BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat tak lepas dari peran penyebaran informasi.Masa
sekarang pun disebut sebagai era informasi oleh karena begitu banyaknyaarus informasi
yang memberondong ke masyarakat, sekaligus kepentingan besar masyarakat untuk
mendapatkannya. Perikehidupan, perilaku, sikap dan kecenderungan manusia pada
akhirnya ditentukan oleh informasi yang sampaikepadanya. Penyebaran informasi ini tidak
lepas dari peran pers, jurnalis dan media massa. Dari berbagai aktivitas pers dan
jurnalistik, dirumuskan 4 fungsi dan tanggungjawab pers, yakni informasi, edukasi,
intertainment dan kontrol sosial. Dalam perspektif politik, kontrol sosial dimaksudkan adalah
untuk mengawasi perilaku sosial dan politik masyarakat terutama pihak kekuasaan (wacth
dog), Transparansi akuntabilitas publik bagi para pejabat dan media bagi
pendapat rakyat. Itu sebabnya Pers termasuk salah satu dari 4 pilar demokrasi (the
fourth estate): eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers (Muhtadi, 1999:48). Gambaran di atas
menunjukkan citra ideal pers, yaitu sebagai bagian upaya membangun masyarakat
kewargaan (civil society/masyarakat madani) melalui konsep ruang publik (public sphere),
di mana ruang bagi semua individu warga negara bisa melibatkan diri dalam berbagai
diskursus tentang berbagai
masalah bersama dalam kerangka pencapaian konsensus di antara mereka sendiri
maupun untuk mengontrol negara dan pasar. Dengan ini media massa berfungsi memasok
dan menyebarkan informasi yang diperlukan dalam penentuan sikap, dan menfasilitasi
pembentukan opini publik dengan menempatkan dirinya sebagai wadah independen di
mana isu-isu bersama dapat diperdebatkan. Oleh karena itu pers senantiasa dituntut untuk
bertindak independen dan obyektif, yang ini ditunjukkan melalui kode etik jurnalistik
(Sudibyo, 1999:6).2
Dalam perkembangan pers dan media massa di Indonesia, selama kekuasaan Orde
Baru fungsi dan perannya mengalami keterbelengguan oleh represi negara. Baru setelah
era reformasi pers Indonesia mendapatkan kemerdekaannya untuk dapat memungkinkan
dirinya menjadi public sphere tersebut. Namun setelah kebebasannya ini, kita malah
sering mendengar keluhan dari publik tentang media massa yang bertindak tidak obyektif,
sepihak, mengingkari cover both side, menimbulkan bias, dan sebagainya sebagai mana
yang ditetapkan dalam kode etika jurnalistik (Dharma, 2003: iii). Perkembangan Pers
Indonesia dewasa ini menunjukkan adanya gejala yang paradoks antara cita idealnya
dengan fakta di lapangan. Munculnya pelanggaran-pelanggaran etika jurnalistik di
antaranya yang cukup marak adalah kasus wartawan bodrek (amplop), penyiaran
pornografi dan sadisme, dan kasus libel (pencemaran nama baik). Tuduhan-tuduhan pers
yang “njomplang”, tidak obyektif, “ahlul fitnah wal jamaah”, memplintir (spinning of words),
dan sebagainya. Fenomena yang lain adalah munculnya budaya populer yang secara cepat
mempengaruhi masyarakat sedemikian rupa sehingga muncul ekses negatif dari itu adalah
sikap hedonis, permisif dan sebagainya. Proses dari sebuah peristiwa menjadi berita tidak
terjadi begitu saja, melainkan melewati konstruksi dan interpretasi. Berita bukanlah
peristiwa itu sendiri, melainkan upaya rekonstruksi kerangka inti dari peristiwa yang
disesuaikan dengan kerangka acuan agar peristiwa itu memiliki arti penting bagi pembaca.
Itu sebabnya dalam kenyataannya sering kali kita disuguhi oleh pemberitaan yang
beraneka warna dari suatu peristiwa, di mana sebuah media menonjolkan satu sisi,
sementara media yang lain meminimalisir, bahkan menutupi. Dalam pemberitaan apa saja,
termasuk politik, berita tidak bisa lepas dari bias-bias ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan interest (Eriyanto, 2002:2).
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Media
Secara etimologis, kata media berasal dari bahasa latin meius dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Sedangkan madoe, yang artinya pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Sedangkan secara terminology, menurut para ahli diantaranya :
a. menurut Berlach dan Ely ( 1971 ) mengemukakan bahwa media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali
informasi visual atau herbal.
b. Menurut Heinich, dkk ( 1985 ), media pembelajaran adalah media-media yang membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-
maksud pembelajaran.
c. Martin dan Briggs ( 1986 ) mengatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua
sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si – belajar. hal ini bisa
berupa perangkat keras an perangkat lunak yang digunakan paada pernagkat keras.
d. Menurut Hamalik ( 1994 ), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di
gunakan untuk menyalurkan pesan ( bahan pembelajaran ), sehingga apat merangsang
perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
e. Menurut Smaldino, dkk ( 2011 ), kata media berasal ari bahasa latin medium ( antara ),
istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber an
sebuah penerima. Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, perekayasa
( manipulative ) benda- benda, dan orang-orang.
Jadi media pembelajaran aalah semua sumber yang dapat di gunakn dalam
menyampaikan pesan, merangsang pikiran, minat, perhatian dan perasaan anak didik
sehingga pendidik dapat mendorong anak didik agar mendapat pembelajaran, sehingga
tujuan pembelajaran ( perubahan perilaku atau kompetensi ) dapat tercapai.
B. Perkembangan Media Dari Masa ke Masa
Pada zaman Romawi kuno sekitar 60 SM muncul media untuk pernyataan umum
yang dikenal dengan nama Acta Senatus atau Acta Diurna Populi Romawi. Acta Diurna ini
terbit setiap hari yang isinya memuat pengumuman dari Kaisar Roma dan berita – berita
kegiatan kekaisaran lainya yang ditempel atau di pasang di pusat kota yang disebut Forum
Romanum. Dikenal juga orang yang menjual jasa untuk mencatat isi beritanya disebut
dengan Actuari. Semakin lama jumlah Actuari semakin banyak sehingga berita dibacakan
setiap pagi selama dua jam oleh pegawai istana. Perkembangan selanjutnya ditulis dan
ditempel di Forum Romanum. Acta Diurnaditerbitkan oleh Julius Caesar pada tahun 59 SM
dan bertahan 4 abad sampai runtuhnya kekaisaran Roma pada tahun 476 M. Dizaman
kekaisaran Augustus cara penyampaian berita banyak diperbaiki, yaitu dengan cara
beranting. Para pakar menyebut masa sebelum Acta Diurnasebagai Masa Prajunalis dan
masa setelah Acta Diurna sebagai Masa Jurnalis.
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahapan proses komunikasi
manusia sangat berbeda dalam kurun waktu tertentu. Jika pada media cetak awal, manusia
menggunaikan media cetak untuk membuat alkitab. Dengan menggunakan alat bantu
media cetak, mereka dapat membuat alkitab sebanyak-banyaknya. Pada media elektronik
manusia sudah beralih ke modernisasi. Dimana teknologi media cetak yang dulu pernah
ada telah dikembangkan menjadi teknologi yang lebih modern dengan alat-alat yang
semakin canggih. Tentu saja hal itu juga berpengaruh pada kehidupan manusia di masa
yang akan datang. Setelah itu munculah majalah, Koran, tabloid, yang memudahkan
manusia untuk memperoleh informasi secara luas dan mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Teknologi media cetak ini termasuk teknologi komunikasi yang berkembang
pesat di dunia, terutama di Negara Indonesia.
Menurut sejarah, seorang ahli dari Jerman, Pemilik nama lengkap Johannes
Gutenberg ini menemukan mesin cetak yang akhirnya digunakan untuk mencetak bible
(Kitab Suci). Ini terjadi pada tahun 1453. Sebelumnya Gutenberg menulis secara manual,
kitab-kitab suci tersebut. Namun dengan bantuan mesin cetak, kitab suci yang dihasilkan
jauh lebih banyak. Sebelum ada revolusi Gutenberg, buku-buku di Eropa disalin dengan
menggunakan Manu Script. Selain memakan waktu yang lama, harga buku-buku tersebut
tergolong mahal dan hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang mampu. Dengan
ditemukannya mesin cetak, perkembangan ilmu dan pengetahuan waktu itu semakin pesat,
bahkan tidak hanya untuk bangsa Eropa saja tetapi juga sampai ke Timur Tengah. Melalui
buku-buku yang dicetak pada waktu itu, minat baca masyarakat menjadi tinggi. Kitab Suci
yang awalnya ditulis manual oleh Gutenberg saat itu juga dicetak dengan bahasa lain, tidak
hanya bahasa latin. Ini yang akhirnya membuat gerakan kaum protestan.
Salah satu bentuk hasil dari media cetak adalah surat kabar. Surat kabar
penerbitannya ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah
yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Surat kabar
awalnya berkembang di Eropa, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Tahun 1702
muncul Daily Courant lalu Revue pada tahun 1704. Sedangkan di Amerika, surat kabar
baru terbit setelah beberapa tahun Amerika mencapai kemerdekaannya (1776). Namun
pada awalnya, surat kabar hanya diperuntukkan bagi kaum elit dan terpelajar. Secara fisik,
bentuk koran pada saat itu masih sangat sederhana dan menggunakan biaya yang sangat
murah, tetapi jangkauannya meluas. Pada tahun 1830, surat kabar sudah mewabah di New
York. Ini adalah saat kejayaan surat kabar yang akhirnya mewabah ke seluruh pelosok
dunia
Kegiatan percetakan semakin berkembang setelah perang dunia II, baik media
konvensional tradisional dan media internet yang secara lambat berkembang. Kemudian
industri ini semakin berkembang, beberapa diantaranya melakukan konsolidasi dan
beberapa yang lain semakin kuat dengan proliferasi dan persaingan mereka yang semakin
tersegmentasi. Hal ini selaras dengan perkembangan buku. Sejarah tersebut menyebutkan
mengenai sebuah lingkaran berkelanjutan dari inovasi teknologi, dalam bentuk apapun,
mulai dari pemakaian teknologi sederhana, sampai teknologi yang rumit. Diikuti oleh
perkembangan berbagai bentuk media dan pengunaan media baru, ada upaya juga untuk
menambah permintaan konsumen, memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan
mencari keuntungan, keinginan untuk mengembangkan literature dan akhirnya mampu
mengubah masyarakat menjadi labih baik.
Dalam perkembangan jurnalisme, Koran manjadi media konvensional yang
mengantarkan perkembangan tersebut. Dimulai dari perkembangan newsletter, merupakan
sebuah bentuk surat berita yang disampaikan secara personal, kemudian sampai
pada corantos yang merupakan sebuah lembar laporan harian dan diurnos, yang lebih
fokus pada kegiatan daerah, kemudian berkembang lebih besar lagi pada Koran yang pada
awalnya masih terbelenggu oleh batasan pemerintah dalam membuat laporan, dan setelah
masyarakat berkembang dan semakin terbuka, mulai saat itulah Koran mulai memiliki
kebebasan dalam menyampaikan berita dan mulai terdapat kritisasi mengenai sensor
laporan. Kebebasan Koran lahir mulai 1787. Kemudian mulai lahir berbagai macam
pandangan dan pendapat dari berbagai unsur masyarakat yang tidak dapat terhindarkan,
dan ini dijadikan sebagai pijakan esensial dari media koran sebagai representasi fungsi
media dalam masyarakat yang bebas. Koran mulai menjadi sebuah media penyampaian
pendapat yang merepresentasikan perbedaan suara, tidak terkecuali audiens yang juga
tersegmentasi. Kemudian iklan mulai berkembang, namun sirkulasinya lambat karena
perkembangan percetakan juga lambat dan referensi pembaca iklan sangat ter-literasi dan
umumnya orang ekonomi tinggi. Kemudian para penerbit mulai memperhatikan bentuk
Koran yang lebih baik, mampu mencakup masyarakat, dengan menggunakan jurnalis yang
handal. Inovasi ini membawa revolusi dalam bidang ini dan profesi jurnalis pun semakin
dihargai. Penerbit membentuk format yang terus menjaga perkembagan sosial masyarakat.
Tahun 1980 dan 1920 merupakan tahun kejayaan Koran. Kemudian persaingan berita
semakin ketat, materi Koran semakin kompleks, termasuk mengenai program pemerintah,
ekonomi, dan berbagai laporan dari berbagai sudut pandang masyarakat diluar pemerintah
yang disajikan dengan metode investigasi mendalam. Kemudian beragam media
menyajikan laporan dalam cerita yang berlainan. Pada 1980, Koran mulai digunakan
dalam videotext, yang kemudian berkembang menjadi Koran on-line, yang pada awal
perkembangannnya hanya berfungsi untuk mengembangkan Koran pemerintah. Kemudian
pendapat masyarakat mulai disampaikan melalui blogs. Koran on-line ini membantu Koran
konvensional dalam hal umur dan penyimpanan data berita yang lebih panjang. Walau
begitu diversitas dari Koran tersebut masih sangat tinggi. Kemudian sekitar tahun 2000,
media-media seperti TV, radio, dan internet ini melakukan konslidasi dengan Koran, yang
menyajikan laporan dengan bagian yang lebih lengkap termasuk editorial, pemerintah,
politik, ekonomi, sosial, gaya hidup, komentar dan pendapat, alam, dsb. Sejarah Koran ini
merupakan sebuah ide jurnalisme paling konvensional, yang selalu kompleks pada evolusi
kebebasan berpendapat dan masalah politik. Selama bertahun-tahun editor dan penulis
bertarung melawan upaya sensor pemerintah atas laporan yang ingin ditayangkan, mereka
(dan kita) harus dapat memahami apa sebenarnya fungsi esensial dari keberadaan Koran
tersebut. Revolusi bukan hanya dalam hal materi, namun juga dalam hal metode, bentuk
dan hasil cetakan, model dan tanggungjawab sosial. Perkembangan media teknologi
komunikasi ini tidak berhenti, mereka terus berkembang, mengejar pemenuhan kebutuhan
masyarakat yang semakin hari semakin kompleks, menjawab pertanyaan yang sebelumnya
belum terjawab, memenuhi keseimbangan manusia atas pemenuhan kebutuhan informasi.
b. Radio
Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1874 menemukan radio. Dia berhasil
membuat peralatan yang diperlukan untuk mengirim tanda-tanda tanpa kabel . Tahun 1899
ia sanggup mengirim berita melalui gelombang elektromagnetic menyeberangi selat Inggris.
Dan tahun 1901 Marconi berhasil mengirim berita radio dari Inggris ke Newfoundland
melintasi Atlantik. Dia juga memicu berkembangnya penyiaran radio tahun 1920-an. Radio
digunakan untuk keperluan hiburan, promosi dan juga sebagai media penyampaian berita.
Peristiwa myang terjadi pada hari ini langsung dapat diketahui hari itu juga. Lalu muncul
istilah jurnalisme radio (radio journalism atau broadcasting journalism).
c. Film
Film ditemukan sejalan dengan ditemukanya pita seluloid. Berita film popular pada
tahun 1930-1960 yang dikenal dengan nama movie news atau newsreel. Seiring
perkembanganya film justru mengarah ke seni pertunjukan. Film tumbuh mengikuti para
pembuatnya, sejak awal ditemukanya gambar bergerak oleh Thomas Alva Edison (1847-
1931). Joseph M.Boggs dalam bukunya The Art of Watching Film mencoba menjelaskan
bahwa latar belakang film condong berkembang sebagai media pertunjukan adalah
semata-mata untuk membuat orang merasa terhibur.
d. Televisi
John L.Baird menemukan televise tahun 1926 dan didemonstrasikan lewat radio
BBC (British Broadcasting Corporation) London Inggris. Upaya John L.Braid ini tentunya
didahului dengan penemuan-penemuan selenium – sel sensitive (1893), nipkow scaning
disc (1884), sinar katode (1909), dan iconoscope (1923). November 1936 , melalui stasiun
BBC Television di Alexandria Palace dilakukan penyiaran high-definition pertama dengan
240 saluran dengan menggunakan Baird System dan 405 saluran dengan Marconi-EMI
System. Tahun 1949 di AS sudah bisa mengadakan jaringan siaran dengan jangkauan
2000 mil dan meliputi 14 kota yang diantaranya New York, Washington, Boston, Chicago,
dan St. Louis. Media televisi dan radio disebut sebagai jurnalisme elektronik (electronics
journalism) ,termasuk didalamnya media internet.
C.Perkembangan Media – Media baru
Komunikasi menyangkut proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol dan
perlambang yang dapat dipahami bersama oleh pemberi dan penerima pesan. Untuk
saluran penyampaian pesan , diperlukan media dalam bentuk komunikasi massa yang
disebut media massa. Media masa mengalami perkembangan mulai dari surat kabar, radio,
film,televisi, dan terakhir internet. Internet member ruang yang sangat luas kepada pribadi
dan komunitas social untuk berkomunikasi dan bertukar informasi melalui blog atau jejaring
social seperti facebook, twitter, dan lain-lain. Dewasa ini muncul lagi TV penyiaran bergerak
(TV mobile) yang menggunakan teknologi unicast and broadcast MBMS (Multimedia
Broadcast Multicast Service). Teknologi ini memiliki jaringan dua arah, artinya orang dapat
memesan jenis siaran yang ingin dinikmati. Dengan menggunakan jaringan pita lebar /
broadband, TV digital ini juga disalurkan melalui jaringan protocol internet, sama
menyaksikan TV biasa, tetapi di komputer.
BAB III
PENUTUP
Perkembangan media sangat cepat dari zaman romawi kuno sekitar 60 SM sampai
sekarang ini, dengan di tandai beberapa macam media – media surat kabar, radio, film dan
televise serta media baru yang sekarang berkembang dan sangat banyak peminatnya yaitu
media internet. Dan beberapa ilmuan juga berpendapat tentang perkembangan media
tersebut.