Kelas HI - D
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dipaparkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang dari diplomasi digital?
2. Bagaimana fungsi dari diplomasi digital?
3. Bagaimana ekplorasi dari diplomasi digital?
4. Apa saja manfaat dari diplomasi digital?
5. Bagaimana dampak dari diplomasi digital?
6. Bagaimana implementasi diplomasi digital melalui media sosial?
C. Kajian Teori
1. MEDIA SOSIAL
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dengan
kata lain manusia membutuhkan makhluk lain untuk membantu mereka dalam
beraktivitas. Urusan sebesar apapun dan urusan sekecil apapun manusia pasti
membutuhkan uluran tangan dari sesama manusia.
Jika kita telisik secara etimologi, media sosial terdiri dari 2 kata, yaitu media
dan sosial. Media yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti
penengah atau perantara, dan sosial yang berarti sifat dasar manusia yang
membutuhkan kehadiran orang lain, meski berbeda mereka tetap memiliki
hubungan sebagai individu yang hidup bersama. Sehingga bisa disimpulkan media
sosial adalah sebuah wadah atau perantara manusia dalam berinteraksi dengan
sesamanya secara tak langsung atau dengan memanfaatkan teknologi.
Menurut Cahyono (2016) media sosial adalah sebuah media online, dengan
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Pendapat lain
mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi
sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah
komunikasi menjadi dialog interaktif.
Sedangkan menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein dalam jurnal yang
berjudul “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di
Indonesia”, mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi
berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0,
dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
2. DIPLOMASI
Kajian lingkup hubungan internasional merupakan kajian ilmu politik yang
berbicara tentang menganalisis, mempelajari, dan merumuskan sebuah teori
mengenai tindakan sebuah aktor (dalam hal ini berbicara tentang negara maupun
aktor non negara) dalam ruang lingkup internasional, sesuai dengan
kepentingannya masing-masing. Berbagai perdebatan menggunakan senjata
paradigma dan kerangka berpikir sudah dimulai sejak zaman lampau. Dengan
berbagai dinamika yang terjadi di dunia ini, salah satu upaya untuk menyelesaikan
masalah antar negara yaitu dengan berdiplomasi.
Dalam jurnal yang berjudul “Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis”
karya Rendi Prayuda, menurut Hasyim Djalal, “diplomasi pada dasarnya adalah
usaha untuk meyakinkan pihak lain atau negara lain untuk dapat memahami dan
membenarkan pandangan kita dan jika mungkin mendukung pandangan kita itu,
tanpa perlu menggunakan kekerasan” (Hasyim Djalal: 1990: 30).
Dalam hubungannya dengan politik internasional, diplomasi acap kali
didefinisikan sebagai seni dalam mengedepankan kepentingan suatu negara dalam
berhubungan dengan negara lain (S.L. Roy: 2001). Jadi memang dalam konteks
hubungan internasional diplomasi menjadi alat fundamental dalam menjaga
kelangsungan hidup suatu negara dan juga menjadi alat meraih kepentingan
nasional suatu negara.
3. DIPLOMASI DIGITAL
Berdasarkan definisi-definisi diatas, mampu menghasilkan sebuah istilah yang
jika kita integrasi dapat menciptakan kalimat ‘diplomasi digital’ yang dapat kita
simpulkan. Menurut Hartati (2018) “Diplomasi digital, yang juga disebut e-
diplomasi, mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi internet dan informasi
yang luas untuk membantu aktor dalam diplomasi publik, akses informasi, dan
analisis data.” Dalam jurnal milik Hartati juga dijelaskan menurut Fergus Hanson
diplomasi adalah “penggunaan internet dan informasi baru teknologi komunikasi
untuk membantu mencapai tujuan diplomatik.”. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa
diplomasi digital adalah sebuah cara untuk memecahkan masalah kebijakan luar
negeri menggunakan sosial media dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber : wearesocial.com
Konsep diplomasi sudah ada sejak dahulu (kita bisa sebut negosiasi) namun
konsep diplomasi yang menggunakan sarana teknologi dan digital adalah fenomena
baru mulai abad 21 dan akan terus berkembang dari masa ke masa hingga ke masa
yang akan datang.
