Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PARTISIPASI POLITIK DI ERA DIGITALISASI”

Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dengan judul “PARTISIPASI POLITIK DI ERA DIGITALISASI” dapat selesai pada
waktunya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah. Berkat
tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah. Selain
itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Jatinangor, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Pengertian Partisipasi Politik..............................................................................3
2.2 Bentuk-bentuk Partisipasi Politik........................................................................4
2.3 Partisipasi Politik di Era Digital..........................................................................5
BAB III PENUTUP............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
3.2 Saran....................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan Era Digitalisasi revolusi industri 4.0 di Indonesia


menjadikan berbagai aktivitas kehidupan menjadi lebih mudah dan efektif. Hadir dengan
pemanfaatan teknologi digital sebagai kunci dapat mengubah segalanya, Melalui reformasi
digital kini masyarakat dapat mengakses berbagai macam bentuk informasi dengan mudah
dan cepat, berbagai kemudahan dalam akses ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam
meningkatkan mutu kualitas digitalisasi di Indonesia.

Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi gambaran
apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam perkembangannya, masalah partisipasi
politik menjadi begitu penting, terutama saat mengemukanya tradisi pendekatan behavioral
(perilaku) dan Post Behavioral (pasca tingkah laku). Kajian-kajian partisipasi politik terutama
banyak dilakukan di negara-negara berkembang, yang pada umumnya kondisi partisipasi
politiknya masih dalam tahap pertumbuhan

Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi


pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai
warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri. Partisipasi politik ini pun bersifat
sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negara maupun partai yang berkuasa (Basri, 2011: 97).

Melihat dari kenyataan yang hadir di masyarakat saat ini, perkembangan teknologi
menjadi suatu hal yang terus membayangi kehidupan masyarakat. Pesatnya Kemajuan
teknologi tak pelak memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat. Berbagai kemudahan
yang dirasakan saat ini dapat dikatakan mampu menjangkau berbagai aspek, terkhusus
informasi. Ditengah kemajuan teknologi masyarakat dapat dengan mudah memperoleh
informasi melalui teknologi yang mereka gunakan, seperti gadget dan laptop yang terkoneksi
dengan internet. Kemudahan dalam mengakases suatu informasi yang dibutuhkan bisa
diperoleh dengan hanya membrowsing melalui teknologi yang tersambung dengan internet.

1
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan partisipasi politik ?


2) Apa saja bentuk-bentuk partisipasi politik ?
3) Bagaimana partisipasi politik di era digital ?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan partisipasi politik


2) Mengetahui apa saja bentuk-bentuk partisipasi politik
3) Mendeskripsikan partisipasi politik di era digital

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik secara umum diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam


kegiatan politik, dimana masyarakat ikut terlibat dalam pengambilan keputusan. Sementara
itu partisipasi politik menurut (Sitepu, 2012) adalah suatu kegiatan dari warga negara baik
secara langsung maupun tidak langsung (tidak sengaja) terkait dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah dapat dilakukan oleh individu-individu maupun kelompok secara spontan
maupun dimobilisasi.

Di era digital saat ini memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat. Seperti dalam
hal mengakses dan menyebarkan informasi secara cepat dan mudah. Media sosial merupakan
salah satu bentuk perkembangan teknologi yang hadir saat ini. Media sosial memberikan
kebebasan bagi penggunanya untuk berinteraksi secara luas. Melalui media sosial juga
masyarakat dapat mengikuti dan memberikan tanggapan terhadap suatu informasi yang
sedang berkembang.

Melalui media sosial masyarakat dapat lebih partisipatif untuk ikut terlibat dalam
kegiatan politik, masyarakat dapat mengikuti isu-isu politik terbaru dan memberikan
komentar serta tanggapan-nya . Selain itu media sosial juga memberikan ruang tersendiri bagi
masyarakat untuk menyampaikan pendapat dan aspirasinya terkait sistem pemerintah yang
sedang berkembang.

Selain dampak positif, media sosial juga memberikan dampak negatif terhadap
demokrasi bagi masyarakat. Seperti banyaknya penyebaran berita hoax oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab, hal tersebut tentu berpengaruh kepada tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap kebijakan yang berlaku. Untuk itu masyarakat dituntut lebih demokratis
dalam menggunakan media sosial

3
2.2 Bentuk-bentuk Partisipasi Politik
Huntington dan Nelson dalam Priambodo (2000) membedakan bentuk-bentuk partisipasi
politik dalam kategori sebagai berikut:

1) Electoral Activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau pun tidak
langsung berkaitan dengan pemilu Electoral Activity ini juga mencakup pemberian
suara, sumbangan untuk kampanye. bekerja dalam suatu pemilihan, mencari
dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi
hasil proses pemilihan umum.
2) Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau pun sekelompok orang untuk
menghubungi pejabat pemerintah atau pun tokoh politik dengan tujuan untuk
mempengaruhi pejabat atan pun tokoh pilitik tersebut terkait masalah yang
mempengaruhi kehidupan mereka.
3) Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam berbagai
organisasi sosial dan politik.
4) Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh warga negara dengan cara langsung
misalnya melakukan komunikasi untuk membangun jaringan kerjasama.
5) Violence, yaitu cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah Penggunaan
kekerasan mencerminkan motivasi motivasi partisipasi yang cukup kuat. Kekerasan
dapat ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan.

Verba et al (dalam Priambodo, 2000) menemukan bahwa individuindividu cenderung


memilih bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan secara tetap sesuai motivasi dan
tujuan, tidak berubah-ubah seperti diasumsikan banyak analist. Bentuk-bentuk partisipasi
yang sejenis membentuk kelompok (cluster) bersama. Pengelompokan tersebut kemudian
dimodifikasi oleh Dalton (2009) sebagai herikut:

1) Voting, yaitu bentuk-bentuk partisipasi politik yang terkait dengan pemilihan


(voting/electing). Voting adalah bentuk yang paling sederhana untuk mengukur
partisipasi.
2) Campaign activity, yaitu aktivitas kampanye yang mewakili bentuk-bentuk partisipasi
yang merupakan perluasan dari pemilihan (extension of electoral participation).
Termasuk di dalamnya bekerja untuk partai atau seorang kandidat. menghadiri
pertemuan-pertemuan kampanye, melakukan persuasi terhadap orang lain untuk
memilih, dan segala bentuk aktivitas selama dan antara pemilihan.

4
3) Communal activity. Bentuk bentuk partisipasi ini berbeda dengan aktivitas kampanye
karena aktivitas komunal mengambil tempat di luar setting. pemilihan (outside the
electoral setting), Termasuk keterlibatan dalam kelompok-kelompok masyarakat yang
interest dan concern dengan kebijakan umum seperti kelompok studi lingkungan,
kelompok wanita, atau proteksi terhadap konsumen.
4) Contacting personal on personal matters. Bentuk partisipasi ini berupa individu
melakukan kontak terhadap seseorang berkait dengan suatu materi tertentu yang
melekat pada orang tersebut. diperlukan inisiatif dan: informasi yang tinggi berkait isu
yang spesifik, dalam kontak yang bersifat perseorangan ini Bentuk partisipasi ini
seringkah digunakan untuk membangun pengertian, kepercayaan, mencari koneksi,
atau pun membangun jaringan.

2.3 Partisipasi Politik di Era Digital

Partisipasi politik mungkin tampak terlihat sederhana, yaitu bagaimana warga negara
mengambil bagian dalam proses perumusan dan penerapan kebijakan publik. Pandangan
tersebut berguna untuk menunjukkan menunjukkan persyaratan bahwa partisipasi politik
harus melibatkan beberapa derajat efektivitas dan intensionalitas minimal dalam memberikan
kontribusi bagi pembuatan kebijakan publik. Namun demikian, dalam pandangan Moyser 22,
aktivitas politik yang dimobilisasi oleh elit politik, seperti yang dapat terjadi dengan aksi
politik dan demonstrasi, tidak dapat dianggap sebagai partisipasi politik. Peran warga negara
dalam partisipasi politik sebenarnya telah menjadi perdebatan, apakah yang sebenarnya
disebut sebagai “partisipasi politik”? bagaimana seorang individu telah dianggap ikut terlibat
dalam partisipasi politik?

Sebagai contoh, misalkan apakah partisipasi politik merupakan keterlibatan individu


atau kelompok? Apakah mengungkapkan kepentingan politik, atau bahkan diskusi politik di
kalangan keluarga atau teman, merupakan bagian dari partisipasi politik? Apakah
mengungkapkan dukungan atau penolakan secara verbal terhadap kebijakan pemerintah
merupakan partisipasi politik? Serta pertanyaan mengenai bagaimana dengan tindakan yang
tampaknya melanggar prinsip-prinsip demokrasi, seperti kekerasan politik, atau aksi diam,
atau bahkan “jahit mulut”? apakah aktifitas-atifitas tersebut menjadi bagian dari apa yang kita
sebut sebagai partisipasi politik?

5
Tidak ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, para ahli yang
berbeda memiliki kesimpulan yang berbeda-beda mengenai apa yang disebut sebagai
partisipasi politik, di Amerika partisipasi bahkan dikaitkan dengan peningkatan tingkat
pengetahuan politik. Namun demikian mengikuti padangan George Moyser, untuk menjawab
persoalan mengenai apakah yang dapat digolongkan sebagai partisipasi politik dapat dijawab
pada dua tingkatan (level) : pertama, apa yang disebut partisipasi politik selalu melibatkan
informasi yang baik yang digunakan oleh warga negara yang bertanggung jawab dan dan
terbuka untuk kepentingan bersama. Dalam konteks ini, partisipasi politik hanya dan hanya
terjadi jika dilakukan secara bertanggung jawab untuk menghasilkan informasi yang baik.
Dengan demikian, partisipasi berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan pengetahuan
politik (polical knowledge). Kedua, berkaitan dengan dampak yang muncul dari partisipasi
politik terhadap pengambilan kebijakan publik. Mungkin agak sulit untuk mengukur dampak
yang muncul dari partisipasi poliitk, mengingat kita menganut sistem demokrasi perwakilan.
Namun demikian, setidaknya kita dapat membuat semacam batasan minimal, bahwa
partisipasi politik harus memiliki dampak, setidaknya untuk meningkatkan kesadaran politik
dan serta memberikan pengetahuan kepada publik.

Media baru, dengan sifatnya yang terbuka dan interaktif, merupakan bentuk baru dari
partisipasi politik. Internet bahkan memiliki potensi untuk meningkatkan partisipasi yang
lebih besar dalam mayarakat demokratis. Teknologi informasi (ICT) memiliki banyak aspek
yang disebut sebagai “positive externalities”, yaitu manfaat sosial “sampingan” yang didapat
oleh individu yang menggunakan teknologi. Dan ini dapat mendorong terjadinya partisipasi
politik jika informasi yang tersedia secara online membantu warga mendapatkan lebih
banyak informasi tentang politik dan lebih cenderung untuk berpartisipasi, dan masyarakat
mendapatkan keuntungan dari partisipasi deliberatif yang lebih luas dalam proses demokrasi.

Partisipasi di dunia maya inilah yang kemudian menciptakan terciptanya “warga


Digital” (digital citizenship), yang oleh Karen Mossberger25 dkk, didefinisikan sebagai
kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat online. Secara lebih luas dapat juga
dikatakan bahwa “warga digital” mereka yang sering menggunakan teknologi, yang
menggunakan teknologi untuk informasi politik untuk memenuhi kewajiban mereka sebagai
warga negara, dan yang menggunakan teknologi di tempat kerja untuk keuntungan ekonomi.
Dengan demikian apa yang disebut partisipasi politik online mencakup diskusi politik melalui

6
email grup, dan posting komentar di Blog. Sementar itu, bentuk-bentuk sosial media lain,
seperti facebook ataupun twitter dinilai juga menjadi sara partisipasi politik online, ketika
media ini digunakan untuk memberikan informasi politik, atau setidaknya mengandung
informasi politik.

Partisipasi melalui memang berbeda dalam banyak hal dengan partisipasi yang
dilakukan melalu media-media tradisional. Salah satunya adalah melalui internet Individu
dapat membangun hubungan yang lebih aktif dan signifikan terhadap lembaga-lembaga
resmi, dan pada akhirnya mereka merasa diberdayakan untuk mengekspresikan pendapat
mmereka secara lebih terbuka dan bebas. Pada saat yang sama, sebagaimana dikatakan
Homero Gil de Zúñiga, dkk, internet juga dapat membawa elit politik dan masyarakat lebih
dekat bersama-sama, sehingga lebih mudah untuk mengekspresikan pandangan kepada para
pejabat terpilih maupun kepada jurnalis.

kemudahan komunikasi di Internet yang paling penting adalah menurunkan biaya


partisipasi online. Dengan kemudahan-kemudahan tersebut setiap warga bisa dengan mudah
untuk terlibat aktif dalam partisipasi online, mengirim e-mail ke seorang politikus ataupun
menandatangani petisi online, dengan harapan bahwa pesan-pesan politik mereka akan
sampai untuk bisa merubah keputusan-keputusan yang terkait dengan kebijakan publik.
Dengan kemudahan ini juga setiap orang dapat membuat pesan politik dan mempostingnya
ke YouTube, kadang-kadang menghasilkan penonton hingga jutaan. Hal-hal inilah yang tidak
bisa dilakukan ketika orang hendak melakukan partisipasi politik melalui media tradisional,
seperti televisi, radio, ataupun media cetak.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partisipasi politik secara umum diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam


kegiatan politik, dimana masyarakat ikut terlibat dalam pengambilan keputusan. Sementara
itu partisipasi politik menurut (Sitepu, 2012) adalah suatu kegiatan dari warga negara baik
secara langsung maupun tidak langsung (tidak sengaja) terkait dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah dapat dilakukan oleh individu-individu maupun kelompok secara spontan
maupun dimobilisasi.

Huntington dan Nelson dalam Priambodo (2000) membedakan bentuk-bentuk partisipasi


politik dalam kategori sebagai berikut: Electoral Activity, lobbying, Organizational activity,
Contacting dan violence.

Media baru, dengan sifatnya yang terbuka dan interaktif, merupakan bentuk baru dari
partisipasi politik. Internet bahkan memiliki potensi untuk meningkatkan partisipasi yang
lebih besar dalam mayarakat demokratis. Teknologi informasi (ICT) memiliki banyak aspek
yang disebut sebagai “positive externalities”, yaitu manfaat sosial “sampingan” yang didapat
oleh individu yang menggunakan teknologi. Dan ini dapat mendorong terjadinya partisipasi
politik jika informasi yang tersedia secara online membantu warga mendapatkan lebih
banyak informasi tentang politik dan lebih cenderung untuk berpartisipasi, dan masyarakat
mendapatkan keuntungan dari partisipasi deliberatif yang lebih luas dalam proses demokrasi.

3.1 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu harapannya kepada para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun mengenai makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai