Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH WEBINAR

“Peran Komunikasi dalam Dunia Politik”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
AURORA ZAHRANI(2001135059)

ERMA SAPRITA (2001113468)

SAHRUL QURNIAWAN (2001113575)

YOREN FRISYA(2001113447)

ZULKIFLI (2001113663)

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran Komunikasi dalam Dunia
Politik” tepat waktu.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hubungan ilmu politik dan komunikasi bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rannuh, selaku dosen pembimbing
webinar  yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 25 Oktober 2020

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................5
C. TUJUAN..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. PERAN KOMUNIKASI DALAM DEMOKRASI POLITIK.................................6
B. PELAKU KOMUNIKASI DALAM DUNIA POLITIK.........................................8
C. PERAN MEDIA DALAM KOMUNIKASI POLITIK...........................................9
D. DAMPAK BUZZER DAN HOAX DALAM DUNIA POLITIK.........................10
E. PENGARUH KOMUNIKASI POLITIK TERHADAP PERILAKU
MASYARAKAT...................................................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................18
A. KESIMPULAN .....................................................................................................18
B. SARAN..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan alat dalam menyampaikan pesan antar manusia satu pada
manusia lainnya. Dalam komunikasi biasanya penerima pesan mencoba untuk menafsirkan apa
yang disampaikan oleh penyampai pesan. Adakalanya pesan itu disampaikan melalui kata-kata
atau bahasa tubuh hingga akhirnya pesan itu bisa mempengaruhi sikap dan tindakan sang
penerima pesan. Komunikasi bisa masuk ke dalam ranah manapun, termasuk dalam bidang
politik sekalipun.Sejumlah ilmuwan komunikasi menyebutkan bahwa komunikasi juga
mencakupi politik.Maka begitupun sebaliknya, ilmuwan politik memandang bahwa
sesungguhnya politik meliputi komunikasi. Hal ini dikarenakan banyak definisi komunikasi yang
telah ternoda oleh politik atau mengandung makna politik. 1 Hal ini bisa dipahami karena politik
dan komunikasi mempunyai sifat yang sama yaitu bersifat serba hadir,multimakna dan
multidefinisi.

Secara harfiah, komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin communicatio


yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian, pertukaran pendapat dan ikut mengambil bagian.
Kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau bersama-sama.Kata kerjanya communicare
artinya berdialog, berunding atau bermusyawarah. Definisi komunikasi secara sederhana
mengacu pada pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan atau saling berbagi informasi,
gagasan dan sikap.1 Sementara definisi politik mengacu pada pendapat Deliar Noer, 2 sebagai
aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk
mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.3

Berita politik merupakan sajian utama dari berbagai media pers nasional saat ini.Dan
seiring iklim kebebasan yang telah terjadu disetiap segi kehidupan bangsa Indonesia, maka tidak
aneh apabila kehadiran informasi politik menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh
masyarakat.Komunikasi dan politik merupakan suatu disiplin ilmu yang saling berkaitan
sehingga menjadi satu disiplin ilmu.‘Politik adalah komunikasi’ karena sebagian besar kegiatan
politik dilakukan dengan pembicaraan sebagai salah satu bentuk komunikasi.Sebaliknya
‘komunikasi adalah politik’ karena hampir semua komunikasi bertujuan mempengaruhi sebagai
salah satu dimensi politik.Justru itu dapat dirumuskan bahwa komunikasi politik adalah
“pembicaraan yang bertujuan mempengaruhi dalam kehidupan bernegara”.

Salah satu alat dari komunikasi tersebut adalah media.Media memiliki potensi
mentransfer dan mengekspos informasi politik bagi pembentukan opini publik.Keikutsertaan
media dalam membentuk opini publik merupakan upaya membangun sikap dan tindakan

1
Anwar Ibrahim, Komunikasi Politik : Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi dan Komunikasi
Politik Indonesia (Yogjakarta : Graha Ilmu,2011) hal 6.
2
Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Rajawali, 1983) hal 6.

4
khalayak mengenai sebuah masalah politik atau aktor politik. Media menyampaikan
pembicaraan-pembicaraan politik kepada khalayak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu komunikasi dalam demokrasi?


2. Siapa saja pelaku komunikasi dalam dunia politik?
3. Bagaimana peran media dalam komunikasi politik?
4. Apa dampak buzzer dan isu-isu palsu dalam dunia politik?
5. Bagaimana pengaruh komunikasi politik terhadap perilaku masyarakat?

C. Tujuan Pembahasan

Makalah ini dususun dengan tujuan :

1. Mengetahui peran komunikasi dalam kehidupan politik.


2. Mengetahui apa itu komunikasi dalam demokrasi.
3. Mengetahui pelaku komunikasi dalam dunia politik.
4. Mengetahui dampak buzzer dan HOAX dalam dunia politik.
5. Mengetahui pengaruh komunikasi politik terhadap perilaku masyarakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Komunikasi dalam Demokrasi Politik

Banyak pertanyaan yang dapat dikemukakan mengenai kaitan komunikasi dengan


demokrasi.Namun, satu hal yang sudah pasti bahwa terdapat pengandaian komunikasi
menentukan arah demokrasi. Hal ini disebabkan bahwa komunikasi yang berjalan secara terbuka
dapat mempercepat proses demokratisasi. Komunikasi dalam domain persoalan ini dapat
didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator (sender) kepada komunikan
(receiver). Pertanyaannya siapakah yang berkedudukan sebagai komunikator dan komunikan
dalam ranah demokrasi?Tentu saja, jawaban terhadap hal itu sangat tergantung pada model
demokrasi yang dijalankan.Apabila demokrasi yang diterapkan lebih banyak memberikan
peluang bagi para pemimpin politik (pejabat negara atau pemimpin partai politik) untuk bersikap
instruktif, maka yang bertindak sebagai komunikator adalah kalangan elite politik belaka.Dalam
relasi yang demikian ini, rakyat tidak lebih berperan sebagai komunikan yang pasif.Rakyat
sekadar menjadi pendengar yang hanya boleh menerima pesan-pesan politik, namun tidak
mampu menyampaikan umpan balik (feedback).

1. Bentuk Komunikasi Politik

Komunikasi menjadi soal krusial bukan saja bagi kaum teoritisi demokrasi yang memiliki
perhatian terhadap perkembangan wacana (perdebatan) publik dan keadaan demokrasi,
melainkan juga bagi pihak-pihak yang bersifat pragmatis (para pengguna komunikasi), yakni
partai-partai politik dan kalangan politisi. Bagi pihak-pihak yang termasuk dalam golongan
pragmatis ini, komunikasi yang efektif dengan para pemilih, terutama para pemilih yang masih
akan mengubah pendiriannya (swing voters), merupakan kunci untuk meraih kemenangan.
Komunikasi terbaik pasti akan mereka jalankan. Dalam sistem politik yang dimediasikan (artinya
secara intensif dan eksesif melibatkan media massa),mampu membayar bentuk-bentuk
komunikasi yan dianggap sangat menguntungkan, misalnya melalui pemasangan iklan di media
massa.

(Lukmantoro, 2008) menegaskan, “Mesin-mesin pencitraan pun pasti tanpa henti


dimainkan.” Iklan-iklan politik terus-menerus memenuhi ruang-ruang kesadaran sosial,

6
bahkan dengan menonjolkan watak narsisisme (cinta diri secara berlebihan) sekalipun.
Seakan-akan para pemain politik tidak lagi merasakan malu untuk “menjual diri” di hadapan
masyarakat. Iklan-iklan politik tidak sekadar berperan sebagai topeng politik, melainkan juga
bahwa iklan-iklan itu dianggap sebagai pembenar bahwa mekanisme inilah yang harus ditempuh
dalam suasana demokrasi yang sedemikian kompetitif.

Komunikasi politik bukan lagi diperantarai oleh pemberitaan-pemberitaan media,


melainkan komunikasi politik sangat rentan untuk dimanipulasi oleh iklan-iklan politik
yang ditayangkan oleh media massa. Bukankah iklan- iklan yang baik, terlebih dalam arena
perpolitikan, adalah pesan-pesan komunikasi yang mampu mengelabui? Tentu saja, pertanyaan
itu adalah sebentuk sinisme yang seringkali telah dikemukakan banyak orang.

2. Prasyarat Demokrasi Dan Pentingnya Komunikasi

Model demokrasi manakah yang sekarang ini terjadi dalam perpolitikan kita?Harus dikatakan
secara terbuka bahwa kita berada dalam “jebakan” model demokrasi minimalis.Semua persoalan
politik diserahkan kepada mekanisme pasar.Partai-partai politik berperan layaknya pada
pedagang yang menawarkan aneka ragam komoditas politik, sementara itu rakyat ditempatkan
sebagai pembeli yang hanya mampu beraksi ketika hari pemilihan umum terjadi. Kenyataan
seperti ini juga terjadi dalam domain komunikasi ketika media massa diatur sepenuhnya oleh
mekanisme penawaran-permintaan yang secara totaliter dikendalikan pasar. Komunikasi yang
terjadi pun tidak sehat karena kalangan elite politik lebih banyak menggunakan media massa
sebagai mesin propaganda, dan bukan sebagai saranadialog yang bermakna dan terbuka.
Komunikasi pada model demokrasi kita yang berlangsung pada saat ini lebih banyak menyajikan
manipulasi simbolik ketimbang memberikan perhatian pada persoalan-persoalan publik.

Dalam situasi semacam ini diperlukan langkah yang tegas untuk memperkuat komunitas
politik yang dapat ditentukan dalam empat dimensi, yakni keanggotaan, komunikasi, agregasi
kepentingan, dan budaya Boleh dikatakan keempat dimensi ini menjadi prasyarat demokrasi
yang sehat.Keanggotaan adalah siapa yang diperbolehkan memberikan suara, terutama dalam
ajang pemilihan umum.Komunikasi merujuk pada komunitas komunikasi karena demokrasi
merupakan bentuk komunikasi yang intensif terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang
bersifat kolektif. Komunikasi dalam kaitan ini dipandang sebagai kemampuan para anggota
komunitas dalam menerima informasi yang sehat (misalnya tentang persoalan-persoalan publik),

7
mentransmisikan pesan-pesan atau informasi (misalnya mengekspresikan pemikiran dan
pendapat rakyat), dan secara kolektif memproses informasi (misalnya saja rakyat terlibat dalam
diskusi dan proses-proses deliberatif). Komunikasi di sini mengandaikan adanya bahasa
bersama, media yang tersebar luas, dan forum- forum yang dapat diakses oleh rakyat. Agregasi
kepentingan adalah keterlibatan partai politik dalam mendidik para pemilih, memformulasikan
pandangan – pandangan kolektif , dan mengagresikan kepentingan dari sejumlah individu.

Sedangkan dimensi kultural dapat merujuk pada identitas kolektif yang memainkan peran
penting dalam demokrasi.Dalam lingkup ini bukan berarti identitas mayoritas diperbolehkan
untuk menyingkirkan identitas kelompok minoritas.Dengan demikian, terciptanya jalinan
kepercayaan (mutual trust), solidaritas, dan rasa hormat terhadap pihak-pihak lain harus
diwujudkan untuk mengambil keputusan politik secara efektif.

B. Pelaku Komunikasi dalam Dunia Politik

Komunikasi Politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor


politik yang biasanya disebut dengan komunikan atau komunikator. Komunikator dalam proses
Komunikasi politik memainkan peran sebagai pembentuk opini publik. Sedangkan pesan adalah
pembicaraan-pembicaraan sebagai proses negosiasi yang bertujuan membentuk pengertian
bersama antara berbagai pihak tentang bagaimana sikap seharusnya yang harus diperankan setiap
pihak dan bagaimana bertindak terhadap sesamanya. Pelaku Komunikasi dalam dunia politik
(komunikan politik) adalah mereka yang dapat memberi informasi dan pendapat tentang hal-hal
yang mengandung makna mengenai politik.Misalnya presiden, menteri, anggota DPR, politisi,
masyarakat, dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat (influencer) yang bisa
mempengaruhi jalannya pemerintahan.

Berikut merupakan para pelaku komunikasi dalam dunia politik :

 Presiden, Mentri, DPR, dan Jajaran Lainnya

Komunikator ini mempunyai peran untuk mendengarkan informasi, meyakinkan informasi,


serta memberitahukan informasi melalui media berita kepada masyarakat umum atau
komunikan.Contohnya adalah mengadakan siaran pers melalui berbagai media dan mengadakan
sidang paripurna.

 Influencer atau Public Figur

8
Influencer adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain karena
kapasitas yang dimilikinya. Kapasitas yang dimaksud dapat berupa otoritas, pengetahuan, posisi,
atau hubungan dengan audiens. Influencer juga dapat diartikan sebagai seorang yang dapat
mengubah cara berfikir maupun cara bertindak orang lain. Perubahan ini dapat terjadi pada setiap
aspek kehidupan orang tersebut, termasuk juga pemikiran mengenai dunia politik. Contoh
influencer yang aktif membahas politik ialah Dr. Tirta, Awkarin, Bintang Emon, Ernest Prakasa,
Tretan Muslim, Coki Pardede, dll.

 Masyarakat

Hubungan masyarakat dengan politik sangatlah dekat, tidak dapat dipisahkan. Dikarenakan
masyarakat adalah sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok sedangkan politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.

Masyarakat akan selalu menggunakan politik mereka sebagai suatu kendaraan menuju apa
yang mereka inginkan, baik dalam hal yang berkaitan langsung dengan pemerintahan maupun
hanya sebatas lingkungan sosial masyarakat itu sendiri. Sehingga perlulah masyarakat untuk
diberi pendidikan tentang dasar dasar ilmu politik, agar mereka dapat berpolitik dengan baik dan
benar.Dan dapat memberikan dampak atau hasil yang baik bagi pemerintah ataupun lingkungan
sosial dimana masyarakat itu berpolitik.

C. Peran Media dalam Komunikasi Politik

Perkembangan komunikasi terus berkembang mengikuti perkembangam pola pikir manusia.


Proses komunikasi tidak lagi berada dalam tahap melukiskan perasaan yang berputar pada
lingkup yang berskala kecil dan terbatas, tetapi telah membawa manusia untuk berorientasi ke
arah skala yang lebih luas dan lebih kompleks. Betapa penting peran dan fungsi komunikasi yang
selalu berdampingan dengan manusia dalam segala bidang kehidupan, sehingga mulai dirasakan
perlunya pengelolaan secara bijak dan terpola terhadap semua aspek yang dimiliki
komunikasi.Secara umum fungsi komuniksi politik pada hakekatnya sebagai jembatan
penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang
lingkup negara. Komuniksi ini bersifat timbal balik atau dalam pengertian lain saling merespon
sehingga adanya saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan

9
rakyat. Secara umum, maka fungsi komuniksi politik pada hakekatnya sebagai jembatan
penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang
lingkup negara. Menurut Gabriel Almond,3 semua bentuk interaksi manusia melibatkan
komunikasi. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah ikut mempengaruhi
struktur komunikasi dalam masyarakat.

Dalam pembangunan opini publik, media massa merupakan salah satu media yang sangat
strategis. Contohnya saja pemerintah dan para pejabat kantor sangat tergantung pada atensi
media, meskipun kekuatan mereka sendiri untuk mengendalikan peristiwa dan untuk membuat
tuntutan atas akses yang mereka berikan merupakan keuntungan yang merupakan aksi
pencegahan. Contohnya saja pada saat para politisi melakukan kampanye, media massa baik
cetak maupun elektronik merupakan salah satu untuk salauran kampanye. Apalagi dengan arus
teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk mempengaruhi
pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu.

Hal itu salah satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang memiliki televisi
maupun radio, bahkan sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet. Oleh karena itu
banyak Partai maupun calon yang akan berkompetisi di Pemilu menggunakan sarana atau saluran
kampanye melalui media elektronik khususnya televise, sehingga semua masyarakat dapat
melihat dan mendengar kampanye tersebut lewat media massa yang ada dan dapat menilai mana
calon wakil rakyak yang pantas dipilih dan tidak,untuk mewakili rakyat. Di dalam kontestasi
politik yang semakin memanas, peran Media di Indonesia cukuplah vital dalam membentuk
opini publik dan saling curi pengaruh. Sehingga tidak ayal kini media massa di Indonesia juga
tidak bisa lepas dari mesin perpolitikan.

Media-media di Indonesia hanya dikuasai oleh segelintir orang saja yang merupakan
bisnismen perusahaan pers. keadaan seperti ini memang menjadi ciri khas media di Indonesia
yang dia anggapnya unik dan berbeda dari media-media di negara lain. Media dan politik tidak
bisa jauh dan hubunganngannya cukup erat.

D. Dampak Buzzer dan HOAX dalam Dunia Politik

1) Dampak Buzzer dalam Dunia Politik

3
Gabriel A, The Politics of the Developing Areas, (Princeton: Princeton University Press, 1960)
10
Fenomena munculnya buzzer politik perlu mendapatkan perhatian khusus dalam dunia
akademik.Buzzer politik telah menjadi bagian dari pengguna media sosial dan digunakan sebagai
propaganda politik di berbagai negara (Bradshaw & Howard, 2019).4 Dalam konteks Indonesia
Buzzer politik dinilai telah mencederai proses demokrasi, karena konten-kontennya mampu
memecah belah masyarakat. Selain itu, terdapat isu bahwa buzzer pro-pemerintah telah kebal
terhadap jeratan hukum.Dibalik kemampuannya dalam mengamplifikasi pesan secara masif,
buzzer cenderung menyampaikan kampanye politik negatif.Buzzer memiliki peran penting untuk
memfasilitasi elit politik dalam melakukan kampanye.Berdasarkan beberapa gagasan tersebut
maka sudah seharusnya fenomena munculnya industri buzzer tidak hanya dilihat dari perspektif
positivistik yang melihat bahwa mereka adalah dampak dari kemajuan teknologi komunikasi,
namun perlu ada kajian yang membongkar suatu alasan mengapa mereka terus dibiarkan
bertumbuh dan tetap menyuarakan pesan-pesan yang negatif.

Istilah Buzzer sendiri berasal dari ranah pemasaran (marketing) yang awalnya berupa
istilah buzz marketing atau teknik pemasaran barang atau jasa untuk menghasilkan bisnis dengan
pergerakan informasi dari mulut ke mulut. Istilah Buzzer sendiri mulai populer ketika
berkembangnya teknologi media sosial.Dalam ranah media sosial, buzzer tidak hanya bertugas
untuk mengunggah cuitan saja namun menjalankan kampanye kepada follower.Buzzer dianggap
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi karena kemampuanya untuk menjangkau dan
mendistribusikan konten kepada berbagai pengguna media sosial. Tren buzzer mulai hadir di
Indonesia pada tahun 2009 dimana media sosial twitter mulai secara luas diterima dan digunakan
oleh masyarakat. Bahkan hingga saat ini buzzer sendiri adalah suatu industri yang turut bergerak
dengan agensi atau biro komunikasi.Tidak hanya di twitter, berbagai media sosial telah menjadi
lingkup kerja buzzer.Buzzer ini dinilai sebagai implikasi dari tumbuhnya media sosial dan
memiliki peran penting dalam membentuk suatu topik percakapan di media sosial.

Saat ini objek dari promosi buzzer mengalami pergeseran, yang pada awalnya
memasarkan produk komersil dari suatu perusahaan menjadi tokoh publik yang mencalonkan
diri menjadi pemimpin di lembaga pemerintahan.Buzzer bertugas untuk membangun dukungan
rakyat terhadap suatu calon pemimpin yang sedang berkampanye.Kontestasi politik di Indonesia
telah menjadikan media sosial sebagai salah satu media yang memegang peranan penting dalam
menyampaikan kampanye politik.Dalam penelitian ini, buzzer politik adalah akun media sosial

4
Samantha Bradshaw, Philip N Howard, global inventory of organised social media
manipulation Project on Computational Propaganda, (The global disinformation order: 2019)
11
baik yang dikelola individu maupun perusahaan dimana akun tersebut memiliki follower dalam
jumlah banyak dan turut melakukan kampanye politik dengan menyebar berbagai berita hoax
serta ujaran kebencian.

Peran buzzer dalam membangun persepsi publik saat kampanye politik telah menjadi
sorotan dunia.Bradshaw & Howard (2019) telah merilis hasil penelitiannya mengenai
penggunaan buzzer di berbagai negara.Penggunaan buzzer dalam konteks berpolitik sudah
hampir dilakukan pada seluruh belahan dunia.Sebanyak 89% dari 70 negara yang menjadi subjek
penelitiannya menggunakan buzzer untuk menyerang lawan politiknya.Di Indonesia sendiri,
buzzer digunakan oleh politisi dan partai politik dalam membangun opini dan dukungan publik
terhadap suatu calon pemimpin. Kecenderungan buzzer Indonesia adalah membangun topik
menggunakan akun-akun palsu yang dikendalikan baik oleh manusia maupun robot dalam
jumlah besar untuk menciptakan konten yang bersifat minsinformasi dan disinformasi. Biasanya,
pesan yang diproduksi oleh buzzer menyebabkan topik pembicaraannya akan menjadi trending
topic di media sosial.

Dalam konteks Indonesia, buzzer telah digunakan oleh tokoh publik yang berkuasa untuk
melanggengkan kekuasaannya. Regulasi disusun untuk menjadi senjata pertahanan dari
gempuran pencemaran nama baik. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE) dinilai telah menjadi alat pertahanan diri pemerintah dalam melumpuhkan buzzer lawan
politiknya. Bahkan aparat negara dinilai cukup sering menggunakan pasal UU ITE mengenai
pencemaran nama baik. Bila dilihat dari perspektif kritis, kondisi ini tidak dipandang hanya
sebagai dampak dari munculnya media sosial saja, namun ada aktor-aktor yang saling
berhubungan untuk mempertahankan kepentingannya.

2) Dampak HOAX dalam Dunia Politik

Pemanfaatan media sosial saat ini berkembang dengan luar biasa.Media sosial
mengizinkan semua orang untuk dapat bertukar informasi dengan sesama pengguna media
tersebut.Perilaku penggunaan media sosial pada masyarakat Indonesia yang cenderung
konsumtif, membuat informasi yang benar dan salah menjadi bercampur aduk.Keberadaan
internet sebagai media online membuat informasi yang belum terverifikasi benar dan tidaknya
tersebar cepat.Hanya dalam hitungan detik, suatu peristiwa sudah bisa langsung tersebar dan
diakses oleh pengguna internet melalui media sosial.Namun, saat ini banyak orang menggunakan
media sosial untuk menyebarkan kebencian, provokasi dan hoax.
12
Arti hoax adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya.Arti
hoax adalah salah satu tren terburuk yang pernah ada dalam sejarah penggunaan media sosial.
Dalam artikel kali ini, akan dijelaskan secara lengkap mengenai arti hoax, tujuan, ciri-cirinya
yang dihimpun dari berbagai sumber. Pengamat politik dari IndoStrategi, Arif Nurul Imam
menilai hoaks menjadi ancaman dalam membangun demokrasi. Sayangnya hoaks kini menjadi
tren termasuk dalam kontestasi elektoral.

Menurut Arif, hoaks memiliki tiga dampak buruk :

 Dampak yang paling ringan setidaknya akan meminggirkan gagasan-gagasan


subtansial di arena kontestasi politik karena para kontestan maupun pendukung
hanya sibuk memperbincangkan hoaks.Sementara itu, isu-isu publik serta visi-
misi kontestan politik justru tenggelam karena publik terpusat pada isu hoaks.
 Hoaks menjadi ancaman demokrasi karena berita tidak benar bisa memengaruhi
persepsi dan opini publik sehingga berpengaruh terhadap preferensi politik
sehingga salah memilih sosok pemimpin. Akibatnya Pemilu tidak melahirkan
pemimpin yang berkualitas.
 Hoaks juga berdampak terjadinya segregasi sosial sehingga merusak solidaritas
dan etos gotong royong sebagai modal sosial membangun demokrasi. Beberapa
cara selain penegakan hukum, juga mesti ada gerakan melawan hoaks, literasi
politik, dan komitmen para aktor politik untuk tidak memakai hoaks sebagai
strategi politik dalam pemenangan electoral.
Berikut kasus hoax yang ada di dunia politik :

 Perhitungan hasil Quick Count di Metro TV Prabowo menang

Telah beredar postingan di media sosial dan pesan berantai yang menampilkan
tayangan hasil Quick Count hasil Pemilihan Umum 17 April 2019 pada laman berita
Metro TV. Disebutkan bahwa data yang ditampilkan pada tayangan Metro TV hasilnya
memperlihatkan bahwa suara terbanyak ada pada Pasangan Calon nomor urut 02, yaitu
Pasangan Prabowo-Sandi.
Terkait hal tersebut, pihak Metro TV sudah memberikan klarifikasinya melalui web
dan akun Instagram resminya.Pihak Metro TV menyatakan bahwa terjadi kesalahan

13
teknis dalam penayangan grafis data hasil sementara penghitungan cepat Pilpres 2019
pada pukul 15.12 WIB.
Dalam tayangan tersebut terdapat perbedaan data grafis dengan election ticker yang
muncul di layar.
 Di Bekasi Ada 6.000 TPS dan Prabowo Menang
Sebuah akun Twitter @m_mirah, atas nama Mirah Sumirat menulis bahwa
Prabowo-Sandi menang telak di Bekasi. Melalui cuitan yang diunggah pada 17 April
2019, ia menyampaikan kemenangan telak Prabowo-Sandi di Bekasi. “Hasil laporan
anggota di berbagai wilayah Kota Bekasi jumlah TPS ada lebih dari 6000 an dan hampir
lebih dari 70% pasangan 02 menang per tanggal 17 april 2019 pukul. 15.00wib,” begitu
ia tulis di akun Twitternya.
Menurut penelusuran, yang disampaikan oleh akun @m_mirah itu mengandung
informasi yang keliru. Ia mengatakan, jumlah TPS di Bekasi ada lebih dari 6.000-an, tapi
faktanya, dilansir dari akun resmi KPUD Kota Bekasi, total jumlah TPS di Bekasi hanya
3.030 TPS bukan 6.000 TPS.Intinya buzzer dan isu-isu palsu sangat berkaitan, karena
tujuan adanya buzzer dalam dunia politik tidak lain adalah untk menyebarkan isu-isu
palsu yang menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Kita sebagai milenial harus cerdas dalam berkomunikasi denga media sosial dan berikut
adalah langkah yang harus kita ambil agar terhindar dari tipuan buzzer dan isu-isu palsu

 Kembangkan rasa penasaranmu setiap saat, jangan langsung menyebarkan suatu


berita tanpa mengecek kebenarannya

 Berhati-hatilah dengan judul yang provokatif


 Cari tahu keaslian alamat situs laman
 Perhatian keaslian foto
 Periksa keaslian berita dengan mencari tahu asal sumbernya
 Ikut serta dalam grup diskusi antihoax di media sosial
 Segera adukan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika apabila
menemukan berita hoax

E. Pengaruh Komunikasi Politik terhadap Perilaku Masyarakat


14
Komunikasi politik adalah bentuk dari jalannya proses interaksi antar komponen dalam
negara yaitu pemerintah dengan warganya, warga dengan sesama warga dalam bentuk kolektif
maupun individual serta lembaga-lembaga politik seperti partai dan sebagainya. Menurut Gabriel
Almond (1960), Semua fungsi yang dilakukan dalam sistem politik, sosialisasi dan rekrutmen
politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, pembuatan aturan, penerapan aturan, dan
ajudikasi aturan, dilakukan dengan sarana komunikasi. Kemudian menurut Effendy Gazali :
2005), “substansi komunikasi politik ada dua yaitu pencitraan dan fungsi-fungsi informasi. “
Pencitraan mencakup positioning dan memori, sedangkan fungsi-fungsi informasi berguna
mengurangi ketidakpastian demi kepentingan publik dan berupaya memprediksi, merencanakan,
serta menjelaskan komunikasi strategis yang dilakukan secara terukur.

Menurut Anwar Arifin, opini publik adalah pendapat yang sama dan dinyatakan oleh banyak
orang, yang diperoleh melalui diskusi intensif sebagai jawaban atas pertanyaan dan
permasalahan yang menyangkut kepentingan umum. Permasalahan itu tersebar luas melalui
media massa. Opini publik pada dasarnya adalah pendapat rata-rata individu dalam masyarakat
sebagai hasil diskusi yang telah disebutkan tadi, untuk memecahkan sebuah persoalan, terutama
yang beredar di media massa. “Oleh sebab itu, opini publik hanya akan terbentuk jika ada isu
yang dikembangkan oleh media massa” (Arifin, 2011: 193).

Publik itu sendiri adalah kumpulan orang-orang yang memiliki minat dan kepentingan yang
sama dengan suatu isu. Publik tidak sama dengan umum, karena publik di tandai leh adanya
suatu isu yang dihadapi dan dibincangkan oleh kelompok kepentingan yang dimaksud, yang
menghasilkan terbentuknya opini mengenai isu tersebut. Istilah publik bersifat kontroversial dan
di dalamnya terdapat proses diskusi.

Komunikasi politik berkaitan dengan pembicaraan politik yang berlangsung dalam kerangka

konflik dan konsensus.Perbedaan opini yang ada dalam publik diproses melalui diskusi-diskusi

untuk mencapai kesepakatan. “Dalam hal ini, berlaku proses komunikasi politik yang bersifat

antar-personal dalam kelompok” (Riswandi, 2009: 88). Opini yang telah dinyatakan menjadi

actual public opinion, karenanya konsensus publik yang telah mengalami proses komunikasi

disebut opini, sedangkan pemikiran atau konsensus dalam publik yang belum dinyatakan secara

umum dan terbuka, masih merupakan sikap (attitude). Pandangan tersebut sesuai dengan

15
perspektif komunikasi politik yang berlangsung dalam proses komunikasi massa, yang pesannya

bersifat umum dan aktual. “Dalam hal ini, opini publik adalah yang dinyatakan (eksternal), atau

yang telah dibuat untuk umum, atau diketahui orang banyak yang mencakup public” (Tabroni,

2012: 88-89).

Menurut Josep Ernst dalam McNair (2015),5 “ruang publik adalah ruang diskursif khas yang
di dalamnya individu-individu berkumpul agar bisa memainkan peran sebagai kekuatan
politik yang handal.Ini merupakan ranah politik borjuis yang meluas, dari yang dulunya
elitis menuju mayoritas absolut masyarakat dalam masyarakat demokrasi modern.”

Berkenaan dengan peran komunikasi politik dalam proses pembentukan opini publik, berikut
adalah beberapa unsur yang terkandung dalam suatu opini publik. Pertama, memungkinkan
terjadinya pro dan kontra, terutama sebelum tercapainya suatu konsensus.Kedua, melibatkan
lebih dari seorang, atau dalam istilah Hennessy disebut ukuran publik.Ketiga, dinyatakan, yakni
opini yang dikomunikasikan secara terbuka dan keempat, memungkinkan atau mengundang
adanya tanggapan.Selain itu, pembentukan pendapat umum juga ikut dipengaruhi oleh jarak
geografis, pengetahuan, dan sikap khalayak. “Karena itu, seseorang atau sekelompok orang yang
bermaksud membangun opini publik, selayaknya mengetahui kondisi khalayak yang sebenarnya,
serta perlu mengupayakan agar sikap khalayak yang bersangkutan dapat menguntungkan”
(Susanto, 1985: 45).

Saluran yang paling ampuh dalam membentuk opini publik lewat komunikasi politik adalah
media massa, atau lebih khususnya adalah media televisi. Hal ini karena opini publik mempunyai
kekuatan dalam mengubah sistem politik yang ada, yaitu dengan upaya membangunkan sikap
dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik dan atau aktor politik.Dalam kerangka
ini, media menyampaikan pembicaraan-pembicaraan politik kepada khalayak. “Bentuk
pembicaraan politik tersebut dalam media massa, antara lain berupa teks atau berita politik, yang
di mana di dalamnya terdapat simbol-simbol dan fakta-fakta politik” (Suwardi, 2004: 9).

5
McNair, Brian, Pengantar Komunikasi Politik, (Bandung: Nusa Media, 2015)

16
Dari penjabaran di atas dapat dilihat bahwa relasi antara komunikasi politik dengan opini
publik erat kaitannya dan saling mempengaruhi satu sama lain dan dapat berdampak pada prilaku
masyarakat. Karena dalam keilmuan, komunikasi politik sangat berperan dalam pembentukan
sebuah opini publik.Opini publik adalah hasil dari kegiatan komunikasi politik itu sendiri. Dalam
komunikasi politik yang dilakukan pemerintah akan berakibat pada opini publik yang
berkembang di masyarakat terkait pada komunikasi politik yang telah dijalankan oleh
pemerintah. Dan opini public tercipta karena perubahan prilaku yang berkembang di kalangan
masyarakat akan mempengaruhi pula strategi penggunaan komunikasi politik oleh komunikator
politik itu sendiri.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi politik adalah fungsi penting dalam sistem politik. Pada setiap proses politik,
komunikasi politik menempati posisi yang strategis. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan
sebagai “urat nadi” proses politik. Politik merupakan sebuah proses panjang yang mempunyai
tujuan yang ingin dicapai, begitupula sebuah komunikasi adalah sebuah proses pertukaran
informasi yang mempunyai efek balik, dan komunikasi politik menjadi sangat penting untuk
dikaji karena merupakan sebuah komunikasi yang mempunyai tujuan politik dengan kata lain
komunikasi politik merupakan proses komunikasi yang dapat atau berpotensi mengontrol
manusia untuk melakukan sesuatu di bawah kondisi yang di inginkan oleh komunikator dan
sebuah strategi komunikasi politik dibutuhkan sebagai cara penyampaian pesan agar efektif dan
efisien.

Komunikator dalam proses Komunikasi politik memainkan peran sebagai pembentuk


opini publik. Sedangkan pesan adalah pembicaraan-pembicaraan sebagai proses negosiasi yang
bertujuan membentuk pengertian bersama antara berbagai pihak tentang bagaimana sikap
seharusnya yang harus diperankan setiap pihak dan bagaimana bertindak terhadap sesamanya.

B. Saran

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan kami selaku penulis.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan mengenai makalah diatas sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Indrawan,RMJ. 2017.Dampak Komunikasi Politik dan Opini Publik Terhadap Prilaku


Masyarakat.Jurnal ilmiah ilmu komunikasi. 16(2):172-173

Wahdaniyah,SR. 2019.Dampak Komunikasi Politik dan Opini Publik Terhadap Prilaku


Masyarakat.Jurnal ilmiah ilmu komunikas. 15(1):34-35

Zulfikar,MF. 2019.Peran Media dalam Perpolitikan Indonesia.


https://um.ac.id/berita/peran-media-dalam-perpolitikan-indonesia/

Rambu, NK. 2015 Okt 21.peran media massa dalam komunikasi politik.
https://www.kompasiana.com/nielsye/peran-media-massa-dalam-komunikasi-
politik_56279822c323bd290ec33039, 2020 okt 23, 19.08

Syobah, N. 2012.Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik.Jurnal ilmiah ilmu komunikasi.
15(1):15-16, 22
Lukmantoro, T. 2012. Peran Komunikasi dalam Demokrasi.Jurnal ilmiah ilmu komunikasi.40(1):53-55
Susanto, EH. 2013. Komunikasi Politik Pesan, Kepemipinan dan Khalayak. Jakarta: MItra
wacana media

Pureklolon, T.P., 2016. Komunikasi Politik. Gramedia Pustaka Utama.lart

Ma’ruf, A. 2020 Sep 08. Menempatkan "Influencer" dalam Sistem Politik Era
Digital.https://news.detik.com/kolom/d-5164350/menempatkan-influencer-dalam-sistem-politik-
era-digital. 2020 Okt 28, 16.37

Anugrah, P. 2019 Okt 28. Influencer dan buzzer: Bagaimana Generasi Z memakai media sosial
untuk gerakan sosial dan politik. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50204476. 2020 Okt
23, 20.03

19
20

Anda mungkin juga menyukai