleh Dewan Pers,
tahun 1977, antara lain dikemukakan bahwa di Indonesia di zaman
penjajahan Belanda terbit De Bataviasche Courant sekitar tahun 1814.
Kemudian terbit lagi Javasche Courant tahun 1828 sebagai berita resmi
pemerintah Belanda. Di Semarang pada pertengahan abad 19 ada
Semarangsche Advertentieblad. Di Jakarta tahun 1851 terbit
Bataviasche Advertieblad oleh J Bruining yg datang dari Nederland
dengan membawa sebuah percetakan tangan. Di Betawi sampai dengan
tahun 1885 terdapat empat buah surat kabar Belanda yakni Java Bode;
Bataviaasch Handelsblad; Algemeen Dagblad voor Nederlandsch Indie
dan Java Courant.
 Pada tahun 1904 didirikan surat kabar Medan Priyayi bertempat di jl.
Naripan Bandung oleh H. Samanhoedi dengan Mas Tirtohadisoeryo
dengan motto Organ boeat bangsa yang terperintah di Hindia Olanda
atau Indonesia. Medan Priyayi bukan saja merupakan surat kabar
nasional yang dipimpin oleh tenaga-tenaga nasional sendiri tapi juga
sekaligus dimodali oleh modal nasional. (Dewan Pers: 1977).
 Dalam buku Sejarah Radio di Indonesia yang diterbitkan oleh
Kementerian Penerangan Djawatan Radio Republik Indonesia
tahun 1953 dikemukakan bahwa sejak terjadinya Perang
Dunia Pertama, Pemerintah Hindia Belanda merasakan
kebutuhan untuk menerima dan mengirimkan berita-berita
rahasia dari pemerintah Belanda, dan satu-satunya jalan yang
tercepat ialah hubungan melalui udara, yaitu Radio.
 Siaran Radio pertama yg dibangun di Indonesia / Hindia
Belanda dengan menggunakan bahasa Belanda adalah dari
Bataviase Radiovereniging (BRV). Yang didirikan tgl. 16 Juni
1925.
 Sesudah lahirnya BRV, di Tg Priok pada tahun 1925 lahir suatu
perkumpulan yg bernama NIROM yg menyiarkan lagu-lagu
barat. (Kementerian Penerangan : 1953).
 Sejarah perjuangan di udara sejak dari perkumpulan bangsa
Indonesia, yang mula-mula bergerak yang dikenal orang “Solose
Radiovereniging” disingkat SRV. Lahir tanggal 1 April 1933.
 Sejak berdiri SRV didirikan konsul-konsul diberbagai tempat.
Propaganda yang dikerjakan tuan Sutarto Hardjowahono
(penulis di pengurusan SRV), konsul-konsul tadi menjelma
menjadi perkumpulan-perkumpulan penyiaran radio sendiri.
Berdiri Kring Betawi tahun 1934, di Bandung dengan nama
VORL (Vereniging Oosterse Radio Luisteraars). Di Surabaya lahir
CIRVO (Chineese en Inheemse Radioluisteraars Vereniging Oost
Java). Di Madiun berdiri EMRO(Eerste Madiunse Radio Omroep).
Pada tahun 1936 di Semarang SRV bernama Radio Semarang.
Sejak 1933 berkembang-biaklah semangat keradioan di
kalangan bangsa Indonesia sendiri. (Kementerian Penerangan :
1953).
 In this age of instant globe encircling information technology, the media dazzle eyes
and fill ears with images and reports of affluence. Even the modest expectations of our
peoples are beyond our present means. Besides, we are hard put to preserve our
independence because of the many economic, political, and military pressures. Prime
Minister Indira Gandhi Speech to the UN General Assembly Sept, 28 1983).
 In the modern world, which is shrinking to intimate size through new technologies, the
growth of democratic forces advances our strategic interests in practical, concrete ways.
What happens in southern Africa or East Asia matters to us economically, politically,
and socially; and television and the jet plane wont let us ignore once distant realities.
(Address by secretary of state George P Shultz for the london lecture series at Kansas
State University. Manhattan, Kansas April 14. 1986.

 Di Era abad informasi warga negara AS dan negara-negara industri lainnya ,mereka
hidup dalam abad informasi atau masyarakat informasi. Menurut Herbert I. Schiller :
The Information Society is in fact the production, processing, and transmission of a large
amount of data about all sons of matters- individual and national, social and
commercial, economic, and military. Most of the data are produced to meet very
specific needs of super corporations, national governmental bureaucracies and the
military establishments of the advanced industrial state. (Van Dinh: 1987).
 Mark S. Fowler (FCC): The Information age could result in
mankind making great technological, social, and economic
strides. The integration of each nation’s telecommunications
network into a world wide system will link nation to nation
and allow individuals to communicate with each other with
unparalleled ease.
 There is a general recognition among scholars that
technologies of communication, radio, TV, computers, and
satellites are the spin-off from military research and
technologies. At the same time, as the result of the Cold War
and De-Colonization, most of the world, from industrialized
countries to developing countries of the Third World, is now
militarized. Naturally the system of international diplomacy
has not escaped this general trend. (Van Dinh : 1987).
 Perubahan mendasar dunia di abad 21 menurut Barston
khususnya terkait dengan teknologi informasi telah
memaksa negara-negara untuk menilai kembali
pelaksanaan diplomasi. Teknologi memungkinkan peran
diplomat yg ditugaskan di luar negeri dan juga peran Duta
Besar berkurang secara signifikan. Mengingat semua
kegiatan komunikasi telah dapat dilakukan dari titik
manapun di seluruh dunia berkat kemajuan teknologi
informasi.
 Harold Nicolson juga menyatakan bahwa dengan
perkembangan komunikasi, peran dan fungsi seorang
diplomat telah semakin berkurang sehingga diplomat
sekarang telah menurun statusnya menjadi juru tulis yg
bertugas mencatat pesan-pesan telepon. (dalam Djelantik),
 Menurut Carlsnaes, kecepatan dan kemudahan
transfortasi dan komunikasi telah mengurangi
peran diplomat. Perkembangan media elektronik
dan teknologi informasi telah mengurangi
pentingnya diplomat dalam mengumpulkan
informasi dan dalam kecepatan pengambilan
keputusan berreaksi secara segera terhadap
peristiwa internasional melalui saluran diplomasi
tradisional. Pada waktu bersamaan para diplomat
menggunakan media diplomasi dengan
mengeksploitasi media untuk tujuan mereka.
(Carlsnaes, et al ).
 Mantan Menlu AS George Schulz mengatakan bahwa
bahan mentah diplomasi adalah informasi, bagaimana
memperolehnya, menilainya, dan menempatkannya
ke dalam sistem untuk kepentingan dan untuk
membingungkan pihak lain.
 Barry Fulton mengatakan bahwa negara-negara
sebelumnya terhubung oleh Kementerian Luar Negeri
dan aktivitas perdagangan. Sekarang terhubung
melalui berjuta-juta individu dengan memakai saluran
serat optik, satelit, telpon tanpa kabel dan dengan
kabel di dalam sebuah jaringan yg kompleks tanpa
pengawasan terpusat. (dalam Djelantik)
 Barry Fulton menyatakan bahwa waktu dan tempat
tidak lagi menjadi isu yang relevan sehingga
menyebabkan kegiatan diplomasi tradisional harus
berjuang keras untu mempertahankan relevansinya.
Selain adanya revolusi teknologi informasi yg
menuntut perubahan dalam praktek diplomasi,
perubahan-perubahan lain yg terjadi adalah
meningkatnya peran media massa, globalisasi bisnis
dan keuangan, meningkatnya partisipasi masyarakat
di dalam kegiatan hubungan internasional, dan
masalah-masalah kompleks yg menghapus batasan
nasional suatu negara. (dalam Djelantik).
TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM INFORMASI

 Teknologi informasi mulai dipergunakan secara luas di


pertengahan tahun 1980-an. Merupakan pengembangan
dari teknologi komputer dipadukan dengan teknologi
komunikasi.
 Teknologi informasi adalah teknologi yg berhubungan
dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses
penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas
ruang dan waktu.
 Komputer hanya salah satu produk dalam domain
teknologi informasi. Produk lain : Modem (MOdulator
DEModulator), Router, Oracle, SAP, Printer, Multimedia,
Cabling system, VSAT. dll. (Indrajit, 2000: 2).
 Modulator merupakan bagian yg mengubah sinyal
informasi ke dalam sinyal pembawa dan siap untuk
dikirimkan.
 Demulator adalah bagian yg memisahkan sinyal
informasi (yg berisi data atau pesan) dari sinyal
pembawa yg diterima sehingga informasi tersebut
dapat diterima dengan baik.
 Modem sendiri adalah alat komunikasi dua arah.
 Router adalah sebuah alat yg mengirimkan paket
data melalui sebuah jaringan atau internet menuju
tujuannya, melalui sebuah proses yg dikenal dengan
istilah Routing
 Oracle adalah Relasional Database Manajemen System
(RDBMS) untuk mengelola informasi secara terbuka,
komprehensif, dan terintegrasi.
 SAP (System Application and Product in data processing),
adalah suatu software yg dikembangkan untuk mendukung
organisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya
secara lebih efektif efisien. SAP merupakan software
Enterprise Resources Planning( ERP) yaitu suatu tools IT dan
manajemen untuk membantu perusahaan merencanakan
dan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
 VSAT (Very Small Apperture Terminal) adalah stasiun
penerima sinyal dan satelit dg antena penerima berbentuk
piringan dengan diameter kurang 3 meter.
 Multimedia adalah penggunaan komputer untuk
menyajikan dan menggabungkan teks , suara,
gambar, animasi, dan video dengan alat bantu
dan koneksi sehingga pengguna dapat melakukan
navigasi, berinteraksi, berkarya dan
berkomunikasi.
 Printer adalah alat yang menampilkan data dalam
bentuk cetakan, baik berupa teks, gambar,
maupun grafik di atas kertas. (Wikipedia).
 Cabling System : Inc. specializes in a wide array of
low voltage service. (www.cablingsystemsinc.net)
 Sistem informasi merupakan kumpulan komponen-
komponen dalam organisasi yg berhubungan dengan
proses penciptaan dan pengaliran informasi. Teknologi
informasi hanya merupakan salah satu komponen kecil
dalam format organisasi. Komponen lain adalah proses
dan prosedur, struktur organisasi, SDM, produk,
pelanggan, pemasok, rekanan, dll.
 Secara teoretis, sistem informasi yg baik belum tentu
harus memiliki komponen teknologi informasi. Jadi
keandalan suatu sistem informasi dalam organisasi
terletak pada keterkaitan antarkomponen yg ada
sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan informasi yg
berguna utk organisasi ybs. (Indrajit, 2000: 3).
DIPLOMASI PUBLIK ( PUBLIC DIPLOMACY)

 Elmer Staats, menyatakan bahwa “Public Diplomacy (is)


international communication, cultural and educational
activities in which the public is involved, and public
diplomacy has become the principal instrument of foreign
policy for the US and other nations”.
 Menurut Library of Congress study of US international and
cultural programs and activities prepared for the committee
on foreign relations of the US Senate, istilah Diplomasi
Publik pertama kali digunakan tahun 1965 oleh Edmund
Gullion dalam rangka pendirian Fletcher School of Law
and Diplomacy at Tufts University. (Hansen: 1984)
 Public Diplomacy is inevitably linked to power. The work by
Joseph Nye is well known in this respect, particularly soft power.
Soft power is “based on intangible or indirect influences such as
culture, values, and ideology”.
 Nye defines power as “the ability to influence the behavior of
others to get the outcomes one wants” and argues that the are
three primary ways to do that : 1.coerce with threats; 2. induce
behavioral change with payments; or 3. attract and co-opt.
 Nye argues that the three types of power, when exercised
judicially and combined with soft power, lead to “smart power”.
In order words, soft power is not the same as little old ladies
sipping tea; it is often used in conjunction with more forceful
and threatening forms of compliance and persuasion. ( Nancy
Snow : 2009).
 Pollster Daniel Yankelovich menyatakan bahwa diplomasi
publik esensial dalam membangun dialog, sehingga
didefinisikan sbb:
As contrasted with traditional diplomacy, which develops
relations between government, public diplomacy establishes
between societies a dialogue on issue of mutual concern. Its
goal to improve perceptions and understanding between
people of the United States and the people of other countries.
 Dialog is certainly an essential element of public diplomacy.
Warren Christopher : public diplomacy complements and re-
enforces traditional diplomacy by seeking to communicate
with people of other nations. (Hansen : 1984).
while not defining public diplomacy per se (in or by it self) he
said that it has four purposes :
first : to insure that other nations more accurately understand
this country, its values, institutions, and policies.
Second: to insure that our understanding of other nations and
of our interrelationship with them is informed and accurate.
Third : to insure that this mutual understanding is bolstered by
collaborative individual and institutional relationship across
cultural lines.
Fourth : to insure that as the international policies of our
government are formed, we take into account that values,
interest, and priorities of public abroad (Warren Christopher in
Hansen 1984)
 The Murrow Center mendefinisikan Diplomasi Publik lebih
detil lagi, sbb:
Public Diplomacy…deal with the influence of public attitudes
on the formation and execution of foreign policies. It
encompasses dimensions of international relations beyond
traditional diplomacy; the cultivation by governments of
public opinion in other countries; the interaction of private
group and interests in one country with those in another; the
reporting of foreign affairs and its impact on policy;
communication between those whose job is communication,
as between diplomats and foreign correspondents; and the
processes of intercultural communications. Central to public
diplomacy is the transnational flow of information and ideas
(Hansen 1984).
 Rumusan yang dikemukakan Edward R Morrow Center
berhubungan dengan upaya memengaruhi sikap
publik, meliputi dimensi-dimensi dalam hubungan
internasional di luar diplomasi tradisional. Dimensi-
dimensi tersebut, selain dimensi penanaman opini
publik oleh pemerintah kepada masyarakat di negara
lain, juga termasuk kelompok kepentingan suatu
negara kepada kelompok kepentingan di negara lain.
Menurut Kuper (2000:510) kelompok kepentingan
adalah setiap organisasi yang berusaha memengaruhi
kebijakan publik melalui proses yang disebut lobi
(pendekatan ke tokoh-tokoh pembuat kebijakan).
 Menurut Hansen (1984: 4-5) Istilah diplomasi publik
yang dikemukakan Gullion tahun 1965 saat ini menjadi
populer dari sebelumnya disebabkan revolusi teknologi
komunikasi dan pertumbuhan secara dramatis
kesalingtergantungan dalam ekonomi internasional
sehingga diplomasi publik menjadi penting untuk
kepentingan nasional sama pentingnya dengan kesiapan
di bidang militer.
 Menurut Manheim (1994: 3-4) peran sentral komunikasi
terhadap perilaku diplomasi telah lama terbukti. Para
ahli dan praktisi lebih mencurahkan perhatiannya bagi
terjadinya hubungan komunikasi dan diplomasi.
 Diplomasi Publik menurut Kementerian Luar Negeri
RI, :
…berbeda dengan upaya diplomasi publik yg
dilakukan berbagai negara lain yg hanya berurusan
dengan publik di negara lain, maka diplomasi publik
Indonesia juga diarahkan untuk berkomunikasi
dengan aktor-aktor non-pemerintah dan publik di
dalam negeri…. karena faktor pentingnya kemitraan
antara Kementerian Luar Negeri RI dengan berbagai
kalangan masyarakat yg memang bisa menjalankan
peran dalam upaya menjangkau aktor-aktor non-
pemerintah dan publik di luar negeri.
 Berdasarkan rumusan dan definisi di atas, terdapat dua
tipe diplomasi publik, yaitu yang dilakukan oleh
kelompok kepentingan di negara lain dan yang dilakukan
oleh pemerintah suatu bangsa kepada kelompok
kepentingan bangsa lain dengan tujuan mendapatkan
keuntungan dari sasaran kebijakan luar negeri yang telah
ditentukan.
 Menurut Riordan (Shaun Riordan: 2004) abad 21
merupakan abad diplomasi publik mengingat di abad
tersebut isu-isu internasional seperti degradasi
lingkungan, penyebaran penyakit menular,
ketidakstabilan keuangan, organisasi kejahatan, migrasi,
isu sumber daya dan energi saling mengait.
 Menurut Manheim (1994) saat ini pejabat tinggi negara
tidak mungkin lagi hanya mengandalkan perhatian
dengan mengikuti kelengkapan ketentuan protokol
dalam diplomasi tanpa melakukan pendekatan
terhadap publik. Sebab: A government to survive , must
supplement formal government to government relations
with an approach to the people…To meet this challenge
government around the world have turned to a total new
concept of international diplomacy. This is the age of
public diplomacy. International opinion wields incredible
power, and we must inform the people other nations…
allies and enemies alike. The government that fails to do
so may find itself inarticulate in the face of world opinion.
 Menurut Fulton (1998) dimensi publik sangat memiliki arti
dalam suatu perubahan, dan berpengaruh terhadap
perilaku diplomasi. Tidak ada masalah besar luar negeri
atau inisiatif di dalam negeri yg diambil saat ini tanpa
pertama-tama diuji oleh opini publik, dan dimensi publik
tidak hanya menyangkut opini publik tetapi juga
konsultasi, keterlibatan, dan tindakan publik. Keterlibatan
publik dibuktikan oleh adanya lebih dari 15.000 NGO’s
secara langsung terlibat dalam isu-isu internasional,
seperti isu lingkungan hidup, kejahatan global,
penyalahgunaan obat terlarang, penyakit dan kelaparan.
Dimensi publik menjadi unsur pokok diplomasi baru dan
sebuah pengaruh kritis terhadap kebijakan luar negeri.
Public vs Diplomacy
 Public : Diplomacy
Non-governmental government
practitioners foreign affairs experts
unofficial official, careful, scientific
active public passive public /audience
mutual understanding comprehension
dialogic, exchange one-way informational
two way symmetric two-way asymmetric
change in behavior no change in behavior
(Nancy Snow, editor: 2009)
STRATEGIC PUBLIC DIPLOMACY (MANHEIM 1994)

 Propaganda in the Age of Strategic Communication.


Thought the centrality of communication to the conduct of diplomacy has
long been evident, both scholars and practitioners have devote more
systematic attention to this relationship in recent years that previously. This
renewed emphasis can be characterized as addressing four distinctive
aspects of diplomatic activity: government to government; diplomat to
diplomat; people to people; and government to people contact.
The first of these refers to the traditional form of diplomacy, the exchange
of formal messages between sovereign states. The new emphasis here is
typified by Raymond Cohen (1987), who explores the nuances of form
diplomatic exchanges with particular attention to the rituals and cues that
accompany and give added meaning to the various communiques.
 The second commonly termed “personal diplomacy” , refers to the
individual level interactions among those involved in diplomatic contacts.
The value ascribed to personal diplomacy is often cited at an institutional
level as a rationale for summitry. And has been addressed as a subject
scholarly inquiry by Harold Saunders, who ascribes particular importance to
the interpersonal relationships among diplomats themselves.
 The third, often referred to as “public diplomacy”, is characterized by
cultural exchanges such as the Fulbright Program, media development
initiatives, and the like, all designed to explain and defend government
policies and portray a nation to foreign audiences.
 The last, which is another form of public diplomacy, identified by W,
Philips Davison (1974) and Richard L. Merritt (1980), includes efforts by the
government of one nation to influence public or elite opinion in a second
nation for the purpose of turning the foreign policy of the target nation to
advantage. It is this latter aspect of diplomatic activity that provides the
context for the present analysis.
PUBLIC RELATIONS DAN DIPLOMASI
 Menurut Cincotta (1999) diplomasi publik telah
dijadikan stereotipe sebagai sebuah terminologi
yang sedikit bergengsi untuk public relations. Tetapi
tidak seutuhnya demikian kenyataannya dalam
kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah-
masalah internasional dan hubungan antarnegara.
 Diplomasi publik juga disebut sebagai euphemisme
pemerintah untuk public relations. “public diplomacy
is a government euphemism for public relations
(Disinfopedia 2004)
 Kesamaan antara diplomasi dengan public relations
menurut L’Etang (Theaker : 2004), kedua-duanya
ditunjukkan oleh kesamaan ketiga fungsi yaitu fungsi
representasi organisasi, fungsi dialog, dan fungsi
memberikan pertimbangan atau nasihat.
 In tracing the similarities between diplomacy and public
relations points out that both involve three kinds of
functions:
1. Representational (rhetoric, oratory, advocacy), This
would cover the language and images used to represent
the organization in communication with publics,
including written, spoken, and visual communication.
2.Dialogic (Negotiation, peacemaking). The public relations
practitioner is often seen a bridge builder, the voice of different
internal and external publics within the organization, and the
voice of the organization, to those different publics. They have
to see other people’s point of view.
3. Advisory (Counseling). This role covers both pro-active public
relations, such as campaign planning, and re-active public
relations such as dealing with crisis.
 Munculnya praktek diplomasi publik, merupakan
keterlibatan luar biasa saat ini orang-orang profesional
public relations dan publicity dalam diplomasi. (Wiyono:
2006)
 Dikemukakan contoh : … under Secretary for public diplomacy of the
United State Department of State to day- Karen Hughes has been recruited
from her job as head of a public relations/advertising agency. (Wiyono S :
2006).
 Eratnya hubungan antara profesi diplomat dengan public relations
dikemukakan mantan Menteri Luar Negeri RI Hasan Wirayuda bahwa
terdapat keeratan yang menghubungkan karena diplomat tidak sekedar
memproyeksikan kepentingan nasional, tapi juga sekaligus harus
mengkomunikasikan secara representatif perkembangan-
perkembangan di dunia luar ke dalam negeri. Karena diplomasi hanya
kata-kata, maka memerlukan sinergi dengan kemampuan public
relations , memerlukan aksi untuk menjadikan kata-kata tersebut berarti
(Wasesa : 2005 ).
 Banyaknya pengertian dan definisi yg membahas public relations,
menginspirasi Harlow (Grunig : 1984), untuk merumskan satu definisi
baku dan meliputi berbagai elemen penting sbb :
 Public Relations is a distinctive management function which helps establish
and maintain mutual lines of communication, understanding, acceptance
and cooperation between organization and its public; involves the
management of problems or issues, helps management to keep informed
on and responsive to public opinion; defines and emphasizes the
responsibility of management to serve the public interest; help
management keep abreast of and effectively utilize change, serving as an
early warning system to help anticipative trends; and uses research and
sound and ethical communication techniques as its principal tools. (Grunig:
1984).
 Banyak bagian dari definisi tersebut yg dapat dipersingkat ke dalam satu
kalimat “ the management of communication between an organization and
its publics”. Public relations therefore is the management of
communication between an organization and its publics. Namun menurut
Davis: 2004) definisi yg singkat dari Grunig tersebut tidak cukup untuk
menjelaskan secara keseluruhan elemen-elemen dan operasional kerja
public relations.
 INTERNATIONAL PUBLIC RELATIONS
A Definition of International Public Relations :
 Public Relations becomes international when it directs its appeal to foreign
publics. International PR deals with many countries, many nationalities, and
above all, many mentalities. While the broad goals are the same as those of
domestic PR, IPR has to be cosmopolitan and know how to speak every
language, in all the senses of that phrase.
 While the broad aspirations of people every where are quite alike, while modern
business every where has great similarities, IPR must also understand the
differences—often no more than nuances, but no less important for seeming to
be just another shade of the same meaning—and be able to work with them and
their influence on the similarities in order to have its message correctly heard.
 Webster’s definition of public relations indicates how international it can be. It is
used by international US firms abroad and by international firms of other
countries who operate in the US. IPR accounts for much of the appeal to foreign
publics made by our government and the governments of other nations. In fact
50 percent of IPR is DIPLOMACY and 50 percent of DIPLOMACY is IPR.
(Geoffrey Kean 1969).
 THE INTERNATIONAL PUBLIC RELATIONS MAN AS A DIPLOMAT.
 International public relations on what ever level plays an important
part in the contribution that international trade can make to the life
of all nations. A company abroad represents not only its board of
management but its home country as well. A company following
sound, ethical principles of business and creating a good image
abroad can often be a better ambassador than the appointed
diplomats and the USIA conversely, unwise and unethical company
practices can do a great deal of harm to the company and its
country.
 The effectiveness of IPR depends very much on the quality of home
policy. Your prospects are poor if your firm insists on pushing
methods that antagonize people abroad. (Geoffrey Kean 1969)
 International Public Relations may be defined as the planned and
organized effort of company, institution, or government to
establish mutually beneficial relations with the publics of other
nations. These publics, in turn, may be defined as the various
groups of people who are affected by or who can affect, the
operations of a particular firm, institution, or government.
 International public relations may also be viewed from the
standpoint of its practice in individual countries. Although public
relations is commonly regarded as a concept developed in the
United States at the beginning of the 20 th century, some of its
elements, such as countering unfavorable public attitudes by
means of disclosure of operations through publicity and annual
reports, where practiced by railroad companies and at least one
shareholding corporations in Germany as far back as the mid 19 th
century, to mention only one such country. ( Wilcox, Dennis L, at
all : 2003).
Even so it is largely American techniques that have been adapted to
national and regional public relations practices throughout the world,
including many totalitarian nations. To day although in some
languages there is no term comparable to public relations, the
practice has spread to most countries, especially those with
industrial bases and large urban populations. This is primarily the
result of worldwide technological, social, economic, and political
exchanges and the growing understanding that public relations is an
essential component of advertising, marketing and diplomacy.
(Wilcox, Dennis L, at all: 2003)
The concept of international public relations is rapidly attracting the
attention of practitioners and scholars. Since 1990 public relations
journal, communication world, Public relations review, and other
publications have published dozens of articles about PR in a global
context. (Robert I Wakefield 1996).
 Interest is increasing in societies like the International
Association of Business Communication and the Public
Relations Society of America , which recently emphasized
“global public relations” in its national conference and
established a section for members specializing in
international practice.
 This growth in international public relations is phenomenal but
also haphazard. More and more countries are adapting
American or European public relations principles and building
a profession along their own cultural lines. But other countries
relegate public relations to mere technical tasks, and business
leaders in nations like japan still view the practice as blatant
hype, which is problematic in a culture that values
understatement and self-effacement .
 Public relations often follows multinational organizations as
they enter new markets. (Wakefield : 1996: 17)

Anda mungkin juga menyukai