Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ KOMUNIKASI POLITIK DI ERA MULTIMEDIA”

Di Susun Oleh:
Wa Ode Astriani C1D321148
Wa Ode Ninando C1D321146
Dodi Permana C1D321154
La Ode Rofi C1D321160
Yufansah C1D321150
Dwitama Nugraha Ibrahim C1D321156
Nidyawati aidhin C1D321162
Febiyanti C1D321158
Vivin Adelia Mustafa C1D321144

JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komunikasi Politik Di era Multimedia". Kami juga mengucapkan terima kasih atas
dukungan moral maupun materi yang diberikan untuk penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat
dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Kendari, 21 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Pengertian Komunikasi Politik....................................................3
B. Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik.......................8
C. Peran Media Sosial dalam Komunikasi Politik Saat ini..............12
BAB III : PENUTUP......................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................17
B. Saran............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Internet merupakan sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa sebelumnya
teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email
dan chatting, untuk mencari informasi melalui browsing, dan googling. Namun
saat ini, seiring dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu
jaringan baru yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang
diketahui, media sosial merupakan salah satu media online dimana para
penggunanya dapat ikut serta dalam mencari informasi, berkomunikasi, dan
menjaring pertemanan, dengan segala fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya
seperti Blog, Facebook, dan Twitter.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara
berkomunikasi manusia. Cara komunikasi manusia baik sebagai individu maupun
kelompok di ranah sosial, budaya, dan ekonomi tak terlepas dari kemajuan
teknologi tersebut, tak terkecuali kancah politik. Peningkatan akses dan jumlah
pengguna internet merupakan potensi tersendiri bagi para pelaku politik dalam
melakukan komunikasi politik dan dalam  peraihan dukungan atau kampanye
politik. Berasal dari latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
menyusun makalah yang berjudul “Peran Media Social Dalam Komunikasi
Politik”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?
2. Bagaimana hubungan media social dengan komunikasi politik?
3. Bagaimana peran media sosial dalam komunikasi politik saat ini?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui arti komunikasi politik.

1
2. Untuk mengetahui hubungan media social dengan komunikasi politik.
3. Untuk mengetahui peran media social dalam komunikasi politik saat ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Politik


a. Pengertian Komunikasi
Bergantung pada titik pandangnya, komunikasi adalah pengalihan
informasi untuk memperoleh tanggapan; pengoordinasian makna antara
seseorang dan khalayak; saling berbagi informasi, gagasan atau sikap;
saling berbagi unsur- unsur perilaku, atau modus kehidupan, melalui
perangkat - perangkat aturan; penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat
simbol bersama di dalam pikiran para peserta. Singkatnya, suatu
pengertian, suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni
personal yang dibagi dengan orang lain; atau pengalihan informasi dari
satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan
menggunakan simbol (Dan Nimmo, 2005: 5). Komunikasi adalah proses
interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang
merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka
bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol (Dan
Nimmo, 2005: 6).
Akhirnya, arti utama proses yang mendasari definisi kita tentang
komunikasi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Proses adalah
arus, perubahan, dan ketidaktetapan dalam hubungan kegiatan terhadap
satu sama lain. Dalam mendalilkan apa saja komunikasi itu, Barlund
melukiskan sifat proses itu sendiri berkembang, dinamis, sinambung,
sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks. Sebagai
proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya, ia
meliputi interpretasi personal, pertukaran sosial, dan politik. Ia tidak

3
memiliki penyebab yang mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat
diamati (Dan Nimmo, 2005: 7).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan satu orang
atau suatu kelompok kepada yang lain untuk menyusun makna. Makna
yang disusun merupakan citra mereka dan untuk bertukar citra itu terutama
melalui simbol -simbol.

b. Pengertian Politik
Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana
pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang
kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan
atau memperluas tindakan lainnya. Dari semua pandangan yang beragam
itu ada persesuaian umum bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan
orang; politik adalah kegiatan (Dan Nimmo, 2005: 8).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan tersebut. Pengambilan keputusan (decision making)
mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut
seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas tujuan
yang dipilih.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk
membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses ini. Cara yang dipakai dapat bersifat
persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur
paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan permuasan keinginan (statement of
intent) belaka (Ardial, 2010: 23-24).

4
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik
yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem politik itu sendiri.
Dalam melaksanakan kebijaksanaan itu diperlukan kekuasaan (power) dan
kewenangan (authority) yang dipakai untuk membina kerja sama maupun
untuk menyelesaikan konflik yang timbul dalam proses ini.

c. Pengertian Komunikasi Politik


Politics,dalam bahasa Inggris, adalah sinonim dari kata politik atau ilmu
politik dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Yunani pun mengenal beberapa istilah
yang terkaitdengan kata politik, seperti politics (menyangkut warga negara),
polities (seorang warganegara), polis (kota negara), dan politeia (kewargaan).
Pengertian leksikal seperti inimendorong lahirnya penafsiran politik sebagai
tindakan-tindakan, termasuk tindakankomunikasi, atau relasi sosial dalam
konteks bernegara atau dalam urusan publik. Penafsiran seperti ini selaras
dengan konsepsi seorang antropolog semisal Smith yangmenyatakan bahwa
politik adalah serangkaian tindakan yang mengarahkan danmenata urusan-
urusan publik (Nie dan Verb, 975:486)
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada
pemerintah (Ramlan Surbakti, 2010:152).
Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang
relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di
antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut
merupakan proses yang berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran
informasi di antara individu- individu dengan kelompok-kelompoknya
pada semua tingkatan masyarakat. Lagi pula tidak hanya mencakup
penampilan pandangan-pandangan serta harapan-harapan para anggota
masyarakat, tetapi juga merupakan sarana dengan mana pandangan dan

5
asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang berkuasa diteruskan kepada
anggota-anggota masyarakat selanjutnya juga melibatkan reaksi-reaksi
anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-pandangan dan janji serta
saran-saran para penguasa. Maka komunikasi politik itu memainkan peranan
yang penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi politik ini
menentukan elemen dinamis, danmenjadi bagian menentukan dari
sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik (Michael Rush
dan Phillip Althoff, 2008: 24).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik
yang relevan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di
antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.
Dalam hal ini komunikasi politik merupakan proses yang
berkesinambungan, dan melibatkan pula pertukaran informasi di antara
individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan
masyarakat.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan actor-aktor politik,atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal
yang baru. komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara
“yang memerintah” dan “ yang diperintah”. (Romli: 2014, hal: 7)
Adapun prinsip-prinsip komunikasi politik: pertama, konsistensi. Dalam
melakukan komunikasi politik, informasi yang disampaikan harus konsisten
dengan substansi platform partai dan konsisten terhadap paradigma partai dan
solusi atas problem-problem yang dihadapi oleh konstituen dan publik. Kedua,
replikasi. Dalam melakukan komunikasi politik, informasi harus disampaikan
berulang kali, sehingga konstituen dan publik paham betul dengan content/isi
platform partai dan apa yang sedang diperjuangkan oleh partai. Ketiga,

6
evidence. Dalam komunikasi politik informasi yang disampaikan oleh partai
harus ada dan dapat dibuktikan kebenaran dan eksistensinya.
Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan
sehari-hari. sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satupun manusia tidak
berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian
komunikasi politik.
Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu
komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan
yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini
bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial.
Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu
kegiatan politik dalam sistem politik (Rauf, 1993: 32).

d. Unsur Komunikasi Politik 


Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiata
berkomunikasi, beberapaahli juga menjelaskan beberapa unsur-unsur
komunikasi politik melalui beberapa sudut pandang yang berbeda-beda.
Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur komunikasi politik
meliputisumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek
(Cangara, 2009:37).
Komunikator politik Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses
penyampaian pesan. Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok,
organisasi, lembaga, ataupun pemerintah.Pesan Politik Pesan politik merupakan
pernyataan yang disampaikan baik itu tertulis maupun tidak, dalam bentuk
simbol atau verbal yang mengandung unsur politik missal pidato politik, UU,
dll. Saluran atau Media Politik Dalam perkembengan sekarang ini, media massa
dianggap sebagai saluran yang paling tepatuntuk melakukan proses komunikasi
politik. Penerima Pesan Politik Semua lapisan masyarakat yang diharapkan

7
memberikan respon terhadap pesan komunikasi politik. Misalnya dengan
memberikan suara pada pemilihan umum.
Efek atau Pengaruh Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan
politik dapat diterima dan dipahami. Jika Cangara menjelaskan unsur komuniasi
politik kedalam 5 kajian diatas, hal ini berbedadengan Sumarno yang membagi
unsur-unsur komunikasi politik kedalam suprastruktur daninfrastruktur politik
(Sumarno, 1989: 16).
Unsur-unsur pada suprastruktur Terdiri dari tiga kelompok yaitu yang
berada pada lembaga legislative, eksekutif danyudikatif. Unsur-unsur
infrastruktur Unsur ini meliputi: partai politik, kelompok kepentingan,
kelompok penekan, mediakomunikasi politik, kelompok wartawan, kelompok
mahasiswa, dan para tokoh politik Komunikan dan komunikator. Merupakan
unsur yang paling penting dalam dan menentukan dalam setiap
bentuk komunikasi. Melihat dua ilmuan yang menjelaskan tentang unsur
komunikasi politik, terdapat perbedaan sudut pandang. Jika dipahami lebih jauh
lagi kita dapat menyimpulkan bahwa unsur komunikasi politik adalah semua
hal yang berhubungan dengan proses komunikasi yangdidalamnya mengandung
makna politik, atau bertujuan untuk politik baik itu isi pesan maupun pelaku
komunikasi politik.

B. Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik


Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti
tengah, perantara atau pengantar.  Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4), Media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Hamidjojo dalam
Latuheru (1993), memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang

8
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan,
atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.
Komunikasi politik adalah sebuah public sphere. Suatu tempat dimana para
anggota komunitas dapat secara kolektif membentuk pendapat umum dalam satu
lingkungan. Komunikasi politik yang baik membutuhkan partisipasi dari aktor
politik, media, dan publik. komunikasi politik merupakan proses pembelajaran,
penerimaan dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan
(rules), struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kehidupan politik. Sementara itu, Dan D. Nimmo dan Keith Sanders dalam
Handbook of Political Communication (1981), juga mengungkap masalah-masalah
komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan politik praktis yang dikaitkan
dengan peran media massa. Dalam konteks komunikasi politik, Dan Nimmo
menjelaskan pengaruh-pengaruh politik dimobilisasi dan ditransmisikan antara
institusi pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih masyarakat pasa
sisi lain.
Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas pada even-even
politik seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk
komunikasi yang dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari
pihak-pihak tertentu untuk memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena
komunikasi politik yang berlangsung dalam suatu masyarakat, seperti telah
diuraikan sebelumnya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dinamika
politik, tempat komunikasi itu berlangsung.
Media komunikasi politik secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu media tradisional, media semi dan media modern. Media tradisional adalah
media dengan tatap muka, langsung berhadapan secara tatap muka dengan
komunikasi, baik secara individual, maupun kelompok dan organisasi
a. Social Media Network
Social media mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia
maya, dalam produk layanan online seperti blog, forum diskusi, chat room,

9
email, website dan juga yang paling menggemparkan saat ini adalah kekuatan
komunitas yang dibangun pada social media (Juju&Feri, 2010 : 1-2).
Apa yang dikomunikasikan didalam penggunaan media online tersebut
memberikan efek power tersendiri karena basis pembangunanya
mengedepankan teknologi dan berbagai media interaksi yang dikomunikasikan
dengan berbagai elemen seperti teks, gambar, foto, audio dan video. Jejaring
sosial memang ditujukan sebagai ruang untuk terus terkoneksi. Berkomunikasi
bahkan saling berbagi / sharing, didalamnya terjalin denyut aktivitas yang kaya
yang dimotori oleh kepentingan komunikasi, orang-orang yang tergabung
saling berbagi pendapat, bertukar informasi, melakukan kegiatan diskusi dan
lainnya.
Facebook, Twitter, Youtube adalah yang paling populer saat ini di
Indonesia, terbukti melalui data yang diambil dari tribunnews.com bahwa Saat
ini Indonesia menduduki ranking pertama di Asia sebagai pengguna layanan
twitter dan facebook. jumlahnya 47 juta orang Indonesia menjadi penggunanya
atau lebih seperempat dari jumlah 245 juta. Jadi wajar jika hampir seperempat
penduduknya menghabiskan waktu mereka untuk bekerja sambil ber twitter.
Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging, yang memfasilitasi sebagai
pengguna, dapat memberikan update (perbaruan) informasi, bisnis, dan lain
sebagainya. (Waloeyo, 2010: 1).

b. Media Online
Media online merupakan bagian dari media baru yang saat ini menjadi
pilihan untuk penyebarluasan informasi. Media Online karakteristiknya
berbeda dengan media konvensional (cetak/elektronik), berikut karakteristik
media online:
1) Multimedia,
2) Aktualisasi,
3) Cepat, begitu diposting atau di unggah, langsung bias diakses semua orang.

10
4) Update,
5) Kapasitas luas
6) Fleksibilitas,
7) Luas
8) interaktif, dengan adanya fasilitas kolom komentar dan chat room
9) Terdokumentasi,
10) Hyperlinked, terhubung dengan sumber lain (links) yang terkait dengan
informasi tersaji.
Media sosial telah mengubah cara orang dalam mengkomunikasikan sebuah
ide dan gagasan. Media tradisional, sebagai contoh surat kabar, majalah, televisi,
dan radio, memberikan informasi ke publik dalam bentuk satu arah komunikasi.
Fenomena ini berbeda dengan media social modern, dimana media sosial telah
merevolusi cara berbagi ide dan informasi dengan jalan berbagi dalam komunitas
dan jaringan online. Media sosial telah merambah pada hampir semua komunitas
di masyarakat, termasuk di dalamnya para pelaku politik.
Selama tahun 1980an, teknologi komunikasi menjadi elemen penting, karena
memudahkan orang untuk mempertukarkan informasi pada basis “many to many”
melalui sistem komunikasi yang berbasis pada komputer. Kita dapat menyebutnya
sebagai “teknologi komunikasi baru”, “media baru”, atau “komunikasi interaktif”.
Hal yang paling terlihat dari keberadaan teknologi komunikasi baru adalah bahwa
ia merubah ciri atau karakteristik komunikasi antarmanusia pada tataran yang
paling mendasar. Perubahan karakteristik komunikasi antarmanusia tersebut dapat
terlihat dari sifat (nature) teknologi komunikasi tersebut (Turnomo dalam Junaedi,
2011 : 8).
Internet dalam komunikasi adalah sebuah perubahan, karena dianggap telah
menjadi bentuk atau pola baru dalam berkomunikasi. Hal ini lah yang menjadi
jawaban keinginan dan mimpi manusia untuk dapat “bersentuhan” dengan sesama
secara lebih luas, meng-global, cepat, dan murah. Dan ini kemudian yang menjadi

11
sebuah bentuk baru media, bentuk baru komunikasi, media baru (Zinaida,
2013:624).
Para pelaku politik harus dapat menyampaikan pesan mereka kepada
pendukungnya baik secara langsung maupun lewat perantara. Dalam hal ini,
internet telah menjadi perantara dan wadah yang baik bagi proses komunikasi dan
kampanye politik.
Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat
ini dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan,
dalam artian antara dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu
sama lain yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Para pelaku politik
membutuhkan media untuk mempublikasikan kebaikan partai politiknya atau
bahkan menggunakannya sebagai tempat mengkampanyekan partai politiknya.
Media social merupakan media informasi bagi masyarakat yang berguna sebagai
sarana pemberi informasi kepada masyarakat, saat ini bukan hanya dimanfaatkan
sebagai media untuk menyampaikan informasi terkini tentang kejadian yang
terjadi di masyarakat, namun juga digunakan sebagai sarana komunikasi politik.
Media sosial saat ini seringkali dijadikan ‘kendaraan’ bagi partai-partai
politik untuk ingin dipandang lebih oleh masyarakat. Dan melalui media sosial,
proses budaya politik atau partisipasi politik masyarakat akan dapat sangat
mempengaruhi. Cara-cara dari media sendiri dalam menyampaikan peristiwa-
peristiwa politik ini dapat mempengaruhi persepsi atau pandangan masyarakat
mengenai isu-isu perkembangan politik. Hal ini dapat menimbulkan pembentukan
opini publik atau pendapat umum yakni dalam upaya pembangunan sikap dan
tindakan masyarakat mengenai isu-isu politik yang berkembang tersebut dianggap
sebagai masalah politik atau actor politik.

C. Peran media social dalam komunikasi politik saat ini


Dalam abad ke-21 ini media social atau media interaktif telah terbukti efektif
dalam komunikasi social dan komunikasi politik. Efektivitas pesan singkat melalui

12
telepon seluler (sms), Twitter, Facebook dan Blog memang luar biasa. Peran
strategis media social itu dalam komunikasi politik, telah ditunjukkan keberhasilan
dan kemampuannya menggalang kekuatan dan dukungan terhadap gerakan
prodemokrasi di berbagai Negara seperti Tunisia (2011) dan Mesir ( 2011). Pada
akhir abad ke 20 yang lalu beberapa Negara telah mengalami gerakan politik yang
didorong juga oleh media social itu seperti Indonesia (1998), filiphina (2001), dan
malaysia (2008). (Anwar, 2011: 171)
Kecepatan orang mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya beragam
fenomena yang berkaitan dengan arus informasi. Fenomena ini tidak hanya
berlangsung di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Pesatnya
perkembangan media sosial juga dipicu oleh keinginan setiap orang untuk merasa
harus memiliki media sendiri (facebook, blog, twitter). Cikal bakal penggunaan
internet dalam aktivitas yang berkaitan dengan politik di Indonesia tahun 1994,
ketika sejumlah LSM mulai menggunakan komunikasi online untuk kegiatan
advokasi spesifik mereka dan mailing list terbuka. Hal itu kemudian semakin
berkembang menjadi sumber informasi peristiwa politik bagi 13.000 penerima di
kota-kota besar. Pada pertengahan tahun 1997, telah lebih dari 20 organisasi
memiliki situs web sendiri yang banyak memuat informasi tentang politik di
Indonesia. Kelompok pro demokrasi itu kemudian berhasil menggalang gerakan
yang menggulingkan kekuasaan orde baru pada tanggal 21 Mei 1998. Dalam tahun
1998 itu, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai sekitar 10% penduduk tau
sekitar 25 juta pengguna dari 237 juta penduduknya. Dalam tahun 2007 partai-
partai politik dan sejumlah politikus di Indonesia telah memiliki web sendiri,
terutama untu menghadapi pemilu tatahun 2009 (Heufers,2008 dikutip dalam buku
Anwar,2011: 172)
Tampaknya media social atau medi ainteraktif itu telah ditakdirkan menjadi
wahana penegakkan politik terbuka dan demokratis dengan dampak positif dan
negatifnya. Justru rakyat dimana saja di dunia ini akan memahami bahwa akses
internet itu semakin diterima sebagai bagian dari hak asasi manusia dan semakin

13
menjadi komponen penting dalam komunikasi politik.Arti penting dari
penggunaan internet sebagai bagian pokok dari revolusi informasi, adalah
kemampuan manusia menghemat waktu dan menundukkan ruang. Ada
penghematan energy dalam transportasi, karena komunikasi tidak lagi tergantung
pada jarak, sehingga dunia dapat “dipersatukan” dalam waktu yang singkat dan
terjadilah globalisasi.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa penggunaan internet dalam
komunikasi politik, telah dimungkinkan dan sangat urgen serta strategis dalam
masyarakat informasi. Internet telah mengubah komunikasi dengan cara yang
sangat mendasar, terutama melibatkan banyak interaksi atau interaktivitas antara
komunikator dengan pengguna. Melalui internet, kegiatan komunikasi politik
dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya
hubungan yang bersifat pribadi. Jika internet digunakan untuk komunikasi politik,
maka penerima komunikasi politik yang dapat tercipta oleh internet terebut sangat
khas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh jaringan komputr, yang disebut
dengan dunia maya (cyberspace). Media elektronik baru ini telah membuat
perubahan besar dalam masyarakat dengan segala dampak positif dan negatifnya
(Severin-Tankard,2009 :465).
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa media social berbeda dengan media
massa, meskipun sasaran yang disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat
“missal”. Media massa mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat
industry. Sebalikanyya media social lebih banyak bersifat individual, sehingga
terjadi individualisasi dan demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi.
(Anwar, 2011: 175)
Beberapa waktu yang lalu untuk memiliki media tradisional seperti televisi,
radio, atau koran dibutuhkan modal yang cukup besar serta butuh tenaga kerja
yang banyak, berbeda halnya dengan sosial. Pengguna media sosial dapat
mengakses hanya dengan menggunakan jaringan internet bahkan yang
kemampuan aksesnya lambat sekalipun, tanpa dibutuhkan biaya besar, tanpa alat

14
yang mahal dan bahkan bisa dilakukan sendiri tanpa karyawan (Pujho dalam
Junaedi, 2011: 33).
Semakin majunya era globalisasi informasi dan komunikasi didukung
banyaknya pengguna internet saat ini yang berdasarkan data-data yang ada,
sehingga media sosial digunakan oleh kandidat-kandidat sebagai salah satu sarana
komunikasi politik. Melalui ruang cyber (internet), kampanye dapat dilakukan
pada tiga segmen sekaligus, yaitu massa, antarpribadi, dan organisasi. Sehingga
internet cenderung dijadikan sarana kampanye yang dianggap efektif di Indonesia.
Kampanye melalui media sosial mulai dimanfaatkan pasca runtuhnya rezim
Orde Baru. Pada Pemilu 1999 dan 2004, sudah muncul kampanye partai atau
kandidat melalui media sosial yang merupakan metode baru bagi perkembangan
demokrasi di Indonesia. Partai politik, calon legislatif, calon presiden-wakil
presiden maupun calon kepala daerah kini mengandalkan media sebagai sarana
mengiklankan profil untuk membentuk pencitraan melalui media sosial, Karena
media sosial dianggap cukup efektif untuk mendongrak popularitas sekaligus
meningkatkan perolehan suara dalam setiap Pemilu ataupun Pemilukada. Dalam
media sosial iklan politik memainkan peranan penting dalam membentuk
pencitraan untuk merebut popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas.

Perkembangan media sosial di dunia maya akan semakin berkembang dan


terus tumbuh. Kemampuan untuk menguasai dan memanfaatkannya akan menjadi
faktor strategis bagi pelaku politik dalam proses komunikasi dan kampanye
politiknya.
Perolehan dukungan dan suara adalah target utama dari setiap pelaku politik.
Dan telah menjadi suatu hal yang identik (untuk tidak mengatakan suatu hal yang
linier dan suatu hal yang pasti) bahwa pelaku politik yang paling populer di media
sosial, ialah yang mendapat dukungan dan memperoleh suara terbanyak dari
khalayak. Inilah dampak positif terbesar dari media sosial bagi proses komunikasi
dan kampanye politik.

15
Media sosial mampu memberikan efek positif bagi pelaku politik dengan
terjalinnya komunikasi politik dua arah yang intens dengan para pendukungnya.
Pergeseran opini dan mobilisasi suara dari suara mengambang (floating voters)
juga merupakan efek positif dari media sosial tersebut.
Di sisi lain, konten dan opini yang terbangun di media sosial oleh pelaku
politik kadang dapat berimbas negatif bagi para pesaing politik. Opini akan
kekurangan dan kelemahan bahkan kesalahan (yang dicari-cari) dari para pesaing
politik, tak jarang dapat menimbulkan masalah. Memang, sudah ada banyak aturan
main bahkan sudah terbentuk dalam sebuah undang-undang (UU), baik UU ITE
dan UU Pemilu beserta perangkat Bawaslu dan aparat Kepolisian.
Citra yang berusaha direpresentasikan tersebut disisi lain terkadang
melampaui realitas dalam kehidupan manusia atau dalam bahasa Jean Baudrillard
terjadi hyperreality. Sehingga pada titik tertentu, masyarakat modern menerima
realitas dengan beraneka macam bentuk citra yang dihadapkan pada mereka,
kemudian serta merta meyakini kebenaran yang diberikan atau direpresentasikan
dari citranya. Dengan demikian media sosial mampu membentuk image dengan
tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Media mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan
informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan
persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Berbagai pemberitaan
media memberikan masukan kepada kognisi individu, dan kognisi akan
membentuk sikap.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang
melibatkan pesan-pesan politik dan actor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Media adalah semua bentuk
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan
ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.
Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat
ini dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan,
dalam artian antara dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu
sama lain yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. media sosial
mampu membentuk image dengan tujuan mempengaruhi perilaku politik
masyarakat. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan
kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan pengetahuan yang pada
akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan persepsi mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan juga dapat
menunjang nilai dalam mata kuliah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar,2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu


Cangara, H. (2009). Komunikasi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iswandi. 2009. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Juju, Dominikus dan Feri Sulianta, 2010. Branding Promotion with Social Networks,
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo
Junaedi, Fajar. 2011.Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Umum.
Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun. 1993.Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta:
Gramedia.
Muhtadi, Asep. S.2008. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca
Orde Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Nasution, zulakarimen. 1990. komunikasi politik: suatu pengantar. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nimmo, Dan., Political Communication and Public Opinion and America, diterbitkan
Goodyear Pubhlising, edisi Indonesianya, Komunikasi Politik: Khalayak dan
Efek, Bandung; Rosda Karya,2000
Romli.A.S.M.2014.komunikasi politik. ebooks. hal 7-8
Severin, Wenner J-Tankard, James W.2009.Teori Komunikasi. Jakarta :Pranada
Media Group.
Sumarno. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik.Bandung: PT Citra Ditya
Bakti
Surbakti, Ramlan.1999. Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.

18
Waloeyo, Jati, Y. 2010. twitter Best Social Networking. Yogyakarta : Andi dan
Elcom.
Zinaida, Rahma Santhi, 2013. Komunikasi Indonesia Untuk Membangun Peradaban
Bangsa, Jakarta : Puskombis

19

Anda mungkin juga menyukai