Dalam politik luar negeri, signifikansi internet telah membawa perubahan yang
sangat besar, termasuk dalam berdiplomasi. Cuitan dari Barack Obama, aktivitas
media sosial kedutaan, dan dorongan meluas diplomasi budaya, telah menambah
sarana baru untuk diplomasi. Dengan ini, istilah diplomasi digital muncul (Hartati,
2018: 157). Aktivitas diplomasi digital tidak hanya tentang diplomasi berbasis
teknologi, namun memiliki peran dalam negosiasi, pembuatan kebijakan, dan mitigasi
serta penanggulangan sebuah masalah dalam negara. Penggunaan sosial media oleh
aktor negara maupun non negara melalui beberapa aplikasi media sosial seperti
Twitter, Facebook, Youtube, dsb telah dilaksanakan secara masif untuk menggapai
tujuan dan kepentingannya masing-masing (Triastuti, 2019: 4).
Dilihat dari data yang sudah tertera di atas, para aktor negara maupun non
negara, termasuk perusahaan maupun pihak individu mampu menjalankan tujuannya
masing-masing dikarenakan media sosial menimbulkan konektivitas yang yang
terbatas dari seluruh dunia. Selain itu, para aktor juga dapat mengendalikan ‘wajah’
mereka melalui media sosial untuk mengelola dan menciptakan citra yang mereka
inginkan dalam dunia internasional.
Diplomasi digital adalah sebuah konsep yang terkait dengan kebijakan luar
negeri suatu negara dan mengacu pada strategi yang digunakan oleh negara tersebut
untuk mencapai tujuan nasionalnya dengan menggunakan perangkat digital.
Masyarakat tidak boleh dikecualikan dari pekerjaan dasar yang didasarkan pada
penggunaan teknologi dalam interaksi antara negara dan aktor internasional.
Mekanisme ini mencakup bagaimana pemerintah memulai hubungan dan kegiatan
diplomatik antar negara, serta komunikasi dan pempublikasian umum dalam bentuk
interaksi bottom-up dan top-down. Dimana, dengan itu Individu dan kelompok
masyarakat serta perusahaan dapat dihitung sebagai bagian dari diplomasi.
Kecepatan perkembangan yang intens dengan waktu respons yang relatif jauh
berkuran merupakan perubahan besar yang hadir seiring dengan majunya teknologi
informasi dan komunikassi. Karena adanya reaksi yang cepat akan perkembangan
diplomasi digital tersebut, hubungan antar pemerintah dan perwakilan luar negeri
dengan masyarakat, media, maupun aktor diplomasi lainnya, relasi-relasi yang terjadi
pun turut berubah. Kualitas baru dari integrasi sistemik bagi sistem diplomasi
kemudian menjadi dari hasil revolusi tersebut. Lahirnya diplomasi digital yang pada
proses pengimplementasiannya dapat memanfaatkan berbagai platform media sosial
bagaikan angina segar di tengah tengah kompleksnya perpolitikan dunia Internasional.
Berikut adalah contoh penerapan diplomasi digital melalui media sosial:
1. Uni Eropa
Uni Eropa merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang
memandang bahwa diplomasi digital adalah hal yang krusial, dimana fitur-fitur
yang ada didalamnya jika digunakan dengan sebaik mungkin akan sangat
membantu dalam mencapai kepentingan negara. Hal tersebut diperlihatkan
melalui European External Action Service (EEAS), yaitu sebuah badan yang
dibuat oleh Uni Eropa khusus untuk menangani masalah terkait diplomasi dengan
tujuan agar hubungan antar negara Uni eropa dam negara-negara lainnya dapat
terkelola sehingga kebijakan luar negeri negara-negara anggotanya dapat
terjalankan secara lancar. Didirikannya EEAS juga ditujukan untuk menjaga
keamanan Uni eropa serta meningkatkan pengaruh Eropa di tingkat global.
Sejauh ini, EEAS telah memanfaatkan diplomasi digital dengan aktif terlibat
yaitu melalui penggunaan media sosial seperti Twitter dan Facebook. Dibuktikan
dengan rutinnya akun-akun milik EEAS tersebut dalam memperbaharui tweets
serta postingan mereka dan hadirnya mereka di dunia digital tersebut secara
berhasil menarik perhatian publik. Baik akun Twitter dan juga Facebook EEAS
sudah mendapatkan verifikasi dari Twitter dan Facebook. Hal tersebut dapat
dilihat dari pengikut EEAS di Twitter melalui akun @eu-eeas yang saat ini telah
mencapai angka sebanyak 243.000 pengikut . Selain itu, EEAS juga memiliki
akun Facebook resmi, yakni European External Action Service dimana halaman
Facebook mereka sudah disukai 251.000 kali oleh penguna Facebook lainnya.
Namun demikian, hadirnya EEAS secara virtual melalui media social tersebut
lebih seperti portal berita yang melaporkan dan memberitahu masyarakat
mengenai informasi terkini terkait misi kebijakan luar negeri Uni Eropa.
Maksudnya, diplomasi digital yang dilakukan EEAS bias dibilang hanya
komunikasi yang bersifat satu arah. Hal itu dapat dilihat dari seberapa jarang
akun Twitter dan Facebook resmi EEAS yang kerap kali tidak merespon
komentar ataupun pendapat para pengikutnya.
Aksi implementasi diplomasi digital tersebut semakin didukung dengan fakta
bahwa sebagian besar populasi penduduk Eropa, yaitu sekitar 80% nya tela
memliki akses untuk menggunakan internet. Dengan itu, startegi diplomasi digital
Uni Eropa pun dapat berjalan dengan baik bahkan sampai menempati peringkat
ke-5 secara global berdasarkan data yang dilaporkan oleh Digital Diplomacy
Review pada tahun 2016.
2. India
India, sebagai kekuatan global baru, juga mulai berpartisipasi dalam diplomasi
digital. Ditunjukkan dengan peringkat ketujuhnya dalam Digital Diplomacy
Review 2016, bahkan, negara tersebut termasuk ke dalam salah satu negara paling
aktif di bidang ini. Hal ini cukup mengesankan mengingat pemahaman tentang
diplomasi digital maupun penerapan adopsi internet di India masih sangat kurang.
Hadirnya diplomasi digital melalui media sosial di India dapat dilihat langsung
melalui akun resmi Kementerian Luar Negeri India, @indiandiplomacy, yang ada
di Twitter, Facebook, YouTube, dan platform lainnya. Politikus di India juga
cukup aktif dalam melaksanakan diplomasi digital ini, contohnya yaitu Perdana
Menteri India, Narendra Modi yang seringkali meng-updtae kondisi India di
Twitter. Selain itu, sejak tahun 2009, dipimpin oleh Kepala Divisi Diplomasi
Publik pada kala itu, Navdeep Suri, India sudah mulai mempromosiakan
mengenai akses terkait Web 2.0.
Sekitar 170 Misi Diplomatik India juga telah menggunakan media sosial yang
pada praktiknya dilakukan oleh para duta besar India di luar negeri. Para
perwakilan negara tersebut sebagian besar memiliki ribuan pengikut di berbagai
platform media social, baik seperti Twitter, Facebook, dan YouTube. Selain itu,
konten yang dipromosikan sebagian besar relevan dengan kegiatan Kementerian
Luar Negeri India. Dengan perbandingan 90% diunggah di Facebook dan 60% di
Twitter. Kementerian Luar Negeri India juga telah membangun aplikasi bernama
MyGov pada tahun 2013. Yang mana, aplikasi tersebut berfungsi untuk
menghimpun semua informasi terkait diplomasi publik, pusat publikasi media,
serta sebagai pos diplomatik India. Tidak hanya itu, aplikasi itu juga
menyediakan berbagai fitur seperti E-Citizenship.
Berbagai penemuan inovatif serta upaya yang dilakukan oleh Pemerintah India
tersebut dengan tujuan inti yaitu agar Pemerintah India dapat menyebar luaskan
nilai-nilai mereka kepada komunitas global. Hal tersebut dibuktikan dengan
kehadiran Perdana Menteri India yang turut aktif di dunia digital demi
kepentingan dipomatik negaranya serta prestasi yang India raih.
Dari kedua contoh di atas, bisa dilihat bahwa tujuan lain dari digunakannya
media sosial sebagai media pengimplementasian diplomasi digital, selain untuk
meengejar tercapainya kepentingan nasional melalui berbagai kebijakan luar neger,
diplomasi digital juga bisa digunakan untuk membangun citra nasional atau biasa
dikenal dengan istilah state branding. Citra nasional mengacu pada representasi posisi
positif atau negatif suatu negara di media, dalam konteks sejarah, politik, ekonomi,
militer, diplomatik dan agama. Melalui media sosial sebagai perantaranya, banyak
pemerintah yang berusaha membangun citra negaranya untuk meningkatkan reputasi
mereka di mata publik internasional. Dengan terbentuknya state branding yang baik,
diharapkan itu dapat membantu meningkatkan hubungan diplomatic negara tersebut
dengan negara-negara lain di berbagai bidang. Sebab, apabila citra nasional terkenal
dengan reputasi yang positif, maka kerja sama pun akan terdorong untuk terjalin.
BAB III
KESIMPULAN
Hubungan Internasional merupakan salah satu kajian yang dilakukan di masa lampau
dengan fokus pada studi perang dan perdamaian dan identik dengan politik, negara, dan hard
power. Di masa lampau, fokus hubungan internasional masih hubungan politik, yang biasa
disebut high politics. Namun zaman yang selalu berubah membawa perubahan juga pada
hubungan internasional. Fenomena globalisasi dengan cepat mengubah cara kita melihat
dunia, menjadikannya lebih modern. Kemajuan teknologi telah membuat akses ke seluruh
dunia lebih mudah dan lebih cepat. Fungsi diplomasi sendiri telah berubah ke arah yang lebih
modern. Salah satunya adalah peran diplomasi dalam menginvasi dunia digital. Diplomasi
mengacu pada hubungan atau relasi, komunikasi, dan koneksi. Selain itu, diplomasi harus
menjadi proses interaktif dua arah. Hal ini dilakukan secara bilateral untuk mencapai
kebijakan luar negeri masing-masing negara. (SL, Roy, 1995). Diplomasi sendiri memiliki
pengertian yang luas, namun pada dasarnya esensi dari melakukan diplomasi adalah untuk
mengkaji secara dekat kemajuan dan pencapaian masing-masing negara sesuai dengan
kepentingan nasionalnya, dan untuk saling bertukar informasi. Kegiatan diplomasi sebagai
sarana kebijakan luar negeri mengalami perubahan besar di abad ke-20. Diplomasi selama ini
secara resmi dilakukan terutama antar pemerintahan negara (government to government), dan
disebut diplomasi tradisional. Dan peristiwa dunia tahun 1920-an dan 1930-an mengubah
definisi dan praktik diplomasi, hingga diplomasi dilakukan secara langsung antar warga (civil
society) atau antar komunitas disebut diplomasi publik (public diplomacy). Ada pun beberapa
definisi definisi nya yaitu seperti Media sosial, Diplomasi, Diplomasi Digital, fungsi
diplomasi, latar belakang diplomasi dan juga dampak suportif negatif nya. Banyak hal yang
dapat di peroleh dari media sosial. Pengaruh positif diplomasi digital ini mampu representing,
hal ini berkaitan antara tugas diplomat dengan media sosial, biasanya diplomat dituntut untuk
mampu aktif, peka serta responsif terhadap isu-isu hangat, kemudian digunakannya media
sosial sebagai sarana untuk mengekspresikan sikap terhadap setiap peristiwa yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Anang Sugeng. 2016. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial
Masyarakat di Indonesia”. Publiciana, 9 (1), 140-157.
Clifton Martin dan Laura Jagla, Integrating Diplomacy and Social Media, (Washington DC:
The Aspen Institute, 2013)
EEAS. (n.d.). Diakses pada September 19, 2022, dari European Union website:
https://european-union.europa.eu/institutions-law-budget/institutions-and-
bodies/institutions-and-bodies-profiles/eeas_en
Haluan Riau. 2022. “Penggunaan Media Sosial Sebagai Alat Diplomasi Digital”.
https://riau.harianhaluan.com/opini/pr-112293317/penggunaan-media-sosial-
sebagai-alat-diplomasi-digital . Diakses pada 21 September 2022.
Murti, B.dan Zaharna, R.S. (2014) "India’s Digital Diaspora Diplomacy: Operationalizing
Collaborative Public Diplomacy Strategies for Social Media," Exchange: The
Journal of Public Diplomacy: Vol. 5: Iss. 1, Article 3. Diakses dari
https://surface.syr.edu/exchange/vol5/iss1/3
Nicholas Westcott, Digital Diplomacy: The Impact of the Internet on International Relations,
(London: Oxford Internet Institute Research Report, 2008)
Prayuda, Rendi. 2019. “Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis”. Journal of
Diplomacy and International Studies, 2 (1), 80-93. DOI:
https://doi.org/10.25299/jdis.2019.vol2(01).4429.
Suri, N. (2011). Public Diplomacy in India’s Foreign Policy. Strategic Analysis, (2), 297–
303. https://doi.org/10.1080/09700161.2011.542927
Triastuti, Retno. 2019. Peran Media Sosial Sebagai Alat Diplomasi Digital Global Dalam
Upaya Meningkatkan Nation Branding Indonesia di Era Pemerintahan Joko
Widodo. Skripsi Sarjana. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta.