Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN MEDIA DARI MASA KE MASA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat tak lepas dari peran penyebaran informasi.Masa
sekarang pun disebut sebagai era informasi oleh karena begitu banyaknyaarus informasi
yang memberondong ke masyarakat, sekaligus kepentingan besar masyarakat untuk
mendapatkannya. Perikehidupan, perilaku, sikap dan kecenderungan manusia pada
akhirnya ditentukan oleh informasi yang sampaikepadanya. Penyebaran informasi ini tidak
lepas dari peran pers, jurnalis dan media massa. Dari berbagai aktivitas pers dan
jurnalistik, dirumuskan 4 fungsi dan tanggungjawab pers, yakni informasi, edukasi,
intertainment dan kontrol sosial. Dalam perspektif politik, kontrol sosial dimaksudkan adalah
untuk mengawasi perilaku sosial dan politik masyarakat terutama pihak kekuasaan (wacth
dog), Transparansi akuntabilitas publik bagi para pejabat dan media bagi
pendapat rakyat. Itu sebabnya Pers termasuk salah satu dari 4 pilar demokrasi (the
fourth estate): eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers (Muhtadi, 1999:48). Gambaran di atas
menunjukkan citra ideal pers, yaitu sebagai bagian upaya membangun masyarakat
kewargaan (civil society/masyarakat madani) melalui konsep ruang publik (public sphere),
di mana ruang bagi semua individu warga negara bisa melibatkan diri dalam berbagai
diskursus tentang berbagai
masalah bersama dalam kerangka pencapaian konsensus di antara mereka sendiri
maupun untuk mengontrol negara dan pasar. Dengan ini media massa berfungsi memasok
dan menyebarkan informasi yang diperlukan dalam penentuan sikap, dan menfasilitasi
pembentukan opini publik dengan menempatkan dirinya sebagai wadah independen di
mana isu-isu bersama dapat diperdebatkan. Oleh karena itu pers senantiasa dituntut untuk
bertindak independen dan obyektif, yang ini ditunjukkan melalui kode etik jurnalistik
(Sudibyo, 1999:6).2
Dalam perkembangan pers dan media massa di Indonesia, selama kekuasaan Orde
Baru fungsi dan perannya mengalami keterbelengguan oleh represi negara. Baru setelah
era reformasi pers Indonesia mendapatkan kemerdekaannya untuk dapat memungkinkan
dirinya menjadi public sphere tersebut. Namun setelah kebebasannya ini, kita malah
sering mendengar keluhan dari publik tentang media massa yang bertindak tidak obyektif,
sepihak, mengingkari cover both side, menimbulkan bias, dan sebagainya sebagai mana
yang ditetapkan dalam kode etika jurnalistik (Dharma, 2003: iii). Perkembangan Pers
Indonesia dewasa ini menunjukkan adanya gejala yang paradoks antara cita idealnya
dengan fakta di lapangan. Munculnya pelanggaran-pelanggaran etika jurnalistik di
antaranya yang cukup marak adalah kasus wartawan bodrek (amplop), penyiaran
pornografi dan sadisme, dan kasus libel (pencemaran nama baik). Tuduhan-tuduhan pers
yang “njomplang”, tidak obyektif, “ahlul fitnah wal jamaah”, memplintir (spinning of words),
dan sebagainya. Fenomena yang lain adalah munculnya budaya populer yang secara cepat
mempengaruhi masyarakat sedemikian rupa sehingga muncul ekses negatif dari itu adalah
sikap hedonis, permisif dan sebagainya. Proses dari sebuah peristiwa menjadi berita tidak
terjadi begitu saja, melainkan melewati konstruksi dan interpretasi. Berita bukanlah
peristiwa itu sendiri, melainkan upaya rekonstruksi kerangka inti dari peristiwa yang
disesuaikan dengan kerangka acuan agar peristiwa itu memiliki arti penting bagi pembaca.
Itu sebabnya dalam kenyataannya sering kali kita disuguhi oleh pemberitaan yang
beraneka warna dari suatu peristiwa, di mana sebuah media menonjolkan satu sisi,
sementara media yang lain meminimalisir, bahkan menutupi. Dalam pemberitaan apa saja,
termasuk politik, berita tidak bisa lepas dari bias-bias ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan interest (Eriyanto, 2002:2).

Kebutuhan manusia terus berkembang dan bertambah, itulah mengapa manusia


terus mencari cara pemenuhan kebutuhan tersebut, yang selalu disesuaikan dengan masa
dan kehidupan yang terus berkembang. Media cetak hadir dalam bentuk novel, buku-buku
fiksi, yang hadir dengan harga yang mahal. Untuk ribuan tahun, materi cetak hanya bisa
dinikmati oleh sedikit warga yang berpendidikan baik dalam masyarakat, untuk bangsa-
bangsa Mandarin, Masir, China, Islam, dan Roma. Kemudian pedagang Arab membawa
teknologi cetak ini ke barat. Di Eropa, media cetak dikembangkan melalui literatur-literatur
yang menggunakan bahasa setempat masyarakat masing-masing dengan diferensiasi yang
tinggi. Kemudian Eropa mulai mencetak kitab agama, dan lembaga pendidikan semakin
banyak memproduksi penulis dan mencetak beberapa buku penting. Kitab agama tahun
1455 membawa perubahan dalam teknologi mesin cetak ini, bentuk baru yang
memungkinkan percetakan dilakukan dalam jumlah besar. Di Amerika media cetak pertama
dimulai dengan percetakan banyak kitab agama, pada tahun 1640. Benjamin Franklin
merupakan salah satu pakar penemu inovasi media cetak tersebut, yang pada tahun 1731
memulai kegiatan perpustakaan belangganan pertama, sehingga dimasa yang akan datang
warga Amerika telah mengenal baik kepustakaan, dan memberi kesempatan kepada
mereka yang tidak mampu untuk membaca dan meminjam buku-buku, Koran dan majalah.
Pada 1800-an masyarakat pembaca Amerika mulai terbentuk, dengan dukungan
dari perbaikan keadaan sosial, pendididkan, ekonomi, dan perkembangan masyarakat
urban menengah. Majalah dalam hal ini lahir pada 1700-an, dengan tema fiksi dan non-
fiksi. Pada 1741, Philadelphia menjadi pusat pertama Majalah, dimana para penerbit
mencoba untuk memperkenalkan majalah jangka pendek untuk revolusi Amerika. Selama
revolusi, pada 1775-1789, kebanyakan buku dan majalah membawa nuansa politik.
Kemudian pada 1790an nuansa ekomoni mulai meledak. Kemudian pada 1920 majalah
mulai bertarung dengan radio dan film, dan telah mengenal dasar periklanan dan audiens
yang lebih spesifik, berkembangan menjadi banyak jenis, dengan berbagai metode dan
majalah-majalah baru semakin merebak, dilengkapi dengan visualisasi gambar foto.
B. permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan antara lain :
a. bagaimana pengertian media menurut para ahli ?
b. bagaimana perkembangan sejarah media dari awal sampai sekarang ?
C. manfaat penulisan makalah
a. pembaca mendapatkan gambaran tentang pengertian media
b. pendidik atau pembaca mendapatkan gambaran sejarah perkembangan meia ari
awal sampai sekarang secara jelas

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Media
Secara etimologis, kata media berasal dari bahasa latin meius dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Sedangkan madoe, yang artinya pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Sedangkan secara terminology, menurut para ahli diantaranya :
a. menurut Berlach dan Ely ( 1971 ) mengemukakan bahwa media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali
informasi visual atau herbal.
b. Menurut Heinich, dkk ( 1985 ), media pembelajaran adalah media-media yang membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-
maksud pembelajaran.
c. Martin dan Briggs ( 1986 ) mengatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua
sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si – belajar. hal ini bisa
berupa perangkat keras an perangkat lunak yang digunakan paada pernagkat keras.
d. Menurut Hamalik ( 1994 ), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di
gunakan untuk menyalurkan pesan ( bahan pembelajaran ), sehingga apat merangsang
perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
e. Menurut Smaldino, dkk ( 2011 ), kata media berasal ari bahasa latin medium ( antara ),
istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber an
sebuah penerima. Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, perekayasa
( manipulative ) benda- benda, dan orang-orang.
Jadi media pembelajaran aalah semua sumber yang dapat di gunakn dalam
menyampaikan pesan, merangsang pikiran, minat, perhatian dan perasaan anak didik
sehingga pendidik dapat mendorong anak didik agar mendapat pembelajaran, sehingga
tujuan pembelajaran ( perubahan perilaku atau kompetensi ) dapat tercapai.
B. Perkembangan Media Dari Masa ke Masa
Pada zaman Romawi kuno sekitar 60 SM muncul media untuk pernyataan umum
yang dikenal dengan nama Acta Senatus atau Acta Diurna Populi Romawi. Acta Diurna ini
terbit setiap hari yang isinya memuat pengumuman dari Kaisar Roma dan berita – berita
kegiatan kekaisaran lainya yang ditempel atau di pasang di pusat kota yang disebut Forum
Romanum. Dikenal juga orang yang menjual jasa untuk mencatat isi beritanya disebut
dengan Actuari. Semakin lama jumlah Actuari semakin banyak sehingga berita dibacakan
setiap pagi selama dua jam oleh pegawai istana. Perkembangan selanjutnya ditulis dan
ditempel di Forum Romanum. Acta Diurnaditerbitkan oleh Julius Caesar pada tahun 59 SM
dan bertahan 4 abad sampai runtuhnya kekaisaran Roma pada tahun 476 M. Dizaman
kekaisaran Augustus cara penyampaian berita banyak diperbaiki, yaitu dengan cara
beranting. Para pakar menyebut masa sebelum Acta Diurnasebagai Masa Prajunalis dan
masa setelah Acta Diurna sebagai Masa Jurnalis.

a.Surat kabar pertama


Ts’ai Lun pegawai istana Kaisar Ho Ti membuat kertas pertama dari kulit murbei,
sebelum itu orang menulis diatas papyrus dan kulit kambing atau lembu. Teknik pembuatan
kertas baru dikenal orang Eropa sekitar abad ke-12 dan sejak itu kertas mulai digunakan
secara luas.
Surat kabar tertulis pertama di Venesia dan Roma sekitar abad pertengahan yang
mereka sebut dengan Gazetta yang berisi seputar pengumuman pemerintah Venesia dan
berita – berita lain. Johan Gutenberg (1450) menemukan mesin cetak pertama di Jerman
dan mulai dikenallah istilah press (pers).Meskipun mesin cetak sudah ditemukan abad 14
namun surat kabar tercetak pertama baru abad 17 dengan nama Relation yang diterbitkan
oleh Johan Carolus. Kemudian menyusul di Belanda (1618) dengan nama Courante van
Uyt Italien Duytshlandt ec yang diterbitkan oleh Casper Van Hilten, Tydinghen
Uytverscheyde Quartihenoleh Broer Jauszoon. Di Inggris (1622) terbit Currant of General
Newes oleh Nicholas Bourne dan Thomas Acher. Prancis (1631) terbit Gazette de
France oleh Theopraste Renaudof dan milik pemerintah ( Raja Louis XIII dan Kardinal
Richeliu). Theopraste juga dikenal dengan gagasanya, yaitu mendirikan biro iklan yang
disebut Bereau d’addresses. Pada umumnya surat kabar tersebut terbit mingguan.
Surat kabar harian pertama terbit di Leipzig (1660) dengan nama Leipziger
Zeitung. Lalu menyusul Daily Courant di Inggris tahun 1720, Journal de Paris di Prancis
tahun 1777, Daily Advertaiser di AS (Philadelpia) tahun 1784, Algemeen Handelsblad di
Belanda tahun 1830, Sourabaya Courant di Hindia Belanda tahun 1837 yang merupakan
surat kabar pertama di Indonesia. Media cetak (surat kabar) merupakan media massa yang
muncul pertama dank arena proses cetak yang dilakukan dengan cara menekan kertas
diatas susunan huruf (image) dengan menggunakan silinder atau penekan dater lainnya,
sehingga disebut pers (press).
Jika kita kembali melihat ke proses komunikasi, menurut Miles Myers, manusia
memiliki empat tahapan literasi yang digunakan untuk saling tukar informasi, yaitu orality,
signature literacy, recitation literacy, decoding/analytic literacy, critical/translation literacy.
Sedangkan menurut McLuhan, fase perkembangan media massa terdiri dari beberapa
tahap:
- Era pra-literasi (40.000 SM – 1500) : meliputi kebudayaan oral hingga media cetak awal
didominasi oleh mediasi ritual dan sosial serta dunia mistik yang penuh kekerasan dan
kebrutalan.
- Era literasi (1500 – 1900) :meliputi tulisan dan media cetak, berkembang setelah galaksi
Gutenberg, khususnya periode abad tengah dan renaissance, dan terutama sekali saat
ditemukannya mesin cetak
-Era elektronik (1900-2000) : media elektronik, 2000- sekarang : media digital.
Epos utama sejarah komunikasi adalah:
 Pra modern ( media cetak awal)
 Modern (media cetak dan media elektronik)
 Post modern (media digital)

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahapan proses komunikasi
manusia sangat berbeda dalam kurun waktu tertentu. Jika pada media cetak awal, manusia
menggunaikan media cetak untuk membuat alkitab. Dengan menggunakan alat bantu
media cetak, mereka dapat membuat alkitab sebanyak-banyaknya. Pada media elektronik
manusia sudah beralih ke modernisasi. Dimana teknologi media cetak yang dulu pernah
ada telah dikembangkan menjadi teknologi yang lebih modern dengan alat-alat yang
semakin canggih. Tentu saja hal itu juga berpengaruh pada kehidupan manusia di masa
yang akan datang. Setelah itu munculah majalah, Koran, tabloid, yang memudahkan
manusia untuk memperoleh informasi secara luas dan mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Teknologi media cetak ini termasuk teknologi komunikasi yang berkembang
pesat di dunia, terutama di Negara Indonesia.
Menurut sejarah, seorang ahli dari Jerman, Pemilik nama lengkap Johannes
Gutenberg ini menemukan mesin cetak yang akhirnya digunakan untuk mencetak bible
(Kitab Suci). Ini terjadi pada tahun 1453. Sebelumnya Gutenberg menulis secara manual,
kitab-kitab suci tersebut. Namun dengan bantuan mesin cetak, kitab suci yang dihasilkan
jauh lebih banyak. Sebelum ada revolusi Gutenberg, buku-buku di Eropa disalin dengan
menggunakan Manu Script. Selain memakan waktu yang lama, harga buku-buku tersebut
tergolong mahal dan hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang mampu. Dengan
ditemukannya mesin cetak, perkembangan ilmu dan pengetahuan waktu itu semakin pesat,
bahkan tidak hanya untuk bangsa Eropa saja tetapi juga sampai ke Timur Tengah. Melalui
buku-buku yang dicetak pada waktu itu, minat baca masyarakat menjadi tinggi. Kitab Suci
yang awalnya ditulis manual oleh Gutenberg saat itu juga dicetak dengan bahasa lain, tidak
hanya bahasa latin. Ini yang akhirnya membuat gerakan kaum protestan.
Salah satu bentuk hasil dari media cetak adalah surat kabar. Surat kabar
penerbitannya ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah
yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Surat kabar
awalnya berkembang di Eropa, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Tahun 1702
muncul Daily Courant lalu Revue pada tahun 1704. Sedangkan di Amerika, surat kabar
baru terbit setelah beberapa tahun Amerika mencapai kemerdekaannya (1776). Namun
pada awalnya, surat kabar hanya diperuntukkan bagi kaum elit dan terpelajar. Secara fisik,
bentuk koran pada saat itu masih sangat sederhana dan menggunakan biaya yang sangat
murah, tetapi jangkauannya meluas. Pada tahun 1830, surat kabar sudah mewabah di New
York. Ini adalah saat kejayaan surat kabar yang akhirnya mewabah ke seluruh pelosok
dunia
Kegiatan percetakan semakin berkembang setelah perang dunia II, baik media
konvensional tradisional dan media internet yang secara lambat berkembang. Kemudian
industri ini semakin berkembang, beberapa diantaranya melakukan konsolidasi dan
beberapa yang lain semakin kuat dengan proliferasi dan persaingan mereka yang semakin
tersegmentasi. Hal ini selaras dengan perkembangan buku. Sejarah tersebut menyebutkan
mengenai sebuah lingkaran berkelanjutan dari inovasi teknologi, dalam bentuk apapun,
mulai dari pemakaian teknologi sederhana, sampai teknologi yang rumit. Diikuti oleh
perkembangan berbagai bentuk media dan pengunaan media baru, ada upaya juga untuk
menambah permintaan konsumen, memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan
mencari keuntungan, keinginan untuk mengembangkan literature dan akhirnya mampu
mengubah masyarakat menjadi labih baik.
Dalam perkembangan jurnalisme, Koran manjadi media konvensional yang
mengantarkan perkembangan tersebut. Dimulai dari perkembangan newsletter, merupakan
sebuah bentuk surat berita yang disampaikan secara personal, kemudian sampai
pada corantos yang merupakan sebuah lembar laporan harian dan diurnos, yang lebih
fokus pada kegiatan daerah, kemudian berkembang lebih besar lagi pada Koran yang pada
awalnya masih terbelenggu oleh batasan pemerintah dalam membuat laporan, dan setelah
masyarakat berkembang dan semakin terbuka, mulai saat itulah Koran mulai memiliki
kebebasan dalam menyampaikan berita dan mulai terdapat kritisasi mengenai sensor
laporan. Kebebasan Koran lahir mulai 1787. Kemudian mulai lahir berbagai macam
pandangan dan pendapat dari berbagai unsur masyarakat yang tidak dapat terhindarkan,
dan ini dijadikan sebagai pijakan esensial dari media koran sebagai representasi fungsi
media dalam masyarakat yang bebas. Koran mulai menjadi sebuah media penyampaian
pendapat yang merepresentasikan perbedaan suara, tidak terkecuali audiens yang juga
tersegmentasi. Kemudian iklan mulai berkembang, namun sirkulasinya lambat karena
perkembangan percetakan juga lambat dan referensi pembaca iklan sangat ter-literasi dan
umumnya orang ekonomi tinggi. Kemudian para penerbit mulai memperhatikan bentuk
Koran yang lebih baik, mampu mencakup masyarakat, dengan menggunakan jurnalis yang
handal. Inovasi ini membawa revolusi dalam bidang ini dan profesi jurnalis pun semakin
dihargai. Penerbit membentuk format yang terus menjaga perkembagan sosial masyarakat.
Tahun 1980 dan 1920 merupakan tahun kejayaan Koran. Kemudian persaingan berita
semakin ketat, materi Koran semakin kompleks, termasuk mengenai program pemerintah,
ekonomi, dan berbagai laporan dari berbagai sudut pandang masyarakat diluar pemerintah
yang disajikan dengan metode investigasi mendalam. Kemudian beragam media
menyajikan laporan dalam cerita yang berlainan. Pada 1980, Koran mulai digunakan
dalam videotext, yang kemudian berkembang menjadi Koran on-line, yang pada awal
perkembangannnya hanya berfungsi untuk mengembangkan Koran pemerintah. Kemudian
pendapat masyarakat mulai disampaikan melalui blogs. Koran on-line ini membantu Koran
konvensional dalam hal umur dan penyimpanan data berita yang lebih panjang. Walau
begitu diversitas dari Koran tersebut masih sangat tinggi. Kemudian sekitar tahun 2000,
media-media seperti TV, radio, dan internet ini melakukan konslidasi dengan Koran, yang
menyajikan laporan dengan bagian yang lebih lengkap termasuk editorial, pemerintah,
politik, ekonomi, sosial, gaya hidup, komentar dan pendapat, alam, dsb. Sejarah Koran ini
merupakan sebuah ide jurnalisme paling konvensional, yang selalu kompleks pada evolusi
kebebasan berpendapat dan masalah politik. Selama bertahun-tahun editor dan penulis
bertarung melawan upaya sensor pemerintah atas laporan yang ingin ditayangkan, mereka
(dan kita) harus dapat memahami apa sebenarnya fungsi esensial dari keberadaan Koran
tersebut. Revolusi bukan hanya dalam hal materi, namun juga dalam hal metode, bentuk
dan hasil cetakan, model dan tanggungjawab sosial. Perkembangan media teknologi
komunikasi ini tidak berhenti, mereka terus berkembang, mengejar pemenuhan kebutuhan
masyarakat yang semakin hari semakin kompleks, menjawab pertanyaan yang sebelumnya
belum terjawab, memenuhi keseimbangan manusia atas pemenuhan kebutuhan informasi.

b. Radio
Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1874 menemukan radio. Dia berhasil
membuat peralatan yang diperlukan untuk mengirim tanda-tanda tanpa kabel . Tahun 1899
ia sanggup mengirim berita melalui gelombang elektromagnetic menyeberangi selat Inggris.
Dan tahun 1901 Marconi berhasil mengirim berita radio dari Inggris ke Newfoundland
melintasi Atlantik. Dia juga memicu berkembangnya penyiaran radio tahun 1920-an. Radio
digunakan untuk keperluan hiburan, promosi dan juga sebagai media penyampaian berita.
Peristiwa myang terjadi pada hari ini langsung dapat diketahui hari itu juga. Lalu muncul
istilah jurnalisme radio (radio journalism atau broadcasting journalism).
c. Film
Film ditemukan sejalan dengan ditemukanya pita seluloid. Berita film popular pada
tahun 1930-1960 yang dikenal dengan nama movie news atau newsreel. Seiring
perkembanganya film justru mengarah ke seni pertunjukan. Film tumbuh mengikuti para
pembuatnya, sejak awal ditemukanya gambar bergerak oleh Thomas Alva Edison (1847-
1931). Joseph M.Boggs dalam bukunya The Art of Watching Film mencoba menjelaskan
bahwa latar belakang film condong berkembang sebagai media pertunjukan adalah
semata-mata untuk membuat orang merasa terhibur.
d. Televisi
John L.Baird menemukan televise tahun 1926 dan didemonstrasikan lewat radio
BBC (British Broadcasting Corporation) London Inggris. Upaya John L.Braid ini tentunya
didahului dengan penemuan-penemuan selenium – sel sensitive (1893), nipkow scaning
disc (1884), sinar katode (1909), dan iconoscope (1923). November 1936 , melalui stasiun
BBC Television di Alexandria Palace dilakukan penyiaran high-definition pertama dengan
240 saluran dengan menggunakan Baird System dan 405 saluran dengan Marconi-EMI
System. Tahun 1949 di AS sudah bisa mengadakan jaringan siaran dengan jangkauan
2000 mil dan meliputi 14 kota yang diantaranya New York, Washington, Boston, Chicago,
dan St. Louis. Media televisi dan radio disebut sebagai jurnalisme elektronik (electronics
journalism) ,termasuk didalamnya media internet.
C.Perkembangan Media – Media baru
Komunikasi menyangkut proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol dan
perlambang yang dapat dipahami bersama oleh pemberi dan penerima pesan. Untuk
saluran penyampaian pesan , diperlukan media dalam bentuk komunikasi massa yang
disebut media massa. Media masa mengalami perkembangan mulai dari surat kabar, radio,
film,televisi, dan terakhir internet. Internet member ruang yang sangat luas kepada pribadi
dan komunitas social untuk berkomunikasi dan bertukar informasi melalui blog atau jejaring
social seperti facebook, twitter, dan lain-lain. Dewasa ini muncul lagi TV penyiaran bergerak
(TV mobile) yang menggunakan teknologi unicast and broadcast MBMS (Multimedia
Broadcast Multicast Service). Teknologi ini memiliki jaringan dua arah, artinya orang dapat
memesan jenis siaran yang ingin dinikmati. Dengan menggunakan jaringan pita lebar /
broadband, TV digital ini juga disalurkan melalui jaringan protocol internet, sama
menyaksikan TV biasa, tetapi di komputer.

a. Perkembangan Informasi Media Di Indonesia


Semakin bertambahnya kemajuan teknologi informasi, maka semakin canggih pula
media yang dapat menunjang informasi tersebut. Di indonesia juga mengalami
perkembangan media informasi. Dahulu, media informasi didapatkan dari media cetak, itu
pun hanya ada beberapa saja yang terbit. Media cetak yang ada berupa koran dan
majalah. Media tersebut berisi berita-berita politik, ekonomi, dan informasi lainnya yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat indonesia.
Waktu itu, media cetak jarang ditemui karena perusahaan media cetak masih sedikit
sehingga beredarnya pun hanya di kota-kota besar saja. Selain itu, konsumen media cetak
waktu itu masih bersifat ekslusif. Selain media cetak, media elektronik waktu itu yang dapat
dijadikan media informasi adalah radio dan televisis. Orang-orang yang ingin mengetahui
informasi mengenai keadaan negara indonesia, mereka mendapatkan informasi melalui
berita nasional yang disiarkan oleh kantor berita berita nasional. Masyarakat yang tinggal di
pedesaan atau jauh dari perkotaan, biasanya mendapatkan informasi dari radio atau
televisi. Akan tetapi, televisi waktu itu masih sedikit yang mempunyainya. Radio juga hanya
orang-orang yang mampu membelinya yang mempunyai radio.
Memang keadaan ekonomi di indonesia waktu itu masih belum maju. Barang-barang
elektronik masih terbilang mahal, sehingga hanya orang-orang yang mampu membelinya
saja yang mempunyai barang tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, media
informasi mengalami perkembangan juga. Kebutuhan manusia akan informasi juga
semakin meningkat dan keadaan ekonomi di indonesia semakin meningkat. Media cetak
mengalami perkembangan juga. Perusahaan media cetak mulai banyak yang berdiri dan
melebarkan pemasarannya sampai pedesaan. Orang-orang yang berada jauh dari
perkotaan dapat menikmati media cetak tersebut. Jenisnya pun menjadi bermacam-
macam. Mulai dari koran harian sampai bulanan, tabloid, majalah dan buletin. Informasi
yang diberikan pun bukan hanya sekadar tentang politik atau ekonomi yang sedang terjadi,
tapi juga ada bidang hiburannya yang tercantum dalam media tersebut.
Konsumen media cetak ini pun bukannya hanya dari kalangan ekonomi menengah
ke atas saja, tapi kalangan ekonomi menengah ke bawah juga sudah dapat menikmati
informasi dari media cetak tersebut. Harga yang terjangkau oleh semua kalangan tersebut,
membuat semua kalangan mampu untuk membeli dan menikmati informasi yang diberikan
oleh media tersebut. Jenis media cetak pun sudah bermacam-macam. Semua usia
mempunyai media cetak masing-masing. Dari anak-anak sampai orang tua pun punya
jenisnya. Media cetak berupa tabloid merupakan media informasi yang dikonsumsi oleh
kalangan anak-anak dan remaja.
Banyak tabloid anak dan remaja yang sudah beredar di seluruh indonesia. Selain itu,
mjalah anak remaja dan dewasa juga sudah banyak beredar. Majalah dewasa juga banyak
macamnya, sesuai dengan jenis informasi yang diberikan. Majalah mancanegara dan koran
dari luar negeri pun ada yang beredar di indonesia. Ada juga masyarakat yang
membutuhkan informasi dari luar tersebut. Meskipun hanya segelintir orang saja yang
mengonsumsi majalah dan koran luar tersebut. Media elektronik pun tidak kalah
menariknya dengan media cetak. Bahkan media cetak menjadi terlupakan karena
perkembangan media informasi berupa elektronik dan digital yang semakin canggih.
Informasi yang didapat melalui media elektronik dan digital sangat mudah dan cepat,
serta up to date. Sarana yang mendukung untuk media elektronik dan digital tersebut juga
mudah didapatkan.
Kemudahan tersebut menjadikan media cetak dan media
elektronik serta digital semakin bersaing. Akan tetapi, masing-masing media mempunyai
kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

BAB III
PENUTUP
Perkembangan media sangat cepat dari zaman romawi kuno sekitar 60 SM sampai
sekarang ini, dengan di tandai beberapa macam media – media surat kabar, radio, film dan
televise serta media baru yang sekarang berkembang dan sangat banyak peminatnya yaitu
media internet. Dan beberapa ilmuan juga berpendapat tentang perkembangan media
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai